Semua mata anggota Geng Viper yang ada di sana tertuju langsung ke arah Ian yang secara ajaib menggenggam sebuah pisau pemotong daging dengan bilah kristal. Mereka semua sangat terkejut dengan aksi Ian. Ini adalah kali pertamanya dalam sebelas tahun terakhir, ada orang yang berani menantang Geng Viper secara langsung seperti ini.Langkah pria berambut mohawk terhenti tiba-tiba ketika kepala Totok dan Tatak berguling ke bawah kakinya. Tatapan penuh kebencian terpancar dari matanya saat ia melirik ke belakang. Dengan suara yang lantang, pria berambut mohawk tersebut berkata, "Persetan dengan permintaan Tuan Christopher!"Dengan tegas, ia memerintahkan anggota Geng Viper yang lain, "Semuanya, bunuh pria itu! Balaskan dendam Totok dan Tatak!""Siap Kakak Besar!" jawab kesembilan anggota Geng Viper lainnya serentak, suara mereka penuh dengan kebencian dan niat jahat.Dengan gerakan perlahan, mereka maju ke arah Ian, mengelilinginya sambil melontarkan kata-kata menyeramkan. Suara mereka mem
Dalam sekejap, kilat cahaya merah menyerupai ular piton melaju ke arah Ian membawa angin tajam yang kencang. Mulut ular piton itu terbuka lebar, memperlihatkan empat taring tajam yang siap menerkam mangsanya.Tak tinggal diam, Ian segera melakukan gerakan penghindaran. Namun, serangan pria berambut mohawk itu jauh lebih cepat dari yang Ian duga. Bahkan dalam aktifnya kemampuan Akselerasi, Ian masih melihat betapa cepatnya laju kilat ular merah yang terus meluncur ke arahnya itu.Tahu bahwa ia tidak akan bisa menghindarinya, Ian menggunakan pisau pemotong daging di tangannya sebagai perisai. Detik berikutnya, kilat ular merah itu tiba di depan Ian, berusaha mencabik tubuhnya.Dang!Hantaman antara taring ular dan badan pisau pemotong daging menciptakan dentuman keras disertai gelombang angin yang menyebar ke segala arah. Karena tubuh Ian yang hanya seorang manusia biasa tanpa energi Qi, meski pisau di tangannya dapat menahan serangan pria berambut mohawk itu, Ian tetap saja terdorong h
“Ugh …” Ian perlahan membuka matanya, samar-samar melihat seorang gadis remaja cantik berseragam putih abu-abu, sedang menatapnya dengan penuh rasa ingin tahu. “Hai tampan …” sapa gadis remaja itu seraya menarik kembali kepalanya, menjauhi wajah Ian.Ian yang baru saja sadar, tampak linglung dengan semua ini. “Kamu …”Gadis remaja itu tersenyum. “Aku Alena Santoso, kalau kamu?”“Aku Ian Herlambang.” Ian melihat sekeliling, di sana tampak dekorasi dan furniture mewah seperti yang ada di rumahnya. “Sepertinya ini bukan rumah sakit …” gumamnya.“Tentu saja, ini adalah rumahku. Ayahku yang membawamu kemari semalam,” senyum manis gadis remaja itu. Ia lalu menghampiri pintu kamar dan berteriak, “Ayah, Mas Ian sudah bangun!”Dari luar kamar, terdengar suara yang sangat familiar di telinga Ian. “Oke, Ayah ke sana sekarang …”Selang beberapa menit, seorang pria yang tampak masih muda, masuk ke dalam kamar, menghampiri Ian. “Bagaimana tubuhmu? Apa masih ada yang terasa sakit?”Melihat jelas wa
