"Ingat, tidak boleh ke mana-mana lagi dan langsung pulang. Jangan nakal seperti kemarin malam," cerocos Shiren seraya melekatkan dasi Nicholas. Dia menyimpulnya dengan begitu rapi dan teliti.
Cup."Kamu mengatakannya sudah lebih dari tiga kali pagi ini. Aku pasti mengingatnya, Sayang." Kedua lengan Nicholas melingkar pada pinggang ramping sang istri, sedikit menariknya sampai tubuh mereka kembali berhimpitan. Tak lupa meraih bibirnya yang manis."Sudahlah. Ayo turun, nanti sarapan yang kubuat tidak sedap lagi," ajak Shiren seraya berusaha melepaskan diri dari dekapan sang suami.Mereka keluar dari kamar sambil bercengkerama ria, sebelah tangan Nicholas pun tak bisa lepas dari bahu mungil istrinya. Wanita ini memang sangat menggemaskan! Dia ingin menelannya jika bisa.Ternyata, di meja makan juga sudah ada Cassie dan Robert. Mereka juga kembali mesra sama halnya dengan Nicholas dan Shiren. Entah apa yang Robert lakukan sampai Cassie kembalOrang-orang yang ikut bersama Nicholas dan Shiren berusaha semaksimal mungkin untuk menjauh dari kamar spesial yang mereka tempati. Para kru pesawat pun tidak diperbolehkan mendekat ke sana. "Kamu sangat seksi," puji Nicholas menatap kagum lekukan indah tubuh sang istri yang duduk di pangkuannya. Perutnya yang buncit membuat Shiren terlihat lebih seksi. "Kamu mengatakannya sudah lebih dari sepuluh kali sejak kita mulai bercinta. Apa aku secantik itu?" tanya Shiren sambil berpose seseksi mungkin. Dia sedikit membusungkan dadanya yang polos, seperti menyerahkan langsung pada pemiliknya. Dengan gemas Nicholas melahap dua benda yang sangat cantik di matanya. Beberapa saat kemudian kembali dia lepaskan. "Bahkan lebih cantik dari yang kamu kira, Sayang. Kamu melihat dirimu tanpa ada rasa cinta seperti aku memandangmu. Istriku benar-benar cantik seperti bidadari," puji Nicholas tak berkesudahan.Shiren tertawa dengan wajah merah merona, dia senang sekaligus malu-malu dipuji dalam posisi
Nicholas membiarkan sebelah tangannya untuk Shiren gunakan sebagai pelampiasan rasa sakit yang dia rasakan. Meskipun sudah tidak sesakit tadi, Shiren masih belum sanggup melepaskan lengan Nicholas. "Keadaan Nyonya maupun kandungannya baik-baik saja, Tuan. Hal ini biasa terjadi, kontraksi palsu tidak bahaya. Hanya perlu menunggu beberapa saat sampai Nyonya bisa tenang maka rasa sakitnya perlahan-lahan menghilang. Lebih baik lagi jika Nyonya dibawa ke tempat yang lebih nyaman," jelas dokter yang sama sekali tidak bisa menyurutkan rasa takut di hati Nicholas. Nicholas menatap Shiren kasihan, dia sangat tidak tega melihat kesayangannya seperti ini."Kita pindah ke kamar, ya?" tanya Nicholas sambil mengusap lelehan keringat di dahi Shiren. Shiren mengangguk lemah. "Ya, tapi aku tidak sanggup berjalan sendiri," jawab Shiren.Nicholas segera meraih tubuh Shiren dalam gendongan. Dengan sangat hati-hati dia membawa istrinya pada kamar yang sebelumnya mereka tempati. Di sana juga sudah ada s
Sesampainya di villa yang mereka pesan, Shiren bergegas mencari tempat ternyaman untuk meluruskan kaki. Dia juga menarik Nicholas untuk menjadi tempat bersandar sekaligus tukang pijat pinggang. "Huh, ini sangat nikmat," gumam Shiren terlihat sangat menikmati pijatan sang suami. Nicholas duduk di ujung sofa dengan Shiren bersandar nyaman pada tubuhnya sambil meluruskan kedua kaki. Perut buncitnya dia usap kembali lalu sebelah tangan yang lain bekerja untuk memijat pinggang. Nicholas dan Shiren tentu tidak memikirkan barang-barang mereka lagi karena ada yang mengurus. Mereka hanya perlu santai tanpa memikirkan apapun lagi. Bahkan, Nicholas sengaja memesan dua villa untuk dirinya dan juga para orang-orang yang dia bawa. Dia hanya menyisakan satu pelayan di villanya untuk melayani dirinya maupun Shiren. "Mau istirahat dulu?" tawar Nicholas pada sang istri. Dia sadar betul bahwa Shiren semakin mudah lelah. Shire
