"Apa yang sebenarnya terjadi? Cepat beri tahu aku!" seru Yuki yang sebenarnya sudah menebak sesuatu.Naomi melirik Yuki sekilas, lalu menceritakan semua yang terjadi di Breeze Villa dan Red Leaf. Begitu mendengarnya, Yuki mengumpat, "Berengsek! Sudah kubilang dia nggak punya urat malu! Jadi, apa rencanamu sekarang?"Sebelumnya, mereka sudah berspekulasi akan hal ini. Satu-satunya yang tak terpikirkan adalah akta cerai tidak bisa membuat Clay menyerah. Lebih tepatnya, Clay yang murka ingin membalas dendam kepada Naomi."Bisa gimana lagi? Aku nggak bisa ke mana-mana sekarang. Selain itu ...." Naomi berjeda. Dia melirik Yuki sekilas, lalu meneruskan, "Aku nggak berani beri tahu pamanku tentang masalah ini.""Kenapa nggak berani?" tanya Yuki yang merasa bingung. Wanita lain akan mengadu kepada keluarga mereka jika ditindas oleh pria. Meskipun tidak memiliki orang tua, Gibson termasuk keluarga Naomi. Sudah seharusnya Naomi langsung mencari Gibson.Naomi memahami maksud Yuki. Dia menghela na
Tangan Clay yang kasar mengelus bibir Naomi. Ketika bertatapan dari dekat, Naomi pun melihat amarah pada sorot mata pria ini. Berbeda dari biasanya, Clay tampak seperti merajuk. Akan tetapi, Naomi sungguh kecewa dengan metode yang digunakan pria ini."Ke mana perginya istriku yang patuh dan lembut itu?" tanya Clay tiba-tiba. Tidak masalah jika tidak membahas masa lalu. Begitu membahasnya, perlawanan Naomi pun menjadi makin kuat."Lepaskan aku! Cepat! Kamu ...! Um!" seru Naomi. Clay sontak menindih dan menciumnya. Rasanya masih sama seperti dulu, tetapi temperamen ini ....Setelah beberapa waktu, air mata Naomi berlinang. Clay melepaskan pelukannya, lalu meraba-raba tubuh Naomi sembarangan."Apa yang kamu lakukan!" pekik Naomi."Kamu jadi seperti ini karena disokong pamanmu?" tanya Clay. Wanita ini seperti anak harimau, tidak ada lagi kelembutan seperti dulu."Minggir!" teriak Naomi. Dia tidak ingin melihat Clay. Sekujur tubuhnya terasa sakit karena tindakan kasar pria ini. Clay jelas-j
Cara lain? Tanpa perlu diragukan, Naomi yakin itu bukan ide baik. Saat berikutnya, terdengar Clay berkata, "Mulai hari ini, kamu harus turuti keinginanku. Gimana?""Kamu rasa ini mungkin?" tanya Naomi."Kenapa nggak mungkin?" tanya Clay balik.Naomi kesal hingga menggertakkan giginya. Dia ingin sekali mencabik-cabik pria ini. Di sisi lain, Clay sontak bangkit dan mendekapkan Naomi ke pelukannya. Setelah itu, dia langsung mencium Naomi.Naomi pun meronta-ronta, tetapi tenaganya kalah dari Clay sehingga tidak bisa kabur. Pria ini sangat menjijikkan. Setiap kali teringat Clay pernah menyentuh wanita lain, Naomi ingin sekali memukulnya hingga babak belur.Tiba-tiba, Clay melepaskan Naomi. Naomi semula sudah ingin memukulnya, tetapi melihat senyuman penuh ancaman Clay. Dalam sekejap, dia terkejut hingga tangannya tak kuasa gemetar.Clay menepuk-nepuk wajah Naomi, lalu mengelus dagunya sambil berkata, "Yang patuh sedikit, oke?"Naomi ingin sekali mematahkan tangan Clay, tetapi tidak bisa mel
