"Mau ke mana kalian malam-malam seperti ini? Shiren sedang hamil muda Nicholas, jangan terlalu sering dibawa pergi," tegur Cassie melihat Nicholas dan istrinya hendak pergi. Nicholas terkekeh, dia melepaskan sejenak rangkulannya pada Shiren lalu mendekat pada Cassie. "Istriku ingin berkencan, sepertinya kami tidak akan pulang malam ini," bisik Nicholas membuat senyum Cassie sontak terpatri. Wajahnya yang semula garang kini kembali ramah. Shiren sampai curiga Cassie dibisiki yang tidak-tidak oleh suaminya."Hati-hati di jalan. Semua kemauan ibu hamil memang harus dituruti. Selamat bersenang-senang!" Cassie bergegas pergi setelah melambaikan tangan. Dia tidak mau lagi mengganggu atau menegur keduanya."Kamu tidak berkata yang macam-macam'kan pada Ibu?" tanya Shiren curiga. "Tentu saja tidak, Sayang. Ayo kita pergi, tempatnya sudah aku pesan sejak lama," jawab Nicholas.Mereka segera keluar dari kediaman itu diantar oleh sopir dan juga satu mobil khusus berisi pengawal mereka. "Apaka
Shiren melongo tak percaya melihat keindahan balkon juga pemandangan di depan sana yang benar-benar memukau. "Ini indah sekali, Sayang," puji Shiren semakin mendekat pada pembatas balkon. Shiren berdiri dengan kedua tangan berpegangan pada pembatas balkon yang dihias juga oleh bunga-bunga mawar. Harumnya bunga asli membuat pikirannya semakin tenang. Apalagi ketika memandang lautan lepas yang bersinar oleh kapal-kapal, dia semakin terpesona."Seindah istriku. Istriku lebih cantik dan lebih indah dari semua ini," balas Nicholas seraya memeluk lagi tubuh istrinya seperti tadi. Di balkon ini juga ada sepasang tempat makan yang sangat indah tempatnya. Jangan lupakan lampu-lampu kecil yang membuat balkon mereka semakin bersinar. "Apakah anakku sudah lapar? Sepertinya dia sedang mengomel ingin makan malam lebih banyak," ujar Nicholas sambil mengusap-usap perut istrinya. Meskipun masih rata, namun rasanya lebih menonjol dari bulan sebelumnya. Shiren terkekeh geli, Nicholas tak hanya meng
Ciuman panas mereka terpaksa berakhir ketika ponsel Nicholas berbunyi, mengabarkan bahwa tiga kapal yang bertugas meledakkan kembang api sudah disiapkan. "Jangan terkejut, sebentar lagi langit yang kamu pandang akan semakin cantik," ujar Nicholas mesra. Kedua ibu jarinya mengusap lembut pipi Shiren.Atensi Shiren dan Nicholas pun sontak tertuju pada letusan demi letusan kembang api yang cantik. Sesekali Nicholas menyuapi Shiren karena makanan mereka belum habis semua."Ayo berfoto, kembang api utama akan diledakkan sebentar lagi," ujar Nicholas sambil mengajak Shiren agar berdiri membelakangi laut. Nicholas juga memanggil satu kru hotel untuk membantunya memotret. "Cium aku," pinta Nicholas yang langsung Shiren turuti. Tepat ketika bibir mereka bertemu, ledakkan kembang api paling indah terjadi. Gambar yang kru hotel itu dapatkan sangat cantik, dia sampai menjepretnya berkali-kali.Setelah puas berpose, Nicholas meminta kru hotel itu untuk kembali setelah memberikan uang tip. Kali i
