Beranda / Pernikahan / Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu / Part 143. Untung Ditemani ...

Share

Part 143. Untung Ditemani ...

last update Terakhir Diperbarui: 2023-03-27 01:23:06

Seperti biasa, Shanti diantar oleh Pak Sobri.

"Kita pulang, Pak!" perintahnya setelah duduknya dengan posisi yang pas

"Kita nggak jadi nginap, Bu?" tanya Pak Sobri sedikit heran, karena pas awal berangkat Shanti mengatakan kalau kemungkinan besar akan nginap di rumah sakit.

"Nggak, biar Arjuna diurus sama perawat. Gedeg saya tahu nggak, Pak. Masa ketusuk cuma gara-gara nolongin anak si Janda, perempuan yang paling saya benci itu. Coba Pak Sobri di posisi saya, sakit hati nggak?" cerocos Shanti yang belum tuntas melampiaskan kekecewaannya pada Arjuna.

"Kalau ibu nanya pendapat saya. Sebagai orang tua kita memang sedih, Bu. Itu manusiawi, tapi begitu mah kadang Tuhan menguji kita lewat orang yang kita benci.

"Ah … lagaknya bapak sok ceramah. Ini kan pendapat, juga bapak nggak ngalamin juga. Nyesal juga saya minta pendapat," geram Shanti.

Padahal, dirinya berharap Pak Sobri akan satu suara dengan dirinya.

"Berangkat!!!"

Pak Sobri hanya bisa menelan saliva, memilih diam adalah solusi yang
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu   Part 144. Bertemu Musuh Pasca Kejadian

    Hari ini sudah satu minggu Devina tidak masuk sekolah dan jawaban Devina selalu sama."Tapi ujian semester sebentar lagi lho, Na.""Nggak, Ma. Nana nggak mau sekolah," kekeuh Devina yang sepertinya tak bisa dibujuk lagi."Kalau Nana takut, mama akan jagain Nana di sekolah sampe pulang, mama nggak akan ninggalin Devina sedetikpun.""Nggak, Ma. Nana nggak mau."Setelah merenungi kurang lebih satu jam, Ratna pun mencoba menghubungi pihak sekolah. Menjelaskan point penting yang dirasa bisa diterima oleh pihak sekolah akan putusannya."Coba bawa dulu Devinanya ke sekolah, Bu. Biar kami bisa berbicara sama dia," pinta kepala sekolah."Sudah saya bujuk, Bu. Tapi tetap nggak mau. Saya juga sudah kehabisan cara.""Hmm … kalau begitu, besok pagi kami coba ke rumah ibu, saya mencoba membujuk secara langsung. Soalnya cukup disayangkan murid berprestasi seperti Devina putus sekolah.""Kalau ibu nggak keberatan boleh banget, Bu. Saya merasa lega semoga nanti membuahkan hasil."***Setelah seminggu a

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-28
  • Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu   Part 145. Balas Dendam = Boomerang Diri Sendiri

    Melihat Ratna diam di ambang pintu, Devina pun memutuskan beranjak dari ranjangnya."Mobil depan kali, Na!" seru Ratna saat Devina berhasil berlari kecil keluar kamar.Bergegas anak berumur mendekati 10 tahun itu membuka pintu utama."Oom Ganteng!" seru Devina dari ambang pintu utama, kemudian berlari ke arah pagar, tampak olehnya lelaki gagah itu melambaikan tangan seraya tersenyum pada Devina."Hai, Cantik. Apa kabar?""Aku sehat, Om. Bentar, ya. Nana minta kunci sama mama dulu."Arjuna mengangguk seraya melirik sekilas ke ambang pintu, sosok perempuan yang dia suka itu sudah berdiri di sana dengan raut wajah tak suka."Ma, mana kuncinya? Oom Ganteng mau masuk nih!" seru Devina dari pagar.Ratna pun memutuskan melangkah meskipun jauh dari lubuk hatinya sama sekali tak ingin sosok lelaki itu berada di rumahnya."Masuk, Om. Oom sudah sehat? Nggak sakit lagi perutnya?" Rentetan pertanyaan terlontar dari mulut Devina. Ada pemandangan haru yang terlihat, Devina bergandengan tangan masuk

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-29
  • Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu   Part 146. Tidak Mudah, Akan Tetapi ...

