Bab 268Eva berjalan dalam keadaan marah karena di dalam pikirannya kini tertuju pada Dirga sang suami yang malah membela Siti ketimbang membela dirinya yang statusnya adalah istri sah dari Dirga. "Apa-apaan mas Dirga yang membela Siti , awas saja kau Siti!"Meski wanita itu memang merasa marah pada suaminya tapi dia tetap saja menyalahkan semua itu pada sepupunya. Andai Siti tak pernah hadir di dalam hidupnya, Eva pikir dia akan merasa bahagia untuk selamanya tanpa perlu merasa marah ataupun kecewa seperti ini.Bahkan pertengkarannya dengan sang suami juga tak mungkin akan terjadi.Kekesalan itu semakin berlanjut karena setelah sekian lama diabaikan, suaminya itu kembali dan bersikap mesra hanya karena berpikir dia telah berniat untuk berdamai dengan Siti.Rasa sakit di dalam hatinya itu kembali membara dan juga menguap begitu besar ketika menyadari bahwa dia pasti akan selalu dianggap salah oleh Dirga.Saat sedang fokus berjalan, Eva memicingkan mata ketika melihat sosok seseorang d
Bab 269Suara lonceng tanda jam istirahat telah berbunga nyaring. Siti yang tengah sibuk memainkan ponsel kini tampak menoleh dan beranjak berdiri.Beberapa siswa tampak keluar satu persatu. Mereka semua tampaknya sudah tak sabaran lagi untuk beristirahat dan juga membeli jajan.Siti bergegas pergi ke kelas Putri. Wanita itu tentunya tak ingin membuat anaknya menunggu terlalu lama, terlebih lagi gadis kecil itu kesulitan untuk berjalan.Siti berhenti sejenak di depan pintu kelas Putri, wanita itu lantas melongok dari balik pintu. Ternyata anaknya sedang mengobrol dengan Selly dan yang lainnya. Tapi tak lama, gadis kecil itu mencoba untuk berdiri.Siti yang melihat hal itu lantas bergegas masuk dan menghampiri anaknya. "Put, kamu mau kemana?"Putri yang sadar ibunya itu mendekat, lantas tersenyum tipis. Untungnya Selly juga membantu gadis kecil itu agar bisa berdiri dengan benar."Tante, Putri mau main diluar sama Selly. Boleh?"Siti diam sejenak. Dia menatap lekat putrinya. Bagaimanap
Bab 270Handi tampak menutup dokumen yang baru saja dilihatnya. Pria itu berniat untuk mengecek dokumen lain, tapi suara ponselnya yang berdering-nyaring telah berhasil membuatnya menoleh dan langsung meraih benda pipih itu sambil mengurutkan kening.Ada panggilan masuk dari nomor yang tak dikenal, meski sebenarnya pria itu enggan untuk mengangkatnya, tapi dia memilih untuk tetap menerimanya karena takut jika ada sesuatu yang penting."Halo?""Halo selamat siang, apa benar saya bicara dengan Bapak Handi Nugraha?"Handi mengerutkan kening karena awalnya pria itu berpikir bahwa panggilan yang baru saja masuk merupakan dari orang asing yang berniat untuk menjauhi lima saja. Namun rasanya tak mungkin jika itu hanya telepon iseng. Apalagi namanya juga disebut dengan jelas."Iya, benar. Dengan saya sendiri. Ini siapa?""Kami dari pihak rumah sakit ingin memberi informasi bahwa Ny. Siti baru saja dilarikan kemari sebab pingsan. Mohon untuk segera datang dan mengisi data pasien."Mata Handi s
Bab 271Dila, menganggukkan kepalanya perlahan karena wanita itu bukan hanya seorang guru tapi sekaligus wali kelas dari Putri. Dila juga tahu dengan jelas kalau ada sesuatu yang buruk yang telah menimpa Putri. Itulah sebabnya dia juga ikut mengantarkan Siti ke rumah sakit ketika wanita itu pingsan secara mendadak di sekolah."Benar, Pak. Saya Dila, wali kelas anak anda. Ibu Siti pingsan di sekolah dan sampai saat ini penyebabnya masih belum diketahui karena dokter masih memeriksa."Handi menghela napas perlahan. Pria itu mengendurkan kancing kemejanya yang di leher. Dia ingin bernapas lega meski sejenak saja. Rasanya sangat sakit ketika tahu bahwa istrinya itu terluka."Ayah, maafin Putri. Ibu tadi mau nyamperin karena Putri jatuh. Kalau Putri nurut dan di kelas aja, Ibu nggak mungkin pingsan."Handi menggelengkan kepalanya dengan cepat karena pria itu tak menyalahkan putrinya sama sekali atas kejadian yang baru saja terjadi dan menimpa istrinya.Lagi pula jika gadis kecil itu sudah t
