Shiren duduk di pangkuan Nicholas, menyadarkan tubuhnya lalu meminta pria itu untuk mengusap perutnya seperti biasa. "Manja sekali," ucap Nicholas seraya menuruti apa yang Shiren inginkan. Kedua tangannya dimasukkan ke dalam pakaian yang Shiren gunakan supaya bisa bersentuhan langsung dengan kulit perutnya yang lembut."Aku ingin mengatakan sesuatu padamu."Sebelah alis Nicholas terangkat tanda heran. Sepertinya, apa yang akan Shiren katakan kali ini cukup penting. "Katakan saja. Tidak biasa kamu memberi aba-aba seperti ini. Sangat penting, ya?"Shiren mengangguk. "Ya, apa yang akan aku katakan ini adalah rahasia orang tuamu selama ini. Kamu pasti terkejut."Nicholas semakin penasaran dibuatnya. Dia tidak tahu rahasia apa yang dimaksud oleh Shiren. Dan, kenapa Shiren yang lebih tahu dibandingkan dirinya?"Cepat katakan, kamu sengaja membuatku penasaran, ya?" Nicholas benar-benar tak tahan ingin tahu. Shiren yang masih diam berpikir pun berdecak kesal."Tidak sabar sekali, sih! Aku ti
Ciuman itu mendadak terlepas ketika mendengar suara benda jatuh di sekitar mereka. Shiren dan Nicholas spontan menoleh, menatap Cassie yang tampak malu-malu telah memergoki anak dan menantunya yang sedang bermesraan."Lanjutkan, lanjutkan saja tidak apa-apa. Ibu hanya ingin ambil ini," ucap Cassie sambil membawa benda yang menjadi tujuannya sedari tadi. Cassie sangat menyesal tidak memerhatikan keadaan sekitarnya terlebih dahulu. Tahu jika ada dua manusia ini, dia memilih mengambilnya nanti.Shiren tak sanggup menunjukkan wajahnya pada Cassie. Dia menunduk malu dengan wajah yang sudah sepenuhnya memerah. Dia sangat malu!"Ibu sudah pergi, mau dilanjutkan lagi?"Shiren menggeleng cepat, dia segera turun dari pangkuan Nicholas dan bergegas memasuki lift. Sepertinya, dia trauma bermesraan di luar kamar. Tak lama, Nicholas pun menyusul sambil tertawa kecil. Sepertinya Shiren belum terbiasa dan masih malu-malu jika di hadapan keluarganya."Oh ... kamu mau langsung ke permainan inti?" sind
Pagi sekali Shiren sudah bangun dan tampak semangat memulai harinya yang baru. Mulai hari ini, dia bertekad akan menjadi istri yang baik. Dia akan membuat sarapan, bekal makan siang, dan makanan lain yang akan dibawa oleh Nicholas ketika bekerja. Ah, belum memulai saja dia sudah sangat bahagia!"Aku harus menjadi istri yang sempurna untuk suamiku!" ucap Shiren menyemangati dirinya sendiri. Dia baru saja selesai mandi pagi dan bersiap berkecimpung di dapur. "Kamu mau ke mana?" Shiren yang hampir keluar dari pintu mengurungkan niat ketika Nicholas bertanya. Dia kira, suaminya itu belum bangun."Aku mau membuat sarapan dan bekal makan siang untukmu. Tidurlah lagi, ini masih cukup pagi," jawab Shiren yang setelahnya segera pergi dari sana. Nicholas pun tak berani membantah, dia ikut senang melihat Shiren yang sangat bersemangat. Sepertinya, dia sudah tidak bisa tidur lagi. Tidak ada Shiren sama dengan tidak bisa tidur."Aku juga tidak boleh kalah semangat dengan istriku," gumam Nichola
Shiren mengantarkan Nicholas sampai teras depan seperti Cassie dan Robert lakukan. Pasangan suami istri itu tampak romantis melakukan perpisahan untuk sementara waktu. "Titip Shiren, Bu. Nanti kalau Ibu sudah lelah menjaganya kirim ke perusahaan saja, nanti aku yang urus," kelakar Nicholas sengaja memancing Shiren yang tampak sendu. Tiba-tiba saja wanita hamil itu merasa sedih karena seharian ini dia tidak ditemani sang suami. Hal yang paling tidak bisa Nicholas biarkan.Wajah Shiren yang awalnya sendu pun berubah menjadi masam. Dia reflek memukul lengan sang suami karena kesal."Aku bukan kamu yang sangat menyebalkan! Ibu lebih pandai mengurusku daripada kamu!" ketus Shiren memandang penuh permusuhan pada sang suami. Tahu begini dia suruh Nicholas pergi saja dari tadi.Cassie juga reflek mencubit pinggang Nicholas, dia juga ikut kesal mendengar ucapan anaknya ini. "Istrimu ini sangat baik! Kamu saja menyebalkan," kesalnya.Nicholas hanya pura-pura mengaduh mendapat serangan dari dua