[Selamat Host, Anda telah berhasil mendapat Cincin Ruang dengan ruang dimensi seluas 10x10x10 meter]“Cincin Ruang? Bukankah ini aksesoris yang sering muncul dalam novel-novel fantasi timur?” Wajah Ian berubah cerah, senyum lebarnya memancarkan kegembiraan. Di tangannya, sebuah cincin hitam pekat yang tampak mewah berkilauan, seolah-olah menangkap dan memantulkan cahaya sekitarnya. Ukiran-ukiran simbol yang rumit dan halus terpahat di permukaannya, menambahkan aura misterius dan eksotis pada cincin tersebut.Dengan penuh antusiasme, Ian segera memasang Cincin Ruang ke jari tengahnya. Seolah-olah memiliki kehidupan sendiri, cincin tersebut secara ajaib mengecil, menyesuaikan diri dengan ukuran jari Ian. “Sistem, bagaimana cara aku dapat menyimpan dan mengeluarkan benda dari cincin ini?” tanya Ian, suaranya penuh dengan rasa penasaran dan keingintahuan.[Untuk mengoperasikannya, Host perlu menyalurkan energi Qi ke dalam cincin. Setelah itu, Anda hanya tinggal membayangkan aktivitas a
Ian merasakan rasa sakit yang perlahan-lahan mereda dari tubuhnya. Napasnya terengah-engah, seolah-olah ia baru saja berlari maraton. Keringat membasahi pakaiannya, membuatnya lengket dan tidak nyaman. Wajahnya pucat, seperti kanvas kosong yang kehilangan warnanya. "Ah, ini benar-benar menyakitkan!" keluh Ian, suaranya bergetar. Ia menenggak segelas air dengan cepat, seolah-olah itu bisa menghilangkan rasa sakit yang masih tersisa. Gelas itu diletakkannya kembali ke meja dengan tangan yang masih gemetar. "Sistem, apa yang sebenarnya terjadi?" tanyanya, suaranya penuh kebingungan dan frustrasi. "Kenapa efek kali ini berbeda dari saat aku mendapatkan kemampuan Grandmaster Chef?"[Saat menerima Kemampuan Grandmaster Chef, modifikasi tubuh Host tidak terlalu besar. Hal itu disebabkan Kemampuan Grandmaster Chef bukanlah kemampuan bertarung][Sementara itu, Kemampuan Teknik Pembunuh Iblis merupakan kemampuan bertarung, yang jika dilatih selama puluhan tahun, akan mengubah struktur tubuh p
Dari sudut restoran yang remang, terdengar suara derap langkah kaki yang menggema, menembus kesunyian di sana. Christopher merasa jantungnya berdebar kencang, dan matanya terbelalak saat ia melihat bayangan gelap mendekat. Dalam kegelapan, terlihat tiga buah bola hitam yang dipegang erat oleh tangan misterius itu."S-siapa di sana?" teriak Christopher tergagap. Ia berusaha menunjukkan sikap yang keren di depan Ella, tetapi rasa takut dalam dirinya membuatnya terlihat seperti pecundang."S-sayang, aku takut~" ucap Ella dengan suara gemetar sambil bersembunyi di belakang Christopher. Ia mencengkram kedua bahunya dengan kuat, mencari perlindungan.Christopher mencoba menenangkan Ella dengan penuh ketakutan dalam suaranya, "T-tenang s-saja sayang, a-aku akan melindungimu!" Dia berusaha mempertahankan sikap yang kuat di hadapan Ella. Tanpa ragu, ia memanggil nama-nama pengawal pribadinya. “Amir, Ali, Deni! Cepat singkirkan pria itu!”Namun, setelah beberapa menit, tidak ada jawaban dari p
Melihat pisau yang meluncur bagai kilat itu, Ian dengan cepat mengaktifkan kemampuan Akselerasi. Dunia di sekitarnya tampak melambat, seperti adegan slow-motion dalam film. Namun, kecepatan pisau yang dilempar Ella hanya melambat sedikit."Sial!" Ian menggertakkan giginya, sambil dengan cepat menggeser tubuhnya untuk menghindari pisau yang meluncur dengan kecepatan tinggi itu.Swoosh!Dengan jarak yang sangat tipis, Ian berhasil menghindari pisau tersebut. Namun, gelombang angin tajam yang dibawa pisau tersebut berhasil memotong kulit Ian, meninggalkan garis merah di pipi kanannya. Sementara itu, pisau yang dilempar Ella terus melaju dengan kecepatan tinggi, hingga akhirnya menancap di dinding gedung seberang.Ian menatap Ella penuh keterkejutan. Keringat dingin mulai membasahi keningnya. ‘Apa itu kekuatan yang dia dapatkan dari sistem? Sepertinya sistem yang dia miliki memberinya peningkatan kekuatan fisik. Bahkan wajahnya jauh lebih cantik dari sebelumnya,’ pikir Ian.“Ian, kamu tel