Situasi di Kota Lathe lagi-lagi berubah. Mauren diantar oleh Corin ke Zerant. Keluarga Harison juga mempekerjakan 2 pelayan untuk merawatnya.Mauren duduk di ruang tamu apartemennya. Dia tidak bisa melihat apa-apa sepanjang jalan. Setelah tiba di lingkungan baru ini, dia pun merasa semuanya sangat asing.Corin berdiri di balkon sambil bertelepon. "Ya, aku sudah mengerti." Nada bicaranya terdengar agak kesal, begitu juga dengan ekspresinya.Setelah mengakhiri panggilan, tebersit kilatan tajam pada sorot mata Corin. Naomi! Ternyata, semua ini masih belum berakhir?Sama seperti Naomi, Corin mengira semuanya akan berakhir setelah Naomi dan Clay bercerai. Akan tetapi, Clay malah ....Corin memelototi Mauren dengan galak, lalu membanting pintu. Dia menghampiri Mauren dengan sepatu hak tingginya. Penampilan Corin tampak elegan, tetapi tatapannya yang suram membuatnya terlihat agak aneh."Ternyata kamu nggak ada apa-apanya!" ujar Corin. Sebelumnya, dia mengira Clay bersedia bercerai demi Maure
Naomi benar-benar murka sekarang. Melihat Clay menanggapinya dengan begitu santai membuat emosinya kian tersulut. "Berikan dokumen aslinya padaku!" kata Naomi.Tadinya, Naomi hendak membahas tentang mata-mata di Posh Jewelry dengan Adrian di telepon. Namun, suasana hatinya hari ini sudah cukup buruk. Lebih baik dia menunggu hingga besok.Clay menatapnya Naomi dengan perasaan puas dan berujar, "Ada di Red Leaf."Naomi tidak mengatakan apa-apa lagi. Dia membiarkan Clay membawanya ke Red Leaf. Saat hendak turun dari mobil, Nilam memasukkan isi tas Naomi ke dalam kantong kecil. Kantong itu lantas diberikan pada Clay, yang lalu dioper pada Naomi."Kurang baik kalau kamu masih menggunakan barang-barang keluargamu setelah menikah," ujar Clay."Perhatian sekali kamu!" balas Naomi dengan sinis sambil mengambil kantong itu.Naomi tidak ingin meladeni pria ini. Dalam sepuluh tahun terakhir, Clay telah memberinya berbagai barang bagus. Namun, saat itu Naomi yang rendah hati jarang menggunakan bara
Naomi tidak langsung meninggalkan Red Leaf. Sebaliknya, dia menepi ke ruangan lain untuk menelepon Gibson. Panggilan pun segera diangkat."Ya, Naomi?" ujar Gibson di ujung telepon."Paman, aku mau kembali ke Durith!" kata Naomi dengan hati-hati.Gibson tertegun sejenak sebelum bertanya, "Kenapa?""Sepertinya masalah di Posh Jewelry baru bisa diselesaikan dalam beberapa hari. Aku kangen sama Paman, jadi aku ingin ke sana dan menengokmu!" sahut Naomi."Nggak usah, belakangan ini ada sedikit masalah di pusat. Biarpun kamu pulang, aku pun nggak ada waktu menemanimu," balas Gibson.Dalam beberapa tahun terakhir, Gibson hampir tidak pernah sesibuk ini. Dia juga terdengar sedikit tidak berdaya saat menolak Naomi barusan. Naomi memejamkan mata. Sepertinya dia sudah bisa menangkap maksud ucapan Clay. Detik itu, dia baru sadar bahwa selama 10 tahun kebersamaannya dengan Clay, dia belum benar-benar memahami kemampuan pria itu."Oke, aku pulang waktu Paman sudah nggak sibuk saja," ujar Naomi."Du
Saat Naomi hendak pergi ke kamar tamu, Clay menatapnya penuh ancaman sehingga dia terpaksa membelok ke kamar tidur mereka sebelumnya. Perasaan Naomi bergejolak saat melihat semua isi ruangan itu masih sama seperti sebelumnya."Kamu benar-benar tidak mau mandi?" tanya Clay tiba-tiba.Napas Clay mengenai leher Naomi, membuatnya yang masih berdiri diam di depan pintu seketika menegang kaget. Dia berbalik dan menatap pria itu dengan penuh dendam. Clay telah membiarkannya mati dilalap api di kehidupan sebelumnya. Di kehidupan ini, pria itu masih terus menyudutkannya. Sebenarnya apa utangnya pada Clay di masa lalu sampai dia bisa begitu sial?Naomi masih tetap diam hingga getaran ponsel mendadak memecah suasana beku di antara mereka. Yuki-lah yang menelepon."Halo, Yuki?" ujar Naomi."Malam ini kamu pulang ke Breeze Villa, nggak?" tanya Yuki."Ya," sahut Naomi. Lantaran takut Yuki khawatir, dia tidak berkata jujur bahwa dirinya sedang berada di Red Leaf. Di mata Yuki, Clay bukanlah pria baik
