Beranda / Fiksi Remaja / Kebangkitan Sang Bayangan / Bab 20: Bayangan dan Terang

Share

Bab 20: Bayangan dan Terang

Penulis: Pyyupyy_
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-20 22:03:14

Dengan Angelo Vito yang kini mendekam di penjara, keluarga Ombra telah mengamankan posisi mereka sebagai kekuatan utama di kota. Namun, Luca tidak membiarkan kemenangan ini membuatnya lengah. Ia tahu bahwa meskipun ancaman dari luar telah berkurang, musuh dari dalam masih bisa muncul kapan saja.

Malam itu, Luca memanggil semua orang kepercayaannya untuk berkumpul di ruang pertemuan besar di markas mereka. Di atas meja, sebuah peta kota terbentang, dengan tanda-tanda wilayah yang kini berada di bawah kendali mereka.

“Kita telah mencapai sesuatu yang luar biasa,” kata Luca, memulai pembicaraannya. “Tapi ini bukan akhir. Kota ini telah menderita terlalu lama di bawah kekuasaan mafia yang kejam dan korupsi. Aku ingin lebih dari sekadar kekuasaan. Aku ingin perubahan nyata.”

Marco, yang duduk di sebelah Luca, mengangguk. “Kita punya kesempatan untuk membangun sesuatu yang berbeda. Tapi tidak semua orang akan setuju dengan caramu memimpin.”

“Itulah seba
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Kebangkitan Sang Bayangan   Bab 21: Api dalam Bayangan

    Meskipun ancaman Franco telah berhasil ditangani, Luca tahu bahwa perlawanan dari dalam hanya bagian kecil dari masalah yang akan dihadapinya. Di luar sana, bayangan yang lebih gelap sedang berkumpul—kelompok-kelompok kecil yang dulu bersekutu dengan Carlo Moretti kini mulai bangkit kembali, mencoba merebut bagian mereka dari kekuasaan yang telah direbut oleh keluarga Ombra.Malam itu, di sebuah gudang yang terletak jauh di pinggir kota, sekelompok orang berkumpul. Mereka adalah para loyalis Carlo yang selamat dari perang sebelumnya, dipimpin oleh seorang pria bernama Viktor Russo. Viktor adalah orang kepercayaan Carlo, yang berhasil melarikan diri saat Luca menghancurkan jaringan Moretti. Sekarang, ia kembali untuk mengklaim apa yang menurutnya adalah haknya.“Keluarga Ombra telah melemah,” kata Viktor kepada orang-orangnya. “Luca ingin bermain sebagai pahlawan, tapi dunia ini tidak punya tempat untuk orang seperti dia. Kita akan merebut kembali kota ini, sedikit

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-21
  • Kebangkitan Sang Bayangan   Bab 22: Arah Baru

    Setelah Viktor Russo tumbang dan ancaman penyelundup internasional berhasil ditekan, kota perlahan kembali tenang. Namun, Luca tahu bahwa kemenangan ini hanyalah permulaan dari perjalanan panjang yang harus ia tempuh. Keluarga Ombra kini berdiri di puncak kekuasaan, tetapi tanggung jawab yang menyertainya lebih besar daripada sebelumnya. Kemenangan atas Viktor Russo membawa perasaan lega bagi keluarga Ombra, tetapi Luca tahu bahwa kemenangan ini hanyalah awal dari tantangan yang lebih besar. Di balik ketenangan yang tampak, ada banyak hal yang perlu dibenahi. Kota mungkin telah berada di bawah kendali mereka, tetapi luka-luka yang ditinggalkan oleh konflik panjang masih membekas dalam kehidupan masyarakat. Luca berjalan keluar dari markas, merasakan angin malam yang dingin menerpa wajahnya. Di kejauhan, kota tampak seperti kanvas cahaya, dengan lampu-lampu jalan yang berkelap-kelip di antara bayangan gelap gedung-gedung tinggi. Namun, di balik keindahan itu, Lu

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-23
  • Kebangkitan Sang Bayangan   Bab 23: Pilar Perubahan