Nicholas merasa cukup pening melihat gaya pakaian sang istri. Entah muncul keberanian dari mana sampai Shiren sanggup memakai dress super seksi dan pendek. Warnanya merah menyala dengan panjang di atas lutut. Sengaja sekali ingin pamer lekuk tubuh serta kaki jenjangnya yang putih mulus."Sayang, pakai long coat juga, ya? Nanti kamu kedinginan kalau seperti itu saja," ujar Nicholas yang masih berusaha merayu Shiren agar lebih tertutup. Dia berusaha memperluas rasa sabar jangan sampai kasar pada istrinya."Tidak mau. Nanti malah merusak penampilanku yang sangat cantik ini. Ayo, katanya mau membawaku jalan-jalan di luar? Masa sudah jauh-jauh datang ke sini tidak ke mana-mana?" Nicholas hanya bisa memijat kepalanya sendiri menghadapi kebebalan sang istri. Entah setan mana yang merasuki Shiren sampai istrinya seperti ini. "Tapi dressmu terlalu terbuka, Sayang. Sejak kapan aku mengizinkanmu memakai dress seperti ini? Lihat, perut buncitmu sampai tercetak jelas. Pasti bayi kita merasa semp
Shiren membuang semua makanan yang Nicholas buat dengan susah payah. Jangankan memakan makanan yang Nicholas buat, melihat wajahnya saja Shiren masih kesal.Nicholas memejamkan matanya rapat-rapat melihat kelakuan sang istri. Dia tidak menyangka hanya karena pakaian Shiren sampai kesal berkepanjangan seperti ini. Dia hendak memeluk wanita itu untuk mengobati hatinya yang retak, namun, Shiren seolah tak peduli dan memilih kembali pergi."Sayang," panggil Nicholas dengan suaranya yang lirih. Dia berusaha meyakinkan dirinya sendiri bahwa yang Shiren lakukan murni karena bawaan bayi. Shiren kembali masuk kamar lalu mengunci diri. Dia sadar dengan kelakuan buruknya ini pasti melukai Nicholas. Namun, entah mengapa dia masih belum bisa mengontrol diri dan selalu merasa kesal ketika melihat suaminya. Sungguh dia juga lelah, dan ingin meminta maaf pada Nicholas."Kenapa kamu sangat menyebalkan, sih?! Aku juga kenapa tidak bisa mengontrol amarahku sendiri?!" gerutu Shiren seraya mengacak-acak
Sampai malam menjelang, Shiren belum juga sadarkan diri. Nicholas yang awalnya tenang pun kembali panik lalu memanggil dokter untuk memeriksa Shiren yang kesekian kalinya. "Nyonya baik-baik saja, Tuan. Beliau hanya kelelahan dan butuh istirahat seperti ini. Jika dipaksa bangun nantinya semakin memperburuk keadaan Nyonya. Beberapa saat lagi Nyonya pasti bangun," jelas dokter dengan jawaban yang sama seperti sebelumnya. "Tapi aman kan, Dok? Dia bahkan belum makan siang," ucap Nicholas khawatir. Lagi-lagi dokter itu tersenyum berusaha menenangkan. "Aman, Tuan. Tekanan darahnya pun sudah normal lagi. Kita hanya perlu sabar menunggu sampai Nyonya bangun. Nanti setelah bangun Nyonya pasti langsung mencari makanan," ucapnya lagi.Akhirnya Nicholas hanya bisa pasrah, dia tidak memiliki pilihan lain selain bersabar. "Baiklah, terima kasih, Dok. Silakan kembali ke villa," titah Nicholas yang segera dipatuhi oleh dokter itu.Sepeninggal dokter, Nicholas hanya bisa duduk melamun di samping Sh