Naomi sudah murka hingga ke titik ini, tetapi Clay hanya melirik santai ke ponsel di mangkuknya. Kemudian, dia mengambil ponsel itu dan berkata dengan nada tajam, "Kemarilah."Naomi tidak bergerak sesenti pun dari kursinya. Tampak jelas dia bersikeras untuk melawan Clay.Clay berseru marah, "Pergi kalian semua!"Para pelayan yang berada di sana bergegas pergi dengan ketakutan. Setelah mereka tinggal berdua, Clay berdiri dan berjalan menghampiri Naomi. Naomi ingin kabur, tetapi amarah yang masih berkobar dalam dada mendorongnya untuk tetap duduk di tempat. Aura dominan Clay menyelimutinya. Sebelum dia sadar, pria itu sudah mengangkatnya dengan mudah dari kursi."Naomi, sepertinya aku terlalu memanjakanmu sebelumnya," ujar Clay dengan nada marah.Clay menggendong Naomi, lalu mencampakkannya ke sofa. Saat Naomi hendak bangun, Clay langsung menindihnya sambil berujar, "Dari mana kamu dapatkan keberanian untuk ribut denganku demi pria lain?" Kata-kata itu diucapkannya dengan penuh penekanan
Di Harison Group, Naomi melihat Eden, Nilam, dan karyawan lainnya keluar masuk ruangan. Karyawan dari beberapa departemen pun menghadiri rapat mendadak. Clay juga tampak tegang. Namun, Naomi tidak merasa kasihan kepada Clay.Seperti yang dikatakan Clay, malam ini mereka semua tidak perlu tidur lagi. Proyek di luar negeri bermasalah, hal ini sangat merepotkan. Semua karyawan dari setiap departemen kembali ke kantor untuk lembur dan membereskan masalah ini. Setelah rapat 3 kali, Clay baru beristirahat. Dia duduk di depan Naomi yang hampir tertidur.Naomi merasakan tatapan Clay, dia langsung tersadar dan berkomentar sembari memelototi Clay, "Aku berharap perusahaanmu nggak bisa melewati malam ini.""Sebaiknya kamu berdoa malam ini semua masalah bisa diselesaikan. Kalau tidak, kamu juga tidak usah tidur," ancam Clay. Ini artinya, jika Clay tidak bisa tidur, Naomi harus menemaninya.Ini adalah pembalasan dari Clay. Gibson mencari masalah dengan Clay, jadi Clay juga menyeret Naomi. Harus dia
Suasana di ruangan kantor sangat tegang. Eden mengangguk dan berucap, "Oke. Aku akan menyelidikinya."Kemudian, Eden keluar. Sementara itu, tatapan Clay menjadi dingin. Dia tidak berhenti merenung. Saat Eden memegang gagang pintu, Clay berseru, "Tunggu dulu!"Eden berujar, "Ada apa, Pak?"Clay memerintah, "Selidiki juga apakah Mauren punya musuh lain atau tidak.""Siap!" sahut Eden.Clay merasa masalah ini berhubungan dengan Naomi. Namun, belakangan ini banyak hal yang terjadi sehingga keyakinan Clay mulai goyah. Itulah sebabnya, kali ini Clay tidak berani bertindak gegabah saat menghadapi Naomi. Apalagi, Naomi tidak pernah mengakui bahwa dia terlibat dalam masalah Mauren.....Sementara itu, Naomi sangat sibuk. Acara peluncuran produk baru sudah berakhir dan sangat berhasil. Studio Ode juga sibuk. Ditambah lagi, proyek Bradlie sudah dimulai. Naomi harus mengurus detail-detail pada denah. Itulah sebabnya, Naomi berniat untuk tinggal di kantor. Saat Clay menelepon, Naomi merasa gusar.N
