Yuan, Hongli, dan Xueyi berjalan pulang menuju pemukiman bawah tanah. Sepanjang perjalanan, suasana mencekam menyelimuti mereka, mengunci kata-kata dalam kerongkongan. Aura kejam dari Yuan membungkam mereka semua.
Xueyi tidak pernah membayangkan keponakannya memiliki kekuatan dan kemarahan yang begitu mengerikan, seolah-olah aura itu bisa membunuh seseorang jika tidak dikendalikan.
“Apa yang sebenarnya terjadi dengan Yuan? Dia jelas bukan keponakanku yang dulu aku kenal,” tanya Xueyi dengan nada penuh kekhawatiran.
“Siapapun Yuan di masa lalunya, jelas dia sudah bukan orang yang sama. Dia kini menjelma menjadi utusan kami sebagai nabi yang telah diramalkan.”
“Aku rasa begitu. Sekarang aku mengerti kenapa dia kesulitan mengatur hawa keb
Hening.Semua orang terdiam di dalam ruangan batu yang dingin, dengan meja batu hijau sebagai pusat perhatian. Yuan duduk di situ, mencoba menenangkan emosinya setelah apa yang terjadi sebelumnya. Di sekelilingnya ada Hongli, Xueyi, Zhenwu, Dwei, Xiao, dan Tangfei, yang juga hadir untuk rapat penting ini. Mereka menunggu sang pemimpin yang dari tadi bungkam untuk berbicara.“Silakan bicara, Hongli,” kata Yuan, membaca pikiran pria besar itu. “Aku tahu kau sudah tidak sabar ingin mengungkapkan sesuatu.”Hongli maju, membenarkan posisi berdirinya, dan mulai berbicara. “Baiklah, aku akan menjelaskan situasi kita saat ini. Sekarang Fengyin sedang menjadi tawanan dari Raja Bing Qing, dia meminta empat ton batu Gogonit sebagai tebusan.”“Empat ton?!” Teriak Xiao tak percaya.“Kenapa tiba-tiba Bing Qing ikut campur masalah kita? Padahal urusan kita dengan Wuyan saja masih belum selesai. Sekarang ditambah satu lagi kerajaan yang kurang ajar bertindak sewenang-wenang.”“Itu semua karena Yenn.”
“Maaf Saniyala, kau seharusnya tahu bagaimana tradisi Ner’iatu. Setiap orang menempa senjata mereka sendiri,” ujar Doanghai kepada Yuan dengan nada sopan.“Dengar, Doanghai, kau masih terjebak pada tradisi yang membatasi kalian. Ini benar-benar konyol. Aku sekarang yang memimpin kalian, dan aku perintahkan kau untuk membuat pedang baru untuk pamanku. Paham?” desak Yuan dengan nada tegas.“Ba-baik, Saniyala. Akan segera aku laksanakan,” jawab Doanghai, sedikit gemetar.Setelah memerintah tukang besi bekerja, Yuan, Hongli, dan Xueyi meninggalkan tempat tersebut dan menuju ke permukaan, menyusul rombongan Tangfei yang sudah lebih dulu pergi.Mereka menyusuri goa yang mengarah ke gerbang kerajaan Bing Qing di barat. Malam itu tampak lebih sepi dari biasanya; gerbang yang biasanya dipenuhi aktivitas administrasi kini tertutup rapat, menyegel segala kegiatan kerajaan di baliknya. Lampu-lampu dari perumahan warga tampak menembus celah-celah gerbang raksasa, menciptakan bayangan-bayangan yang
“Atas nama kerajaan Bing Qing, kalian semua aku tangkap!”Dari balik mantelnya, Hongli maju dengan gagang pisau dan sekali hantam, prajurit itu tergeletak tak berdaya.“Jangan lupa mengambil lencana miliknya,” perintah Yuan sebelum beranjak.Mereka bertiga kemudian melarikan diri dengan cara yang sama saat mereka masuk—memanjat pagar basah secepat mungkin sebelum pasukan lainnya menyadari kehadiran mereka.Dengan cepat, Yuan, Hongli, dan Xueyi memasuki goa yang akan membawa mereka pulang ke pemukiman Ner’iatu. Misi malam ini berjalan lancar, dan banyak yang akan terjadi esok hari di kerajaan Bing Qing. Yuan merasa yakin dengan kemampuannya untuk menggerakkan rencana ini ke depan.Sesampainya di depan pintu masuk, Tangfei dan pasukannya sudah menunggu kedatangan mereka. Di luar, badai mengamuk, tetapi di dalam tanah, mereka terlindungi dengan nyaman. Tidak ada yang tampak terganggu dengan cuaca buruk di luar.Yuan dan kelompok lainnya siap membahas semua informasi yang mereka kumpulkan
