Shiren meringis kecil merasakan hisapan yang berbeda dari sebelumnya. Setelah sembuh dari lecet, ternyata Nicholas juga menunggu antrian setelah ketiga anaknya kenyang.
“Lebih enak dariku atau dari anak-anak?” tanya Nicholas yang dengan sengaja melepas terlebih dahulu mainan lucu itu dari mulutnya. Wajah Shiren pun kontan bersemu merah, dia bingung harus jujur atau tidak. “Um ... menurutmu?” Shiren berbalik tanya. Nicholas hanya membalasnya dengan kekehan kecil sebelum kembali menggarap hidangan paling lezat ini. Sampai Shiren merasa saat ini dia memiliki empat bayi sekaligus. Dan bayi yang paling besar ini memang lebih rewel dibandingkan bayi sesungguhnya. Setelah merasa cukup, Nicholas pun bertanggungjawab untuk merapikan pakaian Shiren. Dia juga belum sempat mandi sepulang bekerja, terburu-buru untuk mengambil jatah seperti biasa. “Kamu kalau lapar makan saja, Sayang. Aku bisa menyiapkan pakaianku sendiri,” ucap Nichola“Astaga! Besok suamiku ulang tahun!” pekik Shiren tersadar dari lamunan. Dia bahkan hampir mengiris tangannya sendiri yang sedang memotong buah. “Apa yang harus aku berikan untuk suamiku?” tanya Shiren pada dirinya sendiri merasa bingung. Cepat-cepat dia mencuci tangan lalu mengambil ponsel, mencari rekomendasi juga tak lupa bertanya pada Lily dan Maeva.Tak lama, ponsel Shiren bergetar menampilkan panggilan telepon dari Lily. Cepat-cepat Shiren menerima panggilan itu.“Kamu benar-benar baru ingat sekarang?” tanya Lily bernada tak percaya. Bahkan Lily sudah menyiapkan hadiah untuk Nicholas lebih awal.Shiren mendesah gelisah, dia benar-benar merasa bersalah. “Aku benar-benar baru ingat sekarang, Lily. Kamu tahu sendiri bagaimana sibuknya aku mengurus bayi-bayiku meskipun sekarang sudah ada asisten dan pelayan, aku tidak ingat apa-apa lagi selagi keluargaku sehat semua,” jelas Shiren. Lily pun akhirnya merasa tak tega, dia beru
“Ayah, di mana suamiku? Kenapa Ayah pulang sendiri? Di mana suamiku?” tanya Shiren terdengar panik.Bagaimana tidak panik, saat ini pukul tujuh malam, suaminya belum juga kembali. Dihubungi tidak bisa, bahkan menghubungi Robert pun sangat sulit. Seperti secercah harapan ketika Robert pulang.“Suamimu ... ada,” jawab Robert tak jelas. Dia terlihat gugup luar biasa.“Ada di mana, Ayah? Tolong bicara yang jelas!” sentak Shiren mulai tak tenang. Dia yang semula duduk sampai berdiri begitu cepat. Bahkan sedari tadi dia menahan diri untuk tidak langsung pergi mencari sang suami.Belinda dengan cepat menarik tangan Shiren cukup lembut dan meminta anaknya agar duduk kembali. “Jangan seperti itu, kamu harus sopan pada Ayah,” ucap Belinda mengingatkan. Barulah Shiren mau duduk kembali dan bersiap mendengarkan jawaban Robert yang lain.“Maafkan Ayah sayang, kamu tolong jangan panik dan bertingkah sembarangan. Saat ini Nicholas sedang diraw
“Aku istri yang sangat buruk, Sayang. Aku benar-benar buruk. Seharusnya aku lebih mengerti keadaanmu, seharusnya aku lebih paham tentang kesehatan suamiku sendiri. Maafkan aku, kamu seperti ini karenaku,” ucap Shiren dengan pilu sambil menggenggam erat sebelah telapak tangan Nicholas.Nicholas sendiri benar-benar tidak menyangka dia akan mengalami hipertensi seperti ini. Tekanan darahnya benar-benar melonjak tinggi dibandingkan sebelum-sebelumnya.Nicholas tak sanggup lagi melihat istrinya menangis, dia segera bangkit dari posisi berbaring lalu turun dari ranjang dan mengangkat tubuh Shiren agar duduk di ranjang rumah sakitnya. Setelah itu, mereka saling berpelukan seperti biasa dengan tangis Shiren yang lebih meledak dari sebelumnya.“Tenanglah, ini hanya masalah kecil. Besok juga dokter pasti mengizinkanku untuk pulang. Aku mohon jangan seperti ini, cukup aku saja yang sakit, kamu jangan. Ingat ada anak-anak yang sangat membutuhkan kamu, sumber kehidupan