Baru beberapa saat berhasil memasuki lembah kenikmatan, Nicholas kembali dibuat kecewa oleh suara perut Shiren tanda wanitanya sedang kelaparan. Mau tak mau dia mengalah lalu melepas tautan tubuh mereka yang baru saja terjalin."Kenapa dilepas?" tanya Shiren dengan wajah yang sepenuhnya memerah. Dia sangat membutuhkan sentuhan ini sekarang juga.Sebelah telapak tangan Nicholas mengusap lembut perut Shiren sebelum menjawab."Dia berbunyi sangat kuat tadi. Dia pasti kelaparan karena kamu belum sempat makan siang. Aku tidak mungkin tega membiarkanmu kelaparan, Sayang. Aku akan memanggil pelayan untuk membawakan kita makanan," jelas Nicholas.Shiren tentu tak bisa membantah, selain karena dia merasakan lapar yang cukup parah, dia juga tidak mau banyak membantah Nicholas lagi. Rasa bersalahnya belum sembuh sepenuhnya.Kegiatan panas itu pun terpaksa berhenti beberapa saat. Beruntungnya para pelayan yang Nicholas bawa sangat gesit dalam bekerja. Belum genap sepuluh menit makanan yang dia pe
Kali ini, Shiren memilih pakaian yang sangat sopan untuk dikenakan jalan-jalan bersama Nicholas. Dia sangat trauma memakai pakaian seksi yang berakhir membuatnya berani bersikap kurang ajar pada sang suami seperti kemarin.Nicholas yang sedari tadi memantau Shiren di ambang pintu kamar pun mendekat. Shiren cukup terkejut ketika tubuhnya dipeluk dari belakang. Rasa terkejutnya pun berangsur hilang ketika mengetahui siapa pelakunya."Kamu mengejutkanku," ucap Shiren seraya membalik tubuh. Dia membalas pelukan Nicholas."Sengaja, dari tadi aku menunggumu di luar tapi kamu sangat lama. Lihat di jendela, matahari sudah semakin meninggi," jelas Nicholas membuat Shiren segera menoleh pada jendela. Benar, di luar sepertinya sudah cukup panas."Tidak masalah, di sini banyak perpohonan dan suhunya pun tidak terlalu tinggi meskipun terlihat sangat panas. Ayo, aku sudah siap."Shiren segera menyeret Nicholas untuk dibawa keluar. Mereka sebenarnya tidak ingin mengunjungi tempat-tempat yang jauh ka
"Ohh, Sayang, kenapa kamu tidak menua sama sekali?" tanya Shiren dengan suara sensual saat merasakan badai kenikmatan yang tidak berkesudahan dari sang suami. Melihat bagaimana gagahnya pria ini memberikan sentuhan cinta yang tak pernah berubah dari awal mereka bersama. Nicholas mencecap habis seluruh rongga mulut Shiren seakan ingin menyatukan dua raga yang berbeda. Dan untuk yang ke sekian kalinya, mereka menikmati puncak kenikmatan bersamaan dengan rasa cinta yang semakin meluap.Nicholas ambruk di samping sang istri, memandang penuh bahagia pada seorang wanita yang sangat berarti di hidupnya."Harusnya aku yang bertanya seperti itu, Shiren. Kamu seperti vampir yang tidak pernah tua. Wajahmu saat masih gadis masih bisa aku lihat sekarang," balas Nicholas tak kalah pandai memuja sang pujaan hati.Shiren semakin menempel pada Nicholas seraya terkikik geli, dia naik ke atas perut Nicholas lalu berbaring di sana. "Andai aku bisa hamil lagi, aku rindu saat-saat mengandung dan dimanja
Nicholas memandang haru foto keempat anaknya yang tumbuh dengan sangat baik. Putri bungsunya bahkan sudah besar dan kini sudah memasuki sekolah menengah atas, tiga kakaknya yang lain sudah lulus dari perguruan tinggi dan sibuk dengan cita-cita mereka masing-masing.Nicholas tidak pernah terpikirkan sanggup menjalani kehidupan selama ini setelah berbagai macam badai yang dia lewati. Tentunya, bersama Shiren dia sanggup melewati segala hal."Melamun lagi? Agaknya lebih baik kita pergi berkencan daripada bosan di rumah. Ayo, aku sudah pesan tempat," celetuk Shiren membubarkan lamunan Nicholas.Ditariknya pinggang Shiren dengan lembut sampai tubuh itu jatuh dalam pangkuan Nicholas. Shiren hanya bisa diam dan menikmati rengkuhan hangat dari sang suami."Aku sangat mencintaimu, Shiren. Kamu segalanya untukku," lirih Nicholas tampak berhenti membelai lembut tubuh sang istri. "Aku juga. Aku juga sangat sangat mencintaimu," balas Shiren tak kalah lembut. Semakin tua Nicholas semakin manja dan
