Home / Romansa / Kedai Juni & Juli / Bab 18. Pandangan Pertama

Share

Bab 18. Pandangan Pertama

last update Last Updated: 2021-08-26 00:49:14

“Pasti pas di Tangkuban Perahu, Nenek foto ramai-ramai kan?” sela Juli yang langsung dipelototi oleh Juni.

“Sok tahu nih.”

Zalma tersenyum. Juli lalu segera mengambil foto hitam putih di atas piano dan menunjukkan ke Zalma.

“Sekarang, aku coba tebak ya nama-nama orang di foto ini. Laki-laki yang tinggi agak gemuk ini Cahyo, di sebelahnya Ah Chen, di sebelahnya Nenek, nah sebelah Nenek Jauhari, betul gak Nek?”

Zalma memperhatikan foto itu sebentar kemudian mengangguk.

“Betul.”

“Yess, aku emang berbakat nih kalau jadi detektif.”

“Lu mau buka usaha makanan apa mau jadi detektif sih? Gak jelas,” Juni berpura-pura kesal.

Juli tertawa terbahak.

“Keren juga yah, nanti kita bakal belajar bakmi dari Mongolia Jul. Eh tapi, kan katanya gak boleh dijual ya, kok jadi dijual sih Nek bakminya? Terus Syam dimana? Kok kita gak pernah tahu Nenek ada kakak laki-l

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Kedai Juni & Juli   Bab 19. Replikasi

    Mei Ling sudah selesai menerjemahkan huruf Sirilik itu ke bahasa Indonesia dan ditulis di atas selembar kertas. Zalma yang melihat kertas itu masih juga tidak mengerti. Banyak istilah aneh yang belum pernah ia baca membuatnya kebingungan.“Ini apa sih Mah?”“Ini ya resepnya Zal.”“Kok bahasanya tetap aneh sih?”“Resep ini memang kebanyakan menggunakan herbal dari China.”“Pantas banyak tulisan yang aku tidak mengerti.”“Mamah ajarin kamu sedikit bahasa Mongolia ini ya?”“Huruf Sirilik ini Mah?”Me Ling mengangguk.“Boleh Mah.”Mei Ling lalu masuk ke kamar tidurnya, kemudian keluar membawa sebuah buku kecil berwarna kecoklatan yang terlihat lusuh. Ia lalu duduk di hadapan Zalma dan membuka buku itu.“Sebenarnya bahasa asli Mongolia ditulis menggunakan huruf Bicig tapi karena pengar

    Last Updated : 2021-08-27
  • Kedai Juni & Juli   Bab 20. Syam

    “Tunggu dulu Nek, aku penasaran nih, Cahyo yang dicerita Nenek itu Cahyo Kusuma apa bukan?” Juli kembali menyela.Zalma mengangguk.“Iya, Cahyo Kusuma.”“Cahyo Kusuma bapaknya si Dimas yang anaknya nonjok si Juni kemarin ini?” Juli mencoba mempertegas kembali. Ia takut salah.“Iya, betul.”“Tuh kan Jul, gue bilang juga apa, bener kan cerita Nenek ada hubungan sama keluarga Kusuma,” kata Juni sambil tersenyum penuh kemenangan.Juli hanya sedikit memonyongkan bibirnya.“Kali ini gue yang berhasil jadi detektif.”“Itu mah bukan detektif kali, kebeneran aja feeling lu kuat jadi pas.”Juni tertawa terkekeh.“Terus gimana lagi Nek? Jauhari jadi ngelamar Nenek?” tanya Juli.“Cerita Nenek mirip kayak sinetron ya, cinta-cintaannya banyak,” kata Juni sambil tertawa.“Iya nih. Gak nyangka, Nenek wak

