"Shiren, aku mohon berhenti, Sayang. Ini bukan salahmu, kamu ibu yang sangat baik untuk anak-anak kita. Tolong jangan sakiti dirimu sendiri, aku tidak pernah mengizinkan siapapun menyakitimu termasuk kamu sendiri. Aku mohon dengarkan aku, ini semua bukan salahmu, ini salahku karena terlalu lalai dan berimbas pada bayi kita. Aku mohon berhenti, Sayang," pinta Nicholas sambil berusaha memeluk Shiren yang mengamuk.
Sore ini mereka sudah ada di rumah, dan Shiren terus berusaha untuk memompa ASI-nya lagi. Memang keluar, tapi sangat sedikit. Lagi-lagi Shiren patah hati dan frustrasi sendiri. Dia menangis meraung-raung di kamar lain karena sangat merasa bersalah pada ketiga bayinya. Tak hanya menangis, Shiren juga menjambak rambutnya sendiri."Shiren berhenti! Kamu bukan hanya menyakiti dirimu sendiri tapi menyakitiku juga! Kamu ingin aku mati, hah? Kamu itu milikku, Shiren. Milikku! Aku tidak pernah rela milikku terluka bahkan oleh dirimu sendiri," tegas Nicholas serayaNicholas segera turun dari tubuh Shiren yang hampir polos tanpa sehelai benang pun karena ulahnya. Nicholas sadar dia hampir melakukan kesalahan fatal jika tidak cepat-cepat berhenti. “Tolong pakai pakaianmu lagi, Sayang. Aku keluar sebentar,” pamit Nicholas seraya mengambil kausnya yang tercecer di lantai. Langkahnya begitu cepat meninggalkan Shiren dengan rasa bersalahnya.Semua ini memang salah Shiren, tadi sebelum tidur, Shiren sempat memberikan kejutan ulang tahun untuk Nicholas walau pun sudah sangat terlambat. Saat itu Shiren mengenakan pakaian yang sangat seksi, Shiren berusaha untuk tetap percaya diri menggunakan pakaian itu meskipun bentuk tubuhnya sudah tidak cantik lagi. Shiren kira Nicholas tidak akan bernafsu, tapi ternyata, pria itu langsung berubah mengganas dalam waktu yang singkat. Shiren sebenarnya sudah pasrah kalau-kalau Nicholas tidak sanggup menahan lagi meskipun saat ini tubuhnya belum diperbolehkan melakukan hubungan suami istri seperti bi
Shiren membakar habis semua stok dan koleksi rokok Nicholas sampai hanya tersisa abu. Shiren sontak menoleh pada sang suami yang sedari tadi berdiri di belakangnya, bersidekap dada dengan begitu gagah.“Sudah puas?”Shiren mengangguk cepat, dia berjalan mendekat pada Nicholas lalu melingkarkan kedua lengannya pada perut sang suami.“Terima kasih. Sekarang aku sudah jauh lebih tenang. Kejadian kemarin membuatku trauma dan bertekad ingin lebih ketat padamu,” jawab Shiren. “Bagus kalau seperti itu. Aku sangat beruntung memiliki istri yang sangat perhatian sepertimu. Kamu memang sangat sempurna,” ujar Nicholas setelah mencium dahi Shiren penuh sayang. Dia juga membalas pelukan Shiren tak kalah erat, seolah hendak memasukkan raga Shiren ke dalam tubuhnya.“Ayo ke dalam, aku harus memompa ASI lagi,” ajak Shiren yang langsung diiyakan oleh sang suami. Dengan kedua tangan bertaut mesra, mereka berjalan bersama memasuki kediaman megahnya. Tampaknya, Shiren dan Nicho
Meskipun lelah setelah seharian pesta, malam harinya Shiren harus tetap bekerja demi kebutuhan sang suami. Dia berdandan hampir satu jam untuk memberikan penampilan yang teramat sempurna. Dress seksi serta riasan mencolok Shiren kenakan tanpa rasa sungkan. Bahkan, dia hampir menghabiskan satu botol parfum untuk kegiatan malam ini.“Ini terlihat menggoda atau konyol, sih?” gumam Shiren seraya menatap pantulan dirinya sendiri di cermin rias. Sesaat kemudian, Shiren kembali yakin untuk melanjutkan aksinya ini. Dia tidak bisa menunda lagi.Sebelum mendatangi sang suami yang masih berada di ruang kerja, Shiren tak lupa membawa segelas anggur merah yang tak kalah merona dari bibirnya. “Oke, tenang Shiren, tugas aslimu memang seperti ini. Nicholas terlalu istimewa untuk dibiarkan begitu saja. Ayo, kamu harus semangat!” Shiren berusaha menyemangati dirinya sendiri. Meskipun sempat krisis percaya diri, hal tersebut tidak bertahan lama Shiren rasakan.Nich
