Bab 40Adi sengaja membawa wanita itu pergi menjauh dari kantin karena kini para karyawan terus saja berbisik dan tanpa rasa malu menggunjing secara terang-terangan.Adik-adik merasa sangat bersalah karena Yayuk telah menghina Selina. Andai saja pria itu lebih tegas, Yayuk tak akan mungkin berani mengatakan hal.Wajah Selina tampak sendu. Wanita muda itu jelas merasa terhina dan juga marah."Selina," panggilnya.Perlahan wanita itu mulai mendongakkan kepalanya dan menatap lekat bola mata hitam milik Adi."Maaf karena aku sudah membuatmu berada dalam masalah," lirihnya.Selina menggelengkan kepalanya perlahan. "Pak Adi nggak salah. Seharusnya saya memang tidak terlalu dekat dengan anda," ujarnya.Adi menghela napasnya perlahan. Pupus sudah harapannya untuk menjalin hubungan lebih dekat lagi dengan Selena karena wanita muda itu kini telah memutuskan untuk tak lagi dekat dengannya.Semua ini terjadi karena Yayuk. Andai saja wanita menyebalkan itu tidak datang dan membuat masalah, maka se
Bab 41Setelah pertengkaran besar yang sempat terjadi di kantin, Selina memblokir kontak adi. Setiap kali wanita muda itu tanpa sengaja berpapasan dengan Adi, Selina langsung mencoba untuk menghindar.Adi juga melakukan hal yang sama karena dia tak ingin membebani siapapun. Sesekali Adi memang mencuri-curi pandang ke arah Selina, namun wanita itu tentu saja langsung memalingkan wajahnya dengan cepat.Adi menghela nafasnya perlahan. Hubungannya dengan Yayuk ini mulai membaik meskipun rasa canggung masih saja menyertai keduanya.Kening Adi tampak berkerut saat melihat pintu ruangannya terbuka. Yayuk pagi ini datang terlambat dan penampilannya juga cukup berantakan."Kenapa penampilanmu seperti ini?"Yayuk menghela nafasnya perlahan. "Bangun kesiangan, jadi nggak sempet pakai make up."Adi mengangguk-anggukkan kepalanya perlahan setelah mendapatkan jawaban. Besok dia harus pergi ke luar kota karena lusa akan mulai menjalankan proyek.Adi sangat yakin kalau wanita itu juga telah mengetah
Bab 42Adi bersiap untuk pergi ke luar kota. Pria itu tak lupa mengemas beberapa barang-barang yang dibutuhkan dan juga memberikan uang bulanan untuk ibunya agar tak merasa kesepian saat berada di rumah. Wanita paruh baya itu memang sejak semalam terus mau wanti-wantinya untuk tak lupa.Adi lantas berjalan mendekat ke arah ibunya dan menjabat tangan Bu Retno."Ibu, sebentar lagi aku akan berangkat dan kemungkinan pulang satu minggu sekali. Jika butuh apa-apa, telepon dengan segera."Bu Retno menganggukan kepalanya dengan cepat. Dia merasa semakin senang karena putranya kini akan segera mendapatkan upah dua kali lipat."Iya, Adi. Doa ibu pasti selalu menyertaimu. Jaga diri baik-baik dan jangan sampai melakukan kesalahan apapun," ujarnya.Adi hanya bisa mengulas senyum tipis sambil mengangguk pelan. Permintaan ibunya memang terdengar begitu sederhana, namun itu semua salah kaprah karena beban yang harus dipegangnya sangatlah besar.Adi tahu dengan jelas kalau ibunya memang menginginkan