Pada nyatanya, keadaan Nicholas tidak sesuai harapan. Bukannya bisa dibawa pulang, pria itu malah menambah waktu untuk dirawat karena keadaannya tidak membaik sama sekali. Saking sakitnya kepala, Nicholas sampai mual dan muntah. Itulah sebabnya dokter tidak mengizinkan Nicholas untuk pulang.“Shiren, kata nenek stok susu anak-anak sudah mulai menipis. Lebih baik sekarang kamu pulang dan pompa ASI lagi, jangan lupa makan makanan yang bergizi. Anak-anak sangat membutuhkanmu, Sayang,” ujar Belinda mencoba membujuk Shiren. Bahkan wanita itu tidak bisa tidur semalam suntuk demi menjaga sang suami.Shiren pun akhirnya tersadar dengan tanggungjawab yang tidak bisa dia tolak. Memang seharusnya pagi ini anak-anak menyusu langsung padanya.“Aku pulang sekarang, Bu. Aku mohon langsung hubungi aku kalau Nicholas sudah sadar,” pinta Shiren yang langsung diangguki Belinda. Belinda merasa lega anaknya sudah mempan untuk dibujuk.“Kamu pulang bersama Ayah saja agar lebih aman,” timp
“Nicholas, kenapa kamu tidak bangun-bangun? Air susuku sampai tidak keluar, Sayang. Aku terlalu banyak pikiran karena kamu, anak-anak kita terpaksa minum susu formula. Kenapa sampai seperti ini? Aku mohon bangun, kamu sayang tidak sih padaku dan anak-anak?” tanya Shiren dengan tatapan nanar tertuju pada suaminya yang masih tenang tertidur. Jangan tanya betapa hancurnya perasaan Shiren ketika Cleve menangis karena payudaranya tidak mengeluarkan air susu. Keadaan saat itu sangat gaduh untuk mencari susu formula. Saking sedihnya, Shiren sampai tidak sanggup melihat wajah ketiga anaknya untuk beberapa saat. Rasa bersalahnya memuncak sampai ke tulang.Shiren meremas lembut telapak tangan sang suami, mencium punggung tangan itu berkali-kali berharap bisa membuat Nicholas terganggu lalu sadar. Shiren merasa kepalanya benar-benar hendak terbelah.“Aku berjanji pada diriku sendiri akan lebih ketat lagi padamu, Nicholas. Terima atau tidak, kamu pasti patuh padaku. Kamu dan anak-a
"Shiren, aku mohon berhenti, Sayang. Ini bukan salahmu, kamu ibu yang sangat baik untuk anak-anak kita. Tolong jangan sakiti dirimu sendiri, aku tidak pernah mengizinkan siapapun menyakitimu termasuk kamu sendiri. Aku mohon dengarkan aku, ini semua bukan salahmu, ini salahku karena terlalu lalai dan berimbas pada bayi kita. Aku mohon berhenti, Sayang," pinta Nicholas sambil berusaha memeluk Shiren yang mengamuk. Sore ini mereka sudah ada di rumah, dan Shiren terus berusaha untuk memompa ASI-nya lagi. Memang keluar, tapi sangat sedikit. Lagi-lagi Shiren patah hati dan frustrasi sendiri. Dia menangis meraung-raung di kamar lain karena sangat merasa bersalah pada ketiga bayinya. Tak hanya menangis, Shiren juga menjambak rambutnya sendiri."Shiren berhenti! Kamu bukan hanya menyakiti dirimu sendiri tapi menyakitiku juga! Kamu ingin aku mati, hah? Kamu itu milikku, Shiren. Milikku! Aku tidak pernah rela milikku terluka bahkan oleh dirimu sendiri," tegas Nicholas seraya
