Shiren terbangun seperti orang linglung. Sebelumnya dia tidur di pelukan Nicholas, kan? Dia tidak mimpi, kan? Sekarang, ke mana pria itu?Tak ingin terus penasaran, Shiren pun segera keluar dari kamar dan mencari keberadaan sang suami. Dia tidak biasa ditinggal-tinggal seperti ini oleh Nicholas. Dia sedikit merasa kehilangan. Apalagi ketika dia belum juga berhasil menemukan Nicholas di tempat-temat yang biasa Nicholas tempati."Jade, di mana Nicholas?" tanya Shiren pada salah satu pelayannya yang sedang membersihkan teras depan.Jade yang merasa dipanggil pun menoleh. "Tuan tadi hanya menitip pesan jika beliau ingin keluar sebentar, Nyonya. Tuan tidak mengatakan akan pergi ke mana," jawab Jade penuh sopan santun. Shiren mengangguk kecil, dia menyuruh Jade kembali melanjutkan pekerjaan. Belum sempat Shiren kembali masuk, suara gerbang terbuka dan mesin mobil menyala membuat dia mengurungkan niatnya. Mobil Nicholas. Shiren pun memilih menunggu di teras. Dia juga meminta Jade agar mel
Meskipun tadi Shiren menolak mati-matian dan berlagak sangat jual mahal, pada akhirnya wanita itu tetap manut dalam pelukan Nicholas. Shiren juga tengah mengoceh ke sana ke mari membicarakan sang mantan yang sangat menyebalkan."Ternyata kamu sebodoh itu," celetuk Nicholas setelah mendengar betapa bodohnya Shiren. Wanita ini sangat banyak dimanfaatkan.Kali ini Shiren tidak marah dikatai bodoh. Toh memang kenyataannya, kan?"Aku menyesal sudah menangis meraung-raung untuk pria seperti itu. Rugi sekali!" Shiren yang terbawa kesal pun sampai tak sadar memukul dada Nicholas. Bukannya kesakitan, Nicholas justru tertawa. Wanita ini sangat lucu."Jangan diulangi lagi. Kamu terlalu berharga," ucap Nicholas seraya menduil hidung mungil Shiren. Hati Shiren sangat menghangat, dia tersenyum begitu manis dan mengangguk patuh. Matanya tak sengaja melirik ke arah jam dinding, waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam."Besok aku harus cek up rutin ke dokter. Mau ikut tidak?" tanya Nicholas mengingat
Nicholas tertawa kecil merasakan pelukan pada tubuhnya semakin erat. Tanda jika Shiren semakin tegang. Padahal, dokter hanya mengambil sedikit darah untuk dijadikan sample. "Selesai," ucap Dokter setelah berhasil mengambil darah Shiren. Shiren pun berusaha kembali tenang, usapan halus pada kepalanya pun sangat berpengaruh besar untuk sebuah ketenangan."Tidak sakit, kan?" tanya Nicholas tanpa berhenti mengusap kepala Shiren. Shiren menggeleng pelan, dia juga mulai melepaskan diri dari pelukan Nicholas. Nicholas juga segera mengambilkan satu botol minum untuk Shiren. "Minum dulu, sebentar lagi dokter akan memberikan hasilnya." Shiren pun dengan patuh meminum air mineral itu. Mungkin jika tidak ditemani, sudah sedari tadi dia kabur. Kemudian hasilnya pun keluar, Shiren dinyatakan bersih dan normal. Shiren pun merasa lega, sedari tadi dia tak hanya ketakutan disuntik, tapi juga takut hasil pemeriksaannya buruk. Setelah selesai, mereka pun bergegas pulang. Pemeriksaan Nicholas send
