Beranda / Horor / Kau yang Diantaranya / Aiza Ada yang Cemburu

Share

Aiza Ada yang Cemburu

Penulis: Su Ian Utra
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Selamat datang di duniaku.

Manusia yang percaya, akan keberadaan alam lain dan dimensinya.

* * *

"Kau di sini?"

Warung kopi di samping SMA Bhakti Kencana 2, menyuguhkan gorengan panas setiap hari. Lengkap juga dengan nasi kuning, bagi perut keroncongan yang lupa sarapan.

"Hm, jam sekolah belum mulai. Jadi aku memilih untuk pergi ke sini sebentar. Mas makan apa?" Gadis itu bertanya dengan riang, duduk di samping pria berusia kisaran 27 tahun.

"Bi, nasi bungkus dan tempe mendoan dua. Kopi hitam satu, jadi berapa?" Pria itu berdiri sambil mengambil dompet kulit hitam di saku celana, mengambil uang selembar berwarna biru sesuai harga yang disebutkan si pemilik warung. "Kembaliannya simpen aja, buat entar-entar. Makasih Bi!" Pungkasnya sambil berlalu.

"Kenapa Mas gak jawab aku tadi?" Gadis tadi mengejarnya di samping kiri, dengan nada kesal bertanya kembali. "Aku kan udah jawab, sekalian bayar. Jadi, sekali dayung dua tiga pulau terlampaui." Jawab lelaki itu dengan tersenyum, dan nampaklah lesung pipi di sebelah kirinya. Gadis itu selalu terhipnotis, dengan senyum pria ini. Pipinya merona, rasa malu yang aneh.

Mereka berdua berjalan bersama melewati gerbang sekolah, sang Satpam menganggukkan kepala, beberapa anak gadis juga menyapanya. Begitu juga siswa-siswi lain yang mengenalnya, tapi nampaknya ada seseorang yang cemburu di sampingnya.

Lelaki tegap, dengan kemeja biru langit dan celana kain katun. Setelan sederhana seorang guru, tak terlalu mencolok, namun jika kau dekat dengannya. Aiza memiliki sebuah ketampanan, "...yang tidak bisa di bayangkan oleh wanita yang menganggapnya.. 'membosankan'." Orang yang berintro ringan itu, siapa lagi kalau bukan temannya.

Merangkul pundak Aiza dengan akrab, sampai masuk ke ruangan kantor guru. Mereka lalu duduk di mejanya masing-masing, tapi lelaki berambut gondrong dikuncir aneh itu justru menarik kursinya ke depan meja Aiza.

"Za, gua mau ngajak cewe kenalan. Tapi dia maunya gua bawa temen, lu ikut ya?" Pintanya sok manis, tersenyum ke arah Aiza, berharap sobatnya itu mengiyakan.

"Kan kamu bilang saya membosankan, jadi.. aku menolak." 

"Za! Ini nih, makanya lu ngebosenin. Gua ajak cari jodoh, lu malah ogah-ogahan. Nanti makin banyak dedemit yang ngejer lu, Za."

"Makanya, itu mulut mu di jaga. Kalau jadi doa benerankan bahaya. Dah lah, aku mau masuk kelas. Dah lebih lima menit ini gegara nanggepin mu." Aiza berlalu, tapi lelaki itu tak akan menyerah setidaknya sebelum jam pulang sekolah berakhir untuk membujuk Pak Guru.

* * * 

Di kantin pun rupanya dia masih usaha juga, lelaki berkuncir aneh itu di gandrungi anak abege. Baik cewe atau cowo, kadang dia juga bingung sendiri. Mungkin karena gaya berpakaiannya, yang hampir sama dengan Aiza. Bedanya, kalau pria itu terlihat macam bapak-bapak kolot. Dia terlihat lebih staylis, dengan rambut kuncir; jam tangan mewah (padahal mungkin KW); beberapa gelang di tangan kanan. Atau mungkin, janggut tipis dan tubuh atletis yang ia bentuk, setelah lulus kuliah bareng Aiza. Entahlah, yang jelas lelaki itu masih juga membujuk Aiza untuk setuju dengan permintaanya.