Bab 272Putri mengangguk pelan. Gadis kecil itu tanpa basa-basi langsung memeluk ke arah tubuh ibunya setelah wanita itu sadarkan diri.Handi juga ikut tersenyum karena Siti kini telah sadar."Bu, Putri sebentar lagi mau punya adik," cicit Putri.Siti melonggarkan pelukannya sambil mengerutkan kening karena merasa heran dengan perkataan anaknya yang tiba-tiba. Wanita itu mengalihkan pandangannya ke arah sang suami sambil bertanya-tanya.Tapi pria itu justru tersenyum tipis dan langsung mengelus pelan puncak kepala istrinya dengan lembut."Sayang, Dokter bilang kamu hamil. Kita akan segera dikaruniai buah hati."Mata Siti tampak melotot dengan sempurna dan dihiasi dengan binar kebahagiaan setelah mendengar penuturan suaminya yang begitu mengejutkan.Rasanya ada sebuah benda besar yang baru saja memukul dadanya. Siti bahkan masih tak percaya dengan telinganya sendiri."Mas? Apa benar?"Handi menganggukkan kepalanya lagi. "Ya, Sayang."Pada akhirnya air mata itu meluncur secara tiba-tiba
Bab 273Rossa tampak tersenyum tipis ketika melihat antusiasme dari para karyawan dan mereka semua juga ikut mendoakan kebahagiaan atasannya secara tulus."Oke, Mari kita kerjakan semuanya dengan cepat agar bisa melaksanakan pesta jauh lebih cepat juga!"Para karyawan kembali berseru dan mereka bersemangat lagi untuk melanjutkan pekerjaannya. Padahal awalnya mereka semua tampak sedikit lemas akibat dari yang semakin siang.Setelah mengatakan hal itu, Rosa berlalu pergi. Tapi dia berhenti melangkah karena tanpa sengaja menabrak seorang wanita yang juga terlihat tergesa-gesa."Aduh!" Rosa langsung menangkap tubuh limbung wanita itu. Dia kini tampak mengerutkan keningnya karena sadar bahwa wanita yang hampir jatuh itu adalah Selina."Selina? Kamu nggak apa-apa?"Wanita muda itu dengan cepat langsung menggelengkan kepala dan menjelaskan bahwa dia baik-baik saja."Saya nggak apa-apa, Bu. Maaf, saya permisi dulu."Tanpa menunggu jawaban Rossa, wanita muda itu langsung berlalu pergi begitu s
Bab 274Tatang memarkirkan mobilnya tepat di halaman rumah sang majikan. Sumi yang tadinya bersantai di dalam kamar tampak keluar karena wanita itu mengira seseorang yang baru saja pulang adalah Siti.Seharusnya di jam segini wanita itu telah pulang bersama dengan anaknya. Tapi begitu dia menengok dan memastikan ternyata dugaannya salah besar.Tatang pulang sendirian.Bi Yati yang juga ikut keluar dari kamar merasa heran."Mang, kok pulang sendiri? Mbak Siti mana?"Sumi mengedarkan pandangannya ke sekeliling dan berharap wanita yang dicarinya itu ada di dalam mobil. Tapi nyatanya tak ada sama sekali.Tatang menghela napas berat. "Siti ada di rumah sakit," ujarnya.Mata kedua wanita itu kini tampak membulat dengan sempurna ketika mendengar perkataan Tatang. Bukan hanya merasa terkejut tapi juga khawatir karena wanita itu memang akhir-akhir ini terlihat lemas."Apa? Mbak Siti kenapa, Mang?!"Tak bisa dipungkiri mereka semua merasa sangat terkejut. Sumi juga takut jika ada sesuatu yang m
Bab 275Mata Siti terlihat menggila dengan sempurna ketika melihat sosok pria yang berdiri tepat di seberang jalan itu. Tubuhnya kini bergetar ketakutan terus saja menatapnya dengan tajam. Bahkan Siti juga bisa melihat dengan jelas pria itu tampak menyeringai ketika melihat ekspresi wajah penuh ketakutan kini menyebar.Jantung Siti berdetak semakin kencang, rasa takut telah berhasil membuatnya menggenggam erat tangan anaknya sambil membeku.Putri yang melihat ibunya bertingkah aneh kini tampak mengerutkan keningnya."Ibu," panggilnya.Tapi Siti tak kunjung menjawab. Wanita itu masih fokus menatap pria di seberang jalan sana.Putri lantas menyentuh tangan ibunya. Saat dia melihat wanita itu tampak ketakutan, Putri juga ikut merasa penasaran."Bu! Ibu, kenapa?"Siti yang sadar sontak langsung menarik tangan anaknya dan berniat masuk kembali ke rumah sakit.Tapi berhubung kondisi anaknya yang tak stabil membuat wanita itu cukup kesulitan.Dalam ketakutannya tiba-tiba ada seseorang yang m