Sebuah kereta yang dinaiki oleh seorang pria berkacamata bulat, yang dikenal sebagai arsitek ternama, diarak oleh sepuluh prajurit di sampingnya. Arsitek itu terbenam dalam pikirannya sendiri, fokus pada perkamen yang penuh dengan rancangan senjata pesanan Kaisar Wuyan. Sesekali, ia melakukan perhitungan singkat, menulis angka-angka di kertas yang tampaknya penuh dengan notasi teknis. Topi hijau tingginya melompat-lompat setiap kali roda kereta melindas kerikil besar di jalan.Gebrak!Tiba-tiba, sebuah gebrakan keras menggetarkan kereta, bukan dari kerikil, tetapi dari sebuah benturan yang membuat kereta berguncang hebat hingga terbalik. Arsitek itu tersentak dari fokusnya, terpaksa menghadapi situasi yang tidak terduga.“Hei, bisa kalian berhenti mengguncang kereta ini? Aku sedang mengerjakan sesuatu!” teriak sang arsitek, mengeluarkan kepalanya dari jendela kereta dengan ekspresi frustrasi.Namun, alih-alih melihat prajurit Wuyan yang setia, yang tampaknya telah dia percayai, dia me
“Kau harus mati!” Yuan menghunuskan pisaunya dengan niat membunuh yang kuat, matanya menyala penuh kebencian.“Hentikan!” Hongli dan Xueyi segera merangsek maju, berusaha menghentikan Yuan. Mereka menekannya ke dinding goa, menahan amarahnya.Di luar goa, Zhenwu, Dwei, dan Xiao saling berpandangan, penasaran dengan kegaduhan yang terjadi di dalam.”Yuan, tenangkan dirimu. Kenapa kau tiba-tiba ingin membunuhnya?”“Kalian tidak mengerti,” Yuan menjawab dengan suara bergetar penuh emosi. “Lihat apa yang dia tulis di kertas itu. Dia merancang senjata pemusnah masal. Jika Wuyan berhasil membuat senjata itu, mereka bisa menghancurkan dunia!”Arsitek itu tertawa sinis, seolah memandang rendah. “Hahaha, nampaknya kau cukup cerdas, prajurit Bing Qing. Memang tujuan kami begitu. Setelah menguasai batu Gogonit di Qingce, kami akan melancarkan ekspansi besar-besaran, menaklukkan keempat Kekaisaran Besar, dan menguasai dunia.”Hongli memutar bola matanya, terlihat kesal. “Maaf Tuan, tapi wajahmu t
Brak!!!“Argh!”Belum sempat kapten dan pasukannya merayakan kemenangan, pisau Yuan sudah menusuk punggungnya sampai menembus dada melalui zirah besi. Suara pria itu bungkam dengan darah menggumpal di mulut, menyekat tenggorokan.“Si-siapa kau….”Tanya sang kapten dengan sisa nyawa yang ada.Dari balik topengnya, Yuan berkata, “aku adalah sang penebus dosa. Begitu bertemu dengan Tuhan di akhirat, katakan padanya aku sedang berusaha menjalankan tugas darinya.”“Ugh!”Pisau ditarik dengan gerakan tajam dari tubuh kapten, diikuti dengan jatuhnya beberapa prajurit yang tersisa dihabisi oleh anggota tim Yuan yang lain. Dengan begini, Saniyala secara tidak langsung mengklaim kemenangannya. Dia berdiri sendirian di tengah mayat pasukan dari dua kerajaan, tampak seperti penguasa medan perang.Melihat bocah itu, Hongli dan yang lainnya merasakan aura mengerikan yang menyelimuti Yuan. Mulutnya tidak pernah berhenti tersenyum, seolah menikmati setiap kematian yang berserakan di bawah kakinya. Na