"Za, ayolah Za. Itung-itung main, nambah relasi gitu." Mereka berdua duduk di meja kantin, agak pojok dari keramaian untuk menghindari amuk masa yang sering tiba-tiba datang mengagumi lelaki berkuncir.

"Wir, kau itu bukan jamannya lagi putus nyambung melulu. Dan bukan jamannya lagi macem bocah, yang harus aku temenin."

"Za, beneran. Ini bukan buat kepentingan gua doang, tapi juga buat kepentingan lu. Lu mau selamanya perjaka, diintilin sam--!" Aiza menutup mulut Wira cepat, mata sayu yang dulu kini berubah tajam. Ia memperingatkan sobatnya itu untuk tak melanjutkan ucapannya. Setelah Wira mengangguk paham, Aiza menarik tangannya kembali.

Mereka melanjutkan makan baso dan kupat tahu. Hening mendadak menjadi jeda di antara upacara makan siang, yang seharusnya masih seramai kantin dengan bocah playgrup abege di sekitar mereka. Tapi kelakuan Aiza seperti ini, yang selalu menjadi ladang ranjau kecemasan Wira. Sobatnya ini sejak zaman kuliah dulu, memang menjadi aneh setelah peristiwa gang gagak dan penampakan di kosan Aiza, terkhusus kejadian pada sahabat mereka.

"Za.." Wira membuka suara, sudah tidak tahan dia dengan kebisuan ambigu ini.

"Gak Wir." Jawab si janggung tegas.

"Za.."

"Enggak Wira."

"Za.. gua mau minta sambel di samping lu, dari tadi gerak-gerak mulu."

"Oh. Nih." Diulurkannya mangkuk berisi cairan cabai pedas itu kearah Wira. Satu, dua, tiga sendok cabai mendarat di mangkuk baso miliknya. Aiza terbengong, yang dilihat bereaksi mengangkat alisnya sok jagoan.

* * *

Esok harinya tepat saat yang harusnya Aiza dan Wira bertemu, dengan cewe kencan buta mereka. Wira jatuh sakit karena diare, berhubung Aiza menolak juga, dia menjadikan itu alasan untuk membatalkan kencan buta mereka. Sementara itu, si gondrong mengirimi spam chat. Bahwa ini terjadi karenanya, dan ia harus bertanggung jawab. Aiza tersenyum simpul, kelakuan Wira memang tidak pernah berubah.

Hari ini langit cerah, awan beriringan terbawa angin menuju Timur. Kemeja putih gadingnya terasa sejuk, setelah seharian ini ia duduk di samping jembatan menggunakan motor matik miliknya. Gadis itu hanya berdiri di sana, memandang pemandangan gunung yang jauh dan arus sungai yang berada di bawah jembatan. Waktu menunjukkan pukul sepuluh pagi, ketika lagi-lagi pesan Wira menemani kebisuan Aiza.[]

Bab terkait

  • Kau yang Diantaranya   Sosok Kamar Keempat

    Berhenti mencari, berhentilah bertanya.Saat aku datang, kalian pasti berlari.* * *Semester baru, apa lagi yang akan di kerjakan oleh Genk 3 MATa_ selain kuliah? Tentu saja menikmati hidup.Hampir setiap semester, jurusan perkuliahan mereka mengadakan kuliah lapangan. Baik itu gunung atau laut, lembah atau bukit. Dengan visi dan misi yang sama, 'mempelajari alam raya'.Kampus kecil di sisi kaki gunung, dengan pusat kota sederhana, di kelilingi hutan dan tempat wisata di mana-mana. Menjadi salah satu destinasi yang masih kurang, untuk mereka mempelajari semesta. Oleh karena itu pihak jurusan, dan kampus memperbolehkan mereka untuk mengadakan kuliah lapangan ke bagian zona maritim terdekat. Pantai selatan.Semua mahasiswa jurusan ini sangat antusias, bukan saja karena tempat yang mereka tuju adalah laut. Tapi juga karena seluruh angkatan dari tiga kelas berbeda, melakukan kuliah lapangan di saat bersamaan. Kurang dari 90