    Last Updated : 2021-08-30
  • Kedai Juni & Juli   Bab 21. Luka dan Cinta

    Pemakaman Syam pagi itu berlangsung khidmat. Mei Ling tidak henti-hentinya menangis di pelukan Rustam sementara Zalma berusaha terlihat tegar meski di dalam hati ia masih belum bisa menerima kenyataan bahwa Syam harus meninggalkan mereka semua untuk selamanya secara tragis.Pihak kepolisian yang mengusut kematian Syam akhirnya menyimpulkan bahwa hal itu terjadi karena kecelakaan atau kelalaian karena tidak ditemukan unsur kekerasan di tubuh Syam. Rustam dan Mei Ling tidak berkeinginan untuk melanjutkan penyelidikan lebih jauh karena selain akan membutuhkan waktu yang lama, mereka pasti akan teringat Syam terus menerus. Biarkan Syam beristirahat dengan tenang dan kami melanjutkan kehidupan, begitu perkataan Rustam kepada pihak kepolisian ketika ia memilih untuk menghentikan kasus itu dan menerima kesimpulan pihak kepolisian dengan ikhlas.Ah Chen, Jauhari dan Cahyo juga hadir di pemakaman dan selalu berusaha untuk tidak jauh dari Zalma. Mereka mengerti bahwa di saat sep

    Last Updated : 2021-08-31
  • Kedai Juni & Juli   Bab 22. Mendua

    Sudah hampir satu bulan lamanya Jauhari meninggalkan kota Bandung dan Zalma, selama itu pula tidak ada kabar darinya. Zalma bertanya-tanya, apakah Jauhari sedemikian sibuk sehingga lupa berkirim surat kepadanya. Meskipun begitu, Zalma tidak khawatir Jauhari akan melupakannya, ia mengenal persis sisi kepribadian Jauhari yang tidak mudah jatuh cinta. Rustam sudah kembali menyibukkan diri di peternakan, meski Zalma tahu kesedihan terkadang masih nampak di matanya. Mei Ling pun nampak berusaha keras untuk tetap bisa menjalani hari seperti biasa. Sepeninggal Syam, Mei Ling kini yang kerap kali menemani Rustam ke Lembang. Kesendirian Zalma di rumah membuatnya bisa menyibukkan diri dengan resep bakmi Nuang Na. Ia mencoba dengan berbagai bumbu yang bisa dapatkannya di pasar untuk membuat resep yang sama persis. Beberapa kali ia gagal sampai akhirnya ia menemukan bahan-bahan yang cocok untuk menciptakan tiruan dari resep itu. Zalma sangat puas dengan hasilnya. Rasa da

    Last Updated : 2021-09-02
  • Kedai Juni & Juli   Bab 23. Beban

    “Halo Putri, ini Briptu Larso.”“Ya Pak.” Suara Putri terdengar lemah. Bayangan tubuh Hadi yang tergeletak berlumuran darah masih belum juga bisa hilang dari ingatannya.“Apakah kita bisa bertemu?”“Boleh, kapan Pak?”“Bagaimana kalau siang ini? Apakah Putri ada urusan?”“Gak ada Pak, saya sudah mengajukan izin tidak masuk di kampus untuk beberapa hari.”“Oke, nanti saya kabari untuk tempatnya ya.”“Oke Pak.”Setelah menutup telepon, Putri kembali termenung. Kejadian kemarin malam membuatnya sangat shock dan masih belum mampu berpikir jernih bahkan sampai ia tidak bisa memejamkan mata barang sejenak untuk tidur.Dimas memerintahkan Jono untuk segera mengantarkan Putri langsung ke rumah setelah dari tempat kost Hadi. Dimas pulalah yang melaporkan kejadian itu kepada Briptu Sularso yang langsung bergerak menuju ke lokas

    Last Updated : 2021-09-04
  • Kedai Juni & Juli   Bab 24. D & R

    Dimas mencium kening Rahadi dengan lembut. Rahadi pun balas menatap Dimas sambil tersenyum, sesekali tangannya memainkan rambut Dimas yang sedikit ikal. Mereka berdua masih berada di atas tempat tidur bernuansa putih itu.“Tadi luar biasa, thanks Baby,” kata Rahadi setengah berbisik.“Thanks to you too sayang. Kayaknya kamu harus sering-sering ke Malaysia deh,” sahut Dimas sambil tertawa.Rahadi ikut tertawa sambil menegakkan posisi tidurnya.“Ngomong-ngomong soal Malaysia, aku udah ketemu sama legal di sana, dan…”“Sssttt..” Jari telunjuk Dimas ditaruh di depan bibir Rahadi. “Hari ini aku gak mau bahas soal pekerjaan, hari ini hanya soal kita.”“Oke, besok aja kalau begitu ya.”“Lusa aja deh, besok aku masih mau berduaan sama kamu.”“Nanti dicariin sama mama kamu loh.”“Dia lagi sibuk ngurusin A