Sepanjang perjalanan Nicholas dibuat tidak fokus oleh Shiren. Pakaian Shiren yang basah mencetak jelas bentuk tubuh indah wanita itu. Apalagi pakaiannya sedikit menerawang dan berwarna putih, dia bisa melihat dengan jelas benda lain berwarna hitam berenda. Nicholas semakin mempercepat laju kendaraannya. Dia ingin segera sampai dan berhenti melihat Shiren dalam keadaan seperti ini.Shiren sendiri mulai merasakan pusing di kepala. Dia memang tidak terlalu tahan air hujan. Setelah berada di depan rumah, dua pelayan pun tiba membawakan payung. Hujan masih turun cukup deras. Nicholas dan Shiren segera keluar dari mobil. Melihat Shiren yang berjalan sempoyongan membuat Nicholas tak tega. Dia membiarkan tubuhnya kehujanan lagi agar bisa menggendong Shiren sampai dalam rumah. Di kamarnya pun seorang pelayan sudah menyiapkan air hangat."Mandilah, setelah ini makan dan minum obat," ucap Nicholas seraya menempatkan Shiren di dalam bathtube. Setelah memastikan Shiren aman, Nicholas segera mas
Shiren meraba tempat tidur yang ada di sampingnya. Dia mencari Nicholas yang tidak terasa masih memeluknya seperti sebelumnya. Perlahan, kedua mata Shiren terbuka. Sedari tadi dia meraba, dia tidak merasakan sesuatu lain selain bantal. Ke mana Nicholas? Waktu baru menunjukkan pukul lima pagi, sedangkan Nicholas sudah tidak ada entah ke mana.Shiren bergerak untuk duduk, dia meregangkan tubuhnya terlebih dahulu sebelum mencari Nicholas. Beruntung demamnya sudah turun dan terasa jauh lebih baik dari semalam. The power of pelukan Nicholas!"Nicholas?" panggil Shiren seraya membuka kamar sang suami. Kosong. Kamar mandi ataupun balkon juga kosong. Shiren masih berusaha berpikir tenang, dia pun bergegas menuju dapur. Dia pikir Nicholas sedang membuat sarapan atau apalah itu.Sayangnya, harapan Shiren kembali pupus. Di dapurnya hanya ada para pelayan yang mulai sibuk membuat sarapan. Di mana Nicholas? Shiren pun kembali kamar dan mencari ponselnya. Dia segera mencari nomor Nicholas dan menc
Terhitung dua hari Nicholas pergi, keadaan Shiren tidak bisa dikatakan baik-baik saja. Wanita itu tidak makan dengan teratur, jam tidurnya terganggu, tidak memiliki aktivitas lain selain melamun. "Kamu merindukan Nicholas?" Mendengar suara sang kakek membuat Shiren segera menoleh. Dia hanya melirik pria itu sejenak yang ikut duduk di sampingnya. Saat ini mereka berada di balkon kamar Nicholas. Entah mengapa Shiren lebih menyukai kamar pria itu dibandingkan kamarnya sendiri."Apakah tidak wajar aku merasa kehilangan seseorang yang selalu ada di sampingku, Kek? Dia bagai hilang tertelan bumi," jawab Shiren dengan tatapan kosong ke depan. Domenico tak menjawab banyak, dia hanya bisa mengangguk singkat. Pencarian masih dilakukan, orang-orangnya juga ikut turun tangan. Namun, hasilnya tetap nihil. Tidak ada tanda sekecil apapun yang bisa membantunya dalam pencarian Nicholas.Sedangkan Nicholas di seberang sana diserang duka yang tak kunjung reda. Dia terpukul berat setelah mengetahui ji
"Halo, ini siapa ya?"Shiren meradang mendengar pertanyaan dari seorang wanita di seberang sana. Dia menelepon Nicholas, kenapa bukan suara pria itu yang dia dengar?Ponsel Shiren pun berakhir hancur di lantai kamar, dia merasa sangat kecewa dan terluka. "Kamu pergi begitu saja karena seorang wanita?" Tubuh Shiren bergetar kuat menahan tangis, dia sudah berjanji tidak akan menangisi pria brengsek siapa pun itu. Baginya, Nicholas tak berbeda jauh dengan Jovan. Mereka sama-sama berlagak baik padanya, namun di belakang, ya ... seperti itu.Lagi-lagi Shiren dibuat patah hati. Wanita itu bingung ingin melampiaskan rasa sakit hatinya pada apa. Pikirannya pun langsung tertuju pada sebuah tempat yang sudah lama tidak dia kunjungi. Tempat terlarang yang sedari dulu dilarang oleh keluarganya atau pun Jovan. "Dasar para pria tidak tahu diri!"Shiren bergegas berganti pakaian menggunakan pakaian yang lebih pas. Ya, ini hidupnya. Dia akan mencari kebahagiaannya sendiri tanpa bergantung pada pri
