Tanpa terasa, mobil Toyota Corolla merah yang ditumpangi Lisa dan Alicia tiba di kedai Si Tampan. Ramainya pengunjung membuat kedatangan mereka berdua tidak banyak menarik perhatian.“Meong~” Suara lembut seorang wanita terdengar dari belakang Ian. Tanpa perlu berbalik pun, Ian tahu bahwa wanita yang mengeong tersebut adalah Lis inia.‘Wanita menjijikkan itu pasti kemari untuk menagih janjiku semalam!’ gumam Ian dalam hati.Lisa berjalan mendekat dan duduk di kursi kosong meja konter. Melihat Ian yang tetap diam tanpa mempedulikannya, Lisa berkata, “Apakah aku tidak diterima datang kemari?”“Bagaimana mungkin aku tidak menolakmu?” Ian berbalik dan melihat Lisa sambil tersenyum.Hari ini, Lisa berpakaian sangat cantik. Dia bahkan merias wajahnya. Biasanya, Lisa berkunjung tanpa menggunakan riasan apapun. Dan kali ini, Lisa mengenakan topi bertelinga kucing, membuatnya semakin imut.Namun, saat melihat wanita yang duduk di samping Lisa, Ian terkejut. Wanita itu juga tidak kalah cantikny
"Uhuk-uhuk!" Aksi Alicia ini membuat Lisa terbatuk. Ia tak menyangka teman baiknya itu akan berbicara omong kosong.Alicia mengedipkan matanya dan melihat reaksi Ian dengan rasa ingin tahu. Ia mengambil kerupuk putih dari kotak di meja konter dan menggigitnya sedikit seraya menunggu reaksi pria tampan di hadapannya itu.Tak tahan dengan sikap temannya, Lisa berteriak, "Alicia!" Wajah Lisa sedikit merah saat ia menatap Alicia dan mulai menggelitik pinggangnya."Hahaha, geli sekali … padahal aku membantumu menyatakan perasaanmu, Kak Lisa." Alicia terkikik tidak kuat menahan geli.“Jika kamu menggelitikku, aku akan balas menggelitikmu juga!” Alicia menggigit kerupuknya dan meletakkan tangannya di pinggang Lisa.“Alicia, jangan bicara omong kosong! Aku tidak ingat pernah berkata seperti itu!” Lisa memiringkan kepalanya ke samping, wajahnya sedikit merah. Ia sendiri bahkan tidak tahu mengapa dirinya bereaksi seperti itu.Padahal, baru saja beberapa hari yang lalu, Lisa berkata pada Ian bah
“Kamu yang anjing! Oh maaf, tidak. Kamu yang kucing dan akulah anjingnya. Aaauuuu~” balas Alicia seperti seorang anak kecil.“Aaauuuu itu suara serigala!” bantah Lisa. Ia menatap Alicia seperti orang idiot.“Hmmp! Aku tidak peduli, aku tidak peduli! Aaauuuu terdengar lebih galak dibanding guk-guk!” Alicia mendengus.“Menurutku guk-guk jauh lebih cocok untukmu, anjing.”Mendengar ucapan Lisa, Alicia tetap bersikukuh. “Aaauuuu~ aku tidak mau guk-guk! Aku akan memukulmu jika kamu tidak setuju!”Lisa tidak takut. “Ayo sini, aku cakar kamu, nyaa~”Melihat tingkah keduanya, Kakek Sugiono memasang wajah aneh. Tidak hanya Kakek Sugiono, beberapa pengunjung yang masih makan di sana juga melihat ke arah Lisa dan Alicia dengan tatapan aneh. Untungnya mereka berdua memakai topi, sehingga tidak banyak orang menyadari bahwa mereka berdua adalah artis terkenal.Kakek Sugiono lalu bertanya pada Ian yang masih memasak. “Apa kedua teman wanitamu sehat? Mereka bukan pasien rumah sakit jiwa yang kabur k