Flashing Seath adalah gerakan dasar kedua dari Teknik Pembunuh Iblis. Gerakan ini termasuk teknik serang menggunakan tangan, di mana penggunanya menyerang titik vital secepat kilat dengan presisi, entah menggunakan senjata tajam ataupun tangan kosong. Dan Flashing Seath: Eight Point Opposition merupakan delapan tebasan super cepat yang memotong langsung delapan titik vital lawan.Dengan serangan seperti itu, tubuh Ella terpotong oleh banyak bilah cahaya yang datang padanya. Kulit Ella robek di sana-sini, dan darah mengalir memenuhi tubuhnya. Darahnya yang merah menyala menciptakan kontras yang menakutkan dengan lantai restoran yang sebelumnya bersih.Restoran yang tadinya ramai dan dipenuhi pertarungan, kini kembali sunyi senyap, hanya ada suara nafas lega Ian yang terdengar sedikit menggema. Ia telah berhasil mengalahkan Ella, wanita yang telah membuatnya menjadi target Geng Viper. Kemenangan ini membawa perasaan lega yang mendalam. Detik berikutnya, suara notifikasi sistem terdengar.
"Zeus, kali ini aku akan membunuhmu!” teriak Ian penuh keyakinan. Zeus menatap Ian dengan mata yang memancarkan cahaya keemasan. Di baliknya, ada kekuatan yang mengguncang alam semesta. Ian merasakan getaran itu, seolah langit dan bumi bergetar dalam irama yang tak terduga. “Jangan terlalu yakin dulu, Ian! Aku masih punya kartu As yang bahkan belum aku gunakan saat melawan Ryan!” ujar Zeus dengan tenang. Suaranya seperti guntur yang merayap di udara, menggema di telinga Ian. Hal ini tentu mengagetkan Ryan, yang semenjak tadi telah bertarung secara seimbang dengan Zeus. “Maksudmu, kamu tadi belum benar-benar serius?” Ryan menatap Zeus dengan pandangan campuran antara kagum dan ketidakpercayaan. Zeus hanya tersenyum, namun senyuman itu seakan menunjukkan konfirmasinya. “Mode Dewa: Petir Surgawi!” serunya. Cahaya keemasan di matanya semakin terang, dan angin berputar di sekitarnya. Ian merasa seolah berada di pusat badai. Petir tiba-tiba menyambar entah dari mana, dan mengenai tubuh
Balor menatap Ian dengan mata yang penuh tekad. "Aku akan mengembalikan Otoritas yang telah kucuri dari Hades." Sebuah cahaya keemasan muncul dari tengah dahi Balor, terbang dan merasuk ke kepala Ian.Ian merasakan sesuatu yang kembali padanya, kekuatannya mendekati sempurna. "Ini?" tanyanya, terkejut."Ya," jawab Balor dengan suara yang semakin lemah. "Dengan ini, Jalan Asura telah kembali pada penguasa samsara." Ia menoleh ke arah Verethragna. "Hei, cepat beri Ian senjatamu!"Verethragna tertawa. "Chill bro~" ucapnya. "Ian, aku memang tidak bisa mengembalikan Otoritas Jalan Deva, tapi aku bisa memberimu sebuah senjata terkuat yang dapat membunuh apapun."Verethragna memejamkan matanya, menciptakan senjata yang sesuai dengan bayangannya. Dari ruang kosong di depannya, cahaya emas menyeruak. Cahaya itu membentuk bilah dan gagang pedang.Pedang itu memiliki bilah panjang dan tajam, terbuat dari baja legendaris yang sudah tidak ada lagi di