  • Kau yang Diantaranya   Taklif Di Laut Selatan

    Ombak yang indah,Matahari yang menyengat terik, sertaFajar dan Senja yang tak bisa bersatu.* * *Taklif menarik napas dalam, ini adalah momen yang baik untuknya menemukan kekasih hati. Cewe yang sudah menarik hatinya, sejak akhir semester lalu. Ketika mereka berbincang di waktu yang paling menegangkan.Cewe itu berkulit putih, berambut panjang, dengan mata bulat coklat yang indah. Senyum gigi gingsulnya nampak manis. Taklif tidak bisa lupa dengan pertolongan sederhana, yang diberikan cewe itu padanya. Rasa cemas yang sering mengganggunya, membuat ia melupakan alat tulisnya, sementara waktu ujian masuk sudah di ujung tanduk. Dan sosok cewe impiannya itu, hadir di saat Taklif sedang membutuhkannya.Kali ini Taklif harus bisa menemukannya sekali lagi, karena terakhir kali ia tidak dapat bertemu-- terhalang waktu libur semester. Mata berbingkai itu mencari, sosok tambatan hati."Lif! Lu udah nemu?" Wira menepuk pundak Tak

  • Kau yang Diantaranya   Pulang Taklif

    Di kedalaman laut, sebuah misteri tentang dunia tak dapat kita prediksi.* * *Aiza dan Wira memesan dua gelas kopi hitam. Jam pulang sekolah telah usai, mereka berdua beristirahat sejenak, mumpung ini menuju malam Minggu kembali. Tapi kali ini Wira tak meminta Aiza, untuk menemaninya kencan buta. Seharian ini lelaki berkuncir itu, justru tak banyak bicara. Ia menyapa dan menjawab sekedarnya, Aiza yakin sesuatu tengah dipikirkan lelaki itu.Batangan nikotin dihisap Aiza perlahan, Wira melirik ke arahnya dan tertawa ringan. Ponsel di tangannya di scroll terus menerus, sesekali memberi tanda hati pada media yang ia sukai."Lu jadi ngerokok?" Ujar Wira yang masih fokus pada benda tipis itu, mengambil kopi hitam menenggaknya sedikit demi sedikit."Hm?! Yah, gak tau juga sejak kapan." Kepulan asap kembali mengisi udara, zat beracun itu selalu menjadi hal lazim di muka umum. "Kau sendiri, kenapa gak banyak ngomong seperti biasa? Tumbe

  • Kau yang Diantaranya   Misteri Kematian

    Hidup mu adalah rangkaian pilihan yang kau ambil.* * *Senja mulai turun tiga perempat bumi. Wira dan Aiza kembali ke kantor, merapikan tas mereka sebelum pulang. Beberapa guru masih di dalam merapikan tugas siswa, sementara yang lain menyapa mereka berdua.Si pria berkuncir ijin pamit duluan, Senin nanti dia harus mengajarkan alat musik seruling pada anak-anak. Niat hati membeli peralatan musik ke toko langganannya. Aiza tak percaya seorang Wira, bisa menunda malam Minggunya hanya untuk membeli beberapa seruling. Firasatnya mengatakan ada yang tidak beres dengan lelaki itu, sepulang mereka membahas mengenai Taklif tadi. Tanpa perdebatan panjang, Aiza mempersilahkan lelaki itu melanjutkan perjalannya menggunakan motor vintage sport, keluaran Yamaha model XSR-155.Aiza menyusulnya di belakang dengan motor matik berwarna silver. Keluaran pabrik yang sama, Yamaha FreeGo S Version. Seorang gadis SMA tersenyum ke arahnya, Aiza melambaikan tangan

