“Atas nama kerajaan Bing Qing, kalian semua aku tangkap!”Dari balik mantelnya, Hongli maju dengan gagang pisau dan sekali hantam, prajurit itu tergeletak tak berdaya.“Jangan lupa mengambil lencana miliknya,” perintah Yuan sebelum beranjak.Mereka bertiga kemudian melarikan diri dengan cara yang sama saat mereka masuk—memanjat pagar basah secepat mungkin sebelum pasukan lainnya menyadari kehadiran mereka.Dengan cepat, Yuan, Hongli, dan Xueyi memasuki goa yang akan membawa mereka pulang ke pemukiman Ner’iatu. Misi malam ini berjalan lancar, dan banyak yang akan terjadi esok hari di kerajaan Bing Qing. Yuan merasa yakin dengan kemampuannya untuk menggerakkan rencana ini ke depan.Sesampainya di depan pintu masuk, Tangfei dan pasukannya sudah menunggu kedatangan mereka. Di luar, badai mengamuk, tetapi di dalam tanah, mereka terlindungi dengan nyaman. Tidak ada yang tampak terganggu dengan cuaca buruk di luar.Yuan dan kelompok lainnya siap membahas semua informasi yang mereka kumpulkan
Sebuah kereta yang dinaiki oleh seorang pria berkacamata bulat, yang dikenal sebagai arsitek ternama, diarak oleh sepuluh prajurit di sampingnya. Arsitek itu terbenam dalam pikirannya sendiri, fokus pada perkamen yang penuh dengan rancangan senjata pesanan Kaisar Wuyan. Sesekali, ia melakukan perhitungan singkat, menulis angka-angka di kertas yang tampaknya penuh dengan notasi teknis. Topi hijau tingginya melompat-lompat setiap kali roda kereta melindas kerikil besar di jalan.Gebrak!Tiba-tiba, sebuah gebrakan keras menggetarkan kereta, bukan dari kerikil, tetapi dari sebuah benturan yang membuat kereta berguncang hebat hingga terbalik. Arsitek itu tersentak dari fokusnya, terpaksa menghadapi situasi yang tidak terduga.“Hei, bisa kalian berhenti mengguncang kereta ini? Aku sedang mengerjakan sesuatu!” teriak sang arsitek, mengeluarkan kepalanya dari jendela kereta dengan ekspresi frustrasi.Namun, alih-alih melihat prajurit Wuyan yang setia, yang tampaknya telah dia percayai, dia me
“Kau harus mati!” Yuan menghunuskan pisaunya dengan niat membunuh yang kuat, matanya menyala penuh kebencian.“Hentikan!” Hongli dan Xueyi segera merangsek maju, berusaha menghentikan Yuan. Mereka menekannya ke dinding goa, menahan amarahnya.Di luar goa, Zhenwu, Dwei, dan Xiao saling berpandangan, penasaran dengan kegaduhan yang terjadi di dalam.”Yuan, tenangkan dirimu. Kenapa kau tiba-tiba ingin membunuhnya?”“Kalian tidak mengerti,” Yuan menjawab dengan suara bergetar penuh emosi. “Lihat apa yang dia tulis di kertas itu. Dia merancang senjata pemusnah masal. Jika Wuyan berhasil membuat senjata itu, mereka bisa menghancurkan dunia!”Arsitek itu tertawa sinis, seolah memandang rendah. “Hahaha, nampaknya kau cukup cerdas, prajurit Bing Qing. Memang tujuan kami begitu. Setelah menguasai batu Gogonit di Qingce, kami akan melancarkan ekspansi besar-besaran, menaklukkan keempat Kekaisaran Besar, dan menguasai dunia.”Hongli memutar bola matanya, terlihat kesal. “Maaf Tuan, tapi wajahmu t
Brak!!!“Argh!”Belum sempat kapten dan pasukannya merayakan kemenangan, pisau Yuan sudah menusuk punggungnya sampai menembus dada melalui zirah besi. Suara pria itu bungkam dengan darah menggumpal di mulut, menyekat tenggorokan.“Si-siapa kau….”Tanya sang kapten dengan sisa nyawa yang ada.Dari balik topengnya, Yuan berkata, “aku adalah sang penebus dosa. Begitu bertemu dengan Tuhan di akhirat, katakan padanya aku sedang berusaha menjalankan tugas darinya.”“Ugh!”Pisau ditarik dengan gerakan tajam dari tubuh kapten, diikuti dengan jatuhnya beberapa prajurit yang tersisa dihabisi oleh anggota tim Yuan yang lain. Dengan begini, Saniyala secara tidak langsung mengklaim kemenangannya. Dia berdiri sendirian di tengah mayat pasukan dari dua kerajaan, tampak seperti penguasa medan perang.Melihat bocah itu, Hongli dan yang lainnya merasakan aura mengerikan yang menyelimuti Yuan. Mulutnya tidak pernah berhenti tersenyum, seolah menikmati setiap kematian yang berserakan di bawah kakinya. Na