    Selepas mendengarkan sepotong ceramah yang sangat sesuai dengan yang terjadi pada dirinya. Ratna pun mengambil wudhu dan sholat Isya. Memang, selama ini, ibadah Ratna terbilang buruk, karena selama ini sholatnya masih bolong-bolong.Dalam sholatnya, Ratna menumpahkan semua rasa takut, rasa dendam, dan pikiran negatif yang bersaranh di dirinya. Dia juga mohon ampun kepada Allah, karena dendamnya yang menggebu, sampai-sampai tak berpikiran jernih saat dirinya dijebak oleh Laura.Bermodalkan kekuasaan akan uang yang banyak, Ratna mengambil kesempatan yang hasilnya malah berbalik arah, sehingga Devina menjadi korban keegoisannya dalam mengambil sikap."Andai waktu itu, aku mengadu pada pihak yang berwajib, pasti semua tak 'kan seburuk ini," sesalnya dengan berurai air mata."Aku menyesal Ya Rabb. Mohon ampun segala keegoisan diri ini."***Menjelang siang, Ratna mencoba merayu Devina untuk pergi ke toko bakerynya, karena sudah seminggu lamanya tidak datang ke toko, semenjak kejadian naas

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-30
  • Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu   Part 147. Ada Persekongkolan Antara Mereka

    Sepanjang perjalanan pulang pikiran Ratna sibuk memilih antara menghubungi Arjuna atau tidak. Namun, saat sampai di rumah takdir berkata lain. Ada telepon masuk dari nomor yang tidak tersimpan dalam daftar kontak ponselnya, akan tetapi tanpa pikir panjang Ratna langsung mengangkatnya."Ya, halo," sapa Ratna seadanya."Alhamdulillah, akhirnya kamu angkat. Ini aku, Arjuna," ucap Arjuna di seberang sana."Oh kamu. Tanpa kamu memperjelas, aku tahu itu kamu," batin Ratna."Halo, Rat. Masih di sana!" panggil Arjuna memastikan, karena tidak ada respon lagi saat Arjuna memberi tahu, jika dirinya yang menelepon."Ya, masih.""Kita bisa bertemu di luar tidak? Ada sesuatu yang ingin aku sampaikan sama kamu.""Sampaikan saja sekarang!""Tidak bisa, soalnya ada yang ingin aku tunjukan sama kamu. Please, Rat!""Oke, atur saja.""Nanti malam, pukul delapan di restoran biasa," ucap Arjuna tanpa basa-basi.Meskipun salah, perempuan yang mempunyai rasa trauma akan sosok lelaki, pasti akan berusaha kera

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-30
  • Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu   Part 148. Terkuak Satu Per Satu

    Dalam perjalanan pulang setelah makan bersama, Ratna mencoba menggali sesuatu pada Devina. Rasanya mustahil jika Devina membicarakan hal sedetail itu saat Arjuna datang ke rumah waktu itu."Na, mama mau nanya sesuatu, tapi jawab jujur, ya!" pinta Ratna membelah keheningan antara ibu dan anak ini."Iya. Mama mau nanya soal apa?""Soal pembicaraan di restoran tadi. Kamu komunikasi via apa sama Oom Arjuna lepas dia berkunjung ke rumah kita waktu itu? Soalnya kalau pembahasan kemarin agaknya nggak dibahas pas dia datang deh. Lagian juga kalau bahas gituan pasti mama tahu dan dengar juga."Hmm … Nana minta maaf lagi ya, Ma. Sebenarnya … Nana komunikasi sama Oom Gantengnya lewat email, Ma.""Email?" Ratna melirik bersamaan dengan anggukan beberapa kali oleh Devina."Sejak kapan? Awal-awal kamu kenal kah?""Nggak, Ma. Baru kemarin itu, setelah Oom Arjuna main ke rumah. Sebelumnya nggak pernah," jawab Devina sesuai fakta.Sesampainya di rumah, Ratna meminta Devina mengganti pakaian untuk tidu