  • Kau yang Diantaranya   Selamat Jalan

    Dimana dan bagaimana kereta kita berhenti, masih menjadi misteri bagi rel kehidupan ini.* * *Malam yang sedikit terasa panjang, setelah keanehan Taklif tadi. Sobatku itu tak mengatakan apapun, ketika matanya terbuka ia nampak seperti orang linglung.Wira memarahi Taklif dan menjelaskan, kejadian dari awal sampai akhir. Si kacamata tersenyum merangkul kami berdua, berterimakasih telah menolongnya dan membantunya selama ini. Terkhusus pada si gondrong, Taklif merangkulnya erat meminta agar Wira melupakan semua kesalahpahaman diantara mereka.Udara laut selatan yang mulai terasa dingin, membuat tubuh kami menggigil. Kantong-kantong hadiah yang terpaksa dibuang, dipungut kembali dengan perasaan konyol. Tapi sungguh aku dan Wira tak pernah menduga, itu adalah hari dan malam terakhir kami bersama Taklif.Semua mahasiswa pagi hari sekitar pukul 8 pagi, disibukan dengan menghilangnya Taklif. Pemuda itu meninggalkan kamar ketika subuh hari,

  • Kau yang Diantaranya   Maafkan Aku, Gea.

    Menang jadi arang, kalah jadi abu.Begitulah pembalasan dendam.* * *Senin pagi Wira menghubungiku, dia meminta bantuan untuk membawakan 35 set seruling di rumahnya. Pekikan kesal terpaksa terlontar, malam tadi tak banyak tidur hingga pukul setengah empat mata baru dapat terpejam sesaat.Kepala sedikit pening ketika berhasil kujambangi, rumah kontrakan di sekitar Jalan Pembangunan. Si kuncir tersenyum menyambut, dengan dua kantong pelastik hitam."Kau bercanda, kan?""Hehe, gimana? Segerkan pagi-pagi jalan ke rumah gua, haha!" Kutarik kunciran rambutnya, ia mengaduh meminta maaf."Kau benar-benar brengsek! Semalam gak tidur, baru subuh tadi tidur dua jam dan lu bangunin gua cuma buat ngajak ngopi!? Sialan!" Maaf kalau sedang emosi mulutku memang suka sarkas."Sorry bro.. Senin pagi gua suka kesepian. Baru setengah tujuh, yuk berangkat. Lumayan beramal di subuh hari, hehe.""Tai! Aku gak ada jadwal, lagian

  • Kau yang Diantaranya   Ambil Mata ku!

    Lihatlah kebenaran melalui dua mata manusia. Tak ada yang lebih jujur di sana. * * * Satu semester ini aku melarikan diri, ke kampung halaman untuk menenangkan diri. Dengan alasan skripsi akan dirampungkan di sana. Dosen pembimbing menyetujui keinginanku, kami akan bertemu lewat surel. Di sinilah aku sekarang, rumah berkusen tua namun menyimpan kenangan yang menghangatkan hati. Terkhusus mengapa aku ingin mata ini menghilang. Enah, panggilan sayangku pada ibu. Menyambut dengan senyum yang selalu manis, bahkan di usia 60 tahun. Sementara Bapak duduk di pelataran kursi rotan, menyambut dengan anggukan. Aku memeluk Enah dengan kangen yang amat, setelah cukup lama tak pulang karena sibuk dengan kuliah dan organisasi. Lalu menghampiri Bapak, mencium tangannya, memeluk tubuh gagah yang selalu membimbingku dengan ketegaran hatinya. "Alhamdulillah, kamu pulang juga. Kenapa toh Za? Apa ada yang di perlukan, sampai harus pulang?" En