Ketika keluar dari perusahaan, Odele melihat Corin yang berjalan ke arahnya. Jika dibandingkan dengan Corin, penampilan Odele jelas lebih anggun. Odele pun kira-kira tahu apa yang terjadi saat melihat Corin."Kak Odele datang untuk mencari kakakku? Dia seharusnya sangat sibuk, 'kan? Apa kamu sempat bertemu dengannya?" Corin tampak sangat angkuh."Kamu yang melakukannya?" tanya Odele dengan ekspresi masam."Maksudnya? Aku nggak mengerti," sahut Corin."Huh, silakan berbangga sekarang. Menurut tebakanku, dia akan menikahi Naomi kembali sebentar lagi. Ketika saat itu tiba, kamu nggak akan bisa melakukan apa pun lagi!" jelas Odele.Ekspresi Corin sontak membeku. Odele tahu seperti apa kepribadian Corin, hanya Keluarga Harison yang masih dibutakan oleh wanita ini.Setelah Odele pergi, Corin menoleh dan menatap sosok belakang Odele sambil meludah. Kemudian, dia berjalan ke lift khusus presdir dengan angkuh.....Begitu Clay kembali ke ruang kantornya, Corin pun tiba. Corin tersenyum berseri-
"Kamu nggak mungkin mampu membuat Keluarga Harison bangkrut!" ujar Clay dengan sinis. Dia langsung melepaskan Naomi.Clay duduk di sofa, lalu menyalakan rokok dan melanjutkan, "Sebentar lagi Corin ulang tahun. Dia sudah mengincar perhiasan Posh Jewelry selama bertahun-tahun. Kamu siapkan 1 satu set untuknya."Corin belum pernah mendapatkan perhiasan Posh Jewelry padahal sudah mengincarnya selama beberapa tahun. Sudah jelas produk Posh Jewelry sangat digemari banyak orang. Naomi menyahut, "Nggak bisa. Perhiasan yang diinginkan Corin itu edisi terbatas."Clay menimpali, "Sekarang kamu itu presdir Posh Jewelry."Naomi menanggapi, "Jumlah produk ditentukan oleh dewan direksi. Aku nggak berhak mengambil keputusan.""Naomi!" seru Clay.Naomi berkata, "Oh, aku lupa. Kamu memang suka mengubah aturan, tapi Posh Jewelry berbeda dengan perusahaanmu. Jumlah produk yang sudah ditentukan nggak bisa diubah lagi."Naomi meneruskan ucapannya, "Apa aku harus mengubah aturannya demi hubunganku dengan Cor
Naomi merasa kalut begitu mendengar Bradlie akan kembali. Sampai sekarang, Gibson hanya tahu bahwa Bradlie tidak bisa datang ke Kota Lathe karena ulah Clay. Namun, perusahaan dan Bradlie sama sekali tidak mengetahui hal ini. Naomi merasa bersalah."Sepertinya, Bradlie sudah berhasil menyelesaikan masalahnya," ujar Naomi yang merasa lega.Gibson berkomentar, "Bradlie memang anak muda yang hebat."Ucapan Gibson memang terdengar ambigu, tetapi Naomi bisa merasakan desakan dari Bradlie kali ini. Naomi tidak menanggapi perkataan Gibson. Kemudian, Gibson membicarakan masalah pekerjaan dengan Naomi. Dia mengajari Naomi cara untuk mengelola perusahaan. Naomi mendengarkannya dengan serius.Setelah mengakhiri panggilan telepon, sekretaris berjalan masuk ke ruangan dan melapor, "Bu Naomi, Pak Clay sudah datang."Naomi baru saja menenangkan dirinya. Namun, ekspresinya langsung berubah sesudah mendengar laporan sekretaris. Clay datang bersama Eden yang membawa kotak makanan.Naomi tidak menyangka C
Naomi tersenyum sinis, lalu membuka pintu mobil. Naomi langsung naik ke mobil karena malas meladeni Corin.Melihat Naomi mengabaikannya, Corin segera menahan pintu mobil Naomi dan bertanya, "Naomi, sekarang kamu merasa bangga sekali, ya? Memangnya apa yang perlu dibanggakan darimu?""Aku nggak punya waktu untuk meladenimu," ujar Naomi dengan acuh tak acuh. Dia sama sekali tidak peduli dengan Corin yang marah-marah.Hal yang paling mengesalkan adalah orang lain mengabaikanmu setelah kamu merencanakan sesuatu untuk mencelakainya."Aku mau beli perhiasan itu, kenapa kamu nggak mau menjualnya? Apa kamu nggak takut aku melaporkanmu?" tanya Corin.Naomi menimpali, "Kamu mau melaporkanku dengan alasan apa? Posh Jewelry selalu mengeluarkan produk edisi terbatas setiap tahun. Kalau kamu nggak mendapatkannya, berarti kamu yang terlalu lambat."Corin berujar, "Kamu ...."Naomi bertanya, "Apa masih ada urusan lain?"Corin mengingatkan, "Naomi, kamu jangan terlalu sombong!""Singkirkan tanganmu!"