"Nicholas, Shiren jatuh!"Tiga kata keramat itu berhasil membuat nyawa Nicholas hampir lepas dari tempatnya. Kandungan Shiren sangat lemah, dan beberapa hari yang lalu dokter sempat berkata padanya kalau Shiren tidak boleh jatuh-jatuh lagi atau akibatnya sangat fatal. Dan saat ini, hal yang sama terulang kembali."Shiren, jangan tidur! Tatap mataku dan jangan pernah tidur! Lihat aku lihat aku, kamu pasti baik-baik saja, kamu dan anak kita pasti selamat. Jangan tutup matamu, Sayang, aku mohon. Katakan apapun yang kamu rasa dan jangan pernah tidur!" Nicholas terus mengoceh dengan kedua kaki terus melangkah membawa istrinya keluar dari rumah. Dan saat masuk ke dalam mobil, Shiren hampir-hampir hilang kesadaran kalau Nicholas tidak semakin kuat berteriak."Shiren, ingat anak-anak dan aku, Sayang. Kamu tidak boleh seperti ini, kamu harus sembuh dan jangan pernah berniat meninggalkan kami. Lihat aku, kamu kuat dan harus bisa bertahan seperti apapun sulitnya. Aku mohon jangan tidur," pinta N
Sepasang suami istri yang sedang berbuat mesum di salah satu gazebo pantai hampir saja terciduk oleh petugas keamanan. Beruntungnya mereka tidak sampai melepas pakaian dan dengan mudah menutupi inti diri agar tidak dilihat orang lain."Kami hanya duduk santai di sini, tidak macam-macam," ungkap Nicholas dengan raut wajah serius, berharap kalau dua petugas keamanan yang sedang menginterogasinya percaya."Baiklah, maafkan kami sudah mengganggu waktu Tuan dan Nyonya, mungkin tadi hanya perasaanku saja seperti mendengar suara-suara aneh. Di pantai daerah ini memang tidak boleh macam-macam, kami bukan budaya yang bebas," jelas salah satu dari mereka. Setelah tak ada lagi salah paham, mereka pun pergi."Astaga ... aku benar-benar malu! Bagaimana bisa kita hampir terciduk? Idemu sangat buruk," gerutu Shiren kesal luar biasa pada suaminya. Dia sudah tiga kali menolak ide gila Nicholas, namun pria ini tetap memaksa. Alhasil, hampir saja kelakuan buruk mereka diketahui oleh orang lain."Maafka
Anak-anak di rumah tak kalah antusias dari orang tuanya yang sedang pergi berlibur. Mereka juga diajak pergi oleh Cassie dan Robert setiap pulang sekolah dan selalu pulang malam. Meskipun lelah menghadapi tiga cucunya yang sangat aktif, tapi Cassie dan Robert sangat senang. Mereka sangat puas bermain dengan anak-anak."Nenek, kami dan ayah lebih nakal siapa? Kata ayah, kami tidak nakal dan sangat baik seperti ayah kecil. Memangnya ayah tidak nakal? Aku tidak percaya sebenarnya," ujar Bernard mengungkapkan rasa penasarannya selama ini. Sudah cukup lama dia ingin bertanya namun baru ingat lagi sekarang.Cassie dan Robert sontak saling bertukar tatapan, Robert hanya bisa mengendikkan bahu dan menyerahkan urusan anak-anak pada Cassie. Robert pergi mencari angin di luar."Tentu saja, ayah kalian sangat baik dan tidak nakal. Maka dari itu kalian pun menjadi anak-anak yang tak beda jauh dengan ayah sewaktu kecil. Tapi tetap saja, mengurus tiga anak sekaligus tentu lebih melelahkan. Maka dari