"Nyaman?" tanya Nicholas, dia tidak akan berani bergerak lebih lanjut sebelum Shiren benar-benar nyaman dan aman."Sangat nyaman," jawab sang istri. Wanita itu terlihat sangat betah dalam posisinya sekarang. Mereka berbaring miring dengan Shiren membelakangi Nicholas. Desahan halus Shiren kembali mengalun merdu ketika Nicholas mulai bergerak lembut. Dia balas meremas lengan kekar pria itu yang memeluk perut serta dadanya. "Kalau ada yang sakit atau tidak nyaman tolong katakan," bisik Nicholas lagi. Shiren yang sedang menikmati sentuhan lembut itu pun semakin dibuat meremang. Dia spontan mengangguk.Persetubuhan mereka dilakukan dengan sangat lembut dan penuh kehati-hatian. Berbagai macam posisi aman sudah mereka lakukan, dan inilah puncaknya sebelum Shiren benar-benar tertidur."Kamu selalu nikmat, Shiren Leonard. Terima kasih, Istriku," ucap Nicholas seraya mengecup pelipis Shiren yang sedikit basah oleh keringat.Shiren akhir
"Apa yang membuat anak Ibu paling cantik ini sedih? Ayo bercerita sambil duduk pada Ibu," ajak Cassie membawa Shiren pada kursi kayu panjang yang ada di belakang wanita itu.Shiren bersandar pada bahu Cassie, membiarkan punggungnya diusap lembut oleh wanita itu."Nicholas berubah, Bu. Dia tidak lagi memanjakanku seperti dulu. Sekarang yang menjadi prioritas utamanya adalah pekerjaan, bukan aku atau calon anaknya," jawab Shiren merengek sedih. Cassie tak langsung menjawab, dia menahan diri untuk tidak terkekeh di hadapan Shiren. Sungguh, kelakuan Shiren saat ini persis seperti yang dia alami sewaktu mengandung Nicholas. Hal-hal kecil yang biasa terjadi mendadak menjadi hal besar dan menyedihkan."Benarkah? Apakah malam kencan kalian juga gagal karena Nicholas masih bekerja?" tanya Cassie lembut. Dia sangat hafal taktik mengembalikan suasana hati ibu hamil.Shiren menggeleng. Jangankan bekerja, pria itu tidak membuka ponsel sama sekali sel
Nicholas yang baru saja selesai meeting kedua di hari ini merasa senang mendapat panggilan video dari istrinya. Dia sudah menduga-duga ocehan panjang Shiren mengucapkan banyak terima kasih untuknya karena sudah mengirim satu buah bouquet mawar besar.Namun, senyum ceria Nicholas mendadak luntur ketika panggilan itu dia terima. Bukan wajah ceria Shiren yang memenuhi layar ponselnya, melainkan penampakan erotis yang menyiksa hasratnya."Selamat siang suamiku," sapa Shiren dengan suara yang sengaja dibuat mendayu-dayu.Nicholas tidak menjawab, buru-buru dia masuk ke dalam ruangannya dan menutup pintu rapat-rapat. Dia berharap sedari tadi dia melamun di depan pintu ruang meeting layar ponselnya tidak ada yang melihat."Apa yang kamu lakukan siang hari begini, Shiren?!" kesal Nicholas, kepalanya terasa hampir muncul tanduk.Shiren tertawa ringan, dia sengaja menjauhkan ponselnya di ujung bathtube. Permukaan air yang ditutupi oleh ratusan kelop
"Masam sekali wajahmu, Nicholas," cibir Cassie melihat kedatangan Nicholas yang cukup tergesa. Jangan lupakan tatapan tajam serta garis wajah yang begitu ketat. Nicholas seperti sedang mencari musuh."Di mana Shiren?" tanya Nicholas, dia ingin cepat-cepat bertemu dengan perempuan menyebalkan satu itu."Di kamar. Dia baru tidur satu setengah jam yang lalu, jangan coba-coba membangunkan Shiren!" ujar Cassie memperingati. Nicholas tak peduli, dia kembali berlari kecil memasuki lift lalu menekan tombol nomor kamar miliknya. Tiba di kamar, Nicholas malah tersihir oleh kedamaian yang dipancarkan oleh Shiren. Padahal, wanita itu masih asyik tertidur, namun entah mengapa raut wajah damainya bisa menenangkan pikiran Nicholas yang sedang panas ini."Nyenyak sekali istriku," gumam Nicholas seraya mengusap lembut kepala sang istri. Dia tersenyum kecil ketika Shiren sedikit bergerak untuk meregangkan tubuh, setelahnya wanita itu kembali terlelap dengan nyaman.Niat jahat di hati Nicholas hilang t
