Share

Sequel : Fitnah

Penulis: Chanie1001
last update Terakhir Diperbarui: 2021-08-09 21:11:02

     Braya menahan Dewa yang hendak maju melawan Nando, anak sebrang sekolahnya."Jangan di ladenin Wa, inget! Kita udah beda jalan sama dia.."bisik Braya dengan serius.

"Cemen ya sekarang, di ajak ga mau, takut lo?" ledek Nando yang langsung mengundang tawa anak buah Nando.

"Mungkin mereka mau pake rok Nan.."tambah Dodit, teman Nando.

Dewa tersenyum miring."Gue ga peduli dengan pemikiran kalian, yang tahu hidup gue ya gue, gue udah bahagia jadi ga perlu usik hidup orang lain, lo usik gue kayak gini karena hidup lo ga bahagiakan?" Dewa melebarkan senyumannya dengan begitu puas.

Wajah Nando mengeras."Ini perkara sejarah turun temurun sekolah kita! Ga ada sangkut pautnya sama hidup pribadi gue.."tekan Nando dengan menunjuk wajah Dewa.

"Sejarah? Lo bangga dengan mengorbankan nyawa demi sejarah sekolah itu? Ah! Soal harga diri? Gue ga pentingin itu yang jelas gue ga mau ada lagi

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Katanya Dan Nyatanya   Sequel : Kepergian Kanya

    Elsa tengah menonton televisi di samping Dewa dan Atiya."Jadi pacar kamu anak Harry? Mama langsung setuju." ucapnya dengan sesekali mengunyah.Dewa tidak merespon, dia masih asyik dengan acara sepak bola di depannya."Dewi kayaknya baik, kapan di ajak main ke sini. Mau mama ajak takutnya Dewi malah ga nyaman."Atiya melirik Dewa yang masih bungkam itu lalu menggeleng samar. Atiya bahkan tidak paham dengan mereka yang menonton pertandingan bola dalam keadaan hening.Ajang dunia di hadapan mereka dan reaksi mereka acuh tak acuh, seolah hanya ingin tahu hasil akhirnya saja."Papa mau ajak kita liburan, menurut kalian gimana?"Dewa tersenyum miring."Ngapain? Jangan buang - buang waktu, bukannya uang lebih berharga? Terus aja cari uang!" balasnya.Elsa memberengut sedih."Katanya tobat? Kok masih aja marah? Papa sibuk bukan kema—"

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-09
  • Katanya Dan Nyatanya   Sequel : Perpisahan yang tidak seru.

    Dewi tersenyum ramah menyambut Nata, kakek Dewa. Di usianya yang sudah menua tetap terlihat segar. Tampat tentunya."Mantu kakek ada di sini, mana Dewanya kok kamu di tinggal, nak." di peluknya Dewi sekilas."Dewa lagi mandi dulu katanya gerah, kek.""Eum begitu. " Nata masih duduk di kursi roda samping Dewi."kakek udah siapin rumah, kalian cuma siapin gaun sama cincin yang lainnya biar para orang tua yang sibuk ya, resepsi juga di adain setelah lulus kuliah aja ga masalah?"Dewi sudah membicarakan hal itu dengan Dewa dan dia setuju."Iya kek, Akad aja dulu." balasnya."Hm, kakek seneng dengernya, zaman sekarang itu terlalu bebas daripada menumpuk dosa lebih baik di sahkan lebih cepat.." Nata menerawang jauh."dulu, dengan mendiang nenekmu, kakek nikah muda. Walau banyak yang harus di pertimbangan, tapi percayalah, nikah muda itu lebih baik dari pada menumpuk dosa." lanju

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-09
  • Katanya Dan Nyatanya   Sequel : Pagi, Honeymoon.