Teriakan tangisan bayi Trondallo di ruangan Bunda Ketua semakin kencang. Wang Jing, yang bertugas menggantikan tugas Fengyin merasa kebingungan tak tahu harus berbuat apa. Kedua bayi itu tidak mau diam.“Ada apa dengan mereka?” tanya Yuan kepada Wang Jing.“Saniyala, aku juga tidak tahu. Tiba-tiba mereka menangis tanpa alasan yang jelas. Aku tidak tahu harus berbuat apa.”Yuan memeriksa kedua bayi dengan cermat. Dengan mata hijaunya, ia bisa merasakan ketidaknyamanan yang dialami bayi-bayi tersebut.“Mereka sakit. Suhu tubuh mereka jauh lebih tinggi dari biasanya.”“Sakit? Penyakit apa yang bisa mengganggu bayi Trondallo?” tanya Wang Jing.“Ini lebih kepada sakit psikis,” jawab Yuan. “Mereka tampaknya terganggu oleh kepergian Fengyin.”Enlai menambahkan, “Mungkin mereka merasakan apa yang dirasakan Fengyin saat ini?”“Jika benar, berarti Fengyin dalam keadaan yang sangat buruk di penjara Bing Qing.”Tiba-tiba, tanah bergetar hebat. Seekor ular raksasa muncul dari dalam tanah, mengangk
“Ayah?!” teriak Yuan dan teman-temannya dengan kaget.Pintu rumah terbuka, dan seorang wanita muda muncul. Rambutnya yang lurus sebahu tergerai di atas gaun biru sederhana yang tampak mewah jika dibandingkan dengan tetangga di sekitar rumah.“Xueyi, akhirnya kau pulang juga. Selamat datang,” ucap wanita itu dengan senyuman ramah.Teman-teman Xueyi dari Ner’iatu masih kebingungan, tidak bisa mengikuti apa yang sedang terjadi. “Hai Sayang, aku membawa tamu. Kenalkan, ini adalah Lian Hua, istriku, dan dua anak ini adalah anakku,” kata Xueyi, memperkenalkan keluarganya.Yuan, dengan mulut yang masih menganga, mencoba mencerna kenyataan bahwa paman mereka memiliki istri dan anak. “Apa yang terjadi? Sejak kapan ini terjadi? Bagaimana ini bisa terjadi?”“Halo semuanya, sebaiknya kita mengobrol di dalam saja. Mari masuk,” kata Lian Hua, tuan rumah yang baik hati, sambil mengundang mereka masuk.Di dalam rumah, suasananya tampak normal dan sederhana, namun tertata rapi dan nyaman. Meja makan
Untuk beberapa hari ke depan cerita ini akan berhenti update untuk sementara dikarenakan akan ada perbaikan alur cerita.Begitu semuanya sudah diperbaiki, ceritanya akan kembali berlanjut.Pantengin terus ya :D
Malam hari yang gelap, memancarkan hawa dingin dari rembulan biru tertutup setengah paras oleh awan. Distrik Qingchong menjadi sunyi dan sepi tanpa ada tanda-tanda kehidupan sosial. Yuan dan kawan-kawan menyelinap dari satu tempat ke tempat lain dalam bayangan kegelapan. Mereka bertujuh berusaha berkamuflase sebisa mungkin agar tak ketahuan oleh siapapun, terutama oleh mereka para prajurit yang sedang berpatroli.“Kalian mencium sesuatu?” Tanya Tangfei pada yang lain.“Iya, ini bau bensin. Pastinya bukan cuma aku yang mencium ini dari tadi di sepanjang jalan.” Jelas Hongli.“Hati-hati saja jangan sampai ketahuan oleh para pasukan yang sedang berjaga,” kata Yuan.Mereka melanjutkan merayap menyusuri kegelapan di belakang bangunan distrik Qingchong. Makin lama bau bensin kian menyengat, namun hidup mereka semua perlahan bisa beradaptasi. Bau bensin ini sudah tidak mengganggu bagi hidung mereka lagi.Dalam jarak seratus meter lebih, balai kota tempat di mana anak dan istri milik Xueyi d