"Kapan kamu mau mengambil alih semuanya? Ayah sudah tua kalau kamu lupa," celetuk Robert pada sang anak yang ada di sebelahnya. Nicholas tampak sibuk membuka berbagai macam berkas. Dia menoleh, menatap kesal pada Robert."Kalau begini saja kamu ingat sudah tua. Kemarin-kemarin ke mana? Lagaknya ingin membawa ibu bulan madu," celetuk Nicholas kesal. Kemarin juga dia tidak sengaja mendengar percakapan Robert dan Cassie, mereka berencana akan pergi bulan madu setelah dirinya resmi menggantikan Robert seutuhnya. Pria tua ini memang sedikit licik. "Dari mana kamu tahu?" tanya Robert, dia tidak merasa telah membocorkan rencana ini pada siapapun, apalagi Nicholas."Aku punya pendengaran yang tajam. Tentu saja aku mendengar percakapan Ayah dan Ibu kemarin. Ayah ingin aku cepat-cepat menggantikanmu karena ingin fokus bermesraan dengan Ibu, kan? Kalian sangat tega menguras tenagaku," cerocos Nicholas seolah menjadi anak yang paling tersakiti.Dua bola-bola kertas buatan Robert sontak melayang
Sepulangnya dari kantor, Nicholas dikejutkan oleh keadaan Shiren yang tiba-tiba menurun. Suhu tubuh Shiren meninggi disertai menggigil. Entah apa penyebabnya, yang pasti semua orang sangat panik sekarang."Love, ini aku. Kita ke dokter sekarang, ya?" Nicholas mencoba membangunkan Shiren yang tampak memejamkan mata. Wajah Shiren terlihat sangat pucat disertai tubuhnya yang panas.Perlahan kedua mata indah itu terbuka ketika tubuhnya terasa digerakkan oleh orang lain. Bisa Shiren lihat kepanikan yang tercipta di wajah suaminya serta orang-orang di sekitarnya. "Hey, aku tidak apa-apa. Aku hanya butuh istirahat, ini hanya flu biasa, Sayang." Shiren pun berusaha untuk menenangkan sang suami. Tubuhnya yang hampir digendong pun kembali diturunkan oleh Nicholas. "Tubuhmu panas, kamu harus segera ditangani dokter," ucap Nicholas yang masih kukuh dengan pendiriannya. Dia beralih menelepon dokter karena Shiren tidak mau dibawa ke rumah sakit. Cassie pun tiba dengan membawa wadah berisi air di
Sehabis mandi, Nicholas dilarang mengenakan pakaian oleh Shiren. Pria itu dibuat tak berkuntik ketika tubuh tanpa busananya dipeluk erat oleh sang istri. Sebenarnya dia tidak masalah selagi Shiren senang, tetapi apakah wanita itu tidak sadar akan bahaya yang mengancam?"Ck, tolong jangan menusuk perutku!"Tanpa diduga Shiren justru berusaha menyingkirkan sesuatu yang sudah menegang sedari tadi. Perut Shiren yang sejajar dengan benda pusaka sang suami membuat wanita itu merasa geli sekaligus sedikit tidak nyaman.Nicholas berusaha setenang mungkin."Kalau begitu izinkan aku memakai pakaian dulu supaya kamu lebih nyaman. Kamu sangat licik membiarkanku telanjang seperti ini," ujar Nicholas berusaha merayu sang istri. Sayangnya, Shiren tetap keras kepala."Aku tetap nyaman. Sudahlah, abaikan saja dia."Nicholas pun hanya bisa pasrah meratapi nasibnya yang malang. Dia pun pura-pura baik-baik saja meskipun sejujurnya dia sudah tak tahan ingin menerkam istrinya."Kamu belum makan malam, ya?"