    Last Updated : 2021-09-07
  • Kedai Juni & Juli   Bab 25. Bukan Pilihan

    Juli menatap foto hitam putih di atas piano itu lagi. Setelah mendengar kisah yang dituturkan Zalma kemarin, ia masih tidak menyangka bahwa neneknya tega melakukan perselingkuhan dengan Cahyo. Tapi ia tidak marah kepada Zalma karena itu merupakan bagian dari masa lalu. Setiap orang berhak untuk mendapat kesempatan menjadi yang lebih baik lagi terlepas dari masa lalu yang paling kelam sekalipun. Masa lalu tidak bisa diubah, yang bisa diubah hanya masa kini untuk masa depan.Hari ini, Zalma berjanji akan melanjutkan kisahnya. Ada begitu banyak pertanyaan di benak Juli yang semakin dipikirkan membuatnya semakin penasaran. Apa yang tejadi selanjutnya setelah Zalma berselingkuh? Apakah Jauhari akhirnya akan tahu? Bagaimana dengan Ah Chen?Juli menatap ke arah jam dinding yang menunjukkan waktu pukul tujuh pagi.Tumben nenek belum bangun, pikirnya. Biasanya jam enam nenek sudah bangun untuk menyiapkan sarapan bersama dengan Asih.Juli berjalan mondar mandir di

    Last Updated : 2021-09-10
  • Kedai Juni & Juli   Bab 26. Secarik Kertas

    “Yo, aku hamil.”Kabar itu disampaikan Zalma ketika Cahyo sedang bertandang ke rumahnya bersama dengan Ah Chen. Mereka berencana akan pergi bersama ke alun-alun untuk menikmati pertunjukan lampion yang diadakan pada Sabtu sore ini. Ketika Ah Chen meminta izin ke kamar mandi, barulah Zalma melihat itu sebagai peluang untuk memberitahu Cahyo.“Kamu…hamil?” tanya Cahyo dengan mata terbelalak karena terkejut, mengulang perkataan Zalma.Zalma mengangguk.“Karena kejadian waktu itu?”“Cuma kamu yang pernah melakukan hal itu sama aku. Kamu pasti tahu aku belum pernah dijamah oleh laki-laki manapun.”Cahyo teringat kembali peristiwa di kamar Zalma dua bulan yang lalu. Mereka berdua begitu dimabuk hasrat yang membara sehingga lupa akan segalanya. Keperawanan Zalma direnggut begitu saja oleh Cahyo. Hal yang seharusnya dijaga sampai masuk kepada kesakralan pernikahan kelak akhirnya harus dikorbanka

    Last Updated : 2021-09-13

Latest chapter

  • Kedai Juni & Juli   Bab 62. Awal Baru

    Dimas tengah serius membaca laporan rugi laba PT. Pangan Cakrawala ketika mendadak telepon genggamnya yang tergeletak di atas meja berbunyi.Ternyata Briptu Sularso.“Ya, halo Larso.”“Selamat siang Pak, Ibu Jelita bersama Bapak?”“Tadi kayaknya keluar Larso, ada apa?”“Saya coba telpon Ibu tapi gak diangkat-angkat.”“Memang ada apa Larso?”“Saya tahu siapa pembunuh Putri….”Dimas yang saat itu sedang minum hampir saja tersedak.“Siapa Larso?”“Pak Dimas tolong tanyakan ke sekretaris Ibu kemana beliau pergi, kita susul.”“Maksudnya?”“Saya jemput Pak Dimas, sekarang!”**************Telepon genggam di dalam tas Jelita kembali bergetar namun karena diletakkan di bangku yang kosong di sebelahnya, ia menjadi tidak tahu.“Jad

  • Kedai Juni & Juli   Bab 61. Ternyata

    Wanita muda itu menatap selembar foto yang ada di tangannya sambil tersenyum. Sesekali ia mengelus wajah seorang wanita separuh baya yang ada di foto itu.“Sebentar lagi semuanya akan selesai Bu….,” kata wanita itu pelan.Ia lalu mengambil sebuah botol kecil berisi cairan bening yang ada di atas meja. Bibirnya kembali tersenyum.“Mereka akan rasakan akibatnya.”Wanita itu lalu tertawa terbahak sambil meletakkan kembali botol itu di atas meja. Terlihat sebuah tulisan di depan botol itu yang ditempel dengan menggunakan kertas berwarna putih. Sianida.***************Kedai Juni & Juli siang hari ini terlihat ramai. Beberapa pengunjung yang berasal dari perkantoran sekitar ruko nampak makan siang di sana. Belum lagi pengunjung lainnya yang memang sengaja datang untuk bersantap dan menikmati hidangan di kedai ini.“Jun, untuk bookingan nanti sore yang acara ulang tahun it