Pada keesokan harinya, sebuah rombongan prajurit Wuyan berjajar rapi di jalanan berbatu yang menuju ke Bing Qing. Matahari pagi memancarkan cahaya keemasan, menyinari kereta yang diangkut oleh dua kuda hitam berkilat. Kereta itu terlihat megah dengan ukiran-ukiran rumit pada kayunya dan hiasan bendera kebesaran Wuyan yang berkibar anggun di sepanjang jalan. Semua prajurit, mengenakan armor logam berwarna hijau yang mengkilap, meningkatkan kewaspadaan di atas kuda mereka, berbaris dengan disiplin menuju kerajaan dagang internasional. Ternyata, rumor mengenai Kaisar Wuyan hendak berkunjung ke Bing Qing bukanlah isapan jempol belaka. Kereta yang diangkut oleh dua kuda berwarna hitam pekat itu bergerak dengan tenang, roda kereta yang terbuat dari kayu kokoh berderak lembut di atas jalan yang ditutupi lapisan debu halus. Di dalam kereta, sosok yang sangat penting sedang berada, menambah aura misterius pada perjalanan tersebut.Yuan dan kawan-kawan sedang bersembunyi di dalam hutan jauh d
Yuan coba membaca surat yang ada di tangan pamannya. Bunyinya:“Jika kau mau anak dan istrimu selamat, temui kami di balai kota distrik Qingchong. Bawa tiga orang terbaik bersamamu. Kami akan menyambut kalian.Tertanda: Xu Yanzhi.”Semua orang sepakat siapa yang harus pergi ke tempat itu malam ini. Xueyi, Yuan dan Hongli.Ketiganya tanpa pikir panjang berlari menuju tempat yang dijanjikan dalam gelap malam. Sementara Tangfei dan yang lainnya mengawasi dari kejauhan.Begitu tiba, empat prajurit sudah menunggu di pintu masuk.. Xueyi langsung disambut oleh Xu Yanzhi.“Selamat datang, wahai samurai dan kawan-kawan. Akhirnya kau datang.”“Dimana anak dan istriku?”Pria berpakaian emas itu menggeser diri dari pintu, memperlihatkan pemandangan mengerikan di dalam ruangan Lian dan dua anaknya sedang diikat pada sebuah tiang. Mulut mereka disumpal dengan kain yang membuat mereka tak bisa berbicara.Teriakan mereka tak terdengar, tapi ekspresi mereka menunjukkan ketakutan.Xueyi mengerang pelan
Yuan bergerak dengan hati-hati, matanya meneliti setiap sudut lemari di ruangan. Dia hampir saja mengambil lencana terakhir ketika sebuah bayangan di cermin menarik perhatiannya. Sosok Guozhi, tampak jelas berdiri di tengah pesta bersama beberapa rekannya.“Guozhi!” bisik Yuan, matanya membesar. “Lihat, itu Guozhi!”Dia memberi isyarat pada Hongli, yang tengah tenggelam dalam kegembiraan pesta, dikelilingi oleh tiga wanita cantik dengan minuman di tangan. Hongli tampak tersenyum kikuk, pikirannya melayang jauh dari situasi sekitar.“Sial, pria ini terlalu mabuk untuk sadar!” pikir Yuan, cemas.Guozhi, yang sedang mengambil minuman, mengamati pria besar di sofa dengan tatapan tajam. “Rasanya aku kenal kau….”Hongli tersenyum lebar, masih setengah teler. “Ah, aku dikenal banyak orang. Menjadi selebriti sepertiku memang melelahkan, hahaha!”Guozhi tertawa ringan, “Hahaha, aku paham rasanya. Aku juga sering merasa tak nyaman dikenali di sini.”Yuan mengamati dari jauh dengan penuh kekhawa
Yuan memperhatikan pamannya berdiri di depan pintu dalam keadaan yang tak bisa ditebak. Mukanya nyaris tak berekspresi sama sekali, namun senar yang keluar dari tubuhnya menggeliat penuh kemarahan. Penuh dendam. Penuh ambisi. Dan setitik rasa sedih. Hanya Yuan dengan mata ajaibnya yang bisa melihat apa yang dirasakan oleh Xueyi.“Kau tidak apa-apa, Paman?” Yuan bertanya sambil menepuk pundaknya dari belakang.“Yeah, aku baik-baik saja,” jawab Xueyi dengan senyum terpaksa yang sulit disembunyikan.“Berapa banyak sisa uang yang kau punya sekarang?”“Tidak banyak. Mungkin hanya cukup untuk satu atau dua hari ke depan.”“Baiklah, karena kita nampaknya tak ada lagi yang bisa dilakukan di Bing Qing, ada yang mau pergi ke Wuyan?”“Apa yang akan kita lakukan di sana?” tanya Hongli,“Banyak hal. Kita bisa mengecek bagaimana perkembangan situasi di sana. Dan juga, merampas beberapa koin emas dari prajurit di sana.”Xueyi nampak setuju dengan rencana itu. Tangfei, Zhenwu, Dwei, dan Xiao juga ter