"Nicholas?"Bukan hanya Nicholas yang menoleh ketika namanya dipanggil, melainkan Shiren, Cassie juga Robert. Seorang wanita yang tampak tak asing di mata Nicholas dan keluarganya, namun sangat asing di mata Shiren. Wanita itu pun semakin mendekat dan menyapa orang-orang yang dikenalnya. "Kamu Lily, kan?" tanya Cassie tepat sasaran. Wanita cantik bernama Lily itu pun mengangguk semangat."Bibi masih mengingatku, ya? Benar, aku Lily teman Nicholas dulu. Sejak kapan anak nakal ini ada di sini?" tanya Lily yang terlihat sangat akrab. Hanya Shiren yang tidak tahu apa-apa di sini.Nicholas berdecih sebal. "Kamu mengataiku anak nakal? Kamu bahkan lebih nakal dariku. Ah, bertemu denganmu membuatku kesal," gerutu Nicholas seraya memutar bola mata malas. "Duduk dulu bagaimana? Istri Nicholas sedang hamil, dia mudah lelah jika berdiri terlalu lama," ucap Cassie membuat atensi Lily tertuju pada seorang wanita berperut buncit di sebelah Nicholas. P
"Ohh, Sayang, kenapa kamu tidak menua sama sekali?" tanya Shiren dengan suara sensual saat merasakan badai kenikmatan yang tidak berkesudahan dari sang suami. Melihat bagaimana gagahnya pria ini memberikan sentuhan cinta yang tak pernah berubah dari awal mereka bersama. Nicholas mencecap habis seluruh rongga mulut Shiren seakan ingin menyatukan dua raga yang berbeda. Dan untuk yang ke sekian kalinya, mereka menikmati puncak kenikmatan bersamaan dengan rasa cinta yang semakin meluap.Nicholas ambruk di samping sang istri, memandang penuh bahagia pada seorang wanita yang sangat berarti di hidupnya."Harusnya aku yang bertanya seperti itu, Shiren. Kamu seperti vampir yang tidak pernah tua. Wajahmu saat masih gadis masih bisa aku lihat sekarang," balas Nicholas tak kalah pandai memuja sang pujaan hati.Shiren semakin menempel pada Nicholas seraya terkikik geli, dia naik ke atas perut Nicholas lalu berbaring di sana. "Andai aku bisa hamil lagi, aku rindu saat-saat mengandung dan dimanja
Nicholas memandang haru foto keempat anaknya yang tumbuh dengan sangat baik. Putri bungsunya bahkan sudah besar dan kini sudah memasuki sekolah menengah atas, tiga kakaknya yang lain sudah lulus dari perguruan tinggi dan sibuk dengan cita-cita mereka masing-masing.Nicholas tidak pernah terpikirkan sanggup menjalani kehidupan selama ini setelah berbagai macam badai yang dia lewati. Tentunya, bersama Shiren dia sanggup melewati segala hal."Melamun lagi? Agaknya lebih baik kita pergi berkencan daripada bosan di rumah. Ayo, aku sudah pesan tempat," celetuk Shiren membubarkan lamunan Nicholas.Ditariknya pinggang Shiren dengan lembut sampai tubuh itu jatuh dalam pangkuan Nicholas. Shiren hanya bisa diam dan menikmati rengkuhan hangat dari sang suami."Aku sangat mencintaimu, Shiren. Kamu segalanya untukku," lirih Nicholas tampak berhenti membelai lembut tubuh sang istri. "Aku juga. Aku juga sangat sangat mencintaimu," balas Shiren tak kalah lembut. Semakin tua Nicholas semakin manja dan