  • Kau yang Diantaranya   Trauma Wira

    Trauma tropisme: pertumbuhan sebagai reaksi terhadap luka. * * * Hanya psikopat yang tak akan berempati dan simpati, bahkan merasa kehilangan. Ketika teman bahkan sahabat sendiri, mati setelah berdebat dengan lu dan perasaan lu santai aja! Gak! Taklif adalah teman sekaligus sahabat, bahkan sudah gua anggap seperti saudara sendiri. Begitu tau dia mati pagi itu, mana mungkin gua bisa hidup tenang. Kelakuan, omongan, kebiasaan, bahkan kebersaam kita untuk yang terakhir kali. Semua gak bisa gua lupain, ini dosa yang harus gua tanggung sendiri. Gua yakin Aiza juga merasakan hal yang sama, makanya dia ngomong ngaco hanya agar gua gak merasa bersalah. Sialnya lagi dia harus berurusan, sama tuh' burung gagak pembawa petaka. Gua yakin ini pasti gara-gara itu semua! Berharap jazad Taklif ditemukan, ikut bagian tim SARS terjun ke lapangan. Tapi pihak kampus dan polisi pantai, ngehalangin gua untuk ikut nyari Taklif. Gua harus nyari

Bab terbaru

  • Kau yang Diantaranya   Di Persimpangan Malam

    Tak ada yang tau bagaimana jalan cerita ini. Cerita hidupku, dan masa depanku. Maka dari itu aku butuh seseorang meyakinkan ku. Bahwa semua ini bisa kami jalani bersama. * * * Satu malam sebelum hari pernikahan tiba esok. Naya memilih duduk di kursi santai yang tepat menghadap kolam renang hotel. Tempat di mana acara pernikahan mereka akan dilaksanakan. Mungkin menakutkan ya memang, apa lagi pandangan mata Naya tidak sama seperti yang lainnya. Namun kali ini, dia merasa akan baik-baik saja. Salah satunya karena Aiza duduk di sampingnya. Malam itu langit bertabur bintang, cerah seperti yang mereka inginkan. Kedua kakak beradik ini akan terpisah jarak dan waktu. Tetapi bagi keduanya, tidak ada penyesalan yang harus mereka sesali. Sementara Nayanika menatap bintang, Aiza menunggu apa yang ingin adiknya itu sampaikan. Lelaki jangkung itu sedikit bingung. Untuk apa Naya memanggilnya tiba-tiba. Apa lagi di tempat sepert

  • Kau yang Diantaranya   Bagaimana Aiza?

    Mungkin mata ku tidak akan bisa melihat mereka kembali.Tetapi, aku akan selalu menghormati keberadaan mereka.Mungkin tak dapat dilihat oleh mata, tetapi bisa di mengerti melalui Sang Pencipta.* * *Aku menelepon kakek dan menceritakan perihal mimpi itu. Tentang sosok yang kutemui, taman itu, dan dua gerbang dunia di sana yang berbeda. Air yang aku minum dan juga kulihat. Lalu kakek bilang aku sangat beruntung. Ada makna dalam mimpi tersebut, satu mengenai bagaimana caraku menggunakan kemampuan melihat makhluk itu. Kedua mengenai bagaimana selama ini aku membantu dengan kemampuan itu, dan yang ketiga adalah apa yang terjadi jika aku menggunakannya dengan tidak bijaksana. Juga, mengenai balasan apa yang akan diterima jika perbuatan kita baik atau buruk.Namun kakek mengingatkan bahwa, semua kembali pada cara ku memperlakukan kehidupan.Surya telah mengatakannya pada Enah dan Bapak. Aku mengantarkann

