"Kenapa istrimu tidak ikut turun? Shiren sakit atau bagaimana?" tanya Cassie bingung melihat hanya Nicholas yang datang untuk sarapan. Biasanya, dia datang berdua dengan Shiren.
"Dia sedikit tidak enak badan, badannya juga hangat. Aku sarapan di kamar saja," jawab Nicholas sambil mengambil dua piring sarapan untuknya dan untuk Shiren.Robert dan Cassie yang hampir menyuapkan makanan ke dalam mulut kompak terhenti mendengar ucapan Nicholas."Kenapa kamu sangat santai istrimu sakit?! Sini, Ibu saja yang bawa sarapan!" sentak Cassie sambil mengambil alih sepiring makanan yang Nicholas pegang. Dia sampai melongo melihat Cassie yang terlihat sangat panik. Beberapa detik kemudian wanita itu menghilang tertelan lift."Istrimu sakit apa? Sudah menghubungi dokter?" tanya Robert yang lebih santai. Dia bisa seperti itu karena melihat Nicholas yang memang santai. Mungkin kalau Nicholas terlihat panik, dia pasti sama seperti Cassie.Nicholas mengg"Jangankan hamil dan melahirkan, naik turun tangga saja aku sudah tidak kuat sampai kamu membangun lift di rumah kita! Nicholas tidak butuh adik, dia butuh anak yang banyak bersama Shiren!" cerocos Cassie sinis. Robert segera menarik tubuh istrinya untuk dia peluk sambil tertawa. Nikmat sekali pagi-pagi seperti ini sudah mendapat omelan dari istri tercinta."Aku hanya bercanda, tidak mungkin juga kamu bisa hamil setelah berhenti menstruasi. Maafkan aku, ayo lihat Shiren di kamar," ucap Robert yang langsung duangguki oleh Cassie. Mereka berjalan beriringan memasuki kamar Shiren yang tidak terkunci. Di sana wanita itu terlihat sangat tenang bersantai ditemani film komedi yang dia sukai."Bagaimana keadaanmu, Nak? Sudah lebih baik?" tanya Robert sambil meletakkan punggung tangannya pada dahi SHiren."Sudah, Yah. Lihat itu, Nicholas menyediakan semua kebutuhanku di kamar sampai aku malas untuk turun," ujar Shiren sambil menunjuk sebuah meja
"Kamu suka?" tanya Nicholas sambil mengusap lelehan air mata di pipi Shiren. Wanita itu mengangguk cepat lalu memeluk tubuh suaminya erat-erat."Terima kasih, aku sangat suka ini!" jawab Shiren semangat. Dia terus memerhatikan pergelangan tangannya yang dihiasi gelang model Charm. Gelang rantai yang dihiasi red diamond itu terlihat sangat indah dilihat. Nicholas sangat senang mendengar ucapan Shiren, tidak sia-sia usahanya untuk mendapatkan gelang unik satu ini. Masalah harga dia tidak masalah, namun kelangkaannya yang membuat Nicholas merasa tertantang. "Kalung dari Ibu sangat pantas kamu kenakan, aku rasa gelang ini juga cocok untukmu. Sama-sama red diamond," ungkap Nicholas. Dia meraih pergelangan tangan Shiren yang berhiaskan gelang untuk dia cium.Shiren turun dari pangkuan Nicholas lalu menarik selimut untuk menutupi tubuhnya yang polos. Ya, mereka baru selesai bercinta. Rasa lelah Shiren setelah melayani Nicholas hilang begitu saja mendap
2 tahun kemudian.Shiren hanya bisa menangis tersedu dalam dekapan Nicholas setelah melihat tes kehamilan yang baru dia lakukan. Lagi-lagi dia kecewa dengan hasilnya yang menyatakan negatif."Kenapa terus seperti ini? Kapan Tuhan memberiku bayi lagi?" rengek Shiren membuat perasaan Nicholas semakin tidak karuan. Hampir setiap bulan sejak satu tahun yang lalu dirinya dan Shiren dibuat kecewa oleh hasil tes yang selalu negatif."Belum waktunya, Sayang. Bersabarlah, kita masih bisa berusaha," ucap Nicholas yang bingung harus berkata bagaimana lagi. Dia juga sejujurnya sangat menantikan kehamilan Shiren."Aku ingin hamil, sampai kapan kita terus berdua? Aku ingin memiliki anak!"Shiren benar-benar kecewa, dia melepas pelukan suaminya dengan keras lalu berlari keluar dari kamar mandi. Dia membanting tubuhnya sendiri pada permukaan kasur lalu kembali menangis di sana. Hanya ini yang bisa dia lakukan setiap bulan setelah melihat test pack-nya yang selalu negatif.Nicholas duduk di samping Sh