Efek dari keganasan sang suami tadi malam, pagi ini Shiren sampai tidak bisa turun dari ranjang. Dia mandi dimandikan oleh Nicholas, semua hal dia lakukan di atas tempat tidur tanpa menginjak lantai sedikit pun. Saat dua anaknya menangis bersamaan, Shiren reflek turun dari ranjang dan mencoba untuk berjalan. Alhasil, dia terjatuh sampai kepalanya terkantuk nakas kecil di sampingnya. Padahal, tiga orang asisten anak-anaknya sudah ada di sana dan membantu Nicholas mengurus ketiganya. “Ya Tuhan! Apa yang kamu lakukan?!” pekik Nicholas terkejut luar biasa. Dia segera memberikan Cleve pada asistennya untuk membantu sang istri.“Kepalaku sakit,” rengek Shiren sambil memegangi kepala bagian kanannya yang terkantuk. Nicholas segera memeriksa bagian yang Shiren tunjukkan, dia sudah panik luar biasa membayangkan luka di kepala Shiren.“Tidak sampai luka, tapi ini memerah dan sedikit bengkak. Kita ke rumah sakit sekarang,” putus Nicholas tanpa pe
“Cukup-cukup, jangan sampai hilang kendali di sini!” Shiren segera mendorong dada Nicholas meminta pria itu berhenti menciumi selangka lehernya sampai menimbulkan bercak kemerahan. Padahal, saat ini mereka masih berada di perjalanan pulang dan di depan sana sopirnya terlihat tegang hampir-hampir menyaksikan adegan terlarang.Nicholas pun akhirnya sadar, dia menjauhkan diri dari Shiren lalu mengusap wajahnya sendiri. Berharap dengan seperti ini dia bisa menahan setidaknya sampai memasuki kamar nanti.Shiren juga tidak berani dekat-dekat dengan Nicholas lagi, pria ini sedang sangat sensitif dan haram hukumnya untuk disentuh apalagi digoda. Bisa-bisa rasa malu Nicholas hilang dan malah menyetubuhi dirinya di sini.“Hey, kakiku masih sakit!” pekik Shiren ketika sang suami pergi begitu saja tanpa membantu dirinya untuk turun seperti biasa. Dan pada akhirnya, mereka bersentuhan lagi karena Nicholas harus menggendong Shiren lagi. Wajah pria itu tampak m
“Dari mana kamu dapatkan benda itu, Shiren?!” tanya Nicholas terkejut luar biasa melihat Shiren sedang mengenakan sebuah bikini merah menyala. Nicholas sampai berlarian ke sana kemari untuk menutup jendela yang semula terbuka.“Tadi ibu dan ayah sempat keluar, mereka membeli pakaian untuk ganti saat kita menginap. Toh kita tidak ada yang tahu akan menginap di sini. Tidak kuduga ibu membelikan bikini untukku. Untuk menghormatinya, bukankah harus kupakai? Kebetulan sekarang kita hendak ke pantai lagi, kan?”Nicholas mengacak rambutnya frustrasi, semakin terkejut karena Shiren berniat keluar dengan mengenakan bikini seperti ini.“Oke, dengarkan aku. Kamu boleh mengenakan pakaian apapun, tidak pakai baju juga boleh, tapi cukup di kamar kita dan hanya ada aku. Sejak kapan aku mengizinkanmu memakai pakaian terbuka seperti ini, Shiren?” Nicholas terlihat sangat ingin marah namun lemas sekaligus.Wajah Shiren yang semula tampak berbinar akhirnya