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-31
  • Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu   Part 149. Terpuruk Dalam Penyesalan

    "Tidak, hanya itu. Maaf atas sikapku belakangan ini.""Tidak masalah, aku paham sekali soal itu.""Makasih susah menjelaskannya, telepon aku tutup dulu.""Ratna, tunggu!" Ratna yang baru saja ingin menjauhkan ponsel dari telinganya pun urung."Ya, Mas. Ada apa?""Kamu … kamu, sudah tahu soal kabar Laura?" tanya Arjuna penuh kehati-hatian. Suaranya terdengar berat saat bertanya, takut Ratna tersinggung.Ratna menarik napas dalam-dalam dan melepaskannya perlahan, sebenarnya dirinya tengah melawan rasa sakit hati pada Laura yang jelas tak mudah, meski dirinya sudah menyesali akan balas dendam yang tak seharusnya terjadi kemarin itu.Namun, sebagai manusia biasa, tentunya tak mudah bagi Ratna berdamai secara cepat pada manusia seperti Laura. Yang dia tahu, Laura memang terluka parah, tapi dirinya tak tahu jika Laura mengalami depresi berat serta kena amnesia."Kenapa dia? Parahnya kelewatan?" tanya Ratna, dari gurat wajahnya penasaran juga merasa bersalah sekilas atas balas dendamnya.Arj

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-31
  • Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu   Part 150. Take Down Videonya!

    "Cie … cie … mama sama Oom Ganteng so sweet deh."Arjuna hanya sempat memegang beberapa detik, Ratna buru-buru menarik tangannya, ledekan Devina membuyarkan tatapan dalam antara dua orang dewasa ini."Sorry. Aku hanya ingin menenangkan kamu," jelas Arjuna singkat.Menghilang gerak-gerik yang sedikit salah tingkah, Ratna langsung menyahuti."Nggak masalah, Mas. Terima kasih. Kita kembali ke pembicaraan awal. Kalau kamu tahu kondisi Laura separah itu. Kenapa nggak sejak awal kamu kabari aku, Mas?"Dibenak Ratna, sekalipun sikap dirinya dingin, tapi setidaknya Arjuna punya cara lain untuk menjelaskannya, begitu ingin ibu satu anak ini."Kondisinya nggak memungkinkan. Aku coba ke sini kemarin, kamu tetap saja dingin.""Ya, aku paham. Terima kasih sudah menjelaskan semuanya padaku, Mas. Dan, maaf atas sikapku.""Nggak masalah, aku bisa paham. Aku juga ngucapin makasih sama kamu, karena sudah memenuhi undangan makan malam ini. Lega rasanya," tutur Arjuna seraya mengulas senyum yang mana sor

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-02
  • Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu   Part 151. Ada Otak, Jangan Parkir Doang!

    Wajah Ratna tampak pucat pasi, lipstik merah bata tipisnya pun tak mampu memberi rona pada wajahnya.Rasa ingin tahu pun tak bisa dipungkiri, mulutnya terasa gatal untuk mempertanyakannya."Dokter tahu darimana?" tanya Ratna sangat hati-hati. Ada rasa takut jika dokter itu tahu, bahwa Ratna lah pelakunya."Saya sempat menonton video senonoh itu. Dan, sempat kaget pas pertama kali ibu ini dipindahkan ke sini. Menurut pandangan saya, pasti ada sebabnya kenapa ada orang yang akhirnya tega menyebarkan video senonoh itu.""Akan tetapi, sisi lain, dari segi manusianya, jelas kita ada rasa kasihannya, terlepas dari salah yang dia perbuat."Ratna tampak menghembuskan napas lega. "Baik, dokter. Saya akan usahakan untuk menghubungi orang-orang yang sudah menyebar video tersebut.""Iya, Bu. Minta bantu sekali ya!" Ratna mengangguk, satu sisi dia bersyukur karena dr. Ratih tidak tahu jika dirinya lah yang menyebarkan video senonoh itu, tapi sisi lain rasa bersalahnya pada Laura semakin mendalam.