Awalnya Nicholas hanya ingin membungkam. Namun tidak disangka jika Shiren mengganas. Kedua lengan Shiren mengalung pada lehernya, menekan tengkuk sehingga ciuman itu semakin dalam. Beberapa detik membiarkan Shiren mendominasi, Nicholas akhirnya mengambil alih permainan. Wanita satu ini harus diberi pelajaran. Napas keduanya terengah-engah setelah tautan itu terputus. Kedua bola mata Shiren menatap nanar sosok yang ada di depannya. Dia sangat kecewa pada sosok ini."Kenapa kamu pergi begitu saja? Kamu tidak memikirkan perasaanku. Aku khawatir, aku tidak bisa tenang selama kamu tidak ada. Kamu ke mana? Kenapa tadi teleponku yang mengangkat seorang wanita?" tanya Shiren dengan air mata yang mulai bercucuran. Nicholas tak menjawab, dia justru mengecup cukup lama dahi Shiren. Kedua mata Shiren sampai terpejam menikmati hangat bibir Nicholas menyentuh dahinya. Dia seperti berada di alam mimpi."Nanti kujelaskan di rumah. Sekarang kita pulang, ya? Ibu bisa marah jika tahu kamu pergi ke te
"Ohh, Sayang, kenapa kamu tidak menua sama sekali?" tanya Shiren dengan suara sensual saat merasakan badai kenikmatan yang tidak berkesudahan dari sang suami. Melihat bagaimana gagahnya pria ini memberikan sentuhan cinta yang tak pernah berubah dari awal mereka bersama. Nicholas mencecap habis seluruh rongga mulut Shiren seakan ingin menyatukan dua raga yang berbeda. Dan untuk yang ke sekian kalinya, mereka menikmati puncak kenikmatan bersamaan dengan rasa cinta yang semakin meluap.Nicholas ambruk di samping sang istri, memandang penuh bahagia pada seorang wanita yang sangat berarti di hidupnya."Harusnya aku yang bertanya seperti itu, Shiren. Kamu seperti vampir yang tidak pernah tua. Wajahmu saat masih gadis masih bisa aku lihat sekarang," balas Nicholas tak kalah pandai memuja sang pujaan hati.Shiren semakin menempel pada Nicholas seraya terkikik geli, dia naik ke atas perut Nicholas lalu berbaring di sana. "Andai aku bisa hamil lagi, aku rindu saat-saat mengandung dan dimanja
Nicholas memandang haru foto keempat anaknya yang tumbuh dengan sangat baik. Putri bungsunya bahkan sudah besar dan kini sudah memasuki sekolah menengah atas, tiga kakaknya yang lain sudah lulus dari perguruan tinggi dan sibuk dengan cita-cita mereka masing-masing.Nicholas tidak pernah terpikirkan sanggup menjalani kehidupan selama ini setelah berbagai macam badai yang dia lewati. Tentunya, bersama Shiren dia sanggup melewati segala hal."Melamun lagi? Agaknya lebih baik kita pergi berkencan daripada bosan di rumah. Ayo, aku sudah pesan tempat," celetuk Shiren membubarkan lamunan Nicholas.Ditariknya pinggang Shiren dengan lembut sampai tubuh itu jatuh dalam pangkuan Nicholas. Shiren hanya bisa diam dan menikmati rengkuhan hangat dari sang suami."Aku sangat mencintaimu, Shiren. Kamu segalanya untukku," lirih Nicholas tampak berhenti membelai lembut tubuh sang istri. "Aku juga. Aku juga sangat sangat mencintaimu," balas Shiren tak kalah lembut. Semakin tua Nicholas semakin manja dan