Ketika pil itu meluncur melewati kerongkongan Ian, tiba-tiba tubuhnya diselimuti oleh api hijau. Namun, anehnya, api itu tidaklah panas; sebaliknya, ia merasa hangat dan nyaman. Luka-luka di tubuhnya sembuh dengan cepat, bahkan lebih dari yang efek kemampuan Healing Factor miliknya."Inikah kekuatan yang aku dapatkan dari pil NTZ?" gumam Ian, memandangi kedua tangannya dengan keterkejutan.Namun, suara tajam membuyarkan lamunan Ian. "Tentu saja tidak, bodoh!" ujar sosok yang muncul dari atas langit. "Itu adalah kekuatan dari Api Lotus Hijau milikku."Sosok itu turun perlahan, sayap-sayapnya yang berjumlah dua belas terbentang dengan megah. Setiap sayapnya memiliki warna yang berbeda, mereka semua terbuat dari berbagai macam Api Surgawi."Ian Herlambang," kata sosok itu dengan nada dingin, "aku tak menyangka kamu telah mencapai ranah Celestial. Namun, aku melihat bahwa ini bukanlah pencapaianmu sendiri. Ranah kultivasimu masih belum stabil. Beristi
Gelombang kejut dari benturan kekuatan yang dahsyat itu merambat dengan cepat, mengguncang bumi dan langit. Bumi bergetar, seakan-akan planet ini menahan nafas terakhirnya. Di kota-kota besar Indonesia, gedung-gedung menjulang seperti pohon-pohon raksasa yang terguncang oleh badai. Kaca-kaca jendela pecah, mengirimkan serpihan tajam ke jalanan yang berubah menjadi medan perang. Teriakan panik memenuhi udara, menciptakan simfoni ketakutan yang menggema di antara reruntuhan.Di wilayah pesisir, air laut mengundur sejenak, mengejar takdirnya yang tak terhindarkan. Lalu, ombak raksasa muncul, menggulung daratan dengan amarah yang tak terkendali. Tsunami itu menghancurkan segala yang ada di jalurnya: kapal-kapal terangkat dan terhempas ke darat, rumah-rumah luluh lantak, dan manusia berlarian tanpa arah, berusaha menyelamatkan diri dari amukan alam yang tak terbendung. Mata mereka dipenuhi ketakutan, melihat bencana bak kiamat ini.Jakarta, kota yang pernah ramai dan be
Angin malam berhembus kencang, membawa desau yang menegangkan. Ian, dengan napas yang tersengal, mengumpulkan sisa kekuatannya. "Aku belum selesai, Zeus!" serunya, matanya menyala dengan tekad yang tak tergoyahkan. “Aku tak akan pernah membiarkanmu menyentuh Lisa!”Zeus hanya tertawa, suaranya bergema seperti guntur yang menggelegar. "Kau pikir kau bisa mengalahkanku hanya dengan kekuatan sebesar itu?" ejeknya sambil mengangkat tangannya tinggi-tinggi. Dari ujung jari-jarinya, tombak petir mulai terbentuk, cahayanya menyilaukan dan memancarkan energi yang mengerikan. “Baiklah, aku beri kamu kesempatan untuk menghiburku lagi. Dan kali ini, aku tidak akan diam saja, jadi …”“Jangan kecewakan aku,” bisik Zeus dengan suara yang tegas dan berat. Setiap kata yang terucap menekankan ancaman yang tersirat.Ian mengencangkan genggaman tangannya, cahaya di matanya semakin berkobar. "Demi Lisa, dan demi seluruh orang yang takdirnya telah kau permainkan, aku tidak aka
Bulan purnama yang terang benderang seakan menjadi saksi atas pertemuan dua kekuatan besar di langit Jakarta yang malam itu terasa berbeda. Aura tegang menyelimuti kota, dan angin malam berhembus seolah-olah ingin menceritakan kisah epik yang akan terjadi.Di bawah sinar bulan yang memantulkan cahaya putih, Ian berdiri dengan rambutnya yang mengalir bagai sungai perak. Matanya yang biru kehijauan bersinar tajam, menembus kegelapan malam, penuh dengan tekad yang tak tergoyahkan.Di hadapannya, Zeus berdiri megah, senyumnya lebar dan penuh dengan kegembiraan pertempuran. Sorot matanya yang berkilau menandakan ia siap untuk pertarungan yang telah lama dinantikan.Baik Ian ataupun Zeus, mereka berdua adalah Overgod, eksistensi yang telah melampaui batas-batas manusia biasa, dan malam itu, mereka akan menunjukkan kekuatan mereka yang bisa mengguncang alam semesta.Dalam kesunyian malam yang hanya ditemani gemerlap bintang, Ian berbisik mengucapkan nama