  • Kedai Juni & Juli   Bab 60. Kembali ke Masa Lalu

    Pesta ulang tahun Abah Rudi berlangsung sangat meriah. Meski hanya dihadiri oleh keluarga dekat tapi tidak membuat suasana menjadi kaku dan membosankan. Suara gelak tawa dan canda terus menerus mewarnai pesta itu yang berlangsung dari sore sampai malam hari.Lastri menyewa sebuah villa di kawasan Lembang yang letaknya cukup jauh dari keramaian. Ini merupakan permintaan Abah dengan alasan biar bisa lebih dekat dengan keluarga. Lastri menyanggupi tanpa banyak bertanya.Briptu Sularso hadir di pesta itu tepat waktu. Sambutan yang diberikan keluarganya ketika ia menyapa di depan pintu sungguh luar biasa. Semua berebut memeluk dan menciumnya. Entah karena memang ini pertama kalinya ia bisa datang tepat waktu di acara keluarga atau karena rasa kangen yang sekian lama ditahan.Lastri melongokkan kepalanya di depan pintu sambil melihat ke kanan kiri, seperti mencari-cari. Tidak lama kemudian, senyum merekah di wajahnya.“Masuk Mas, disini kan dingin.”

  • Kedai Juni & Juli   Bab 59. Menguak Fakta

    Kamar kos itu tertata dengan rapi. Meski tidak cukup luas tapi tetap nyaman. Tidak banyak barang yang terdapat di sana, hanya ada sebuah ranjang, lemari baju, meja dan kursi kerja serta sebuah televisi ukuran 19 inch yang terletak di atas rak.Di dinding kamar itu hanya terpasang dua buah foto. Satu foto keluarga dan satu foto si penghuni kamar.Hari hampir menjelang tengah malam tapi si penghuni kamar masih tekun mendengarkan isi rekaman yang telah di dengarnya berulang kali. Sesekali ia mencatat beberapa hal yang dianggapnya penting di sebuah buku kecil.Setelah selesai mencatat, ia merenung sejenak. Mengingat kembali pertemuannya di kedai kopi apartemen Paradise Land bersama dengan Dimas dan Jelita beberapa hari yang lalu.“Siapa Zalma itu Bu?”Jelita memandang Briptu Sularso, berpikir sejenak sebelum menjawab pertanyaannya.“Nama lengkapnya Zalma Duni, mantan istri Cahyo, suami saya.”“Apa yang terjad

  • Kedai Juni & Juli   Bab 58. Viral

    Rani menatap layar di telepon genggamnya dengan serius, matanya mengikuti gerakan seseorang yang sedang menari dengan diiringi lagu menghentak. Sesekali tangan dan bahunya mengikuti gerakan orang tersebut. Setelah dirasa sudah bisa mengingat seluruh gerakan itu, Rani kemudian menutup telepon genggamnya sambil tersenyum. “Kur…!” Seorang laki-laki kurus dengan memakai seragam kemeja berwarna coklat muda dan celana panjang berwarna senada dengan sedikit terburu-buru menghampiri Rani. “Iya Mbak Rani.” “Meja Ibu udah diberesin belum?” “Sudah Bu.” “Meja Bapak?” “Sudah juga Bu.” “Ya udah kalo gitu. Kamu tolong beliin nasi uduk di depan kayak biasa buat saya ya,” kata Rani sambil menyerahkan uang kepada laki-laki itu. “Baik Bu.” Laki-laki yang bernama Okur itu kemudian bergegas pergi. Setelah Okur menghilang dari pandangan matanya, Rani menatap jam di dinding. Baru jam 8 pagi, masih belum ada yang datang