Bab 43Setelah selesai menyuapi Handi, gadis kecil itu meraih obat pereda panas serta flu dan memberikannya pada pria yang duduk di hadapannya."Om, ini obatnya. Kata Ibu, kalau sakit harus minum obat dan istirahat."Handi menghela napas dan mengangguk pelan. Dia lantas memasukkan obat ke dalam mulut dan meminumnya. Perkataan Putri barusan memang benar. Handi butuh istirahat agar tubuhnya kembali pulih.Gadis kecil itu tampak menarik sudut bibirnya hingga membentuk senyum tipis. Dia lantas meletakkan mangkuk ke atas nampan dan beranjak berdiri."Jangan lupa istirahat, Om. Nanti Putri akan periksa lagi. Awas aja kalau nggak istirahat!" ancamnya sambil memasang tatapan tajam.Wajah gadis kecil itu tak terlihat menyeramkan. Justru Handi merasa gemas saat melihatnya.Handi mengulas senyum tipisnya. Kini dia beralih mengelus pelan puncak kepala gadis kecil itu dengan lembut."Iya, Om akan beristirahat."Putri mengangguk pelan. Dia lantas berlalu keluar.Sepeninggal Putri, pria itu merasaka
Bab 44Siti beranjak masuk ke dalam kamarnya. Dia menatap lekat sosok gadis kecil yang kini tampak meringkuk di atas kasur. Seulas senyum tipis tampak merekah di wajahnya.Siti lantas mendekat dan duduk tepat di atas kasur. Tangan kanannya terulur perlahan dan mengusap pelan kepala gadis kecil itu."Pasti kamu lelah ya, Put? Maafkan Ibu karena membuatmu harus ikut menderita dan tak bisa bermain dengan teman sebaya, Nak."Hati Siti terasa ngilu. Rasanya ada ribuan jarum yang menusuknya secara bersamaan.Saat melihat putrinya tertidur, Siti terkadang diliputi rasa bersalah. Andai saja dia tak mengungkit masalah dengan Adi. Mungkin saja pria itu masih membiarkannya tinggal di rumah. Tapi, Siti juga sadar bahwa sang suami tak bisa lagi diharapkan. Bahkan pria itu juga tega meninggalkannya.Siti menghela napas pelan sambil mengusap sudut matanya yang basah.Tak ada waktu baginya untuk meratap apalagi menangisi hal yang telah terjadi. Walau air mata berubah jadi darah sekalipun, itu semua
Bab 45Setelah Siti selesai membersihkan area ruang tamu. Wanita itu kini beralih naik tangga menuju lantai atas untuk membersihkan ruang kerja Handi.Saat dia membuka pintu, matanya tampak memicing saat melihat ke arah rak buku yang kini tampak dipenuhi dengan lebih penuh dari sebelumnya.Wanita itu lantas berjalan mendekat dan meraih salah satu buku bersampul biru yang beberapa waktu lalu sempat dibacanya.Seulas senyum tipis tampak merekah di wajahnya. "Alhamdulillah aku bisa membacanya lagi," ujarnya lirih.Namun sebelum dia membacanya, Siti memilih untuk beberes terlebih dahulu. Tak banyak hal yang bisa dilakukan apalagi ruang kerja sang majikan memang selalu rapi.Hanya butuh waktu sekitar lima belas menit saja, Siti sudah bisa memastikan bahwa ruangan itu telah bersih dan tertata rapi. Wanita itu kembali meraih novel dan mulai membacanya. Setiap rangkaian kata yang tercetak berhasil membuat wanita itu ikut merasakan hal yang sama seperti tokoh di dalam cerita."Isi novelnya sa
Bab 46Mata Siti tampak melotot dengan sempurna. "Hutang? Mbak, aku 'kan sudah membayarnya tempo lalu. Tapi kenapa sekarang datang lagi untuk menagih?"Eva tampak menarik sudut bibirnya hingga membentuk senyum tipis saat melihat wajah sepupunya yang kini tampak kebingungan. Perkataan Siti barusan memang benar adanya, Eva memang sudah menerima uang sebagai bayaran karena sempat memberikan tumpangan.Tapi, Eva tentu saja bukan butuh uang. Wanita itu ingin membuat sepupunya lebih menderita lagi. Bahkan jika bisa, Eva ingin membuat sepupunya tidak bisa bahagia sampai kapanpun.Rasa sakit hati serta iri dengki yang telah mengakar kuat di dalam hatinya masih saja diingat oleh Eva. Jika Eva belum melihat Siti lebih menderita dari sebelumnya, dia juga tak akan tinggal diam saja."Kamu pikir uang segitu saja cukup, ha? Aku bukan orang miskin sepertimu, Ti! Tapi, kamu tetap harus membayar budi atas segala kebaikanku dan Mas Dirga," desisnya.Pernyataan Eva barusan berhasil menusuk hati Siti. Ap