Zeus terbang di atas langit Jakarta yang kelabu, pakaian putih yang biasa ia kenakan kini terkoyak-koyak, menandakan ledakan dahsyat yang baru saja terjadi. Di bawahnya, kawah raksasa seluas 10 kilometer membentang, asap dan debu masih mengepul dari tanah yang hangus. Sekitar 20 Celestial tergeletak dengan luka-luka mendalam, termasuk Fortuna yang terbaring lemah, sementara yang lainnya lenyap ditelan ledakan.Bagaimanapun juga, Hades adalah kultivator dengan ranah Celestial Puncak. Meski dia telah memberikan otoritasnya pada Ian, tapi dia masih memiliki energi melimpah yang cukup untuk membunuh semua kultivator di bawah ranah Celestial Puncak. Tindakan Hades ini telah mengguncang fondasi organisasi Kadukeus, namun Zeus hanya tertawa ringan di atas sana. Zeus tampak tidak mempedulikan ada atau tidaknya Kadukeus. Karena baginya, selama hal itu menyenangkan, maka ia tidak akan memperdulikan hal lain. Dan apa yang dilakukan Hades, cukup menghiburnya."Adikku
“Huh?” Ian menoleh ke samping, telinganya menangkap suara ledakan yang menggema dari kejauhan. Langit malam yang sebelumnya gelap kini terang benderang oleh letupan cahaya yang mirip dengan matahari terbenam, namun tiba-tiba saja, sebuah cahaya keemasan yang menyilaukan melintas bagai bintang jatuh dan menghantam tubuhnya dengan kekuatan yang luar biasa, menghempaskan tubuh Ian ke tembok. Dalam sekejap, tembok tersebut langsung retak dan hancur berkeping-keping, debu dan puing berserakan di udara.Cahaya itu kemudian meresap masuk ke dalam tubuh Ian, menyebabkan rasa sakit yang tak tertahankan. Cahaya keemasan itu seolah menjadi cairan panas yang mengalir di setiap pembuluh darahnya, membuat Ian meronta kesakitan seperti binatang buas yang terluka parah.Di tengah rasa sakit yang memuncak, suara sistem terdengar kacau di telinganya.[Ding!][Mendeteksi adanya energi asing yang mencoba menyingkirkan sistem]Ian mengerang kesakitan, tubuhny
Zeus melayang di atas reruntuhan yang masih mengepulkan asap, tatapannya dingin dan tak tergoyahkan menembus ke bawah ke arah para anggota Zodiak yang terkapar tak berdaya."Sampai di sinilah perjuangan kalian berakhir," suaranya tenang namun mengandung otoritas yang tak bisa ditolak. "Sekarang, aku akan mengambil kembali apa yang seharusnya menjadi milik kami."Zeus mengangkat tangannya tinggi-tinggi. Petir berkumpul di telapaknya, berputar dengan liar dan bersinar terang hingga menyilaukan mata. Dengan satu gerakan tegas dan pasti, ia melepaskan bola petir itu ke arah Libra dan rekan-rekannya yang sudah tidak berdaya.Mereka hanya bisa menatap dengan pasrah pada serangan maut yang mendekat. Cahaya biru yang menyilaukan memancar dengan intensitas yang memenuhi pandangan, menelan tubuh Libra, Virgo, Sagitarius, dan Aquarius dalam kilauan yang membutakan.Dentuman keras menggema, membelah kesunyian malam yang kacau. Ledakan itu begitu dahsyat hingg