Pangeran Fua bergegas mendatangi ayahnya yang berada di Ruang Baca seperti biasa, sebelum pesta nanti malam Pangeran Fua ingin memberitahu ayahnya tentang mata-mata yang dibunuh oleh Nau Sang, Barang bukti yang sudah dikumpulkan oleh mata-mata itu tentu saja harus diberikan kepada ayahnya.Tok tok tok.Mendengar suara ketukan pintu Raja Tanduq meminta siapapun yang mengetuk pintu untuk masuk ke dalam, Raja Tandua sudah bisa menebak kalau yang datang adalah putranya."Sekarang apalagi," ucap Raja Tandua tanpa menolehkan kepalanya dan fokus memeriksa laporan para menteri."Aku datang hanya ingin memberitahu kalau wakil jenderal Nau Sang baru saja membunuh seseorang," sahut Pangeran Fuah membuat Raja Tandua terkejut.Raja Tandua yakin Nau Sang tidak mungkin membunuh sembarang orang tanpa alasan, lalu kali ini Apa alasannya membunuh seseorang pikirnya."Wakil Jenderal Nau Sang membunuh mata-mata yang mengawasi kerajaan ini, mata-mata itu berasal dari kerajaan Namgala, sepertinya yang suda
Acara yang diselenggarakan oleh Raja Tandua sangat membosankan, sebenarnya bukan hanya pesta kali ini yang membosankan hampir semua pesta sangat membosankan baginya."Haaaaah."Nau Sang menarik nafas panjang berharap pesta cepat berakhir, setelah memberikan hadiah untuk jenderal Yutang Nau Sang ingin segera pulang ke rumahnya.Proooook prooook proooook.Suara tepukan tangan membuat Nau Sang yang hampir tertidur seketika terbangun, Nau Sang melihat ke arah Jenderal Yutang yang menertawakannya pelan karena dirinya hampir tertidur."Sial," umpat Nau Sang."Sebelum mengakhiri pesta mari kita mari kita sama-sama memberikan hadiah untuk mantan Jenderal Yutang yang sudah banyak berjasa, walau mantan jenderal Yutang tetap akan bekerja di kerajaan ini kita memberikan hadiah atas kerja kerasnya," ucap Raja Tandua."Dan sebagai hadiah dari ku aku akan memberikan ini," sambung Raja Tandua meminta beberapa prajurit mengangkat peti yang ada di bawah Raja Tandua."Di dunia ini tidak ada yang lebih b
Tangan Nau Sang menulis surat undangan dan meminta Raja-raja kerajaan datang ke kerajaan Tarum, mereka harus datang untuk pembahasan yang sangat penting.Raja Tandua memoercayakan semuanya karena hanya dirinya yang dapat di percaya untuk meyakinkan Raja kerajaan lain, karena kabar tentangnya pasti sudah menyebar ke berbagai kerajaan."Aku sudah menulis suratnya, kalian berdua antar ke kerajaan yang sudah aku kirim undangannya," ucap Nau Sang"Aku juga," sahut Ancu."Jika kamu tidak mau sama sekali tidak masalah kamu hanya perlu pergi dari ku," ucap Nau Sang."Kejamnya kamu, setelah aku membantu mu masih berani mengusirku," sahut Ancu."Aku tidak melihat ke belakang, sesuatu yang tidak berguna untukku pasti akan langsung kubuang," ucap Nau Sang."Benar-benar kejam dan tidak berperasaan," sahut Ancu."Itu aku, jadi cepat pergi sebelum aku berubah pikiran dan lebih memilih kamu pergi dari ku," ucap Nau Sanb."Berisik sekali, baiklah aku akan pergi sekarang juga, dasar manusia," sahut Anc
Para Raja yang sudah datang menggunakan cara masing-masing berkumpul di dalam sebuah ruangan, Raja Tandua tidak membuang waktu dan bersiap memulai rapat seriusnya, saat ini Raja Tandua masih belum mengatakan apapun karena Nau Sang dan penasehat barunya masih belum tiba."Kita akan menunggu Jenderal kerajaan ku dan penasehat baru ku lebih dulu, saat ini mereka sedang dalam perjalanan kemari," ucap Raja Tandua."Lalu bagaimana dengan wakil jenderal?" tanya Raja Wanum dari kerajaan Mratus"Sayang sekali posisi wakil jenderal saat ini kosong," ucap Raja Tandua membuat semua terkejut mendengarnya."Tunggu, ke mana wakil jenderal Nau Sang kami datang karena dia yang... ." Raja Agih."Maaf terlambat," ucap Nau Sang yang berjalan memasuki ruangan.Semua terdiam dan tidak mengerti apa maksud Raja Tandua, padahal Nau Sang datang tapi kenapa Raja Tandua mengatakan posisi wakil jenderal saat ini sedang kosong."Tidak masalah, kalian berdua masuklah, kami belum membahas apapun," ucap Raja Tandua.