"Nicholas, Shiren jatuh!"Tiga kata keramat itu berhasil membuat nyawa Nicholas hampir lepas dari tempatnya. Kandungan Shiren sangat lemah, dan beberapa hari yang lalu dokter sempat berkata padanya kalau Shiren tidak boleh jatuh-jatuh lagi atau akibatnya sangat fatal. Dan saat ini, hal yang sama terulang kembali."Shiren, jangan tidur! Tatap mataku dan jangan pernah tidur! Lihat aku lihat aku, kamu pasti baik-baik saja, kamu dan anak kita pasti selamat. Jangan tutup matamu, Sayang, aku mohon. Katakan apapun yang kamu rasa dan jangan pernah tidur!" Nicholas terus mengoceh dengan kedua kaki terus melangkah membawa istrinya keluar dari rumah. Dan saat masuk ke dalam mobil, Shiren hampir-hampir hilang kesadaran kalau Nicholas tidak semakin kuat berteriak."Shiren, ingat anak-anak dan aku, Sayang. Kamu tidak boleh seperti ini, kamu harus sembuh dan jangan pernah berniat meninggalkan kami. Lihat aku, kamu kuat dan harus bisa bertahan seperti apapun sulitnya. Aku mohon jangan tidur," pinta N
Sepasang suami istri yang sedang berbuat mesum di salah satu gazebo pantai hampir saja terciduk oleh petugas keamanan. Beruntungnya mereka tidak sampai melepas pakaian dan dengan mudah menutupi inti diri agar tidak dilihat orang lain."Kami hanya duduk santai di sini, tidak macam-macam," ungkap Nicholas dengan raut wajah serius, berharap kalau dua petugas keamanan yang sedang menginterogasinya percaya."Baiklah, maafkan kami sudah mengganggu waktu Tuan dan Nyonya, mungkin tadi hanya perasaanku saja seperti mendengar suara-suara aneh. Di pantai daerah ini memang tidak boleh macam-macam, kami bukan budaya yang bebas," jelas salah satu dari mereka. Setelah tak ada lagi salah paham, mereka pun pergi."Astaga ... aku benar-benar malu! Bagaimana bisa kita hampir terciduk? Idemu sangat buruk," gerutu Shiren kesal luar biasa pada suaminya. Dia sudah tiga kali menolak ide gila Nicholas, namun pria ini tetap memaksa. Alhasil, hampir saja kelakuan buruk mereka diketahui oleh orang lain."Maafka
Anak-anak di rumah tak kalah antusias dari orang tuanya yang sedang pergi berlibur. Mereka juga diajak pergi oleh Cassie dan Robert setiap pulang sekolah dan selalu pulang malam. Meskipun lelah menghadapi tiga cucunya yang sangat aktif, tapi Cassie dan Robert sangat senang. Mereka sangat puas bermain dengan anak-anak."Nenek, kami dan ayah lebih nakal siapa? Kata ayah, kami tidak nakal dan sangat baik seperti ayah kecil. Memangnya ayah tidak nakal? Aku tidak percaya sebenarnya," ujar Bernard mengungkapkan rasa penasarannya selama ini. Sudah cukup lama dia ingin bertanya namun baru ingat lagi sekarang.Cassie dan Robert sontak saling bertukar tatapan, Robert hanya bisa mengendikkan bahu dan menyerahkan urusan anak-anak pada Cassie. Robert pergi mencari angin di luar."Tentu saja, ayah kalian sangat baik dan tidak nakal. Maka dari itu kalian pun menjadi anak-anak yang tak beda jauh dengan ayah sewaktu kecil. Tapi tetap saja, mengurus tiga anak sekaligus tentu lebih melelahkan. Maka dari
Selesai bercinta yang sangat membara, Shirren kembali diserang rasa lapar luar biasa. Namun sebelum keluar dari kamar, dia tak lupa untuk mengenakan pakaian tertutup dari leher sampai ujung kaki. Jangan sampai ada orang lain yang melihat motif polkadot di tubuhnya. "Anna, tolong buatkan paella dan churos, ya? Ah iya, buatkan juga espreso dan jus mangga," pinta Shiren pada pramugari yang melayani. Wanita bernama Anna itu langsung mengiyakan dan cepat-cepat pergi.Shiren tak langsung kembali ke kamar, dia berkeliling sebentar di dalam pesawat pribadi ini yang sangat luas dan nyaman. Sofa-sofa berbulu halus dan empuk itu berhasil mencuri perhatian Shiren."Ah ... pinggangku, sofa ini nyaman sekali," gumam Shiren setelah berhasil menemukan posisi nyaman di sofa tunggal yang sangat nyaman. Dia hampir tertidur jika Anna tidak datang membawa pesanan yang dia inginkan."Yang espreso tolong berikan pada suamiku." Anna lagi-lagi mengangguk patuh sambil menaruh paella, churos dan jus mangga yan