  • Kau yang Diantaranya   Malam yang Panjang

    Aku tidak yakin. Tentang semua hal saat ini.* * *Setelah obrolan dengan Suryakanta, Nayanika duduk di gazebo halaman belakang di subuh hari. Ngeri betul kalau ada yang melihat gadis itu sendirian. Mereka pasti akan mengatakan ada penampakan kuntilanak. Walau sebenarnya memang ada sih di pohon besar sana. Di salah satu halaman tetanggangganya.Naya sudah kenal dengan sosok wanita itu. Tetapi berkat perlindungan kakek, dia tidak bisa masuk ke sini. Makanya sesekali Naya yang mengunjunginya. Hanya saja subuh ini mereka hanya saling menyapa lewat semilir angin."Aku gak mau canggum lagi di kantor, jadi. Malam ini aku mau ngomong sama kamu Nay!""Bentar. Ngomong apaan?""Tentang ucapan kakek atau Kak Aiza." Hening sejenak, "..walau tanpa restu mereka pun. Aku akan mengatakannya sama kamu Nay. Aku jatuh suka! Jauh sebelum ini. Saat kita masih di

  • Kau yang Diantaranya   Naya dan Mereka

    Jika kakak tanyakan 'apa aku baik-baik saja?'Sebenarnya aku takut. Tetapi..Selama kalian bersama ku. Sesulit apapub itu, aku akan baik-baik saja.* * *Aku terkejut, tak berani menatap matanya ataupun melihat wajahnya. Kak Aiza mengatakan hal itu, seolah selama ini dia adalah beban untukku. Padahal, akulah yang menjadi bebannya selama ini.Sejak ia bisa melihat mereka. Sedetik pun, dia tak pernah absen mencemaskan keadaan ku. Bahkan di saat untuk pertama kalinya. Kami bisa berbagi cerita dan rahasia mengenai mereka. Kak Aiza harus bergelut dengan rasa takutnya sendiri.Benar. Aku tau Ka Aiza harus menutup indra ke enamnya karena ketakutan Enah. Bahkan ketika dia harus memilikinya kembali. Hal yang paling ia cemaskan adalah perasaan Enah. Bahkan aku juga yakin, saat ini kakak juga pasti memikirkan. 'Apa Enah akan mengetahui cerita ini. Sekali lagi?'.Aku tidak tau, bagaimana car

  • Kau yang Diantaranya   Aku Juga Tidak Tahu

    Sekali lagi. Ini terjadi, tetapi aku juga bertanya mengenai hal yang sama."Apa aku benar-benar telah kehilangan kemampuan itu?"* * *Jika dulu kemampuan itu membawa perpecahan diantara keluarga. Dan memilikinya kembali, juga menyatukan keluarga ini. Lalu kenapa aku merasa, justru ada yang hilang dan kehilangan arah ketika tak memilikinya?Bukankah dulu ketakutan terbesar karena memiliki kemampuan itu. Tetapi karena hal itu juga, aku bisa menolong banyak orang. Tidak. Bukan berarti aku kecewa pada keputusan ini atau.. mengapa harus sekarang kemampuan itu menghilang. Apakah kemampuan itu tidak akan kembali lagi, bahkan untuk selamanya kali ini? Bagaimana dengan Nayanika, adikku itu. Kenapa dia tidak berkata apapun jika memang benar dia sudah mengetahuinya.Tiga bocah itu! Apa mereka ada di sini. Di rumah ini? Aiza tiba-tiba bangkit dari rebahannya, lalu mengamati seisi ruangan televisi. Ia mengambil tongkat

  • Kau yang Diantaranya   Niskala atau Seva?

    Bolehkah, seseorang membagi tubuh dan jiwanya? Aku juga tidak mengerti menjawab perihal ini. Terlebih, setelah dunia itu tertutup kembali untukku. * * * Seva masih di sini. Dia tidak lekas menjawab perkataanku, yang tentu saja membuat rasa penasaran bertambah.Apa Niskala memang ada dengan meraka? Apa jiwa Niskala tidak tenang? Atau Seva hanya mempermainkannya saja, setelah mengetahui kebenaran dari nya? Aiza tidak yakin wanita di depannya benar-benar Niskala. Bukan kah Seva tidak bisa melihat mereka juga. Lalu, mengapa dia mengatakan hal itu? Apa Shin yang menyuruhnya untuk berakting. "Sepertinya, kau benar-benar penasaran dengan apa yang terjadi. Tapi tenang saja hahaha, aku hanya bercanda Aiza!" seva tertawa di depannya, tapi aiza tidak tahu apa itu memang layak untuk ditertawakan. "Hah.. kau tidak suka rupanya, maaf. Tapi.. ya aku berharap kakak ku, Niskala. Memang masih berada di dunia ini." Ekspresi ga