    Dewa menatap Dewi yang sudah terlelap di sampingnya. Keduanya sudah sah beberapa jam yang lalu, hanya ijab dan keluarga terdekat saja yang hadir."Malam pertama malah di tinggal tidur.." guman Dewa lalu memeluk Dewi gemas. Dewa tidak menyangka keduanya sudah sah."Hm, Jangan kenceng peluknya.." lirih Dewi dengan suara serak."Aku masa di tinggal sayang, malam pertama kita loh sekarang.." bisik Dewa terkekeh pelan."Aku cape."rengek Dewi pelan tanpa membuka kedua matanya yang terasa berat."Aku becanda, masih ada besok kok.."***Dewa dan Dewi saling melempar senyum, pagi yang begitu indah pikir keduanya. Matahari sudah semakin tinggi tapi keduanya malas untuk beranjak dari tempat tidur."Ih jangan liatin aku kayak gitu, malu." Dewi menutup wajahnya dengan kedua

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-09
  • Katanya Dan Nyatanya   Sequel : Abi dan Jessy

    Dewa menatap tak terbaca mantan sahabatnya itu. Jessy menunduk lesu, terlihat kurus dengan rambut tak terurus."Hal gila apa yang lo lakuin Jes?"tanya Dewa buka suara."Semua kecelakaan, sebelumnya aku mabuk." jawab Jessy dengan cepat, tangannya mulai kembali bergetar, rasa cemas pun mulai menyapa."Tapi lo harus tanggung jawab, keluarga Abimanyu pasti ga akan diem." ucapan Dewa semakin membuat Jessy gelisah ketakutan.Jessy pun akhirnya terisak."Bantuin gue Wa, gue ga sengaja hiks gue kalut saat tau lo nikah sama Dewi."aku Jessy pilu.Dewa memejamkan matanya sekilas."Dengan lo mabuk - mabuk keadaan akan berubah? Engga Jess, lo malah memperburuk keadaan, gue ga bisa bantu, minta ke bokap, nyokap lo yang jelas berhenti berulah lo ga gini sebelumnya, jangan jadiin gue sebagai alasan.." tegasnya.Jessy menghapus air matanya."Iya maaf Wa tapi gue minta tolong, ba

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-09
  • Katanya Dan Nyatanya   Sequel : Dewa dan Dewi

    Dewa, Dewi, Atiya, Elsa dan Rafa baru saja sampai di kediaman Qiano dan Syasya yang ada di Milan. Semua terlihat bahagia, Qiano dan Syasya menyambut dengan sangat hangat."Cucuku." Syasya memeluk Dewa dan Atiya bersamaan lalu beralih pada Dewi, mengusap punggung lalu pipinya."Jadi ini yang membuat cucu nenek berubah, lebih bahagia?"Dewa mengangguk."Dewinya Dewa, nek." balasnya."Nama yang indah, jaga kalau punya anak namanya Revan ya, titip nama nenek hehe." suara nenek - nenek begitu khas dan menenangkan."Ayo masuk, kita ngobrol di dalam." kata Qiano dengan tenang namun hangat.Mereka masuk, saling memeluk dan mengobrol hangat. Rasanya sudah lama Qiano dan Syasya tidak sebahagia itu.***"Jadi mau rencana punya anak berapa? Apa di tunda?" Syasya masih setia

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-09
  • Katanya Dan Nyatanya   Sequel II : Revan Aftharik

    Bella merangkul Rachel dengan senyum terus terbit di bibirnya yang tengah sariawan itu. Bella tidak peduli dengan rasa sakitnya karena ada yang lebih sakit dari itu dan Bella sudah terbiasa."Lo engga capek emang Bell?" tanya Rachel heran."Ha? Senyum maksud lo?" tanyanya masih dengan senyuman lebar.Rachel berdecak seraya melepas rangkulan Bella di bahunya."Lo ngejar Revan terus, gelayutan sana - sini. Engga malu emang banyak di katain?" kini Rachel yang merangkul Bella.Keduanya tengah berjalan menuju kelas setelah makan di kantin."Enggalah, udah biasa mungkin. Kita itu dari jaman pake popok bareng terus jadi jangan bilang gue ngejar tapi takdir aja yang demen deketin gue sama Revan." acuhnya dengan mengangkat bahu.Rachel terkekeh seraya menoyor pelan kepala Bella."Tapi tetep aja lo dempet Revan terus, sampe dia jomblo selama ini! P