Nicholas segera turun dari tubuh Shiren yang hampir polos tanpa sehelai benang pun karena ulahnya. Nicholas sadar dia hampir melakukan kesalahan fatal jika tidak cepat-cepat berhenti. “Tolong pakai pakaianmu lagi, Sayang. Aku keluar sebentar,” pamit Nicholas seraya mengambil kausnya yang tercecer di lantai. Langkahnya begitu cepat meninggalkan Shiren dengan rasa bersalahnya.Semua ini memang salah Shiren, tadi sebelum tidur, Shiren sempat memberikan kejutan ulang tahun untuk Nicholas walau pun sudah sangat terlambat. Saat itu Shiren mengenakan pakaian yang sangat seksi, Shiren berusaha untuk tetap percaya diri menggunakan pakaian itu meskipun bentuk tubuhnya sudah tidak cantik lagi. Shiren kira Nicholas tidak akan bernafsu, tapi ternyata, pria itu langsung berubah mengganas dalam waktu yang singkat. Shiren sebenarnya sudah pasrah kalau-kalau Nicholas tidak sanggup menahan lagi meskipun saat ini tubuhnya belum diperbolehkan melakukan hubungan suami istri seperti bi
Shiren membakar habis semua stok dan koleksi rokok Nicholas sampai hanya tersisa abu. Shiren sontak menoleh pada sang suami yang sedari tadi berdiri di belakangnya, bersidekap dada dengan begitu gagah.“Sudah puas?”Shiren mengangguk cepat, dia berjalan mendekat pada Nicholas lalu melingkarkan kedua lengannya pada perut sang suami.“Terima kasih. Sekarang aku sudah jauh lebih tenang. Kejadian kemarin membuatku trauma dan bertekad ingin lebih ketat padamu,” jawab Shiren. “Bagus kalau seperti itu. Aku sangat beruntung memiliki istri yang sangat perhatian sepertimu. Kamu memang sangat sempurna,” ujar Nicholas setelah mencium dahi Shiren penuh sayang. Dia juga membalas pelukan Shiren tak kalah erat, seolah hendak memasukkan raga Shiren ke dalam tubuhnya.“Ayo ke dalam, aku harus memompa ASI lagi,” ajak Shiren yang langsung diiyakan oleh sang suami. Dengan kedua tangan bertaut mesra, mereka berjalan bersama memasuki kediaman megahnya. Tampaknya, Shiren dan Nicho
"Ohh, Sayang, kenapa kamu tidak menua sama sekali?" tanya Shiren dengan suara sensual saat merasakan badai kenikmatan yang tidak berkesudahan dari sang suami. Melihat bagaimana gagahnya pria ini memberikan sentuhan cinta yang tak pernah berubah dari awal mereka bersama. Nicholas mencecap habis seluruh rongga mulut Shiren seakan ingin menyatukan dua raga yang berbeda. Dan untuk yang ke sekian kalinya, mereka menikmati puncak kenikmatan bersamaan dengan rasa cinta yang semakin meluap.Nicholas ambruk di samping sang istri, memandang penuh bahagia pada seorang wanita yang sangat berarti di hidupnya."Harusnya aku yang bertanya seperti itu, Shiren. Kamu seperti vampir yang tidak pernah tua. Wajahmu saat masih gadis masih bisa aku lihat sekarang," balas Nicholas tak kalah pandai memuja sang pujaan hati.Shiren semakin menempel pada Nicholas seraya terkikik geli, dia naik ke atas perut Nicholas lalu berbaring di sana. "Andai aku bisa hamil lagi, aku rindu saat-saat mengandung dan dimanja
Nicholas memandang haru foto keempat anaknya yang tumbuh dengan sangat baik. Putri bungsunya bahkan sudah besar dan kini sudah memasuki sekolah menengah atas, tiga kakaknya yang lain sudah lulus dari perguruan tinggi dan sibuk dengan cita-cita mereka masing-masing.Nicholas tidak pernah terpikirkan sanggup menjalani kehidupan selama ini setelah berbagai macam badai yang dia lewati. Tentunya, bersama Shiren dia sanggup melewati segala hal."Melamun lagi? Agaknya lebih baik kita pergi berkencan daripada bosan di rumah. Ayo, aku sudah pesan tempat," celetuk Shiren membubarkan lamunan Nicholas.Ditariknya pinggang Shiren dengan lembut sampai tubuh itu jatuh dalam pangkuan Nicholas. Shiren hanya bisa diam dan menikmati rengkuhan hangat dari sang suami."Aku sangat mencintaimu, Shiren. Kamu segalanya untukku," lirih Nicholas tampak berhenti membelai lembut tubuh sang istri. "Aku juga. Aku juga sangat sangat mencintaimu," balas Shiren tak kalah lembut. Semakin tua Nicholas semakin manja dan