“Ayah?!” teriak Yuan dan teman-temannya dengan kaget.Pintu rumah terbuka, dan seorang wanita muda muncul. Rambutnya yang lurus sebahu tergerai di atas gaun biru sederhana yang tampak mewah jika dibandingkan dengan tetangga di sekitar rumah.“Xueyi, akhirnya kau pulang juga. Selamat datang,” ucap wanita itu dengan senyuman ramah.Teman-teman Xueyi dari Ner’iatu masih kebingungan, tidak bisa mengikuti apa yang sedang terjadi. “Hai Sayang, aku membawa tamu. Kenalkan, ini adalah Lian Hua, istriku, dan dua anak ini adalah anakku,” kata Xueyi, memperkenalkan keluarganya.Yuan, dengan mulut yang masih menganga, mencoba mencerna kenyataan bahwa paman mereka memiliki istri dan anak. “Apa yang terjadi? Sejak kapan ini terjadi? Bagaimana ini bisa terjadi?”“Halo semuanya, sebaiknya kita mengobrol di dalam saja. Mari masuk,” kata Lian Hua, tuan rumah yang baik hati, sambil mengundang mereka masuk.Di dalam rumah, suasananya tampak normal dan sederhana, namun tertata rapi dan nyaman. Meja makan
Teriakan tangisan bayi Trondallo di ruangan Bunda Ketua semakin kencang. Wang Jing, yang bertugas menggantikan tugas Fengyin merasa kebingungan tak tahu harus berbuat apa. Kedua bayi itu tidak mau diam.“Ada apa dengan mereka?” tanya Yuan kepada Wang Jing.“Saniyala, aku juga tidak tahu. Tiba-tiba mereka menangis tanpa alasan yang jelas. Aku tidak tahu harus berbuat apa.”Yuan memeriksa kedua bayi dengan cermat. Dengan mata hijaunya, ia bisa merasakan ketidaknyamanan yang dialami bayi-bayi tersebut.“Mereka sakit. Suhu tubuh mereka jauh lebih tinggi dari biasanya.”“Sakit? Penyakit apa yang bisa mengganggu bayi Trondallo?” tanya Wang Jing.“Ini lebih kepada sakit psikis,” jawab Yuan. “Mereka tampaknya terganggu oleh kepergian Fengyin.”Enlai menambahkan, “Mungkin mereka merasakan apa yang dirasakan Fengyin saat ini?”“Jika benar, berarti Fengyin dalam keadaan yang sangat buruk di penjara Bing Qing.”Tiba-tiba, tanah bergetar hebat. Seekor ular raksasa muncul dari dalam tanah, mengangk
Brak!!!“Argh!”Belum sempat kapten dan pasukannya merayakan kemenangan, pisau Yuan sudah menusuk punggungnya sampai menembus dada melalui zirah besi. Suara pria itu bungkam dengan darah menggumpal di mulut, menyekat tenggorokan.“Si-siapa kau….”Tanya sang kapten dengan sisa nyawa yang ada.Dari balik topengnya, Yuan berkata, “aku adalah sang penebus dosa. Begitu bertemu dengan Tuhan di akhirat, katakan padanya aku sedang berusaha menjalankan tugas darinya.”“Ugh!”Pisau ditarik dengan gerakan tajam dari tubuh kapten, diikuti dengan jatuhnya beberapa prajurit yang tersisa dihabisi oleh anggota tim Yuan yang lain. Dengan begini, Saniyala secara tidak langsung mengklaim kemenangannya. Dia berdiri sendirian di tengah mayat pasukan dari dua kerajaan, tampak seperti penguasa medan perang.Melihat bocah itu, Hongli dan yang lainnya merasakan aura mengerikan yang menyelimuti Yuan. Mulutnya tidak pernah berhenti tersenyum, seolah menikmati setiap kematian yang berserakan di bawah kakinya. Na