Malam ini, Nicholas dihukum untuk tidak tidur satu kamar dengan Shiren. Wanita itu belum berhenti merajuk sedari sore tadi.Sayangnya, Nicholas tetaplah Nicholas, hukuman seperti ini sangat mudah dia lewati. Di tengah malam saat semua orang sudah lelap tertidur, pria itu diam-diam menyelinap ke kamar Shiren lalu menculiknya ke villa sebelah. Sebenarnya, Shiren tidak tidur sendiri, dia ditemani oleh Cassie dan Belinda meskipun ranjangnya terpisah. "Ck, wanita memang merepotkan," gerutu Nicholas setelah menaruh tubuh Shiren di atas ranjang baru. Mungkin saking lelahnya bermain di pantai, wanita ini sampai tidak tersadar sedikit pun saat tubuhnya dipindah-pindahkan. Setelah itu, Nicholas melepas seluruh pakaiannya dan hanya menyisakan boxer ketat untuk melindungi si pusaka. Dia segera mengambil tempat di samping Shiren dan membawa wanita itu ke pelukan seperti biasa."Kamu ini tidur atau mati sih?" gumam Nicholas sambil menaruh jari telun
"Semua ini pasti menyakitkan, kan? Aku benar-benar bodoh, aku istri yang sangat jahat. Bagaimana bisa seorang istri melukai suaminya sendiri dengan sengaja?"Nicholas hanya bisa diam memerhatikan sang istri yang sedang menangisi dirinya. Bahkan untuk memegang kapas saja Shiren tidak sanggup, dia malah menangis di pangkuan Nicholas, menyembunyikan wajah sembabnya di perut pria itu. Alhasil, Belinda-lah yang mengobati Nicholas."Syukurlah kalau kamu sadar! Sejak kapan Ibu mengajarkan kekerasan padamu? Kurang baik apa Nicholas menjadi suami dan ayah dari anak-anakmu? Sudah begini saja baru menangis dan memohon-mohon meminta maaf. Kalau Ibu jadi Nicholas, kamu tidak akan pernah Ibu maafkan! Mana ada istri yang katanya sangat sayang pada suami bisa melukai seperti ini? Ibu benar-benar tidak habis pikir padamu, Shiren," omel Belinda tiada habisnya. Alhasil, tangisan Shiren berubah semakin menyakitkan. Kedua lengannya semakin memeluk erat tubuh sang suami, meras
"Ohh, Sayang, kenapa kamu tidak menua sama sekali?" tanya Shiren dengan suara sensual saat merasakan badai kenikmatan yang tidak berkesudahan dari sang suami. Melihat bagaimana gagahnya pria ini memberikan sentuhan cinta yang tak pernah berubah dari awal mereka bersama. Nicholas mencecap habis seluruh rongga mulut Shiren seakan ingin menyatukan dua raga yang berbeda. Dan untuk yang ke sekian kalinya, mereka menikmati puncak kenikmatan bersamaan dengan rasa cinta yang semakin meluap.Nicholas ambruk di samping sang istri, memandang penuh bahagia pada seorang wanita yang sangat berarti di hidupnya."Harusnya aku yang bertanya seperti itu, Shiren. Kamu seperti vampir yang tidak pernah tua. Wajahmu saat masih gadis masih bisa aku lihat sekarang," balas Nicholas tak kalah pandai memuja sang pujaan hati.Shiren semakin menempel pada Nicholas seraya terkikik geli, dia naik ke atas perut Nicholas lalu berbaring di sana. "Andai aku bisa hamil lagi, aku rindu saat-saat mengandung dan dimanja
Nicholas memandang haru foto keempat anaknya yang tumbuh dengan sangat baik. Putri bungsunya bahkan sudah besar dan kini sudah memasuki sekolah menengah atas, tiga kakaknya yang lain sudah lulus dari perguruan tinggi dan sibuk dengan cita-cita mereka masing-masing.Nicholas tidak pernah terpikirkan sanggup menjalani kehidupan selama ini setelah berbagai macam badai yang dia lewati. Tentunya, bersama Shiren dia sanggup melewati segala hal."Melamun lagi? Agaknya lebih baik kita pergi berkencan daripada bosan di rumah. Ayo, aku sudah pesan tempat," celetuk Shiren membubarkan lamunan Nicholas.Ditariknya pinggang Shiren dengan lembut sampai tubuh itu jatuh dalam pangkuan Nicholas. Shiren hanya bisa diam dan menikmati rengkuhan hangat dari sang suami."Aku sangat mencintaimu, Shiren. Kamu segalanya untukku," lirih Nicholas tampak berhenti membelai lembut tubuh sang istri. "Aku juga. Aku juga sangat sangat mencintaimu," balas Shiren tak kalah lembut. Semakin tua Nicholas semakin manja dan