    Luca duduk di ruang pertemuan utama markas besar keluarga Ombra, dikelilingi oleh orang-orang kepercayaannya. Cahaya lampu gantung yang besar menyinari ruangan, menciptakan suasana tegang. Marco duduk di sebelah kanan Luca, sementara Enzo dan beberapa pemimpin tim lainnya berada di seberangnya. Di meja panjang yang berkilau itu, rencana besar Luca untuk merombak keluarga Ombra mulai dibahas. “Kita tidak bisa terus bergantung pada bisnis lama,” Luca membuka pertemuan itu dengan tegas. “Kalau kita hanya bertahan dengan cara-cara lama, kita akan hancur, entah oleh musuh, hukum, atau waktu. Keluarga Ombra harus berkembang menjadi sesuatu yang lebih baik.” Enzo, yang biasanya pendiam, kali ini angkat bicara. “Kau berbicara tentang perubahan besar, Luca. Tapi bagaimana kau yakin bahwa orang-orang kita siap untuk itu? Mereka sudah terlalu lama hidup dari bisnis gelap. Beberapa bahkan bergantung sepenuhnya pada penghasilan dari pekerjaan ini.” Luca menganggu

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-26
  • Kebangkitan Sang Bayangan   Bab 24: Api dan Harapan

    Pagi itu, langit di kota tampak kelabu, seolah-olah turut merasakan ketegangan yang menggantung di udara. Sisa-sisa kebakaran pusat pelatihan masih mengepulkan asap tipis, menjadi pengingat bisu akan tantangan yang sedang dihadapi Luca dan keluarga Ombra. Namun, alih-alih gentar, Luca melihat kejadian ini sebagai ujian bagi komitmennya terhadap perubahan yang dia canangkan. Di ruang rapat markas besar keluarga Ombra, suasana lebih tegang dari biasanya. Semua orang duduk dengan ekspresi serius. Marco, Enzo, dan Antonio hadir, bersama beberapa anggota senior lainnya. Peta kota terbentang di atas meja, dengan titik-titik merah menandai lokasi-lokasi strategis yang sedang dikembangkan oleh keluarga Ombra. “Kita tidak bisa membiarkan ini terus terjadi,” kata Enzo, membuka diskusi. “Kalau kita biarkan mereka menyerang proyek kita tanpa balasan, mereka akan menganggap kita lemah.” Marco mengangguk setuju. “Benar. Kita harus memberikan pesan yang jelas bahwa

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-01
  • Kebangkitan Sang Bayangan   Bab 25: Sekutu Tak Terduga

    Pagi itu, suara ketukan di pintu besar markas keluarga Ombra membangunkan Luca lebih awal dari biasanya. Marco, yang sedang berjaga, membukakan pintu dan terkejut melihat sosok yang berdiri di sana: Vittorio Moretti, putra dari Carlo Moretti, musuh lama keluarga Ombra. Wajah Vittorio tampak lelah, dengan lingkaran hitam di bawah matanya, namun sorot matanya tetap tajam.“Vittorio,” kata Marco dengan nada curiga. “Apa yang kau lakukan di sini?” “Aku datang dengan niat damai,” jawab Vittorio. “Aku ingin bicara dengan Luca.” Mendengar percakapan itu, Luca keluar dari ruangannya dan mendekati pintu. Dia menatap Vittorio sejenak, mencoba membaca maksud di balik kunjungan mendadaknya. “Masuk,” kata Luca akhirnya. “Kita bicara di dalam.” **Pertemuan di Tengah Ketegangan** Vittorio duduk di ruang pertemuan kecil, ditemani Luca dan Marco. Suasana ruangan terasa berat, penuh dengan ketegangan yang belum terucapkan. “Ak

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-01
  • Kebangkitan Sang Bayangan   Bab 26: Taktik dalam Bayangan

    Fajar menyingsing di kota yang kini mulai merasakan perubahan yang dibawa oleh keluarga Ombra. Namun, di balik ketenangan pagi, ancaman baru tengah mengintai. Meski Sandro telah ditaklukkan, Luca tahu bahwa musuh-musuh yang lebih cerdik dan licik akan segera muncul. Dunia kriminal tidak pernah benar-benar tenang, dan kali ini Luca harus menghadapi lawan yang tidak hanya kuat secara fisik tetapi juga lihai dalam permainan strategi.**Peta Baru Kekuatan** Luca, Marco, dan Vittorio berkumpul di ruang pertemuan utama markas besar. Di atas meja terbentang peta kota, dengan berbagai tanda dan catatan yang menunjukkan wilayah-wilayah yang kini berada di bawah kendali atau pengaruh keluarga Ombra. Namun, ada beberapa titik merah yang menandai lokasi-lokasi yang masih menjadi wilayah abu-abu, rentan terhadap infiltrasi atau serangan dari kelompok-kelompok baru.“Kita tidak bisa hanya fokus mempertahankan,” kata Marco sambil menunjuk beberapa titik merah. “Kita ha

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-01
  • Kebangkitan Sang Bayangan   Bab 27: Jejak Pengkhianatan