  • Kedai Juni & Juli   Bab 57. Pembukaan Kedai

    Juni menatap papan nama yang tergantung di atas ruko nomor 17A itu dengan rasa haru. Tidak disangka akhirnya ia dan Juli berhasil juga membuka usaha yang selama ini mereka inginkan. Sekilas ia teringat semua yang telah mereka alami selama berada di Bandung. Juni lalu tersenyum kecil. “Woy, bengong aja!” Juni tersentak kaget mendengar sebuah suara yang berteriak nyaring di dekat kupingnya. Ternyata suara Juli yang saat ini sedang berdiri di sebelahnya. “Nama kita bagus juga ya Jul kalau dipasang jadi merek gitu.” Juli menatap papan nama yang bertuliskan Kedai Juni & Juli itu sambil mengangguk. “Kayak berirama gitu ya Jun.” “Irama apaan sih maksudnya?” “Puitis gitu, kan di belakangnya huruf i semua.” “Iya juga….”, ujar Juni, “Nek Zalma, Papa sama Mama udah sampai mana Jul?” “Barusan gue telpon sih masih di jalan katanya.” Mereka berdua kemudian masuk ke dalam ruko yang telah berubah bentuk menjadi sebu

  • Kedai Juni & Juli   Bab 56. Curahan Hati

    Jelita memandang wajah Dimas yang sedang menunduk di hadapannya dengan pandangan tajam. Mereka berdua sedang duduk di luar kedai dengan ditemani dua gelas kopi yang asapnya masih terlihat mengepul.“Mama minta kamu segera tinggalkan Rahadi!” Jelita berkata tegas.Pelan-pelan Dimas mengangkat wajahnya.“Kenapa Ma?” Dimas berkata lirih.“Hubungan kalian itu aib bagi keluarga Kusuma!”“Jadi Mama udah tahu?”“Mama sudah tahu dari dulu.”“Maksud Mama? Dari dulu kapan?”“Pokoknya Mama sudah lama tahu kamu begitu sama Rahadi.”Dimas kembali menundukkan kepalanya. Rasanya ia ingin berteriak dan segera berlari meninggalkan tempat ini.“Mama sengaja diamkan dulu, karena Mama waktu itu pikir ini semua hanya sementara, hanya karena sedang ada masalah sama Amel kamu jadi begitu, tapi ternyata Mama salah…”Dimas menelan

  • Kedai Juni & Juli   Bab 55. Harapan

    Briptu Sularso memandangi foto-foto yang diambil di tempat kejadian perkara di kamar hotel tempat Putri ditusuk dengan seksama. Ia lalu memandang juga foto-foto di kamar kos tempat ditemukannya tubuh Hadi yang bermandikan darah, seperti membandingkan. Keningnya berkerut.“Dua kejadian ini sepertinya saling berhubungan,” gumam Briptu Sularso pelan.Ia teringat kecelakaan yang menimpa Amel. Kecelakaan yang sepertinya disengaja.“Pertama Amel, kemudian Hadi dan sekarang Putri.” Briptu Sularso bergumam kembali sambil tangannya mengambil spidol berwarna biru dan menuliskan beberapa hal di papan tulis putih di belakangnya.Ia menulis kata Amel lalu dilingkari, di bawahnya kata Hadi juga dilingkari, di bawahnya kata Putri juga di beri lingkaran. Setelah menulis tiga kata itu, ia lalu menatap papan tulis itu sebentar kemudian menghela nafas.“Dan sekarang, Amel ditahan karena kepemilikan obat terlarang,” kata Briptu Sula

  • Kedai Juni & Juli   Bab 54. Jalan Soreli

    “Lu tahu dari siapa sih San?” Juni kembali mengulang pertanyaannya.“Emang udah pasti itu alamat Panti Bunda Bernyanyi San?” Juli menyambung pertanyaan Juni dengan rasa penasaran.Lagi-lagi Sandra hanya tersenyum.“Kok senyum-senyum terus sih, kita penasaran nih,” kata Juli sambil memajukan tubuhnya ke depan.“Iya...gue jelasin deh. Waktu Juni cerita soal panti ini, gue inget punya tante yang tinggal di daerah Senen, namanya tante Wenny, jadi, gue tanya aja dan ternyata tante gue itu tahu.”“Wah, gak nyangka ya, untung aja gue cerita ke elu ya San,” ucap Juni dengan wajah sumringah.“Menurut tante lu itu, pantinya masih ada San?”“Dia gak yakin sih kalau pantinya masih ada Jul, soalnya udah lama pindah dari Senen, tapi dia inget alamatnya dimana, itu juga kalau nama jalannya sekarang gak berubah ya.”“Dimana alamatnya?”&ldquo

DMCA.com Protection Status