"Wow, sepertinya kita menemukan hal lain di sini," ujar dokter Stevie dengan pandangan fokus pada layar yang menunjukkan kandungan Shiren.Shiren sontak tegang, pikirannya melayang pada hal buruk tentang kandungannya. Begitu pula dengan Belinda, Cassie, dan Robert. Semua orang yang ada di sana berubah tegang kecuali Stevie tentu saja."Hal lain apa, Dok? Apakah berbahaya? Aku harus bagaimana?" tanya Shiren panik. Belum apa-apa dia sudah ingin menangis. Tawa dokter Stevie semakin membuat mereka bingung, raut wajah dokter itu juga terlihat sangat bahagia. Berbeda dengan yang lainnya."Bukan hal buruk, Nyonya. Tapi ini adalah anugrah dari Tuhan. Lihat, sekarang kita bisa melihat tiga gumpalan kecil, bukan satu seperti satu bulan yang lalu. Itu artinya, ada tiga calon bayi yang sedang tumbuh di rahim Nyonya Shiren," jelas Stevie. Semua orang yang mendengar penjelasan dokter Stevie kompak melongo. Terutama Shiren, dia sampai menatap layar dan perutnya secara bergantian. Amat sangat tidak
"Ohh, Sayang, kenapa kamu tidak menua sama sekali?" tanya Shiren dengan suara sensual saat merasakan badai kenikmatan yang tidak berkesudahan dari sang suami. Melihat bagaimana gagahnya pria ini memberikan sentuhan cinta yang tak pernah berubah dari awal mereka bersama. Nicholas mencecap habis seluruh rongga mulut Shiren seakan ingin menyatukan dua raga yang berbeda. Dan untuk yang ke sekian kalinya, mereka menikmati puncak kenikmatan bersamaan dengan rasa cinta yang semakin meluap.Nicholas ambruk di samping sang istri, memandang penuh bahagia pada seorang wanita yang sangat berarti di hidupnya."Harusnya aku yang bertanya seperti itu, Shiren. Kamu seperti vampir yang tidak pernah tua. Wajahmu saat masih gadis masih bisa aku lihat sekarang," balas Nicholas tak kalah pandai memuja sang pujaan hati.Shiren semakin menempel pada Nicholas seraya terkikik geli, dia naik ke atas perut Nicholas lalu berbaring di sana. "Andai aku bisa hamil lagi, aku rindu saat-saat mengandung dan dimanja
Nicholas memandang haru foto keempat anaknya yang tumbuh dengan sangat baik. Putri bungsunya bahkan sudah besar dan kini sudah memasuki sekolah menengah atas, tiga kakaknya yang lain sudah lulus dari perguruan tinggi dan sibuk dengan cita-cita mereka masing-masing.Nicholas tidak pernah terpikirkan sanggup menjalani kehidupan selama ini setelah berbagai macam badai yang dia lewati. Tentunya, bersama Shiren dia sanggup melewati segala hal."Melamun lagi? Agaknya lebih baik kita pergi berkencan daripada bosan di rumah. Ayo, aku sudah pesan tempat," celetuk Shiren membubarkan lamunan Nicholas.Ditariknya pinggang Shiren dengan lembut sampai tubuh itu jatuh dalam pangkuan Nicholas. Shiren hanya bisa diam dan menikmati rengkuhan hangat dari sang suami."Aku sangat mencintaimu, Shiren. Kamu segalanya untukku," lirih Nicholas tampak berhenti membelai lembut tubuh sang istri. "Aku juga. Aku juga sangat sangat mencintaimu," balas Shiren tak kalah lembut. Semakin tua Nicholas semakin manja dan