    Hening malam di markas keluarga Ombra terasa lebih mencekam dari biasanya. Meski Dario sudah ditangkap dan operasinya dihentikan, Luca tidak merasa lega. Ada sesuatu yang mengganggu pikirannya—sebuah firasat bahwa ancaman belum benar-benar hilang. Di ruang kerja, Luca memandangi peta kota yang kini mulai stabil di bawah kendali mereka. Marco masuk membawa secangkir kopi dan menatap sahabatnya dengan cemas. “Apa yang kau pikirkan, Luca?” Luca menghela napas. “Dario mengatakan sesuatu saat kita menangkapnya. ‘Permainan ini belum selesai.’ Aku merasa ada seseorang di balik layar yang menggerakkan semuanya.” Marco mengangguk setuju. “Mungkin Dario hanya pion. Tapi siapa yang cukup berani untuk memainkan permainan ini?” **Pesan Misterius** Saat percakapan mereka berlangsung, pintu diketuk pelan. Enzo masuk dengan wajah serius, membawa sebuah amplop hitam. “Kami menemukan ini di luar gerbang,” kata Enzo sambil me

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-01
  • Kebangkitan Sang Bayangan   Bab 28: Bayangan dan Peluang Baru

    Malam itu, setelah Pietro meninggalkan kota, suasana di markas keluarga Ombra terasa lebih tenang, meski ketegangan masih tersisa. Luca tahu bahwa masa-masa sulit belum berakhir. Kota ini penuh dengan pengkhianatan dan tipu muslihat, dan keluarga Ombra harus selalu siap menghadapi apa pun yang datang. Namun, di tengah kekacauan, sebuah kesempatan baru muncul—sebuah peluang yang bisa memperkuat posisi mereka dan membawa keluarga ini ke tingkat yang lebih tinggi. ### **Informasi dari Timur** Pagi-pagi buta, seorang kurir datang membawa pesan rahasia dari seorang kontak lama keluarga Ombra yang tinggal di Timur Eropa. Kontak itu bernama Ivan, seorang mantan tentara bayaran yang kini menjalankan jaringan perdagangan yang sah namun masih memiliki koneksi dengan dunia bawah tanah. “Luca,” kata Enzo sambil menyerahkan pesan itu. “Ivan ingin bertemu. Dia bilang ada peluang besar yang bisa memperkuat pengaruh kita.” Luca membaca pesan te

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-01

Bab terbaru

  • Kebangkitan Sang Bayangan   Bab 45: Pertarungan Tanpa Jalan Pulang

    Lorong-lorong markas Bayangan Kedua kini bergema oleh suara tembakan dan teriakan perintah. Luca dan timnya, yang terjebak dalam posisi bertahan, memanfaatkan setiap detik untuk mencari celah di tengah kekacauan. Sirene yang meraung-raung membuat situasi semakin mencekam, seolah memberi tanda bahwa pertempuran ini akan menentukan segalanya. Marco, dengan tangannya yang cekatan, berhasil menemukan jalur alternatif di perangkatnya. “Ada tangga darurat di ujung lorong sebelah kiri,” katanya sambil tetap bersembunyi di balik dinding. “Itu akan membawa kita langsung ke lantai atas, tempat pusat komando berada.” “Kalau begitu kita bergerak sekarang!” ujar Luca tegas. Vittorio memberikan tembakan perlindungan sementara Marco, Elena, dan Lark mulai berlari ke arah tangga yang dimaksud. Tubuh mereka bergerak cepat, tetapi hati-hati, memastikan tidak ada celah bagi musuh untuk menyerang. Ketika mereka mencapai tangga, mereka menemukan bahwa pintu me

  • Kebangkitan Sang Bayangan   Bab 44: Api di Dalam Kegelapan

    Langit gelap menyelimuti kota Budapest, tempat Luca dan timnya menetapkan langkah berikutnya. Serangan balasan dari Bayangan Kedua telah memaksa mereka bergerak lebih cepat, meninggalkan Zurich setelah tempat persembunyian mereka terbongkar. Dengan sumber daya yang semakin terbatas dan tekanan yang meningkat, mereka harus berani mengambil langkah yang lebih agresif. Di sebuah bangunan tua di pinggir kota, Luca berdiri di depan meja kayu yang penuh dengan dokumen dan peta. Daniel Lark, yang kini telah resmi bergabung dengan tim, berdiri di sampingnya. Marco sibuk dengan laptopnya di sudut ruangan, sementara Vittorio sedang membersihkan senjata di sisi lain. “Kita telah menghancurkan tiga pusat utama mereka dalam sebulan terakhir,” kata Luca. “Tapi setiap kali kita menyerang, mereka melawan dengan lebih brutal. Serangan di Zurich adalah bukti bahwa mereka tidak akan berhenti sampai kita dilumpuhkan.” “Kabar baiknya,” ujar Lark sambil menunjuk peta, “se