"Nicholas, Shiren jatuh!"Tiga kata keramat itu berhasil membuat nyawa Nicholas hampir lepas dari tempatnya. Kandungan Shiren sangat lemah, dan beberapa hari yang lalu dokter sempat berkata padanya kalau Shiren tidak boleh jatuh-jatuh lagi atau akibatnya sangat fatal. Dan saat ini, hal yang sama terulang kembali."Shiren, jangan tidur! Tatap mataku dan jangan pernah tidur! Lihat aku lihat aku, kamu pasti baik-baik saja, kamu dan anak kita pasti selamat. Jangan tutup matamu, Sayang, aku mohon. Katakan apapun yang kamu rasa dan jangan pernah tidur!" Nicholas terus mengoceh dengan kedua kaki terus melangkah membawa istrinya keluar dari rumah. Dan saat masuk ke dalam mobil, Shiren hampir-hampir hilang kesadaran kalau Nicholas tidak semakin kuat berteriak."Shiren, ingat anak-anak dan aku, Sayang. Kamu tidak boleh seperti ini, kamu harus sembuh dan jangan pernah berniat meninggalkan kami. Lihat aku, kamu kuat dan harus bisa bertahan seperti apapun sulitnya. Aku mohon jangan tidur," pinta N
Sepasang suami istri yang sedang berbuat mesum di salah satu gazebo pantai hampir saja terciduk oleh petugas keamanan. Beruntungnya mereka tidak sampai melepas pakaian dan dengan mudah menutupi inti diri agar tidak dilihat orang lain."Kami hanya duduk santai di sini, tidak macam-macam," ungkap Nicholas dengan raut wajah serius, berharap kalau dua petugas keamanan yang sedang menginterogasinya percaya."Baiklah, maafkan kami sudah mengganggu waktu Tuan dan Nyonya, mungkin tadi hanya perasaanku saja seperti mendengar suara-suara aneh. Di pantai daerah ini memang tidak boleh macam-macam, kami bukan budaya yang bebas," jelas salah satu dari mereka. Setelah tak ada lagi salah paham, mereka pun pergi."Astaga ... aku benar-benar malu! Bagaimana bisa kita hampir terciduk? Idemu sangat buruk," gerutu Shiren kesal luar biasa pada suaminya. Dia sudah tiga kali menolak ide gila Nicholas, namun pria ini tetap memaksa. Alhasil, hampir saja kelakuan buruk mereka diketahui oleh orang lain."Maafka
Anak-anak di rumah tak kalah antusias dari orang tuanya yang sedang pergi berlibur. Mereka juga diajak pergi oleh Cassie dan Robert setiap pulang sekolah dan selalu pulang malam. Meskipun lelah menghadapi tiga cucunya yang sangat aktif, tapi Cassie dan Robert sangat senang. Mereka sangat puas bermain dengan anak-anak."Nenek, kami dan ayah lebih nakal siapa? Kata ayah, kami tidak nakal dan sangat baik seperti ayah kecil. Memangnya ayah tidak nakal? Aku tidak percaya sebenarnya," ujar Bernard mengungkapkan rasa penasarannya selama ini. Sudah cukup lama dia ingin bertanya namun baru ingat lagi sekarang.Cassie dan Robert sontak saling bertukar tatapan, Robert hanya bisa mengendikkan bahu dan menyerahkan urusan anak-anak pada Cassie. Robert pergi mencari angin di luar."Tentu saja, ayah kalian sangat baik dan tidak nakal. Maka dari itu kalian pun menjadi anak-anak yang tak beda jauh dengan ayah sewaktu kecil. Tapi tetap saja, mengurus tiga anak sekaligus tentu lebih melelahkan. Maka dari