Niat hati membawa Shiren ke taman kota adalah membahagiakan wanita itu, pada kenyataannya Shiren malah semakin histeris ketika melihat banyak pasangan muda yang membawa anak-anak mereka. Anak-anak yang lucu-lucu itu bukan menghibur hati Shiren, melainkan semakin membuatnya terluka. Mau tak mau Nicholas membawa pulang istrinya lagi."Maafkan aku, aku tidak bermaksud membuatmu semakin bersedih. Kita pulang sekarang, ya?" tanya Nicholas sambil menepuk-nepuk pelan punggung istrinya. Shiren tidak membalas apapun, bahkan pelukannya pada Nicholas semakin erat. Rasa percaya dirinya turun ke dasar paling bawah. Hati Nicholas semakin berdenyut nyeri melihat istrinya yang tidak bisa berhenti menangis. Dia sudah berusaha membujuk dan merayu sebisa mungkin, tetapi istrinya masih tetap seperti ini. Harus bagaimana lagi?Sampai akhirnya mobil mereka sudah berada di depan rumah, kedua mata Shiren belum juga berhenti mengeluarkan air mata. Wajah cantiknya terlih
"Ayo antar aku ke dokter, aku ingin periksa lagi," rengek Shiren. Jas yang sudah Nicholas kenakan dia tarik kembali agar pria itu tidak ke mana-mana.Nicholas pun terdiam, dia bingung hendak menjawab iya atau tidak. Tapi, kalau sudah memaksa seperti ini apa boleh buat, bukan? Kalau dilarang dia takut Shiren bertambah stres. "Baiklah, besok aku temani kamu ke dokter, sekarang aku harus pergi bekerja. Ayo, lepaskan dulu jasku," ujar Nicholas membuat Shiren segera melepaskan jas milik suaminya lalu digantikan dengan pelukan yang cukup mengejutkan Nicholas. Posisinya saat ini Nicholas berdiri di dekat ranjang, sedangkan Shiren duduk di tepi ranjang itu sendiri. Wajah wanita itu menempel sempurna pada perut suaminya yang liat."Nanti terima aku apa adanya ya kalau hasil pemeriksaanku ternyata buruk," ujar Shiren kembali membuat Nicholas menghela napas pasrah. Belum apa-apa istrinya sudah terlalu banyak berpikir."Pasti hasilnya sama seperti beberapa b
"Aku hanya bercanda! Jangan dengarkan Ayah!" ujar Shiren panik. Dia tidak menyangka gerutuannya didengar oleh Robert dan pria itu langsung disampaikan pada Nicholas. Lebih parah lagi ketika Nicholas langsung setuju."Ayah bisa meminta beberapa orang untuk mengurus perusahaan itu, dengan begitu Nicholas tidak perlu bekerja," ujar Robert terdengar sangat santai. Berbeda dengan Shiren yang sedari tadi panik sendiri. Nicholas dan Cassie juga terlihat sangat santai."Tidak tidak, aku hanya bercanda. Ayo Sayang, kamu belum membersihkan diri." Shiren segera membawa Nicholas untuk pergi dari hadapan Cassie dan Robert. Nicholas sendiri bingung, tiba-tiba saja ayahnya meminta dia berhenti bekerja dan fokus pada Shiren. Sedangkan Shiren sendiri? Ah entahlah."Aku tadi hanya bercanda dengan Ayahmu, kamu masih boleh bekerja, kok!" celetuk Shiren sambil membantu Nicholas melepas pakaian kerja yang masih dia kenakan. "Memangnya kamu meminta pada Syah agar aku berhenti bekerja?" tanya Nicholas yang