"Nicholas, Shiren jatuh!"Tiga kata keramat itu berhasil membuat nyawa Nicholas hampir lepas dari tempatnya. Kandungan Shiren sangat lemah, dan beberapa hari yang lalu dokter sempat berkata padanya kalau Shiren tidak boleh jatuh-jatuh lagi atau akibatnya sangat fatal. Dan saat ini, hal yang sama terulang kembali."Shiren, jangan tidur! Tatap mataku dan jangan pernah tidur! Lihat aku lihat aku, kamu pasti baik-baik saja, kamu dan anak kita pasti selamat. Jangan tutup matamu, Sayang, aku mohon. Katakan apapun yang kamu rasa dan jangan pernah tidur!" Nicholas terus mengoceh dengan kedua kaki terus melangkah membawa istrinya keluar dari rumah. Dan saat masuk ke dalam mobil, Shiren hampir-hampir hilang kesadaran kalau Nicholas tidak semakin kuat berteriak."Shiren, ingat anak-anak dan aku, Sayang. Kamu tidak boleh seperti ini, kamu harus sembuh dan jangan pernah berniat meninggalkan kami. Lihat aku, kamu kuat dan harus bisa bertahan seperti apapun sulitnya. Aku mohon jangan tidur," pinta N
Sepasang suami istri yang sedang berbuat mesum di salah satu gazebo pantai hampir saja terciduk oleh petugas keamanan. Beruntungnya mereka tidak sampai melepas pakaian dan dengan mudah menutupi inti diri agar tidak dilihat orang lain."Kami hanya duduk santai di sini, tidak macam-macam," ungkap Nicholas dengan raut wajah serius, berharap kalau dua petugas keamanan yang sedang menginterogasinya percaya."Baiklah, maafkan kami sudah mengganggu waktu Tuan dan Nyonya, mungkin tadi hanya perasaanku saja seperti mendengar suara-suara aneh. Di pantai daerah ini memang tidak boleh macam-macam, kami bukan budaya yang bebas," jelas salah satu dari mereka. Setelah tak ada lagi salah paham, mereka pun pergi."Astaga ... aku benar-benar malu! Bagaimana bisa kita hampir terciduk? Idemu sangat buruk," gerutu Shiren kesal luar biasa pada suaminya. Dia sudah tiga kali menolak ide gila Nicholas, namun pria ini tetap memaksa. Alhasil, hampir saja kelakuan buruk mereka diketahui oleh orang lain."Maafka
Anak-anak di rumah tak kalah antusias dari orang tuanya yang sedang pergi berlibur. Mereka juga diajak pergi oleh Cassie dan Robert setiap pulang sekolah dan selalu pulang malam. Meskipun lelah menghadapi tiga cucunya yang sangat aktif, tapi Cassie dan Robert sangat senang. Mereka sangat puas bermain dengan anak-anak."Nenek, kami dan ayah lebih nakal siapa? Kata ayah, kami tidak nakal dan sangat baik seperti ayah kecil. Memangnya ayah tidak nakal? Aku tidak percaya sebenarnya," ujar Bernard mengungkapkan rasa penasarannya selama ini. Sudah cukup lama dia ingin bertanya namun baru ingat lagi sekarang.Cassie dan Robert sontak saling bertukar tatapan, Robert hanya bisa mengendikkan bahu dan menyerahkan urusan anak-anak pada Cassie. Robert pergi mencari angin di luar."Tentu saja, ayah kalian sangat baik dan tidak nakal. Maka dari itu kalian pun menjadi anak-anak yang tak beda jauh dengan ayah sewaktu kecil. Tapi tetap saja, mengurus tiga anak sekaligus tentu lebih melelahkan. Maka dari
Selesai bercinta yang sangat membara, Shirren kembali diserang rasa lapar luar biasa. Namun sebelum keluar dari kamar, dia tak lupa untuk mengenakan pakaian tertutup dari leher sampai ujung kaki. Jangan sampai ada orang lain yang melihat motif polkadot di tubuhnya. "Anna, tolong buatkan paella dan churos, ya? Ah iya, buatkan juga espreso dan jus mangga," pinta Shiren pada pramugari yang melayani. Wanita bernama Anna itu langsung mengiyakan dan cepat-cepat pergi.Shiren tak langsung kembali ke kamar, dia berkeliling sebentar di dalam pesawat pribadi ini yang sangat luas dan nyaman. Sofa-sofa berbulu halus dan empuk itu berhasil mencuri perhatian Shiren."Ah ... pinggangku, sofa ini nyaman sekali," gumam Shiren setelah berhasil menemukan posisi nyaman di sofa tunggal yang sangat nyaman. Dia hampir tertidur jika Anna tidak datang membawa pesanan yang dia inginkan."Yang espreso tolong berikan pada suamiku." Anna lagi-lagi mengangguk patuh sambil menaruh paella, churos dan jus mangga yan