  • Kebangkitan Sang Bayangan   Bab 43: Cahaya di Ujung Bayangan

    Ledakan dari helikopter yang jatuh mengguncang langit Praha, menarik perhatian warga dan pihak berwenang. Luca berdiri terengah-engah di lorong hotel, menatap tubuh Spectre yang terbaring tak bergerak di lantai. Tembakannya tepat di dada, memastikan bahwa ancaman terbesar dari Bayangan Kedua kini telah berakhir. Namun, Luca tidak merasa lega. Ia tahu, meskipun Spectre telah tiada, akar organisasi itu masih mencengkeram dunia bawah tanah dengan erat. Vittorio mendekat, napasnya juga terengah-engah. “Apakah dia benar-benar mati?” Luca mengangguk perlahan. “Ya. Tapi ini belum selesai. Bayangan Kedua adalah sistem, bukan hanya orang.” Marco berbicara melalui alat komunikasi di telinga mereka. “Kalian harus segera keluar dari sana. Polisi setempat mulai mengepung area. Aku sudah menyiapkan rute pelarian.” Vittorio menepuk bahu Luca. “Ayo, kita harus pergi. Kita tidak bisa tertangkap di sini.” Luca mengambil napas panjang, lalu berbal

  • Kebangkitan Sang Bayangan   Bab 42: Langkah di Balik Bayangan

    Pagi di Istanbul disambut dengan kabut tebal yang menyelimuti kota. Luca berdiri di balkon apartemen mereka, memandangi Bosphorus yang tenang. Di pikirannya, gambaran helikopter yang membawa Spectre melayang jauh masih menghantui. Meskipun mereka berhasil menghentikan sebagian operasi Bayangan Kedua, kegagalan menangkap Spectre membuatnya merasa ada celah dalam perencanaan mereka. Marco bergabung di sampingnya, membawa dua cangkir kopi. “Kau sudah terjaga sejak subuh,” katanya sambil menyodorkan salah satu cangkir. “Aku tidak bisa tidur,” jawab Luca. “Dia terlalu dekat, Marco. Kita hampir menangkapnya, tapi dia selalu selangkah lebih maju.” “Kita sudah memukul mundur sebagian besar operasi mereka,” kata Marco mencoba menghibur. “Odessa mungkin memberikan kita petunjuk lebih banyak. Vittorio sedang dalam perjalanan kembali dengan laporan lengkapnya.” Luca mengangguk pelan. “Aku hanya khawatir. Spectre tidak akan tinggal diam. Serangan balik

  • Kebangkitan Sang Bayangan   Bab 41: Perangkap di Dalam Bayangan

    Dini hari di Istanbul, Luca dan timnya berkumpul untuk menyusun strategi. Wajah-wajah mereka dipenuhi kelelahan, tetapi semangat juang mereka tetap membara. Informasi yang mereka dapatkan dari pertemuan sebelumnya menjadi dasar bagi rencana baru mereka. Namun, tekanan semakin terasa, mengingat mereka tahu Spectre kini menyadari keberadaan mereka. “Spectre tidak akan diam saja,” ujar Luca, memecah keheningan. “Dia tahu kita mendekatinya. Ini akan membuatnya lebih berbahaya.” Marco, yang duduk di sudut ruangan dengan laptopnya, mengetik dengan cepat. “Aku berhasil melacak beberapa transaksi terbaru dari rekening yang terkait dengan jaringan Spectre,” katanya. “Sepertinya dia sedang menggerakkan senjata ke pelabuhan di Odessa, Ukraina. Itu kemungkinan jalur utama mereka untuk menyuplai senjata ke Eropa Timur.” Vittorio menyela, “Tapi bagaimana kita bisa yakin itu bukan jebakan? Dia tahu kita memburunya. Bisa saja ini hanya pengalihan untuk menjauhkan ki