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-09
  • Katanya Dan Nyatanya   Sequel II : Bella sakit

    Bella yang belum pulih itu dengan keras kepala ingin ke rumah Revan. Bella tidak bisa diam saat tahu kalau Revan sakit. Pantas saja waktu jalan wajah Revan sedikit pucat, ternyata bukan perasaannya saja."Di kamar baru selesai makan, kalau di paksa sama kamu pasti mau minum obat. Gih samperin.." ujar Dewi, mama Revan.Bella mengangguk kecil lalu membawa langkahnya yang masih lemas itu ke lantai atas di mana kamar Revan berada."Gue masuk ya.." perlahan Bella masuk, pandangannya mencari Revan yang ternyata baru keluar dari kamar mandi."Ngapain di sini, pulang." acuhnya seraya melangkah menuju kasur.Bella menutup pintu dengan bibir cemberut, padahal dia berjuang untuk sampai di depan Revan."Jenguk,"Revan merebahkan tubuhnya yang sangat terasa dingin dan lemas itu."Orang sakit jenguk yang sakit? Jangan banyak tingkah, pulang." us

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-09
  • Katanya Dan Nyatanya   Sequel II : Bella berubah

    Revan menerima uluran tangan sahabat lamanya yang kebetulan bertemu di perpustakaan umum dekat sekolahnya."Ini siapa bro?" tanya Bagas dengan senyum ramah.Bella tersenyum sekaligus menanti jawaban dari Revan. Bella berdebar."Temen, Bell kenalin. Dia Bagas, temen di tempat kursus." terangnya dengan tenang.Bella rasanya seperti di banting. Revan yang tempo hari mengakui dirinya pacar ternyata hanya cuap - cuap.Bella memaksakan senyumnya."Bella.." setelah berjabat tangan Bella diam. Moodnya hancur, harapannya kembali hampa dan hatinya kembali berdenyut sakit.Bella selalu berharap sendirian, semua kode yang di berikan benar - benar hanya di anggap angin oleh Revan.***Revan mengusap ingus dan air mata Bella dengan khawatir tanpa rasa jijik sedikit pun. Bella selalu saja cerobo

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-09

Bab terbaru

  • Katanya Dan Nyatanya   Sequel II : Akhir dari semua kisah

    Revan duduk dengan tenang, justru perasaannya kini senang. Sedangkan Bella menunduk dalam, dia terlihat malu."Kan! Mereka udah dewasa, ketakutan aku terjadikan!" Dewi menatap Dewa dengan emosi dan berkaca - kaca."Iyah, kalau tahu gini aku dari awal engga kasih izin.." Dewa meraih bahu Dewi, mengusapnya agar tenang."Kalau hamil gimana? Rieta pasti kecewa!" Dewi menyeka air matanya, perasaan Rieta pasti hancur kalau sampai itu terjadi.Revan terhenyak, rasa senangnya lenyap. Benar juga, Rieta kalau tahu pasti kecewa dan akan merasa bersalah. Revan harusnya menjaga Bella."Kalian keluarnya di dalam atau luar?" Dewi menatap Revan dengan masih marah.Bella semakin tidak berani mengangkat kepalanya.Revan menjilat bibirnya yang tiba - tiba kering, jakunnya mulai bergerak saat menelan ludah."Da-dalem ma.." Revan menunduk,

  • Katanya Dan Nyatanya   Sequel II : Kembali Bersama

    Bella tersenyum dengan tersipu, tangannya yang dingin kini di genggam erat oleh Revan. Rasanya Bella kembali pada masa ABG labil, berdebar dan malu - malu."Di sini kalo pagi emang gini, dingin.." Revan menatap Bella dengan senyum tipis.Revan masih tidak percaya kalau Bella ada di rumahnya, bahkan saat membuka mata Bella ada di sampingnya.Revan ingin menyinggung pernikahan tapi rasanya Revan ragu, dia tidak mau melukai Bella yang belum sembuh dari gagal nikahnya dengan Fadil."Iyah, parah dinginnya.." Bella mengamati sekitarnya, padahal matahari sudah menyapa cukup tinggi.Revan mengubah posisi, di peluknya Bella dari belakang."Biar anget.." katanya di atas kepala Bella, Revan menyandarkan kepalanya di kepala Bella.Bella menggigit bibirnya, menahan senyum yang takutnya terlalu lebar."Bell.." panggil Revan lembut.