"Nicholas, Shiren jatuh!"Tiga kata keramat itu berhasil membuat nyawa Nicholas hampir lepas dari tempatnya. Kandungan Shiren sangat lemah, dan beberapa hari yang lalu dokter sempat berkata padanya kalau Shiren tidak boleh jatuh-jatuh lagi atau akibatnya sangat fatal. Dan saat ini, hal yang sama terulang kembali."Shiren, jangan tidur! Tatap mataku dan jangan pernah tidur! Lihat aku lihat aku, kamu pasti baik-baik saja, kamu dan anak kita pasti selamat. Jangan tutup matamu, Sayang, aku mohon. Katakan apapun yang kamu rasa dan jangan pernah tidur!" Nicholas terus mengoceh dengan kedua kaki terus melangkah membawa istrinya keluar dari rumah. Dan saat masuk ke dalam mobil, Shiren hampir-hampir hilang kesadaran kalau Nicholas tidak semakin kuat berteriak."Shiren, ingat anak-anak dan aku, Sayang. Kamu tidak boleh seperti ini, kamu harus sembuh dan jangan pernah berniat meninggalkan kami. Lihat aku, kamu kuat dan harus bisa bertahan seperti apapun sulitnya. Aku mohon jangan tidur," pinta N
Sepasang suami istri yang sedang berbuat mesum di salah satu gazebo pantai hampir saja terciduk oleh petugas keamanan. Beruntungnya mereka tidak sampai melepas pakaian dan dengan mudah menutupi inti diri agar tidak dilihat orang lain."Kami hanya duduk santai di sini, tidak macam-macam," ungkap Nicholas dengan raut wajah serius, berharap kalau dua petugas keamanan yang sedang menginterogasinya percaya."Baiklah, maafkan kami sudah mengganggu waktu Tuan dan Nyonya, mungkin tadi hanya perasaanku saja seperti mendengar suara-suara aneh. Di pantai daerah ini memang tidak boleh macam-macam, kami bukan budaya yang bebas," jelas salah satu dari mereka. Setelah tak ada lagi salah paham, mereka pun pergi."Astaga ... aku benar-benar malu! Bagaimana bisa kita hampir terciduk? Idemu sangat buruk," gerutu Shiren kesal luar biasa pada suaminya. Dia sudah tiga kali menolak ide gila Nicholas, namun pria ini tetap memaksa. Alhasil, hampir saja kelakuan buruk mereka diketahui oleh orang lain."Maafka
Anak-anak di rumah tak kalah antusias dari orang tuanya yang sedang pergi berlibur. Mereka juga diajak pergi oleh Cassie dan Robert setiap pulang sekolah dan selalu pulang malam. Meskipun lelah menghadapi tiga cucunya yang sangat aktif, tapi Cassie dan Robert sangat senang. Mereka sangat puas bermain dengan anak-anak."Nenek, kami dan ayah lebih nakal siapa? Kata ayah, kami tidak nakal dan sangat baik seperti ayah kecil. Memangnya ayah tidak nakal? Aku tidak percaya sebenarnya," ujar Bernard mengungkapkan rasa penasarannya selama ini. Sudah cukup lama dia ingin bertanya namun baru ingat lagi sekarang.Cassie dan Robert sontak saling bertukar tatapan, Robert hanya bisa mengendikkan bahu dan menyerahkan urusan anak-anak pada Cassie. Robert pergi mencari angin di luar."Tentu saja, ayah kalian sangat baik dan tidak nakal. Maka dari itu kalian pun menjadi anak-anak yang tak beda jauh dengan ayah sewaktu kecil. Tapi tetap saja, mengurus tiga anak sekaligus tentu lebih melelahkan. Maka dari