  • Kebangkitan Sang Bayangan   Bab 40: Jaring Bayangan di Istanbul

    Kota Istanbul menyambut kedatangan Luca dan timnya dengan hiruk-pikuk khasnya. Suara klakson kendaraan, sorak pedagang di Grand Bazaar, dan deru kapal di Selat Bosphorus menciptakan irama kota yang tidak pernah tidur. Namun, di balik keramaian itu, bayangan kejahatan tetap mengintai, dan Luca tahu bahwa dia harus waspada setiap saat. Informasi dari Ricardo Alvarez membawa mereka ke kota ini, tempat pertemuan penting Bayangan Kedua akan berlangsung. Pertemuan ini adalah kesempatan terakhir mereka untuk menghancurkan sisa-sisa organisasi Isabella sebelum penerusnya, *Spectre*, memegang kendali penuh. Di sebuah apartemen kecil yang disewa timnya, Luca berdiri di depan papan besar yang dipenuhi peta, foto, dan catatan. Marco, Vittorio, dan beberapa anggota tim lainnya duduk di sekeliling meja, mempelajari dokumen yang baru saja mereka dapatkan dari seorang informan lokal. “Jadi, di mana pertemuan itu akan diadakan?” tanya Marco, memecah keheningan.

  • Kebangkitan Sang Bayangan   Bab 39: Ketenangan yang Rapuh

    Hari baru menyingsing di atas pelabuhan kecil di Italia. Ombak memukul lembut dermaga kayu, seolah mencoba menenangkan kegelisahan yang telah memenuhi hati Luca. Dia berdiri di atas dek kapal keluarga Ombra, memandangi cakrawala biru tanpa batas. Meski Isabella telah tenggelam bersama helikopternya, perasaan lega yang seharusnya datang belum menghampiri Luca. Sebaliknya, dadanya dipenuhi keraguan dan pertanyaan. Benarkah semuanya sudah berakhir? Atau, seperti bayangan yang tidak pernah benar-benar hilang, Isabella masih hidup di suatu tempat, menunggu saat yang tepat untuk menyerang lagi? Marco mendekat dengan secangkir kopi di tangannya. “Kau sudah tidak tidur semalaman, Luca. Kau butuh istirahat.” “Aku tidak bisa,” jawab Luca, suaranya berat. “Aku terus memikirkan apa yang dikatakan Isabella. Tentang penerusnya. Tentang Bayangan Kedua yang tidak akan pernah benar-benar hilang.” Marco menyerahkan cangkir kopi itu padanya. “Dengar, kita te

  • Kebangkitan Sang Bayangan   Bab 38: Perburuan dalam Bayangan

    Laut malam yang dingin dipenuhi oleh asap dan bau mesiu. Kapal utama Isabella yang tenggelam mulai lenyap di bawah permukaan air, menyisakan pecahan-pecahan kayu yang terombang-ambing. Luca berdiri di atas kapal keluarga Ombra, tubuhnya basah kuyup dan napasnya terengah-engah. Meskipun luka-luka yang diderita Isabella hampir pasti serius, dia merasa Isabella masih memiliki rencana cadangan. Marco mendekatinya dengan ekspresi khawatir. “Luca, kita sudah merusak sebagian besar jaringan Isabella. Ini adalah kemenangan besar.” “Tidak ada kemenangan selama dia masih hidup,” jawab Luca dengan suara datar. Matanya memandangi horison gelap. “Dia terluka, tapi dia tidak akan berhenti. Isabella adalah tipe orang yang akan merangkak keluar dari neraka untuk membalas dendam.” Vittorio, yang sedang mengatur anak buahnya untuk mengamankan wilayah sekitar, menimpali, “Kita harus memanfaatkan momentum ini. Dengan jaringan transportasinya hancur, Isabella akan kehila

  • Kebangkitan Sang Bayangan   Bab 37: Bayangan dalam Kegelapan

    Markas Isabella mulai hancur. Ledakan demi ledakan mengguncang pulau itu, membuat tanah bergetar dan api menyala di berbagai sudut. Luca berdiri di tengah kekacauan, memandangi lorong tempat Isabella menghilang. Marco dan Enzo menghampirinya. “Luca, kita harus pergi sekarang! Tempat ini akan meledak dalam beberapa menit!” teriak Marco, suaranya hampir tenggelam oleh deru ledakan. Namun Luca tidak bergerak. “Dia masih di sini. Aku harus menyelesaikan ini.” Enzo memegang bahunya. “Kau tidak bisa mengejar dia sendirian. Kita semua tahu ini jebakan.” Luca menatap Enzo dengan tajam, tapi kemudian mengangguk. “Kalian bawa tim keluar. Aku akan menyusul.” “Tidak, kau tidak bisa—” protes Marco, tapi Luca sudah berlari menuju lorong gelap, meninggalkan mereka. ### **Di Dalam Markas** Luca mengikuti jejak Isabella ke dalam ruangan utama yang tersembunyi di bawah tanah. Ruangan itu luas, penuh dengan peralatan canggih

DMCA.com Protection Status