Melihat datangnya pria mesum itu, Lisa dan Alicia mundur beberapa langkah sambil berteriak. Di saat yang sama, sang sopir pribadi milik Alicia melihat ada yang tidak beres dan turun dari mobil. Namun, tetap saja dengan jarak di antaranya ketiganya, dia tidak akan sempat menghentikan pria berbadan kekar tersebut.Pada saat-saat kritis tersebut, Ian mendadak muncul di belakang pria yang sedang berlari itu. Ia meraih bahunya, dan menariknya ke samping, membuatnya terjatuh.Ian berjalan ke depan Lisa dan berbalik menghadap pria berbadan kekar itu, melindungi Lisa di belakangnya. Ia memandang pria mesum yang itu dengan dingin.“Kedua wanita itu telah memberimu tanda tangan mereka. Apa kamu kurang puas? Jelas-jelas permintaanmu telah ditolak, namun kamu tetap memaksakan kehendakmu. Kamu telah bertindak terlalu jauh!” tegas Ian, matanya menyorot tajam pria berbadan kekar yang mulai kembali berdiri.“Itu bukan urusanmu!” Pria itu balas memelototi Ian.“Mereka adalah pelangganku, jadi tentu s
"Kak, aku takut ..." Suara Jeni bergetar, sepasang mata coklatnya terbuka lebar, penuh dengan rasa takut. Dia bersembunyi di balik bayangan pria berambut klimis."Jangan khawatir, Jeni," kata Theo, suaranya lembut dan menenangkan, tangannya mengusap-usap rambut Jeni dengan gerakan yang menghibur. "Selama aku di sini, tidak ada yang akan menyakitimu."Jeni, gadis berambut lurus panjang itu, mengangguk, matanya masih basah. "Terima kasih, Kak Theo ..."Theo dan Jeni, dua bersaudara yang terjebak dalam kehidupan sulit. Keduanya ditinggal oleh ibu mereka dua tahun lalu, dan sekarang mereka telah ditinggalkan oleh ayah mereka, Robert, seorang penjudi kompulsif yang lebih sering berada di meja judi daripada ada di rumah. Karena kebiasaannya itu, hutang Robert telah menumpuk, hingga mencapai ratusan juta. Sebagai pengangguran, tentu saja dia tidak memiliki uang untuk membayarnya.Semakin hari, bunga pinjaman tinggi yang diberikan rentenir membuat hutang Robert semakin tinggi. Hutang yang awa
Theo perlahan membuka matanya, merasakan sakit yang melanda seluruh tubuhnya. Saat penglihatannya semakin jelas, Theo menyadari bahwa ia sedang mengenakan gaun rumah sakit, seperti yang biasa dikenakan oleh pasien yang akan menjalani operasi.Rasa bingung menyelimuti pikirannya saat Theo mencoba menyusun kembali apa yang telah terjadi. Dengan hati-hati, Theo bangkit dan merasakan nyeri di sisi tubuhnya. Ketika ia melihat ke bawah, Theo melihat bekas jahitan yang masih belum mengering. “Apa mereka telah mengambil ginjalku?” gumamnya seraya menahan rasa sakit.Lingkungan sekitarnya tidak dikenal baginya. Ruangan tempat Theo berada terlihat seperti ruang penyimpanan, dengan pencahayaan redup dan penuh dengan peti dan kotak. Dengan kaki yang gemetar, Theo berhasil berdiri dan tersandung menuju pintu. Saat Theo berjalan di lorong, ia merasa ada rasa kegelisahan yang menghampirinya. “Jeni, tunggu aku … Kakak pasti akan melindungimu!”Theo terus berjalan, hingga akhirnya, ia mencapai sebuah
Ian merasakan angin sepoi-sepoi menerpa wajahnya saat ia berkendara menggunakan becak motornya. Ia berkendara menuju rumahnya di perumahan Galaxy Lake, melewati lampu-lampu kota yang berwarna-warni menyinari jalanan yang ramai di kota Surabaya. Ia menikmati perjalanan malam itu, dengan melintasi jalan-jalan yang dikenalnya dengan baik.Namun, saat Ian melintasi Jalan Pemuda, tiba-tiba suasana berubah drastis. Jalanan yang biasanya padat dengan kendaraan dan pejalan kaki, kini menjadi sepi. Tidak ada satu kendaraan pun yang lewat, dan tidak ada manusia yang terlihat di sepanjang jalan. Ian merasa heran dan mengernyitkan dahinya. "Apa yang terjadi? Kenapa jalan ini sepi sekali? Padahal saat ini jam pulang kerja, seharusnya jalanan ini sangat padat."Firasat yang tidak enak mulai menghampiri Ian. Ia memutuskan untuk mempercepat laju becak motornya. Namun, ketika ia telah melewati air mancur di Jalan Pemuda, tiba-tiba saja ia kembali berada di ujung Jalan Pemuda. Padahal seharusnya ia suda