"Tidak akan kumaafkan." Tiga kalimat yang Nicholas lontarkan berhasil membuat Shiren menahan napas, memandang Nicholas dengan tatapan tak percaya. Shiren menarik sebelah lengan Nicholas untuk dia peluk, dengan mudah dia kembali merengek sambil mengusal-usalkan tubuhnya pada Nicholas seperti anak kucing."Janganlah begitu ... kamu bukan tipe suami tanpa maaf untuk istri, aku tahu itu. Aku sangat sangat meminta maaf padamu, Suamiku. Tolong maafkan aku." Shiren terus merengek dan tak peduli pada pramugari dan pramugara yang berlalu lalang di sekitarnya. "Tapi aku belum mau memaafkanmu, bagaimana? Aku juga sakit hati dituduh yang tidak-tidak dan terus dimarahi sepanjang jalan," balas Nicholas semakin membuat Shiren kelabakan. Meskipun sang suami tidak acuh dan tidak jahat padanya, tetapi selagi maaf belum dia dapatkan, rasanya tidak akan pernah ada ketenangan."Kapan kamu mau memaafkanku memangnya? Apakah ada satu syarat yang perlu aku lakukan agar kamu mau memaafkanku?" tanya Shiren l
Pihak keamanan restoran sangat pusing melayani nyonya Leonard yang menyebalkan, berulang kali melihat rekaman yang dia mau namun masih belum percaya juga."Kamu tidak disuap oleh suamiku, kan? Berapa banyak uang yang dia berikan untuk mengedit video sebenarnya? Akan kubayar sepuluh kali lipat asal kamu beri tahu aku yang asli, bagaimana?" tawar Shiren yang masih yakin suaminya ini berbohong.Dari rekaman yang dia lihat, memang Nicholas dan Lea sempat bersentuhan secara tidak sengaja. Tapi, rasanya dia masih belum yakin. Di pojok ruangan Nicholas hanya bisa diam menyaksikan bagaimana petugas keamanan bagian memantau cctv melayani istrinya. Dari raut wajahnya Nicholas sudah bisa menebak kalau petugas itu sudah sangat lelah. "Demi Tuhan aku tidak berbohong, Nyonya. Kami tidak pernah merekayasa rekaman-rekaman seperti ini karena sangat rumit dan bisa membuat sistem berubah-ubah. Dan juga tuan Nicholas tidak pernah menyuapku, kami saja bertemu baru kali ini," jelas petugas itu entah untu
"Heh! Kamu cari kesempatan ya?!" Nicholas reflek mendorong tubuh Lea yang semula menempel pada tubuhnya. Heels yang Lea kenakan terlalu tinggi, alhasil salah sedikit saja dia hampir jatuh.Lea hampir jatuh untuk yang kedua kalinya jika tidak ditolong oleh sopir Nicholas. Setelah bisa berdiri dengan benar, barulah Lea membalas Nicholas yang seenak hati menuduhnya."Kamu pikir aku mau menempel padamu seperti tadi? Kalau bisa, pantatku yang cantik ini lebih baik menyentuh lantai daripada menyentuhmu. Dasar pria aneh!" cecar Lea menatap marah pada Nicholas yang menurutnya sangat sembarangan. Nicholas menghela napas pelan dan memilih diam, sebenarnya tadi dia hanya terkejut. Rasanya sangat tidak nyaman saat tubuh wanita lain menyentuh dirinya. Padahal, dia tahu sendiri kalau tadi Lea benar-benar jatuh dan tidak sengaja."Baiklah, aku minta maaf. Terima kasih atas waktu dan penjelasanmu malam ini," putus Nicholas sebelum masuk ke dalam mobil miliknya. Lea hanya mengangguk singkat dan dia