Hati Shiren sangat was-was menunggu hasil pemeriksaan dirinya sendirian. Beberapa saat yang lalu Nicholas pergi ke kamar mandi membuat Shiren menunggu dengan cemas apa yang akan disampaikan oleh dokter sendirian."Ke mana tuan Nicholas, Nyonya?" tanya dokter yang baru saja tiba dari ruangan khusus sambil membawa sebuah surat yang Shiren yakini itu adalah hasil pemeriksaan tubuhnya."Sedang ke kamar mandi, Dok. Tolong tunggu sebentar lagi, Dok," pinta Shiren yang tentunya langsung diiyakan oleh dokter itu.Baru beberapa menit mulutnya terkatup, Nicholas datang dengan raut wajah yang lebih lega. Selama proses pemeriksaan tadi pria itu terlihat sangat tegang, campuran antara rasa khawatir dan rasa mulas luar biasa."Sudah siap?" tanya dokter setelah membuka lipatan surat yang dia bawa. Shiren dan Nicholas pun mengangguk kompak."Hasilnya sama seperti beberapa bulan kemarin, Nyonya. Tidak ada masalah apapun, rahimmu sangat baik dan sangat siap menerima calon anak baru," ungkap dokter berh
Beberapa hari kemudian, Shiren dikejutkan oleh surat kesehatan dari dokter yang dia temukan di saku celana Nicholas. Aliran darah Shiren seperti spontan berhenti membaca isi surat itu. "Ini surat kesehatanku lima bulan yang lalu? Kenapa isinya seperti ini?"Shiren berusaha untuk tidak percaya pada apa yang dia lihat. Pemeriksaan lima bulan yang lalu ataupun beberapa hari yang lalu, tidak ada sedikit pun yang menyatakan bahwa rahimnya ada masalah. Kenapa berbeda dengan surat satu ini?Jantung Shiren semakin bertalu kuat ketika surat itu dia baca berulang kali. Benar, ini surat miliknya. Surat ini juga terlihat sangat lusuh. Cepat-cepat dia pergi dari area belakang lalu mencari keberadaan Nicholas. "Nicholas!" Nicholas yang sedang menikmati secangkir teh hangat di balkon kamar terkejut bukan main mendengar panggilan melengking dari istrinya. Dia menoleh, menatap Shiren heran. Untuk apa pula wanita itu membawa kertas lusuh?"Ada apa, Sayang? Apa yang kamu bawa?"Shiren tak langsung me
"Ohh, Sayang, kenapa kamu tidak menua sama sekali?" tanya Shiren dengan suara sensual saat merasakan badai kenikmatan yang tidak berkesudahan dari sang suami. Melihat bagaimana gagahnya pria ini memberikan sentuhan cinta yang tak pernah berubah dari awal mereka bersama. Nicholas mencecap habis seluruh rongga mulut Shiren seakan ingin menyatukan dua raga yang berbeda. Dan untuk yang ke sekian kalinya, mereka menikmati puncak kenikmatan bersamaan dengan rasa cinta yang semakin meluap.Nicholas ambruk di samping sang istri, memandang penuh bahagia pada seorang wanita yang sangat berarti di hidupnya."Harusnya aku yang bertanya seperti itu, Shiren. Kamu seperti vampir yang tidak pernah tua. Wajahmu saat masih gadis masih bisa aku lihat sekarang," balas Nicholas tak kalah pandai memuja sang pujaan hati.Shiren semakin menempel pada Nicholas seraya terkikik geli, dia naik ke atas perut Nicholas lalu berbaring di sana. "Andai aku bisa hamil lagi, aku rindu saat-saat mengandung dan dimanja
Nicholas memandang haru foto keempat anaknya yang tumbuh dengan sangat baik. Putri bungsunya bahkan sudah besar dan kini sudah memasuki sekolah menengah atas, tiga kakaknya yang lain sudah lulus dari perguruan tinggi dan sibuk dengan cita-cita mereka masing-masing.Nicholas tidak pernah terpikirkan sanggup menjalani kehidupan selama ini setelah berbagai macam badai yang dia lewati. Tentunya, bersama Shiren dia sanggup melewati segala hal."Melamun lagi? Agaknya lebih baik kita pergi berkencan daripada bosan di rumah. Ayo, aku sudah pesan tempat," celetuk Shiren membubarkan lamunan Nicholas.Ditariknya pinggang Shiren dengan lembut sampai tubuh itu jatuh dalam pangkuan Nicholas. Shiren hanya bisa diam dan menikmati rengkuhan hangat dari sang suami."Aku sangat mencintaimu, Shiren. Kamu segalanya untukku," lirih Nicholas tampak berhenti membelai lembut tubuh sang istri. "Aku juga. Aku juga sangat sangat mencintaimu," balas Shiren tak kalah lembut. Semakin tua Nicholas semakin manja dan