Nau Sang kembali ke rumahnya dengan sangat serius, rapat berhasil dengan sempurna tapi untuk meyakinkan Raja Tandua sepenuhnya dirinya harus membuat susunan secepatnya dan menunjukkan kalau cara yang akan digunakan tidak akan salah dan tidak akan pernah salah.Sekembalinya Nau Sang di dalam kamar belasan kertas besar dibentangkannya memenuhi kamarnya, tanpa henti Nau Sang membuat susunan selama satu hari satu malam.Keringat yang terus menetes membasahi pipinya sama sekali tidak dihiraukan olehnya, setelah semua selesai Nau Sang akhirnya bisa bernafas lega.Nau Sang memperhatikan semua susunan yang baru saja diselesaikannya, semua sudah sangat sempurna dan tidak memiliki sedikit Celah yang akan membuat dirinya kalah."Haaaaaaa."Nau Sang menarik nafas panjang sambil menyandarkan tubuhnya, dirinya ingin beristirahat sejenak sebelum mengantar semua susunan itu dan menjelaskan pada Raja Tandua apa yang ada di setiap susunannya.Nau Sang yang hanya tidur selama 2 jam dibangunkan oleh Aru,
Penasehat Yutang bergegas menyusul Nau Sang yang pergi ke ruang hukuman, padahal Nau Sang baru saja pergi tapi dirinya tidak bisa mengejarnya dan terpaksa langsung menuju ke ruang hukuman yang berjarak cukup jauh dari ruang baca Raja Tandu.Di tempat lain Nau Sang yang sudah tiba di ruang hukuman menemui algojo, Nau Sang memberitahu Algojo jika dirinya harus menerima seratus cambukan dan itu perintah Raja Tandua sekarang juga.Algojo yang mengetahui siapa Nau Sang terlihat ragu untuk melakukannya, sang Algojo takut jika Nau Sang akan membalas dendam padanya yang sudah mencambuknya."Kenapa masih diam saja atau perkataan ku tidak kamu dengar ini perintah Raja Tandua," ucap Nau Sang."Tapi Jenderal," sahut sang Algojo."Lakukan sekarang juga atau aku yang akan mencambuk mu sampai mati," ucap Nau Sang."Maafkan aku jenderal, aku akan melakukannya sekarang," sahut sang Algojo."Seratus kali dengan cepat," ucap Nau Sang."Baik Jenderal," sahut sang Algojo.Cheeeeeeeeeettttaaaarrr.Cheeeeee
"Aku mendengar Jenderal Nau Sang menerima hukuman cambuk, aku ingin melihat bagaimana keadaannya," ucap Putri Fum"Dari mana Tuan Putri mengetahui itu?" tanya Penasehat Yutang."Semua pelayan sudah membicarakan saat ini, tidak lama lagi berita itu bahkan akan sampai didengar oleh semua warga," ucap Putri Fu."Sial, kabar ini tidak boleh tersebar, jika terus tersebar akan banyak penolakan karena warga akan berpihak pada Jenderal Nau Sang" sahut Penasehat Yutang."Kalau begitu guru cobalah hentikan berita itu, Biar aku saja yang mengunjungi jenderal Nau Sang," ucap Putri Fu."Tidak perlu, saat ini Jenderal sedang tidak menerima tamu, lebih baik Tuan Putri pulang saja," sahut Penasehat Yutang."Tapi guru... ." putri Fu tidak melanjutkan perkataannya.Penasehat Yutang hanya menatap Putri Fu dan membuatnya seketika terdiam, Putri Fu yang melihat penasehat Yutang pergi bergegas pergi juga, bagaimanapun juga penasehat Yutang adalah gurunya dan tidak mungkin dirinya melawan perkataannya.Tok
Mendengar itu Nau Sang terlihat tenang dan berjalan semakin mendekat ke arah para warga, Nau Sang berdiri di tengah-tengah mereka dan membuka baju agar semua bisa melihatnya dengan jelas."Itu benar-benar bekas cambukan," ucap salah satu warga."Raja Tandua benar-benar sudah keterlaluan, padahal jenderal melakukan semua demi kerajaan Tapi masih saja menerima hukuman cambuk," sahut warga lainnya yang terlihat sangat marah."Aku tidak akan mengatakan kalau aku tidak menerima hukuman cambuk tapi kalian salah paham," ucap Nau Sang."Hukuman cambuk ini kudapat karena keinginanku sendiri, hukuman cambuk ini bukti kesetiaanku pada kerajaan Tarum," sambung Nau Sang."Aku tahu kalian pasti akan bertanya-tanya kenapa aku sampai melakukan semua itu, peperangan besar tidak lama lagi akan terjadi tapi kalian tenang saja kalian semua akan aman karena aku sendiri yang akan maju ke barisan paling depan menyerang kerajaan lawan, walaupun aku mati di medan perang nanti aku akan setia dengan kerajaan Ta