"A-aku sudah menduga bahwa Ian dapat membunuh mereka dengan mudah, tapi ..." Ardy melihat ke sekeliling dan terperana dengan pemandangan horor ini. "Aku tak menyangka dia dapat membunuh mereka semua hanya dalam satu serangan!" gumamnya pada diri sendiri, terlihat adanya rasa takut yang mendalam di matanya.Tidak jauh dari Ardy, seorang pria berambut gondrong tersenyum lebar. Senyumnya yang penuh kepuasan terpancar di wajahnya. Jaket kulit yang melambai-lambai terkena angin yang bertiup kencang dari serangan Ian. "Seperti yang diharapkan, orang yang mampu mengalahkan seorang Grand Master Bela Diri memang luar biasa," ucapnya dengan nada yang penuh kekaguman.Pria berambut gondrong itu perlahan-lahan mendekati Ian, sambil melepas jaket kulitnya. Gerakan lamat-lamat itu mengisyaratkan sesuatu yang lebih besar. "Bocah tampan, ayo lawan aku! Aku akan menunjukkan kekuatan dari Sistem Werewolf!" serunya dengan penuh semangat.Saat ia menyelesaikan perkataannya, tubuh pria berambut gondrong
"Zeus, kali ini aku akan membunuhmu!” teriak Ian penuh keyakinan. Zeus menatap Ian dengan mata yang memancarkan cahaya keemasan. Di baliknya, ada kekuatan yang mengguncang alam semesta. Ian merasakan getaran itu, seolah langit dan bumi bergetar dalam irama yang tak terduga. “Jangan terlalu yakin dulu, Ian! Aku masih punya kartu As yang bahkan belum aku gunakan saat melawan Ryan!” ujar Zeus dengan tenang. Suaranya seperti guntur yang merayap di udara, menggema di telinga Ian. Hal ini tentu mengagetkan Ryan, yang semenjak tadi telah bertarung secara seimbang dengan Zeus. “Maksudmu, kamu tadi belum benar-benar serius?” Ryan menatap Zeus dengan pandangan campuran antara kagum dan ketidakpercayaan. Zeus hanya tersenyum, namun senyuman itu seakan menunjukkan konfirmasinya. “Mode Dewa: Petir Surgawi!” serunya. Cahaya keemasan di matanya semakin terang, dan angin berputar di sekitarnya. Ian merasa seolah berada di pusat badai. Petir tiba-tiba menyambar entah dari mana, dan mengenai tubuh
Balor menatap Ian dengan mata yang penuh tekad. "Aku akan mengembalikan Otoritas yang telah kucuri dari Hades." Sebuah cahaya keemasan muncul dari tengah dahi Balor, terbang dan merasuk ke kepala Ian.Ian merasakan sesuatu yang kembali padanya, kekuatannya mendekati sempurna. "Ini?" tanyanya, terkejut."Ya," jawab Balor dengan suara yang semakin lemah. "Dengan ini, Jalan Asura telah kembali pada penguasa samsara." Ia menoleh ke arah Verethragna. "Hei, cepat beri Ian senjatamu!"Verethragna tertawa. "Chill bro~" ucapnya. "Ian, aku memang tidak bisa mengembalikan Otoritas Jalan Deva, tapi aku bisa memberimu sebuah senjata terkuat yang dapat membunuh apapun."Verethragna memejamkan matanya, menciptakan senjata yang sesuai dengan bayangannya. Dari ruang kosong di depannya, cahaya emas menyeruak. Cahaya itu membentuk bilah dan gagang pedang.Pedang itu memiliki bilah panjang dan tajam, terbuat dari baja legendaris yang sudah tidak ada lagi di