  • Kau yang Diantaranya   Pertemuan Kembali

    Biarkan kebenaran yang berbicara, biarkan takdir menemukan jalannya.* * *Seperti yang Aiza katakan tempo hari, dokter mengatakan bahwa sore ini Aiza sudah dapat pulang. Masalah benturan di kepalanya tidak parah, kalaupun terasa pusing itu karena ia baru saja menjalani perawatan dan kondisi darahnya belum stabil. Tangan dan kakinya yang terluka juga sudah sembuh, bersyukurlah retakan kecil di kaki kirinya tidak parah dan gips telah membantu tulangnya untuk menempel kembali dengan sempurna. Selebihnya hanya resep dokter dan menjaga pola makan agar pasien bisa lekas sembuh serta beraktivitas seperti sebelumnya.Sampai saat ia pulang dan dijemput seperti janji sobatnya itu. Aiza masih belum menyadari sesuatu, bahkan ketika Naya bereaksi memegang lengan baju Aiza dengan erat. Lelaki jangkung itu malah berkata bahwa Naya seperti bocah yang takut hilang. Karena hal itu Naya melepaskan lengan baju Aiza dengan marah, dan memilih masuk mobil

  • Kau yang Diantaranya   Aku Tidak Tahu

    Apa ceritanya akan kembali seperti dulu?Apa semua akan baik-baik saja?* * *"Kau tidak perlu cemas. Untuk saat ini, lebih baik begini. Kaka mu tidak perlu tau bahwa ia tidak bisa melihat makhlul-makhluk itu lagi. Mungkin dengan begini kesembuhannya akan lebih cepat."Naya melamun di depan layar laptop yang kini telah padam. Pikirannya sedang tidak berada di tempat rupannya, bahkan ketika Enah datang untuk menebus obat dan kembali, ia menyaksikan anak gadis nya melamun dengan pandangan kosong ke arah layar laptop yang mati. Wanita lima puluh tahunan berkerudung pich itu melirik Aiza yang juga sejak tadi mengamati adiknya. Kakaknya itu sudah memerhatikan tingkah adiknya sejak lima belas menit yang lalu. Bahkan ketika Enah datang dan melirik dengan pandangan bertanya padanya."Kenapa adik mu?"Begitulah makna tatapan matanya. Aiza menjawab dengan mengangkat kedua pundaknya jawaban tida

  • Kau yang Diantaranya   Terbangunnya Aiza

    Aku mempercayainya lalu aku mengikutinya, karena aku meyakininya. * * * Seperti yang sosok itu katakan, aku tidak ragu untuk menutup mataku dan melangkah terus kedepan. Tidak peduli apa nanti akan tersesat atau tidak, dia bilang 'percayalah pada apa yang engkau yakini'. Lalu aku merasa walau mata tertutup, jalan itu membentang luas dipenglihatanku. Seolah sesuatu menarik dari arah depan sana, agar terus melangkah tanpa ragu. Lalu sayup-sayup suara doa-doa menggema, makin lama semakin terdengar jelas. Lagi-lagi seperti katanya, suara yang aku kenal dan kurindukan. Enah mengaji dan berdoa memanggil namaku berulang kali, hingga cahaya itu yang teramat menyilaukan membuat mata terbuka dan kulihat langit pucat ciri khas rumah sakit. "MasyaAllah! Alhamdulillah...Aiza! Aiza, ini Enah Za.MasyaAllah,bapak! Aiza bangun Pak!" Lalu suara bapak dan Naya juga terdengar, dan begitulah sampai akhirnya aku bena

DMCA.com Protection Status