  • Katanya Dan Nyatanya   Sequel II : Berdua Bersamamu

    Revan membantu Dewi untuk duduk, kini mereka sudah kembali ke rumah. Satu bulan lebih berlalu, operasi kecil pun dengan lancar Dewi laksanakan.Revan dan Bella pun mulai terlihat seperti semula, tanpa canggung atau berusaha menghindar. Hubungannya bisa di bilang membaik namun tidak sedekat dulu, Bella pun tidak seagresif dulu.Bella di sibukan dengan bisnis barunya yang baru buka, Bella membuka toko kecil namun berisi bunga dan peralatan lain untuk kado."Bella kok jadi jarang jenguk bunda?" tanya Dewi setelah meraih gelas air yang di berikan Revan.Dewa melirik sang istri."Mungkin sibuk, ayah denger Bella buka bisnis ya?" tanya Dewa.Revan mengangguk."Baru buka minggu kemarin.." jawab Revan."Kamu kenapa ga bantu Bella?" tanya Dewi dengan penasaran."Katanya Bella ga mau di ganggu dulu." balas Revan lesu, seminggu lebih tidak bertemu

  • Katanya Dan Nyatanya   Sequel II : Pengakuan

    Revan menghentikan mobilnya di depan pintu gerbang rumah Bella, sepertinya untuk bertemu Rieta tak bisa sekarang."Bunda di dalem?" tanya Revan setelah membantu Bella membuka sabuk pengaman.Bella menggeleng."Lagi di rumah tante, acara syukuran anaknya.." balasnya dengan suara parau dan mata sembab.Revan mengangguk samar, syukurlah. Jika pun ada Revan tak bisa bertemu sekarang. Revan harus bergiliran menjaga sang bunda dengan ayahnya yang harus lembur."Kapan pulang?" tanya Bella."Nunggu mama sembuh.." balas Revan dengan memperhatikan Bella yang ternyata gemukan.Revan merasa lega, itu artinya Fadil menjaga Bella dengan baik."Mau jenguk, tapi nunggu matanya sembuh.." jelas Bella dengan bibir di tekuk. Moodnya masih belum baik."Hm, gih masuk. Istirahat.."Bella mengangguk."Makasih untuk

  • Katanya Dan Nyatanya   Sequel II : Patah Hati Kedua

    Bella mendial nomor Fadil, tumben selama dua hari ini Fadil tidak segesit biasanya."Kak Bell.."Bella menoleh lalu tersenyum ramah."Eh ada Ratu.." sapanya seraya memeluknya sekilas."Kakak lagi belanja juga?" tanyanya dengan riang."Hm, kamu ke sini sama siapa?" tanya Bella seraya mengusap anak gadis yang kini sudah masuk ke kelas dua SMA itu."Loh?"Bella menoleh, sama kagetnya dengan Fadil kini. Orang yang sulit di hubungi olehnya ternyata sedang belanja."Kalian saling kenal?" tanya Ratu senang."aku sepupu kak Fadil kak dan aku kenal sama kak Bell karena waktu itu kak Bell bantu tolongin anjing Ratu yang kejebak ikatannya di besi pinggir jalan.." terangnya riang.Bella yang berpikiran negatif sontak tertawa pelan."Kirain dia selingkuh.." gemas Bella pada Fadil.Fadil tersenyum, meraih pinggan