Ketika pil itu meluncur melewati kerongkongan Ian, tiba-tiba tubuhnya diselimuti oleh api hijau. Namun, anehnya, api itu tidaklah panas; sebaliknya, ia merasa hangat dan nyaman. Luka-luka di tubuhnya sembuh dengan cepat, bahkan lebih dari yang efek kemampuan Healing Factor miliknya."Inikah kekuatan yang aku dapatkan dari pil NTZ?" gumam Ian, memandangi kedua tangannya dengan keterkejutan.Namun, suara tajam membuyarkan lamunan Ian. "Tentu saja tidak, bodoh!" ujar sosok yang muncul dari atas langit. "Itu adalah kekuatan dari Api Lotus Hijau milikku."Sosok itu turun perlahan, sayap-sayapnya yang berjumlah dua belas terbentang dengan megah. Setiap sayapnya memiliki warna yang berbeda, mereka semua terbuat dari berbagai macam Api Surgawi."Ian Herlambang," kata sosok itu dengan nada dingin, "aku tak menyangka kamu telah mencapai ranah Celestial. Namun, aku melihat bahwa ini bukanlah pencapaianmu sendiri. Ranah kultivasimu masih belum stabil. Beristi
Gelombang kejut dari benturan kekuatan yang dahsyat itu merambat dengan cepat, mengguncang bumi dan langit. Bumi bergetar, seakan-akan planet ini menahan nafas terakhirnya. Di kota-kota besar Indonesia, gedung-gedung menjulang seperti pohon-pohon raksasa yang terguncang oleh badai. Kaca-kaca jendela pecah, mengirimkan serpihan tajam ke jalanan yang berubah menjadi medan perang. Teriakan panik memenuhi udara, menciptakan simfoni ketakutan yang menggema di antara reruntuhan.Di wilayah pesisir, air laut mengundur sejenak, mengejar takdirnya yang tak terhindarkan. Lalu, ombak raksasa muncul, menggulung daratan dengan amarah yang tak terkendali. Tsunami itu menghancurkan segala yang ada di jalurnya: kapal-kapal terangkat dan terhempas ke darat, rumah-rumah luluh lantak, dan manusia berlarian tanpa arah, berusaha menyelamatkan diri dari amukan alam yang tak terbendung. Mata mereka dipenuhi ketakutan, melihat bencana bak kiamat ini.Jakarta, kota yang pernah ramai dan be
Angin malam berhembus kencang, membawa desau yang menegangkan. Ian, dengan napas yang tersengal, mengumpulkan sisa kekuatannya. "Aku belum selesai, Zeus!" serunya, matanya menyala dengan tekad yang tak tergoyahkan. “Aku tak akan pernah membiarkanmu menyentuh Lisa!”Zeus hanya tertawa, suaranya bergema seperti guntur yang menggelegar. "Kau pikir kau bisa mengalahkanku hanya dengan kekuatan sebesar itu?" ejeknya sambil mengangkat tangannya tinggi-tinggi. Dari ujung jari-jarinya, tombak petir mulai terbentuk, cahayanya menyilaukan dan memancarkan energi yang mengerikan. “Baiklah, aku beri kamu kesempatan untuk menghiburku lagi. Dan kali ini, aku tidak akan diam saja, jadi …”“Jangan kecewakan aku,” bisik Zeus dengan suara yang tegas dan berat. Setiap kata yang terucap menekankan ancaman yang tersirat.Ian mengencangkan genggaman tangannya, cahaya di matanya semakin berkobar. "Demi Lisa, dan demi seluruh orang yang takdirnya telah kau permainkan, aku tidak aka
Bulan purnama yang terang benderang seakan menjadi saksi atas pertemuan dua kekuatan besar di langit Jakarta yang malam itu terasa berbeda. Aura tegang menyelimuti kota, dan angin malam berhembus seolah-olah ingin menceritakan kisah epik yang akan terjadi.Di bawah sinar bulan yang memantulkan cahaya putih, Ian berdiri dengan rambutnya yang mengalir bagai sungai perak. Matanya yang biru kehijauan bersinar tajam, menembus kegelapan malam, penuh dengan tekad yang tak tergoyahkan.Di hadapannya, Zeus berdiri megah, senyumnya lebar dan penuh dengan kegembiraan pertempuran. Sorot matanya yang berkilau menandakan ia siap untuk pertarungan yang telah lama dinantikan.Baik Ian ataupun Zeus, mereka berdua adalah Overgod, eksistensi yang telah melampaui batas-batas manusia biasa, dan malam itu, mereka akan menunjukkan kekuatan mereka yang bisa mengguncang alam semesta.Dalam kesunyian malam yang hanya ditemani gemerlap bintang, Ian berbisik mengucapkan nama