"Nicholas, Shiren jatuh!"Tiga kata keramat itu berhasil membuat nyawa Nicholas hampir lepas dari tempatnya. Kandungan Shiren sangat lemah, dan beberapa hari yang lalu dokter sempat berkata padanya kalau Shiren tidak boleh jatuh-jatuh lagi atau akibatnya sangat fatal. Dan saat ini, hal yang sama terulang kembali."Shiren, jangan tidur! Tatap mataku dan jangan pernah tidur! Lihat aku lihat aku, kamu pasti baik-baik saja, kamu dan anak kita pasti selamat. Jangan tutup matamu, Sayang, aku mohon. Katakan apapun yang kamu rasa dan jangan pernah tidur!" Nicholas terus mengoceh dengan kedua kaki terus melangkah membawa istrinya keluar dari rumah. Dan saat masuk ke dalam mobil, Shiren hampir-hampir hilang kesadaran kalau Nicholas tidak semakin kuat berteriak."Shiren, ingat anak-anak dan aku, Sayang. Kamu tidak boleh seperti ini, kamu harus sembuh dan jangan pernah berniat meninggalkan kami. Lihat aku, kamu kuat dan harus bisa bertahan seperti apapun sulitnya. Aku mohon jangan tidur," pinta N
Sepasang suami istri yang sedang berbuat mesum di salah satu gazebo pantai hampir saja terciduk oleh petugas keamanan. Beruntungnya mereka tidak sampai melepas pakaian dan dengan mudah menutupi inti diri agar tidak dilihat orang lain."Kami hanya duduk santai di sini, tidak macam-macam," ungkap Nicholas dengan raut wajah serius, berharap kalau dua petugas keamanan yang sedang menginterogasinya percaya."Baiklah, maafkan kami sudah mengganggu waktu Tuan dan Nyonya, mungkin tadi hanya perasaanku saja seperti mendengar suara-suara aneh. Di pantai daerah ini memang tidak boleh macam-macam, kami bukan budaya yang bebas," jelas salah satu dari mereka. Setelah tak ada lagi salah paham, mereka pun pergi."Astaga ... aku benar-benar malu! Bagaimana bisa kita hampir terciduk? Idemu sangat buruk," gerutu Shiren kesal luar biasa pada suaminya. Dia sudah tiga kali menolak ide gila Nicholas, namun pria ini tetap memaksa. Alhasil, hampir saja kelakuan buruk mereka diketahui oleh orang lain."Maafka
Anak-anak di rumah tak kalah antusias dari orang tuanya yang sedang pergi berlibur. Mereka juga diajak pergi oleh Cassie dan Robert setiap pulang sekolah dan selalu pulang malam. Meskipun lelah menghadapi tiga cucunya yang sangat aktif, tapi Cassie dan Robert sangat senang. Mereka sangat puas bermain dengan anak-anak."Nenek, kami dan ayah lebih nakal siapa? Kata ayah, kami tidak nakal dan sangat baik seperti ayah kecil. Memangnya ayah tidak nakal? Aku tidak percaya sebenarnya," ujar Bernard mengungkapkan rasa penasarannya selama ini. Sudah cukup lama dia ingin bertanya namun baru ingat lagi sekarang.Cassie dan Robert sontak saling bertukar tatapan, Robert hanya bisa mengendikkan bahu dan menyerahkan urusan anak-anak pada Cassie. Robert pergi mencari angin di luar."Tentu saja, ayah kalian sangat baik dan tidak nakal. Maka dari itu kalian pun menjadi anak-anak yang tak beda jauh dengan ayah sewaktu kecil. Tapi tetap saja, mengurus tiga anak sekaligus tentu lebih melelahkan. Maka dari
Selesai bercinta yang sangat membara, Shirren kembali diserang rasa lapar luar biasa. Namun sebelum keluar dari kamar, dia tak lupa untuk mengenakan pakaian tertutup dari leher sampai ujung kaki. Jangan sampai ada orang lain yang melihat motif polkadot di tubuhnya. "Anna, tolong buatkan paella dan churos, ya? Ah iya, buatkan juga espreso dan jus mangga," pinta Shiren pada pramugari yang melayani. Wanita bernama Anna itu langsung mengiyakan dan cepat-cepat pergi.Shiren tak langsung kembali ke kamar, dia berkeliling sebentar di dalam pesawat pribadi ini yang sangat luas dan nyaman. Sofa-sofa berbulu halus dan empuk itu berhasil mencuri perhatian Shiren."Ah ... pinggangku, sofa ini nyaman sekali," gumam Shiren setelah berhasil menemukan posisi nyaman di sofa tunggal yang sangat nyaman. Dia hampir tertidur jika Anna tidak datang membawa pesanan yang dia inginkan."Yang espreso tolong berikan pada suamiku." Anna lagi-lagi mengangguk patuh sambil menaruh paella, churos dan jus mangga yan