Begitu Indira melontarkan ucapannya, suasana menjadi hening. Mauren memang tidak menyukai Corin, dia bahkan menganggap Corin sebagai rekan yang tidak bisa dipercaya. Namun, status Corin di Keluarga Harison masih berguna bagi Mauren.Melihat Mauren yang tidak berbicara, Indira berujar dengan tatapan dingin, "Mauren, aku ingat kamu itu pintar sekali. Jadi, jangan bertindak bodoh."Mauren menyahut, "Nggak ada yang memberikannya kepadaku, itu ponselku sebelumnya.""Benaran?" tanya Indira."Iya," jawab Mauren sembari mengangguk.Indira menarik napas dalam-dalam dan berusaha menahan emosinya. Kemudian, Indira berdiri dan melirik pelayan di belakang Mauren sekilas. Indira mengulurkan tangan dan pelayan yang merasa gugup berujar, "Nyo ... Nyonya."Mauren yang mendengar suara pelayan bertanya, "Apa maksud Bu Indira?"Indira menyahut, "Mauren, aku harap kamu nggak menelepon Clay lagi."Mauren bertanya balik, "Apa karena kakakku? Seingatku, kamu nggak menyukainya."Indira menjelaskan, "Tapi, kamu
Clay dan Naomi saling menatap dan berselisih satu sama lain. Mereka sama-sama memancarkan aura yang menakutkan. Tak lama kemudian, Clay berkata, "Naomi, nyalimu besar sekali!""Clay, jangan memaksaku!" ucap Naomi. Dia bersedia tinggal di sini karena situasi yang dihadapi oleh Gibson. Namun, ini sudah menjadi batas toleransinya.Clay tentu memahami maksudnya. Jika dia terus memaksanya, Naomi mungkin akan .... Setelah menarik napas dalam-dalam, Clay pun menenangkan diri sambil berjanji, "Aku tidak akan mengulanginya lagi!""Boleh saja kalau kamu mau pergi mencarinya, tapi jangan berurusan lagi denganku!" jelas Naomi yang enggan mengalah.Telepon barusan membuat Naomi paham bahwa hubungannya dengan Clay telah memicu amarah beberapa orang. Begitu murka, mereka sama sekali tidak dapat mengendalikan diri.Sementara itu, Clay baru saja membuat rumor pada siang hari bahwa mereka mungkin masih belum bercerai atau sudah rujuk, tetapi dia malah berkemudi ke Zerant malam harinya. Sebenarnya, dia i
Setelah mematikan telepon Naomi, Indira langsung menelepon putranya. Di ujung telepon, Clay berkata, "Halo.""Kamu pergi ke mana?" tanya Indira.Clay menjawab, "Zerant!""Apa-apaan kamu! Cepat putar balik sekarang. Nggak peduli apa yang terjadi sama Mauren, Ibu akan mengurusnya!" marah Indira.Saat ini, Clay yang berada di mobil bertanya dengan nada serius, "Siapa yang kasih tahu Ibu?" Dia baru saja keluar dari Red Leaf, tetapi Indira malah langsung meneleponnya. Apa yang pertama terlintas di benak Clay adalah ada mata-mata Indira di Red Leaf.Indira menjawab, "Kamu nggak perlu tahu siapa yang kasih tahu Ibu, tapi Clay, masalah ini nggak sesederhana itu. Ibu harap kamu bisa mengerti!""Apa maksudnya?" tanya Clay.Indira menjelaskan, "Hubunganmu dengan Naomi baru ada kemajuan, tapi Mauren langsung mencarimu. Ibu curiga ... ada dalang yang bantu wanita itu!"Sebelumnya, Indira tidak pernah memikirkan hal ini. Dia hanya menganggap semua itu sebagai kelicikan Mauren. Akan tetapi, setelah d