Selesai bercinta yang sangat membara, Shirren kembali diserang rasa lapar luar biasa. Namun sebelum keluar dari kamar, dia tak lupa untuk mengenakan pakaian tertutup dari leher sampai ujung kaki. Jangan sampai ada orang lain yang melihat motif polkadot di tubuhnya. "Anna, tolong buatkan paella dan churos, ya? Ah iya, buatkan juga espreso dan jus mangga," pinta Shiren pada pramugari yang melayani. Wanita bernama Anna itu langsung mengiyakan dan cepat-cepat pergi.Shiren tak langsung kembali ke kamar, dia berkeliling sebentar di dalam pesawat pribadi ini yang sangat luas dan nyaman. Sofa-sofa berbulu halus dan empuk itu berhasil mencuri perhatian Shiren."Ah ... pinggangku, sofa ini nyaman sekali," gumam Shiren setelah berhasil menemukan posisi nyaman di sofa tunggal yang sangat nyaman. Dia hampir tertidur jika Anna tidak datang membawa pesanan yang dia inginkan."Yang espreso tolong berikan pada suamiku." Anna lagi-lagi mengangguk patuh sambil menaruh paella, churos dan jus mangga yan
"Tidak akan kumaafkan." Tiga kalimat yang Nicholas lontarkan berhasil membuat Shiren menahan napas, memandang Nicholas dengan tatapan tak percaya. Shiren menarik sebelah lengan Nicholas untuk dia peluk, dengan mudah dia kembali merengek sambil mengusal-usalkan tubuhnya pada Nicholas seperti anak kucing."Janganlah begitu ... kamu bukan tipe suami tanpa maaf untuk istri, aku tahu itu. Aku sangat sangat meminta maaf padamu, Suamiku. Tolong maafkan aku." Shiren terus merengek dan tak peduli pada pramugari dan pramugara yang berlalu lalang di sekitarnya. "Tapi aku belum mau memaafkanmu, bagaimana? Aku juga sakit hati dituduh yang tidak-tidak dan terus dimarahi sepanjang jalan," balas Nicholas semakin membuat Shiren kelabakan. Meskipun sang suami tidak acuh dan tidak jahat padanya, tetapi selagi maaf belum dia dapatkan, rasanya tidak akan pernah ada ketenangan."Kapan kamu mau memaafkanku memangnya? Apakah ada satu syarat yang perlu aku lakukan agar kamu mau memaafkanku?" tanya Shiren l
Pihak keamanan restoran sangat pusing melayani nyonya Leonard yang menyebalkan, berulang kali melihat rekaman yang dia mau namun masih belum percaya juga."Kamu tidak disuap oleh suamiku, kan? Berapa banyak uang yang dia berikan untuk mengedit video sebenarnya? Akan kubayar sepuluh kali lipat asal kamu beri tahu aku yang asli, bagaimana?" tawar Shiren yang masih yakin suaminya ini berbohong.Dari rekaman yang dia lihat, memang Nicholas dan Lea sempat bersentuhan secara tidak sengaja. Tapi, rasanya dia masih belum yakin. Di pojok ruangan Nicholas hanya bisa diam menyaksikan bagaimana petugas keamanan bagian memantau cctv melayani istrinya. Dari raut wajahnya Nicholas sudah bisa menebak kalau petugas itu sudah sangat lelah. "Demi Tuhan aku tidak berbohong, Nyonya. Kami tidak pernah merekayasa rekaman-rekaman seperti ini karena sangat rumit dan bisa membuat sistem berubah-ubah. Dan juga tuan Nicholas tidak pernah menyuapku, kami saja bertemu baru kali ini," jelas petugas itu entah untu
"Heh! Kamu cari kesempatan ya?!" Nicholas reflek mendorong tubuh Lea yang semula menempel pada tubuhnya. Heels yang Lea kenakan terlalu tinggi, alhasil salah sedikit saja dia hampir jatuh.Lea hampir jatuh untuk yang kedua kalinya jika tidak ditolong oleh sopir Nicholas. Setelah bisa berdiri dengan benar, barulah Lea membalas Nicholas yang seenak hati menuduhnya."Kamu pikir aku mau menempel padamu seperti tadi? Kalau bisa, pantatku yang cantik ini lebih baik menyentuh lantai daripada menyentuhmu. Dasar pria aneh!" cecar Lea menatap marah pada Nicholas yang menurutnya sangat sembarangan. Nicholas menghela napas pelan dan memilih diam, sebenarnya tadi dia hanya terkejut. Rasanya sangat tidak nyaman saat tubuh wanita lain menyentuh dirinya. Padahal, dia tahu sendiri kalau tadi Lea benar-benar jatuh dan tidak sengaja."Baiklah, aku minta maaf. Terima kasih atas waktu dan penjelasanmu malam ini," putus Nicholas sebelum masuk ke dalam mobil miliknya. Lea hanya mengangguk singkat dan dia