"Tidak akan kumaafkan." Tiga kalimat yang Nicholas lontarkan berhasil membuat Shiren menahan napas, memandang Nicholas dengan tatapan tak percaya. Shiren menarik sebelah lengan Nicholas untuk dia peluk, dengan mudah dia kembali merengek sambil mengusal-usalkan tubuhnya pada Nicholas seperti anak kucing."Janganlah begitu ... kamu bukan tipe suami tanpa maaf untuk istri, aku tahu itu. Aku sangat sangat meminta maaf padamu, Suamiku. Tolong maafkan aku." Shiren terus merengek dan tak peduli pada pramugari dan pramugara yang berlalu lalang di sekitarnya. "Tapi aku belum mau memaafkanmu, bagaimana? Aku juga sakit hati dituduh yang tidak-tidak dan terus dimarahi sepanjang jalan," balas Nicholas semakin membuat Shiren kelabakan. Meskipun sang suami tidak acuh dan tidak jahat padanya, tetapi selagi maaf belum dia dapatkan, rasanya tidak akan pernah ada ketenangan."Kapan kamu mau memaafkanku memangnya? Apakah ada satu syarat yang perlu aku lakukan agar kamu mau memaafkanku?" tanya Shiren l
Pihak keamanan restoran sangat pusing melayani nyonya Leonard yang menyebalkan, berulang kali melihat rekaman yang dia mau namun masih belum percaya juga."Kamu tidak disuap oleh suamiku, kan? Berapa banyak uang yang dia berikan untuk mengedit video sebenarnya? Akan kubayar sepuluh kali lipat asal kamu beri tahu aku yang asli, bagaimana?" tawar Shiren yang masih yakin suaminya ini berbohong.Dari rekaman yang dia lihat, memang Nicholas dan Lea sempat bersentuhan secara tidak sengaja. Tapi, rasanya dia masih belum yakin. Di pojok ruangan Nicholas hanya bisa diam menyaksikan bagaimana petugas keamanan bagian memantau cctv melayani istrinya. Dari raut wajahnya Nicholas sudah bisa menebak kalau petugas itu sudah sangat lelah. "Demi Tuhan aku tidak berbohong, Nyonya. Kami tidak pernah merekayasa rekaman-rekaman seperti ini karena sangat rumit dan bisa membuat sistem berubah-ubah. Dan juga tuan Nicholas tidak pernah menyuapku, kami saja bertemu baru kali ini," jelas petugas itu entah untu
"Heh! Kamu cari kesempatan ya?!" Nicholas reflek mendorong tubuh Lea yang semula menempel pada tubuhnya. Heels yang Lea kenakan terlalu tinggi, alhasil salah sedikit saja dia hampir jatuh.Lea hampir jatuh untuk yang kedua kalinya jika tidak ditolong oleh sopir Nicholas. Setelah bisa berdiri dengan benar, barulah Lea membalas Nicholas yang seenak hati menuduhnya."Kamu pikir aku mau menempel padamu seperti tadi? Kalau bisa, pantatku yang cantik ini lebih baik menyentuh lantai daripada menyentuhmu. Dasar pria aneh!" cecar Lea menatap marah pada Nicholas yang menurutnya sangat sembarangan. Nicholas menghela napas pelan dan memilih diam, sebenarnya tadi dia hanya terkejut. Rasanya sangat tidak nyaman saat tubuh wanita lain menyentuh dirinya. Padahal, dia tahu sendiri kalau tadi Lea benar-benar jatuh dan tidak sengaja."Baiklah, aku minta maaf. Terima kasih atas waktu dan penjelasanmu malam ini," putus Nicholas sebelum masuk ke dalam mobil miliknya. Lea hanya mengangguk singkat dan dia