"Tidak akan kumaafkan." Tiga kalimat yang Nicholas lontarkan berhasil membuat Shiren menahan napas, memandang Nicholas dengan tatapan tak percaya. Shiren menarik sebelah lengan Nicholas untuk dia peluk, dengan mudah dia kembali merengek sambil mengusal-usalkan tubuhnya pada Nicholas seperti anak kucing."Janganlah begitu ... kamu bukan tipe suami tanpa maaf untuk istri, aku tahu itu. Aku sangat sangat meminta maaf padamu, Suamiku. Tolong maafkan aku." Shiren terus merengek dan tak peduli pada pramugari dan pramugara yang berlalu lalang di sekitarnya. "Tapi aku belum mau memaafkanmu, bagaimana? Aku juga sakit hati dituduh yang tidak-tidak dan terus dimarahi sepanjang jalan," balas Nicholas semakin membuat Shiren kelabakan. Meskipun sang suami tidak acuh dan tidak jahat padanya, tetapi selagi maaf belum dia dapatkan, rasanya tidak akan pernah ada ketenangan."Kapan kamu mau memaafkanku memangnya? Apakah ada satu syarat yang perlu aku lakukan agar kamu mau memaafkanku?" tanya Shiren l
Pihak keamanan restoran sangat pusing melayani nyonya Leonard yang menyebalkan, berulang kali melihat rekaman yang dia mau namun masih belum percaya juga."Kamu tidak disuap oleh suamiku, kan? Berapa banyak uang yang dia berikan untuk mengedit video sebenarnya? Akan kubayar sepuluh kali lipat asal kamu beri tahu aku yang asli, bagaimana?" tawar Shiren yang masih yakin suaminya ini berbohong.Dari rekaman yang dia lihat, memang Nicholas dan Lea sempat bersentuhan secara tidak sengaja. Tapi, rasanya dia masih belum yakin. Di pojok ruangan Nicholas hanya bisa diam menyaksikan bagaimana petugas keamanan bagian memantau cctv melayani istrinya. Dari raut wajahnya Nicholas sudah bisa menebak kalau petugas itu sudah sangat lelah. "Demi Tuhan aku tidak berbohong, Nyonya. Kami tidak pernah merekayasa rekaman-rekaman seperti ini karena sangat rumit dan bisa membuat sistem berubah-ubah. Dan juga tuan Nicholas tidak pernah menyuapku, kami saja bertemu baru kali ini," jelas petugas itu entah untu
"Heh! Kamu cari kesempatan ya?!" Nicholas reflek mendorong tubuh Lea yang semula menempel pada tubuhnya. Heels yang Lea kenakan terlalu tinggi, alhasil salah sedikit saja dia hampir jatuh.Lea hampir jatuh untuk yang kedua kalinya jika tidak ditolong oleh sopir Nicholas. Setelah bisa berdiri dengan benar, barulah Lea membalas Nicholas yang seenak hati menuduhnya."Kamu pikir aku mau menempel padamu seperti tadi? Kalau bisa, pantatku yang cantik ini lebih baik menyentuh lantai daripada menyentuhmu. Dasar pria aneh!" cecar Lea menatap marah pada Nicholas yang menurutnya sangat sembarangan. Nicholas menghela napas pelan dan memilih diam, sebenarnya tadi dia hanya terkejut. Rasanya sangat tidak nyaman saat tubuh wanita lain menyentuh dirinya. Padahal, dia tahu sendiri kalau tadi Lea benar-benar jatuh dan tidak sengaja."Baiklah, aku minta maaf. Terima kasih atas waktu dan penjelasanmu malam ini," putus Nicholas sebelum masuk ke dalam mobil miliknya. Lea hanya mengangguk singkat dan dia