"Nicholas, Shiren jatuh!"Tiga kata keramat itu berhasil membuat nyawa Nicholas hampir lepas dari tempatnya. Kandungan Shiren sangat lemah, dan beberapa hari yang lalu dokter sempat berkata padanya kalau Shiren tidak boleh jatuh-jatuh lagi atau akibatnya sangat fatal. Dan saat ini, hal yang sama terulang kembali."Shiren, jangan tidur! Tatap mataku dan jangan pernah tidur! Lihat aku lihat aku, kamu pasti baik-baik saja, kamu dan anak kita pasti selamat. Jangan tutup matamu, Sayang, aku mohon. Katakan apapun yang kamu rasa dan jangan pernah tidur!" Nicholas terus mengoceh dengan kedua kaki terus melangkah membawa istrinya keluar dari rumah. Dan saat masuk ke dalam mobil, Shiren hampir-hampir hilang kesadaran kalau Nicholas tidak semakin kuat berteriak."Shiren, ingat anak-anak dan aku, Sayang. Kamu tidak boleh seperti ini, kamu harus sembuh dan jangan pernah berniat meninggalkan kami. Lihat aku, kamu kuat dan harus bisa bertahan seperti apapun sulitnya. Aku mohon jangan tidur," pinta N
Sepasang suami istri yang sedang berbuat mesum di salah satu gazebo pantai hampir saja terciduk oleh petugas keamanan. Beruntungnya mereka tidak sampai melepas pakaian dan dengan mudah menutupi inti diri agar tidak dilihat orang lain."Kami hanya duduk santai di sini, tidak macam-macam," ungkap Nicholas dengan raut wajah serius, berharap kalau dua petugas keamanan yang sedang menginterogasinya percaya."Baiklah, maafkan kami sudah mengganggu waktu Tuan dan Nyonya, mungkin tadi hanya perasaanku saja seperti mendengar suara-suara aneh. Di pantai daerah ini memang tidak boleh macam-macam, kami bukan budaya yang bebas," jelas salah satu dari mereka. Setelah tak ada lagi salah paham, mereka pun pergi."Astaga ... aku benar-benar malu! Bagaimana bisa kita hampir terciduk? Idemu sangat buruk," gerutu Shiren kesal luar biasa pada suaminya. Dia sudah tiga kali menolak ide gila Nicholas, namun pria ini tetap memaksa. Alhasil, hampir saja kelakuan buruk mereka diketahui oleh orang lain."Maafka
Anak-anak di rumah tak kalah antusias dari orang tuanya yang sedang pergi berlibur. Mereka juga diajak pergi oleh Cassie dan Robert setiap pulang sekolah dan selalu pulang malam. Meskipun lelah menghadapi tiga cucunya yang sangat aktif, tapi Cassie dan Robert sangat senang. Mereka sangat puas bermain dengan anak-anak."Nenek, kami dan ayah lebih nakal siapa? Kata ayah, kami tidak nakal dan sangat baik seperti ayah kecil. Memangnya ayah tidak nakal? Aku tidak percaya sebenarnya," ujar Bernard mengungkapkan rasa penasarannya selama ini. Sudah cukup lama dia ingin bertanya namun baru ingat lagi sekarang.Cassie dan Robert sontak saling bertukar tatapan, Robert hanya bisa mengendikkan bahu dan menyerahkan urusan anak-anak pada Cassie. Robert pergi mencari angin di luar."Tentu saja, ayah kalian sangat baik dan tidak nakal. Maka dari itu kalian pun menjadi anak-anak yang tak beda jauh dengan ayah sewaktu kecil. Tapi tetap saja, mengurus tiga anak sekaligus tentu lebih melelahkan. Maka dari