  • Katanya Dan Nyatanya   Sequel II : Kebenaran

    Bella terus berceloteh di samping Revan yang kini tengah makan bersama Fadil, Dewa dan Dewi."Iyah Bell, udah makan dulu.." Revan menyimpan udang yang sudah di kupas ke nasi Bella."Makasih.." kata Bella seraya menyudahi celotehannya lalu melirik Fadil di samping kirinya.Fadil menyeka keringat di poni Bella dengan tissue lalu membantu Bella mengupas udang. Fadil harus menghentikan Revan, biar soal mengurus Bella kini menjadi urusannya.Revan melirik keduanya dengan mood down. Revan salah berpikir Bella akan terus menunggunya. Mungkin Revan terlalu percaya diri kalau Bella tidak akan berpaling."Makasih.." kata Bella saat Fadil memberikan udang yang sudah di kupas cangkangnya.Dewi mengamati gerak - gerik anaknya. Sebagai ibu dia sangat paham dengan perasaan Revan.Sudah berapa kali dirinya menasihati Revan tapi tetap saja tidak

  • Katanya Dan Nyatanya   Sequel II : Karma Untuk Revan

    Fadil menggeleng samar, Bella sudah makan langsung tidur siang. Pantas saja pipinya gembul, menggemaskan.Fadil memperhatikan posisi Bella yang tidur dengan posisi duduk dan kepala bersandar di kepala sofa.Nyaman namun nanti akan membuatnya sakit. Fadil memutuskan untuk memandang wajah Bella.Damai, bulu mata lentik, alis tebal dan hampir menyatu dengan bulu - bulu halus di keningnya."Monyet, kamu banyak bulu di wajah ternyata.." gumamnya seraya mengusap bulu halus itu lalu turun ke hidungnya yang mungil namun mancung.Hingga jempolnya berakhir di bibir tipis yang merona alami. Ada kumis tipis yang menghiasi.Hubungannya setelah berstatus masih bisa di bilang mingguan belum bulanan, apa boleh mengecupnya sekilas? Pikir Fadil."Mau cium Bella?"Fadil tersentak sangat kaget di duduknya bahkan membuat Bella terja

  • Katanya Dan Nyatanya   Sequel II : Bella Dan Fadil

    "Aduh! Dosennya semoga belum dateng" heboh Bella dengan kedua kakinya yang pendek terus berlari melewati lorong yang akan membawanya semakin masuk ke dalam kampus.Fadil menaikan satu alisnya saat melihat Bella berlari begitu saja tanpa meliriknya.Fadil menyusulnya lalu menarik jaket Bella yang sontak membuat gadis itu berhenti dengan memekik kaget."Kemana? Kelas kita di sana kali" tunjuk Fadil kearah sebrang Bella."Ha! Belum ada dosen?" tanya Bella dengan nafas terengah."Hm, makanya kalo lagi ngomong teleponnya jangan di matiin! Tahu rasakan!" cemoohnya seraya melepaskan jaket Bella.Bella menggeram, bukan salahnya tapi justru salah Fadil yang selalu berbicara setengah - setengah dan kadang tak jelas. Membuatnya salah paham terus."Au ah! Males gue sama lo!" amuk Bella lalu berlari pelan menuju kelas di ikuti Fadil yang berjalan santai.

  • Katanya Dan Nyatanya   Sequel II : Perpisahan

    Bella gelisah, Bella tengah berdiri di balik pilar. Mencoba bersembunyi dan mengintip Revan yang kini tengah berbicara dengan Melia, kakak kelas mereka."Bella hanya temankan? Terus kenapa kamu ga bisa terima aku?" tanyanya seraya meraih tangan Revan.Revan menatap Melia, gadis di depannya memang menarik tapi Revan tidak ingin terganggu oleh hubungan rumit di masa SMA.Revan hanya ingin lulus lalu terbang ke negara yang akan mendidiknya menjadi atlit."Sorry.." setelah mengucapkan itu Revan berlalu.Bella menghela nafas lega, namun juga prihatin atas penolakan Revan. Bella kembali menarik nafasnya, kali ini dengan berat.Orang terdekat saja di abaikan, apalagi orang luar. Bella semakin tidak bisa menjangkau Revan rasanya.Bella membawa langkahnya untuk kembali masuk ke dalam gedung sekolah yang semakin r

DMCA.com Protection Status