Bab 47Siti tak peduli dengan kepalanya yang masih berdenyut nyeri. Dia bangkit dan berlari menolong anaknya yang terjerembab di tanah. Gadis kecil itu kini bahkan tampak meringis menahan rasa sakit akibat dorongan keras dari Eva. Lututnya tampak tergores dan mengeluarkan sedikit darah. Dipeluknya erat tubuh Putri. "Ya Allah, Mbak! Apa kamu nggak sadar kalau dia hanya anak kecil? Kenapa kamu tega mendorongnya sampai jatuh dan terluka?!" protesnya seraya melayangkan tatapan tajam pada Eva.Napas Siti kini memburu naik turun karena emosi. Bahkan wanita itu kini berani melayangkan tatapan tajam pada kedua wanita licik yang berdiri di hadapannya tanpa rasa bersalah.Eva memicingkan matanya dengan tajam. Dia yang pada awalnya tengah sibuk mengusap bekas gigitan Putri, kini makin terbakar amarah."Apa kamu bilang, ha?! Kamu bahkan lihat sendiri sikap anakmu yang liar itu, Ti! Jangan salahkan aku jika berbuat kasar," desisnya.Bahkan tanpa rasa bersalah, Eva kembali melontarkan kalimat taja
EndingAdi berlari sejauh mungkin ketika pria itu menyadari ada sebuah mobil yang sejak tadi mengikutinya dari belakang."Sial! Masa aku gagal lagi?!"Putri terlihat sangat ketakutan dan gadis kecil itu juga kelelahan karena sejak tadi ditarik dengan paksa oleh Adi. Mereka berdua terus berlari tanpa memperhatikan apapun.Handi menginjak pedal gasnya dan mengemudikan mobilnya jauh lebih cepat dari biasanya ketika melihat sosok Adi. Kemarahan yang ada di dalam hatinya itu semakin memuncak ketika melihat pria itu menarik anaknya."Aku nggak akan pernah melepaskanmu Adi!" Dengan cepat, dia langsung mengerem mobilnya ketika berada tepat di hadapan Adi dan berhasil menghadangnya.Adi terjatuh karena terkejut. Begitu juga dengan Putri. Handi tanpa basa-basi langsung keluar dari mobilnya, dia berjalan mendekat dengan perasaan yang begitu marah."Kamu sudah sangat keterlaluan dan melewati batas dari kesabaranku, Adi. Kamu sudah berani mengusik keluargaku!"Adi tercengang dan merasakan nyalinya
Bab 326Setelah Eva berhasil diamankan oleh polisi, Siti berlalu pergi untuk menemui mantan ibu mertuanya. Wanita itu telah mendapatkan kabar dan juga bukti begitu banyak dari sang suami bahwa sebenarnya orang-orang terdekatnya terlibat soal anaknya yang menghilang.Siti tak ingin diam saja. Selama suaminya kini berjuang untuk menemukan anaknya, dia akan menangkap orang-orang yang terlibat dari masalah ini.Sumi dan Bi Yati yang ikut menemani juga merasa kaget karena Siti terlihat begitu berubah seolah menjadi wanita lain."Mbak," panggil Sumi dengan perasaan yang sedikit takut.Siti tampak menoleh sekilas dan wanita itu tersenyum tipis seolah memberikan kode bahwa dia baik-baik saja."Ti, Bibi harap masalah ini segera selesai dan Putri bisa ditemukan dalam keadaan yang baik-baik saja."Siti menganggukkan kepalanya perlahan. "Aku juga berharap begitu, Bi. Aku tidak akan diam saja jika ada satu luka di kulit Putri."Hanya butuh waktu sekitar 10 menit saja hingga wanita itu sampai tepat