Selesai bercinta yang sangat membara, Shirren kembali diserang rasa lapar luar biasa. Namun sebelum keluar dari kamar, dia tak lupa untuk mengenakan pakaian tertutup dari leher sampai ujung kaki. Jangan sampai ada orang lain yang melihat motif polkadot di tubuhnya. "Anna, tolong buatkan paella dan churos, ya? Ah iya, buatkan juga espreso dan jus mangga," pinta Shiren pada pramugari yang melayani. Wanita bernama Anna itu langsung mengiyakan dan cepat-cepat pergi.Shiren tak langsung kembali ke kamar, dia berkeliling sebentar di dalam pesawat pribadi ini yang sangat luas dan nyaman. Sofa-sofa berbulu halus dan empuk itu berhasil mencuri perhatian Shiren."Ah ... pinggangku, sofa ini nyaman sekali," gumam Shiren setelah berhasil menemukan posisi nyaman di sofa tunggal yang sangat nyaman. Dia hampir tertidur jika Anna tidak datang membawa pesanan yang dia inginkan."Yang espreso tolong berikan pada suamiku." Anna lagi-lagi mengangguk patuh sambil menaruh paella, churos dan jus mangga yan
"Tidak akan kumaafkan." Tiga kalimat yang Nicholas lontarkan berhasil membuat Shiren menahan napas, memandang Nicholas dengan tatapan tak percaya. Shiren menarik sebelah lengan Nicholas untuk dia peluk, dengan mudah dia kembali merengek sambil mengusal-usalkan tubuhnya pada Nicholas seperti anak kucing."Janganlah begitu ... kamu bukan tipe suami tanpa maaf untuk istri, aku tahu itu. Aku sangat sangat meminta maaf padamu, Suamiku. Tolong maafkan aku." Shiren terus merengek dan tak peduli pada pramugari dan pramugara yang berlalu lalang di sekitarnya. "Tapi aku belum mau memaafkanmu, bagaimana? Aku juga sakit hati dituduh yang tidak-tidak dan terus dimarahi sepanjang jalan," balas Nicholas semakin membuat Shiren kelabakan. Meskipun sang suami tidak acuh dan tidak jahat padanya, tetapi selagi maaf belum dia dapatkan, rasanya tidak akan pernah ada ketenangan."Kapan kamu mau memaafkanku memangnya? Apakah ada satu syarat yang perlu aku lakukan agar kamu mau memaafkanku?" tanya Shiren l
Pihak keamanan restoran sangat pusing melayani nyonya Leonard yang menyebalkan, berulang kali melihat rekaman yang dia mau namun masih belum percaya juga."Kamu tidak disuap oleh suamiku, kan? Berapa banyak uang yang dia berikan untuk mengedit video sebenarnya? Akan kubayar sepuluh kali lipat asal kamu beri tahu aku yang asli, bagaimana?" tawar Shiren yang masih yakin suaminya ini berbohong.Dari rekaman yang dia lihat, memang Nicholas dan Lea sempat bersentuhan secara tidak sengaja. Tapi, rasanya dia masih belum yakin. Di pojok ruangan Nicholas hanya bisa diam menyaksikan bagaimana petugas keamanan bagian memantau cctv melayani istrinya. Dari raut wajahnya Nicholas sudah bisa menebak kalau petugas itu sudah sangat lelah. "Demi Tuhan aku tidak berbohong, Nyonya. Kami tidak pernah merekayasa rekaman-rekaman seperti ini karena sangat rumit dan bisa membuat sistem berubah-ubah. Dan juga tuan Nicholas tidak pernah menyuapku, kami saja bertemu baru kali ini," jelas petugas itu entah untu
"Heh! Kamu cari kesempatan ya?!" Nicholas reflek mendorong tubuh Lea yang semula menempel pada tubuhnya. Heels yang Lea kenakan terlalu tinggi, alhasil salah sedikit saja dia hampir jatuh.Lea hampir jatuh untuk yang kedua kalinya jika tidak ditolong oleh sopir Nicholas. Setelah bisa berdiri dengan benar, barulah Lea membalas Nicholas yang seenak hati menuduhnya."Kamu pikir aku mau menempel padamu seperti tadi? Kalau bisa, pantatku yang cantik ini lebih baik menyentuh lantai daripada menyentuhmu. Dasar pria aneh!" cecar Lea menatap marah pada Nicholas yang menurutnya sangat sembarangan. Nicholas menghela napas pelan dan memilih diam, sebenarnya tadi dia hanya terkejut. Rasanya sangat tidak nyaman saat tubuh wanita lain menyentuh dirinya. Padahal, dia tahu sendiri kalau tadi Lea benar-benar jatuh dan tidak sengaja."Baiklah, aku minta maaf. Terima kasih atas waktu dan penjelasanmu malam ini," putus Nicholas sebelum masuk ke dalam mobil miliknya. Lea hanya mengangguk singkat dan dia