Zeus terbang di atas langit Jakarta yang kelabu, pakaian putih yang biasa ia kenakan kini terkoyak-koyak, menandakan ledakan dahsyat yang baru saja terjadi. Di bawahnya, kawah raksasa seluas 10 kilometer membentang, asap dan debu masih mengepul dari tanah yang hangus. Sekitar 20 Celestial tergeletak dengan luka-luka mendalam, termasuk Fortuna yang terbaring lemah, sementara yang lainnya lenyap ditelan ledakan.Bagaimanapun juga, Hades adalah kultivator dengan ranah Celestial Puncak. Meski dia telah memberikan otoritasnya pada Ian, tapi dia masih memiliki energi melimpah yang cukup untuk membunuh semua kultivator di bawah ranah Celestial Puncak. Tindakan Hades ini telah mengguncang fondasi organisasi Kadukeus, namun Zeus hanya tertawa ringan di atas sana. Zeus tampak tidak mempedulikan ada atau tidaknya Kadukeus. Karena baginya, selama hal itu menyenangkan, maka ia tidak akan memperdulikan hal lain. Dan apa yang dilakukan Hades, cukup menghiburnya."Adikku
“Huh?” Ian menoleh ke samping, telinganya menangkap suara ledakan yang menggema dari kejauhan. Langit malam yang sebelumnya gelap kini terang benderang oleh letupan cahaya yang mirip dengan matahari terbenam, namun tiba-tiba saja, sebuah cahaya keemasan yang menyilaukan melintas bagai bintang jatuh dan menghantam tubuhnya dengan kekuatan yang luar biasa, menghempaskan tubuh Ian ke tembok. Dalam sekejap, tembok tersebut langsung retak dan hancur berkeping-keping, debu dan puing berserakan di udara.Cahaya itu kemudian meresap masuk ke dalam tubuh Ian, menyebabkan rasa sakit yang tak tertahankan. Cahaya keemasan itu seolah menjadi cairan panas yang mengalir di setiap pembuluh darahnya, membuat Ian meronta kesakitan seperti binatang buas yang terluka parah.Di tengah rasa sakit yang memuncak, suara sistem terdengar kacau di telinganya.[Ding!][Mendeteksi adanya energi asing yang mencoba menyingkirkan sistem]Ian mengerang kesakitan, tubuhny
Zeus melayang di atas reruntuhan yang masih mengepulkan asap, tatapannya dingin dan tak tergoyahkan menembus ke bawah ke arah para anggota Zodiak yang terkapar tak berdaya."Sampai di sinilah perjuangan kalian berakhir," suaranya tenang namun mengandung otoritas yang tak bisa ditolak. "Sekarang, aku akan mengambil kembali apa yang seharusnya menjadi milik kami."Zeus mengangkat tangannya tinggi-tinggi. Petir berkumpul di telapaknya, berputar dengan liar dan bersinar terang hingga menyilaukan mata. Dengan satu gerakan tegas dan pasti, ia melepaskan bola petir itu ke arah Libra dan rekan-rekannya yang sudah tidak berdaya.Mereka hanya bisa menatap dengan pasrah pada serangan maut yang mendekat. Cahaya biru yang menyilaukan memancar dengan intensitas yang memenuhi pandangan, menelan tubuh Libra, Virgo, Sagitarius, dan Aquarius dalam kilauan yang membutakan.Dentuman keras menggema, membelah kesunyian malam yang kacau. Ledakan itu begitu dahsyat hingg