Bab 325Handi dan Selina telah masuk ke rumah dan mendapati keadaan yang begitu berantakan. Mereka lantas berkeliling untuk mencari bukti lebih banyak.Handi menemukan seragam sekolah anaknya dan pria itu bisa yakin bahwa wanita yang sempat memberikan informasi itu tak berbohong sama sekali.Selina menghela napas perlahan. "Maaf, Pak. Sepertinya karena tindakan saya yang terlalu ceroboh, Adi jadi kabur begitu saja dan membawa semua bukti-buktinya."Handi terdiam. Tiba-tiba saja dia mendengar suara ponsel yang berdering.Dua orang yang tengah ada di dalam ruang tamu itu tampak menoleh dengan terkejut. Mereka kini berusaha untuk menemukan ponsel yang berdering karena sadar itu bukan milik dari mereka masing-masing.Selina menyingkirkan salah satu bantal dan menemukan ponsel. Dia sadar kalau ini adalah milik Adi."Pak, saya menemukannya! Ini ponsel milik Adi dan sepertinya karena terburu-buru dia jadi meninggalkannya."Handi dengan cepat langsung merebutnya. "Ini ... darimana dia bisa me
Bab 324Handi telah sampai di tempat yang baru saja dikatakan oleh sosok wanita misterius. Dia juga telah menghubungi pihak kepolisian untuk ikut datang.Pria itu bergegas turun sambil mengedarkan pandangannya ke sekitar. Padahal sosok wanita itu mengajaknya bertemu di tempat ini, tapi dia tak melihat sosoknya sama sekali."Apa jangan-jangan wanita itu hanya berbohong dan mencoba untuk mengecohku?"Dia merasa takut kalau informasi yang sempat didengarnya itu hanyalah palsu dan membuatnya jadi terkecoh hingga tak jadi pergi ke kantor polisi.Handi mengusap wajahnya dengan kasar. Dia merasa kesal dan berniat untuk kembali masuk ke dalam mobilnya. Tapi sayup-sayup telinganya mendengar suara rintihan seorang perempuan. Dia lantas mengedarkan pandangannya ke sekeliling lagi dan memicingkan matanya ketika melihat sosok wanita yang ada di kejauhan tergeletak di jalanan."Itu ... Hah? Jangan-jangan itu dia!"Tanpa basa-basi sedikit pun dia langsung berlari mendekat. Dilihatnya sosok wanita ya
Bab 323Selina dengan cepat langsung pergi keluar meski rencana awalnya tak berhasil. Tapi wanita itu akan tetap berusaha untuk menyelamatkan Putri.Wanita itu bergegas pergi ke salah satu tempat yang cukup sepi agar bisa menelepon dengan nyaman.Wanita itu meraih salah satu ponsel rahasia miliknya dan langsung mencoba untuk menelepon seseorang. Cukup lama hingga panggilannya itu akhirnya diangkat."Halo, siapa ini?""Pak, saya yakin anda tahu. Beberapa kali saya mencoba untuk mengirimkan bukti-bukti mengenai kejahatan Adi dan Yayuk.""Kamu ...""Ya, benar. Tapi ada hal lain yang jauh lebih penting. Putri, anak anda diculik."Mata pria yang ada di ujung telepon sana tampak terbelalak kaget. Dia yang tengah mengemudikan mobilnya itu sontak langsung mengerem secara mendadak."Bagaimana kau tahu soal anakku yang diculik?" Tak bisa dipungkiri saat ini dia merasa sangat curiga.Selina menghela napas berat. "Ini tak penting sama sekali. Tapi saya tahu di mana keberadaan Putri dan jika Bapa
Bab 322Handi bergegas meraih jaketnya setelah pria itu mendapatkan panggilan penting dari pihak kepolisian.Siti yang tengah duduk itu sontak langsung menatap suaminya dengan tatapan heran."Mas, kamu mau pergi ke mana?"Pria itu tampak menoleh dan diam sejenak. "Mas akan pergi ke kantor polisi karena tadi baru saja mendapatkan panggilan dan katanya ada sedikit titik terang mengenai keberadaan Putri."Mata Siti seketika terbelalak lebar setelah mendengar penjelasan suaminya. "Apa benar, Mas? Kalau begitu aku juga ikut denganmu."Pria itu dengan cepat langsung menggelengkan kepalanya. "Kamu di rumah aja, Ti. Biar Mas yang akan menyelesaikan semua masalah ini."Pri itu tahu dengan jelas kalau kondisi tubuh istrinya sedang tak baik-baik saja sebab wanita itu terus saja memikirkan berbagai kemungkinan buruk mengenai Putri. Dia tak ingin membuat suasana jadi jauh lebih buruk.Siti merasa sedikit kecewa karena takut ijinkan untuk ikut pergi ke kantor polisi. Namun wanita itu juga tak bisa