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-03

Bab terbaru

  • Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu   Part 199. Potrait Kebahagiaan

    Di pusara yang berhiaskan rumput jepang Lidya menangis sejadi-jadinya. Hari ini tepat satu bukan kepergian Santoso dan hari pertama Lidya diperbolehkan keluar dari rumah sakit. Kondisi yang sangat parah membuat dirinya sering drop."Pi, aku menyesal. Sangat menyesal. Andai waktu itu aku mendengar kata Kak Sonia, pasti semua ini nggak akan kayak gini.""Pi, kenapa harus pergi dengan cara gini? Kenapa papi perginya nggak bawa aku sekalian aja?"Air mata Lidya mengalir deras tanpa jeda. Mata dan hidungnya merah. Suaranya pun terdengar parau. Dari jarak satu meter Sonia hanya diam membisu seraya menatap sendu adik bungsunya yang meratapi kepergian lelaki tercintanya."Sudah, Lid. Papi sudah tenang di sana. Nggak sakit lagi." Sonia akhirnya menghampiri tubuh ringkih adiknya yang memeluk pusara Santoso.Lidya yang tak sesehat dulu jelas membuat Sonia khawatir. Apalagi bagian kepalanya yang bocor akibat jatuh dari tangga sebulan yang lalu itu."Lepasin aku, Kak. Aku mau disini nemenin papi."

  • Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu   Part 198. Mengutuk Diri

    Rumah kediaman Santoso yang biasanya lengang, kini ramai didatangi oleh para pelayat. Pagi hari, jenazah Santoso dibawa pulang, karena atas keinginan Shanti otopsi diberhentikan, mengingat Shanti tak ingin jenazah suaminya itu melewati lima waktu sholat. Shanti tak ingin jenazah suaminya itu masih merasakan siksa dunia.Sanak saudara, klien, dan rekan kerja Santoso dulu turut hadir memberi doa sebelum Santoso dikebumikan. Dalam keramaian para pelayat yang datang, belum tampak batang hidung Ratna dan Devina. Mereka baru pagi ini terbang ke Jogja setelah semalam diberitahu oleh Arjuna.Pukul sebelas siang, Ratna dan Devina sampai juga di rumah duka. Shanti memeluk tubuh Ratna dengan erat."Maaf jika aku membawa sial, Mi. Kalau aku tidak ada mungkin papi masih ada," sesal Ratna seraya berbisik pada Shanti."Ini takdir Yang Maha Kuasa. Kamu bukan pembawa sial. Melalui kamu, Allah menyadarkan mami dari maruknya harta dan tahta."Tapi, Mi ….""Sudah, Ratna. Kamu tidak perlu terus-terusan me

  • Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu   Part 197. Duka Beruntun

    Santoso mengalihkan pandangannya ke arah Lidya yang tertunduk takut."Benar apa yang dikatakan mami kamu, Lidya?" tanya Santoso dengan lantang.Hening tanpa jawaban. Tak dijawab langsung membuat emosi Santoso membuncah."Lidya, jawab papi!" teriak Santoso. Emosi yang tak terkontrol membuat Santoso drop seketika. Tangan kanannya memegang dada."Aaauuu …," pekiknya bersamaan dengan jatuhnya tubuh berbobot cukup besar itu ke lantai. Arjuna yang tidak begitu memperhatikan Santoso kalah cepat menyambut tubuh papinya itu."Mas!" pekik Shanti."Papi …," teriak Lidya histeris.Arjuna memapah tubuh Santoso dan merebahkannya di sofa.Napas Santoso tersengal-sengal menahan sesak."Ngapain kamu bengong, Lidya. Cepat telepon dokter!" desak Shanti yang panik."Sini aku telpon, mana nomor hape dokternya," ucap Arjuna."Aku nggak hapal, Mas." Lidya berlari menuju lantai dua untuk mengambil ponselnya yang ada di kamar.Namun, saat dirinya berhasil mengambil ponsel dan menuruni anak tangga kurang hati-

  • Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu   Part 196. Cuti Menjadi Dua Hari

    "Mami dan Mas Arjuna pasti nggak tahu 'kan kalau papi sakit parah.""Jantung 'kan?""Bukan," bantah Lidya."Lalu apa, Lid. Kamu daritadi setengah-setengah aja ngomongnya. Bikin makin panik," sungut Shanti yang sudah mulai kesal."Papi, sakit kanker paru-paru kata dokter, Mi."Shanti dan Arjuna saling menoleh heran."Kamu jangan asal ngomong ya? Mana mungkin papi kena kanker," protes Shanti. Menurut Shanti, suaminya itu tampak seperti biasanya. Tak ada tanda jika suaminya memginap penyakit yang berbahaya itu."Sudah, sekarang kamu balik ke Jogja, biar aku temui papi besok. Dan, cukup bersikap lancang sama Ratna. Dia itu hanya korban dan kamu tidak punya hak mencampuri semua ini."Lidya bangkit dari duduknya, lalu berdiri berhadapan dengan Arjuna."Tanpa Mas suruh pun aku akan pulang. Tak sudi tinggal disini dengan orang seperti mas dan mami. Egois!"Lidya menyentak dengan kasar saat membuka pintu dan menghempaskannya dengan keras saat menutupnya kembali."Biarkan saja, Ar. Lidya meman

  • Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu   Part 195 Keduanya Terperangah!

    Lidya tersentak kaget ketika melihat sosok yang sempat dia cari sebelumnya tiba-tiba datang tanpa kode."Ngapain kamu kesini? Nggak ada sopan santunnya sama sekali!" serang Arjuna yang terlihat begitu marah pada adik bungsunya itu.Mendengar suara Arjuna berada di luar rumah, Ratna pun bergegas ke sumber suara."Mas, kamu kok bisa tahu Lidya disini?" tanya Ratna penasaran."Nggak usah sok nanya, dasar perempuan bermuka dua," geram Lidya melihat Ratna tiba-tiba nimbrung. Dipikiran Lidya, Ratna lah yang menghubungi Arjuna. Dan, sekarang malah seorang bertanya."Jaga mulut kamu, Lid. Sembarangan aja kalau bicara!" sergah Arjuna. "Aku minta maaf atas sikap Lidya sama kamu, Rat. Nanti malam aku ke sini lagi.""Kamu ikut aku sekarang!" Arjuna menarik kasar tangan Lidya untuk masuk ke dalam mobil.Selama ini Arjuna tidak pernah berkata kasar ataupun bersikap kasar pada saudara perempuannya itu. Namun, tingkah Lidya yang kelewatan batas, tak ada toleransi lagi.Ratna melepas kepergian Arjuna

  • Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu   Part 194. Pemisah dan Pembunuh

    Lidya sedang berdiri di sebuah rumah yang baru saja dikunjungi Arjuna dan Shanti."Permisi!" seru Lidya di depan pagar.Mendengar suara tersebut, Ratna pun bergegas ke pintu utama. Dirinya sempat mengernyitkan dahi saat berhenti di ambang pintu utama."Itu siapa? Kok asing wajahnya," gumam Ratna."Permisi, Mbak," sapa Lidya lagi seraya mengulas senyum palsu.Ratna pun melanjutkan langkah menuju pagar."Ya, Mbak. Ada yang bisa dibantu?" tanya Ratna, sama tidak membukakan gembok pagar rumahnya untuk jaga-jaga.Wajah Lidya yang tadinya menampakkan kehangatan palsu, sekarang berubah drastis tepat saat Ratna berdiri di depannya yang hanya terbatas dengan pagar."Saya Lidya, adiknya Mas Arjuna. Saya ingin mengobrol dengan Anda!" ucapnya dengan lantang. Sorot matanya pun ikut menatap Ratna dengan tajam."Oh, boleh. Silakan masuk!" titah Ratna yang setelahnya membuka gembok.Lidya mengikut langkah Ratna saat masuk ke dalam rumah. Tak ada rasa takut apalagi kesal karena melihat wajah Lidya yan

  • Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu   Part 193. Pergi Sebentar

    Gerbang didorong oleh Pak Kobir saat bunyi klakson memberi kode.Pak Kobir tidak langsung memberitahu Arjuna, dirinya beranggapan tak sopan jika sang Tuan belum duduk di dalam rumah. Arjuna dan Pak Sobri melakukan seperti kemarin saat mobil sudah berhenti di depan rumah, hal akan menjadi rutinitas sampai waktu tak ditentukan."Mami langsung istirahat saja ya. Aku ada urusan sebentar," pamit Arjuna setelah membopong tubuh Shanti ke peraduan."Mau kemana, Ar? Bukannya cuti," tanya Shanti heran."Ada perlu sebentar, Mi.""Iya, sebentarnya kemana? Nggak tenang mami nih, Ar. Kata kamu ada polisi yang ngejagain. Tapi kok mami nggak lihat dari kemarin kalau ada yang jaga berpakaian lengkap seperti biasanya.""Yang jaga kita nggak pake seragam, Mi. Sengaja biar nggak ketahuan sama orang-orangnya Mulyadi.""Tapi nggak ada juga yang berdiri di dekat rumah kita.""Mereka berdiri di suatu tempat dengan standby CCTV. Begitu juga tadi di rumah Ratna. Kalau terang-terangan dijaga, mana ada yang bera

  • Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu   Part 192. Sekalian Tidak Usah Menikah!

    Benar saja, esok hari Lidya langsung terbang ke Jakarta, tentu saja berbohong pada Santoso. Alih-alih beralasan ada interview di luar kota. Meskipun Sonia sudah melarang tapi tetap saja Lidya berangkat dengan berbohong pada Santoso."Aku pergi interview dulu ya, Pi. Doakan berhasil," pamit Lidya seraya mencium punggung tangan Santoso."Pasti. Semoga kamu bisa lebih sukses dari Arjuna.""Tentu, Pi. Aku akan bikin papi bangga, nggak kayak Mas Arjuna."Sebelum pamit, Lidya memberi selembar kertas pada asisten rumah tangganya. Disana tertulis apa saja yang akan dilakukan asisten rumah tangganya serta jam minum obat. Tak lupa, Lidya meminta asisten mengabari dirinya jika ada kondisi darurat. Atau jika tidak ada respon, asisten rumah tangga diminta untuk menghubungi Sonia."Pak, ada Mas Arjuna?" tanya Lidya pada security yang bertugas. Lidya sampai di Jakarta pukul dua belas siang."Bapaknya baru saja pergi, Mbak Lid.""Sama mami juga?" Lidya ingin memastikan."Iya, sama nyonya juga.""Kira

  • Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu   Part 191. Disambut Saat Pulang

    Ponsel yang standby di tangannya, tak butuh lama bagi Arjuna membaca pesan yang dikirim oleh kakak kandungnya itu, meskipun dia hanya membaca lewat sekilas pemberitahuan di layar ponselnya."Mereka pikir aku akan gentar dengan ancaman ini. Cukup selama ini aku yang menjadi tameng menyelamatkan hidup keluarga. Namun, nggak berlaku lagi sekarang."Tanpa membuka pesan yang dikirim Sonia, Arjuna malah menghapus pesan yang Sonia serta memblokir nomor ponsel kakaknya itu dari whatsapp. Arjuna lebih memilih fokus pada kondisi Shanti daripada meladeni saudara kandungnya itu. Sebegitu kecewakah Arjuna sampai-sampai tak memberi celah?"Gimana, Kak? Sudah dibaca? Udah tiga jam lho ini." Lidya masih saja penasaran. Mereka tengah menikmati cemilan malam di balkon lantai dua."Belum. Sibuk atau bisa jadi sengaja nggak direspon.""Nggak direspon, berarti dia baca dong?""Tanda birunya nggak ada.""Apa Mas Arjuna menonaktifkan pertanda pesan yang masuk itu sudah dibaca?""Ya … nggak tau lah soal itu.

DMCA.com Protection Status