Selesai bercinta yang sangat membara, Shirren kembali diserang rasa lapar luar biasa. Namun sebelum keluar dari kamar, dia tak lupa untuk mengenakan pakaian tertutup dari leher sampai ujung kaki. Jangan sampai ada orang lain yang melihat motif polkadot di tubuhnya. "Anna, tolong buatkan paella dan churos, ya? Ah iya, buatkan juga espreso dan jus mangga," pinta Shiren pada pramugari yang melayani. Wanita bernama Anna itu langsung mengiyakan dan cepat-cepat pergi.Shiren tak langsung kembali ke kamar, dia berkeliling sebentar di dalam pesawat pribadi ini yang sangat luas dan nyaman. Sofa-sofa berbulu halus dan empuk itu berhasil mencuri perhatian Shiren."Ah ... pinggangku, sofa ini nyaman sekali," gumam Shiren setelah berhasil menemukan posisi nyaman di sofa tunggal yang sangat nyaman. Dia hampir tertidur jika Anna tidak datang membawa pesanan yang dia inginkan."Yang espreso tolong berikan pada suamiku." Anna lagi-lagi mengangguk patuh sambil menaruh paella, churos dan jus mangga yan
"Tidak akan kumaafkan." Tiga kalimat yang Nicholas lontarkan berhasil membuat Shiren menahan napas, memandang Nicholas dengan tatapan tak percaya. Shiren menarik sebelah lengan Nicholas untuk dia peluk, dengan mudah dia kembali merengek sambil mengusal-usalkan tubuhnya pada Nicholas seperti anak kucing."Janganlah begitu ... kamu bukan tipe suami tanpa maaf untuk istri, aku tahu itu. Aku sangat sangat meminta maaf padamu, Suamiku. Tolong maafkan aku." Shiren terus merengek dan tak peduli pada pramugari dan pramugara yang berlalu lalang di sekitarnya. "Tapi aku belum mau memaafkanmu, bagaimana? Aku juga sakit hati dituduh yang tidak-tidak dan terus dimarahi sepanjang jalan," balas Nicholas semakin membuat Shiren kelabakan. Meskipun sang suami tidak acuh dan tidak jahat padanya, tetapi selagi maaf belum dia dapatkan, rasanya tidak akan pernah ada ketenangan."Kapan kamu mau memaafkanku memangnya? Apakah ada satu syarat yang perlu aku lakukan agar kamu mau memaafkanku?" tanya Shiren l
Pihak keamanan restoran sangat pusing melayani nyonya Leonard yang menyebalkan, berulang kali melihat rekaman yang dia mau namun masih belum percaya juga."Kamu tidak disuap oleh suamiku, kan? Berapa banyak uang yang dia berikan untuk mengedit video sebenarnya? Akan kubayar sepuluh kali lipat asal kamu beri tahu aku yang asli, bagaimana?" tawar Shiren yang masih yakin suaminya ini berbohong.Dari rekaman yang dia lihat, memang Nicholas dan Lea sempat bersentuhan secara tidak sengaja. Tapi, rasanya dia masih belum yakin. Di pojok ruangan Nicholas hanya bisa diam menyaksikan bagaimana petugas keamanan bagian memantau cctv melayani istrinya. Dari raut wajahnya Nicholas sudah bisa menebak kalau petugas itu sudah sangat lelah. "Demi Tuhan aku tidak berbohong, Nyonya. Kami tidak pernah merekayasa rekaman-rekaman seperti ini karena sangat rumit dan bisa membuat sistem berubah-ubah. Dan juga tuan Nicholas tidak pernah menyuapku, kami saja bertemu baru kali ini," jelas petugas itu entah untu
"Heh! Kamu cari kesempatan ya?!" Nicholas reflek mendorong tubuh Lea yang semula menempel pada tubuhnya. Heels yang Lea kenakan terlalu tinggi, alhasil salah sedikit saja dia hampir jatuh.Lea hampir jatuh untuk yang kedua kalinya jika tidak ditolong oleh sopir Nicholas. Setelah bisa berdiri dengan benar, barulah Lea membalas Nicholas yang seenak hati menuduhnya."Kamu pikir aku mau menempel padamu seperti tadi? Kalau bisa, pantatku yang cantik ini lebih baik menyentuh lantai daripada menyentuhmu. Dasar pria aneh!" cecar Lea menatap marah pada Nicholas yang menurutnya sangat sembarangan. Nicholas menghela napas pelan dan memilih diam, sebenarnya tadi dia hanya terkejut. Rasanya sangat tidak nyaman saat tubuh wanita lain menyentuh dirinya. Padahal, dia tahu sendiri kalau tadi Lea benar-benar jatuh dan tidak sengaja."Baiklah, aku minta maaf. Terima kasih atas waktu dan penjelasanmu malam ini," putus Nicholas sebelum masuk ke dalam mobil miliknya. Lea hanya mengangguk singkat dan dia