Bab 321Siti menoleh ke arah suaminya dengan cepat. "Lalu apa yang harus kita lakukan sekarang, Mas?""Tenang dulu." Pria itu lantas mengulurkan segelas air putih pada istrinya. Siti dengan cepat langsung meminumnya, namun dia tetap saja merasa khawatir."Mas, kita nggak mungkin diam saja seperti ini. Apa yang diinginkan oleh penculik? Uang? Berapa banyak? A-aku punya uang jadi--""Stop, Siti!" Wanita itu langsung diam. Dia yang tadinya tengah merasa sangat kebingungan itu kini perlahan mulai menangis. Dia benar-benar hampir gila karena masalah ini.Handi dengan cepat langsung memeluk agar bisa menenangkannya."Ti, tenang ... kita akan cari solusinya sama-sama."Baik Sumi, Bi Yati, Tatang dan Dadang bisa merasakan kesedihan yang begitu mendalam di sepasang suami istri ini.Padahal mereka belum lama menikah namun telah dipertemukan oleh banyak masalah yang berat dan juga rumit.Setelah merasa istrinya sedikit tenang, pria itu langsung melepaskan pelukannya. Dia kembali beralih menatap
Bab 320Siti melipat mungkin ada juga sajadahnya setelah wanita itu selesai menunaikan salat. Matanya terlihat begitu sembab karena sampai sore ini pun masih belum ada kabar mengenai keberadaan anaknya.Namun dia tak ingin larut dalam kesedihan dan wanita itu akhirnya memutuskan untuk turun ke lantai bawah. Dia tak mungkin membuat orang-orang di rumah ini merasa khawatir terus menerus padanya.Perlahan wanita itu mulai menapaki tangga setelah keluar dari kamarnya. Tapi entah mengapa dia merasakan atmosfer yang cukup berbeda seolah-olah semua orang yang ada di rumah ini tengah merasa tegang.Siti mengerikan pening ketika melihat sosok suaminya kini berada tepat di ruang tamu. Sumi dan Bi Yati juga ada di sana. Bahkan Tatang dan Dadang juga secara kebetulan berada tepat di dalam rumah."Ada apa ini?"Suara Siti telah berhasilkan mengejutkan semua orang dan mereka kini terlihat sangat kikuk.Siti semakin merasa heran, dia mendekat sambil mengerutkan keningnya."Kok malah pada diem aja? A
Bab 319Selina membuka pintu kamarnya dan benar saja, pria yang tak lebih dari benalu itu kini masih tertidur lelap seolah dia tak pernah melakukan kesalahan apapun.Selina menghela napas berat. Apa dia tak sadar kalau belum memberi makan anaknya sendiri?Dia masih tak menyangka karena ada sosok ayah yang begitu tega seperti Adi.Namun marah-marah seperti ini juga tak ada gunanya sama sekali karena pria itu tak mungkin mau mendengarkannya. Dibandingkan harus meluangkan waktu untuk marah-marah, dia memutuskan untuk segera pergi ke lemari bajunya dan mencari pakaian yang pas dikenakan Putri.Cukup lama dia berkutat untuk mencari pakaian, namun tiba-tiba saja ada seseorang yang memeluknya dari belakang dan berhasil membuatnya terpekik kaget."Kamu kaget, ya?" suara berat seorang pria telah berhasil menggetarkan gendang Selina.Wanita itu kini tampak tersenyum kikuk. "Ah, Mas ... kamu kenapa malah ngagetin aku, sih?"Adi hanya diam. Pria itu merasa seolah-olah berada di awan karena memili