Selesai bercinta yang sangat membara, Shirren kembali diserang rasa lapar luar biasa. Namun sebelum keluar dari kamar, dia tak lupa untuk mengenakan pakaian tertutup dari leher sampai ujung kaki. Jangan sampai ada orang lain yang melihat motif polkadot di tubuhnya. "Anna, tolong buatkan paella dan churos, ya? Ah iya, buatkan juga espreso dan jus mangga," pinta Shiren pada pramugari yang melayani. Wanita bernama Anna itu langsung mengiyakan dan cepat-cepat pergi.Shiren tak langsung kembali ke kamar, dia berkeliling sebentar di dalam pesawat pribadi ini yang sangat luas dan nyaman. Sofa-sofa berbulu halus dan empuk itu berhasil mencuri perhatian Shiren."Ah ... pinggangku, sofa ini nyaman sekali," gumam Shiren setelah berhasil menemukan posisi nyaman di sofa tunggal yang sangat nyaman. Dia hampir tertidur jika Anna tidak datang membawa pesanan yang dia inginkan."Yang espreso tolong berikan pada suamiku." Anna lagi-lagi mengangguk patuh sambil menaruh paella, churos dan jus mangga yan
"Tidak akan kumaafkan." Tiga kalimat yang Nicholas lontarkan berhasil membuat Shiren menahan napas, memandang Nicholas dengan tatapan tak percaya. Shiren menarik sebelah lengan Nicholas untuk dia peluk, dengan mudah dia kembali merengek sambil mengusal-usalkan tubuhnya pada Nicholas seperti anak kucing."Janganlah begitu ... kamu bukan tipe suami tanpa maaf untuk istri, aku tahu itu. Aku sangat sangat meminta maaf padamu, Suamiku. Tolong maafkan aku." Shiren terus merengek dan tak peduli pada pramugari dan pramugara yang berlalu lalang di sekitarnya. "Tapi aku belum mau memaafkanmu, bagaimana? Aku juga sakit hati dituduh yang tidak-tidak dan terus dimarahi sepanjang jalan," balas Nicholas semakin membuat Shiren kelabakan. Meskipun sang suami tidak acuh dan tidak jahat padanya, tetapi selagi maaf belum dia dapatkan, rasanya tidak akan pernah ada ketenangan."Kapan kamu mau memaafkanku memangnya? Apakah ada satu syarat yang perlu aku lakukan agar kamu mau memaafkanku?" tanya Shiren l
Pihak keamanan restoran sangat pusing melayani nyonya Leonard yang menyebalkan, berulang kali melihat rekaman yang dia mau namun masih belum percaya juga."Kamu tidak disuap oleh suamiku, kan? Berapa banyak uang yang dia berikan untuk mengedit video sebenarnya? Akan kubayar sepuluh kali lipat asal kamu beri tahu aku yang asli, bagaimana?" tawar Shiren yang masih yakin suaminya ini berbohong.Dari rekaman yang dia lihat, memang Nicholas dan Lea sempat bersentuhan secara tidak sengaja. Tapi, rasanya dia masih belum yakin. Di pojok ruangan Nicholas hanya bisa diam menyaksikan bagaimana petugas keamanan bagian memantau cctv melayani istrinya. Dari raut wajahnya Nicholas sudah bisa menebak kalau petugas itu sudah sangat lelah. "Demi Tuhan aku tidak berbohong, Nyonya. Kami tidak pernah merekayasa rekaman-rekaman seperti ini karena sangat rumit dan bisa membuat sistem berubah-ubah. Dan juga tuan Nicholas tidak pernah menyuapku, kami saja bertemu baru kali ini," jelas petugas itu entah untu
"Heh! Kamu cari kesempatan ya?!" Nicholas reflek mendorong tubuh Lea yang semula menempel pada tubuhnya. Heels yang Lea kenakan terlalu tinggi, alhasil salah sedikit saja dia hampir jatuh.Lea hampir jatuh untuk yang kedua kalinya jika tidak ditolong oleh sopir Nicholas. Setelah bisa berdiri dengan benar, barulah Lea membalas Nicholas yang seenak hati menuduhnya."Kamu pikir aku mau menempel padamu seperti tadi? Kalau bisa, pantatku yang cantik ini lebih baik menyentuh lantai daripada menyentuhmu. Dasar pria aneh!" cecar Lea menatap marah pada Nicholas yang menurutnya sangat sembarangan. Nicholas menghela napas pelan dan memilih diam, sebenarnya tadi dia hanya terkejut. Rasanya sangat tidak nyaman saat tubuh wanita lain menyentuh dirinya. Padahal, dia tahu sendiri kalau tadi Lea benar-benar jatuh dan tidak sengaja."Baiklah, aku minta maaf. Terima kasih atas waktu dan penjelasanmu malam ini," putus Nicholas sebelum masuk ke dalam mobil miliknya. Lea hanya mengangguk singkat dan dia