Teriakan tangisan bayi Trondallo di ruangan Bunda Ketua semakin kencang. Wang Jing, yang bertugas menggantikan tugas Fengyin merasa kebingungan tak tahu harus berbuat apa. Kedua bayi itu tidak mau diam.“Ada apa dengan mereka?” tanya Yuan kepada Wang Jing.“Saniyala, aku juga tidak tahu. Tiba-tiba mereka menangis tanpa alasan yang jelas. Aku tidak tahu harus berbuat apa.”Yuan memeriksa kedua bayi dengan cermat. Dengan mata hijaunya, ia bisa merasakan ketidaknyamanan yang dialami bayi-bayi tersebut.“Mereka sakit. Suhu tubuh mereka jauh lebih tinggi dari biasanya.”“Sakit? Penyakit apa yang bisa mengganggu bayi Trondallo?” tanya Wang Jing.“Ini lebih kepada sakit psikis,” jawab Yuan. “Mereka tampaknya terganggu oleh kepergian Fengyin.”Enlai menambahkan, “Mungkin mereka merasakan apa yang dirasakan Fengyin saat ini?”“Jika benar, berarti Fengyin dalam keadaan yang sangat buruk di penjara Bing Qing.”Tiba-tiba, tanah bergetar hebat. Seekor ular raksasa muncul dari dalam tanah, mengangk
“Ayah?!” teriak Yuan dan teman-temannya dengan kaget.Pintu rumah terbuka, dan seorang wanita muda muncul. Rambutnya yang lurus sebahu tergerai di atas gaun biru sederhana yang tampak mewah jika dibandingkan dengan tetangga di sekitar rumah.“Xueyi, akhirnya kau pulang juga. Selamat datang,” ucap wanita itu dengan senyuman ramah.Teman-teman Xueyi dari Ner’iatu masih kebingungan, tidak bisa mengikuti apa yang sedang terjadi. “Hai Sayang, aku membawa tamu. Kenalkan, ini adalah Lian Hua, istriku, dan dua anak ini adalah anakku,” kata Xueyi, memperkenalkan keluarganya.Yuan, dengan mulut yang masih menganga, mencoba mencerna kenyataan bahwa paman mereka memiliki istri dan anak. “Apa yang terjadi? Sejak kapan ini terjadi? Bagaimana ini bisa terjadi?”“Halo semuanya, sebaiknya kita mengobrol di dalam saja. Mari masuk,” kata Lian Hua, tuan rumah yang baik hati, sambil mengundang mereka masuk.Di dalam rumah, suasananya tampak normal dan sederhana, namun tertata rapi dan nyaman. Meja makan
Yuan memperhatikan pamannya berdiri di depan pintu dalam keadaan yang tak bisa ditebak. Mukanya nyaris tak berekspresi sama sekali, namun senar yang keluar dari tubuhnya menggeliat penuh kemarahan. Penuh dendam. Penuh ambisi. Dan setitik rasa sedih. Hanya Yuan dengan mata ajaibnya yang bisa melihat apa yang dirasakan oleh Xueyi.“Kau tidak apa-apa, Paman?” Yuan bertanya sambil menepuk pundaknya dari belakang.“Yeah, aku baik-baik saja,” jawab Xueyi dengan senyum terpaksa yang sulit disembunyikan.“Berapa banyak sisa uang yang kau punya sekarang?”“Tidak banyak. Mungkin hanya cukup untuk satu atau dua hari ke depan.”“Baiklah, karena kita nampaknya tak ada lagi yang bisa dilakukan di Bing Qing, ada yang mau pergi ke Wuyan?”“Apa yang akan kita lakukan di sana?” tanya Hongli,“Banyak hal. Kita bisa mengecek bagaimana perkembangan situasi di sana. Dan juga, merampas beberapa koin emas dari prajurit di sana.”Xueyi nampak setuju dengan rencana itu. Tangfei, Zhenwu, Dwei, dan Xiao juga ter
Yuan bergerak dengan hati-hati, matanya meneliti setiap sudut lemari di ruangan. Dia hampir saja mengambil lencana terakhir ketika sebuah bayangan di cermin menarik perhatiannya. Sosok Guozhi, tampak jelas berdiri di tengah pesta bersama beberapa rekannya.“Guozhi!” bisik Yuan, matanya membesar. “Lihat, itu Guozhi!”Dia memberi isyarat pada Hongli, yang tengah tenggelam dalam kegembiraan pesta, dikelilingi oleh tiga wanita cantik dengan minuman di tangan. Hongli tampak tersenyum kikuk, pikirannya melayang jauh dari situasi sekitar.“Sial, pria ini terlalu mabuk untuk sadar!” pikir Yuan, cemas.Guozhi, yang sedang mengambil minuman, mengamati pria besar di sofa dengan tatapan tajam. “Rasanya aku kenal kau….”Hongli tersenyum lebar, masih setengah teler. “Ah, aku dikenal banyak orang. Menjadi selebriti sepertiku memang melelahkan, hahaha!”Guozhi tertawa ringan, “Hahaha, aku paham rasanya. Aku juga sering merasa tak nyaman dikenali di sini.”Yuan mengamati dari jauh dengan penuh kekhawa