Share

33.Kabar Bahagia

Author: Chanie1001
last update Last Updated: 2021-07-21 08:37:38

      Qiano menatap kepergian Irvan dengan senyum tipis penuh kelegaan, dia merasa berhasil menjinakan Irvan yang selalu brutal.

Dering ponselnya membuat Qiano tersentak pelan, di tatapnya ponsel yang menyala itu.

Qiano tersenyum tipis saat sadar kalau yang meneleponnya itu Syasya.

"Hal—"

"Qiano di mana? Sya bosen, kita main monopoli lagi. Jadi, cepetan pulang." potong Syasya dengan super cepat.

"Iyah, sekarang pulang. Mau titip sesuatu? Kamu apalagi mau makan sesuatu?" Qiano mulai membawa langkahnya ke parkiran, menuju motornya yang terparkir.

"Hm—" suara Syasya beberapa saat hanya itu."itu, beli mie ayam aja tapi sambalnya di pisah ya Qiano." lanjutnya dengan riang.

"Siap." Qiano tersenyum tipis, naik ke motornya dengan masih fokus pada suara Syasya di ponsel.

"Sama jusnya juga, sama cemilan kalau bi

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Katanya Dan Nyatanya   34. Perjodohan

    Nata dan Kanya terlihat cerah, ada Syasya dan Qiano di sebrang mereka. Ceritanya mereka bertemu sekalian Syasya jalan - jalan."Sayangnya Fajar ga bisa ikut kumpul, tapi dia udah ucapin selamat semalem." kata Kanya memulai percakapan."Emang Fajar kemana?" tanya Syasya dengan polosnya.Qiano melirik Syasya."Kan waktu itu udah di kasih tahu, dia keluar negeri kuliah." serobotnya.Syasya menepuk keningnya."Oh iyah, aduh Sya pikun." balasnya dengan lucu, mengundang tawa Nata dan Kanya."Anak kita lahir ga akan terlalu jauh, kalau sepasang kita jodohin yuk." riang Kanya pada Syasya."Mau - mau, nantikan unyu." balas Syasya agak heboh.Nata dan Qiano saling lirik lalu menggeleng pelan."Biarin anak - anak pilih jodoh mereka masing - masinglah." Nata bersuara, membuat kehebohan keduanya berhenti."Ya ga di b

    Last Updated : 2021-07-21
  • Katanya Dan Nyatanya   35. Bertemu lagi

    Dentingan jarum jam terus berputar, berulang seiring berjalannya waktu. Hari berganti hari, bulan berganti bulan, tahun berganti tahun.Hingga kini usia anak Syasya dan Kanya sudah memasuki tahun ke 6. Kedua anak itu akan sekolah ke sekolah dasar."Apa ga 7 tahun aja?" Kanya terlihat bimbang, sedangkan sang anak sudah srmangat."Normal kok, 6 tahun masuk sekolah dasar. Anak kita pinter sayang." kata Nata seraya menatap gadis manis dengan rambut di ikat dua."No no no, itu kotor Elsa." suara Rafa mengalun tenang namun penuh peringatan, begitu lucu. Rafa terlihat dewasa sebelum waktunya.Qiano tersenyum tipis."Jangan berantem,

    Last Updated : 2021-07-21
  • Katanya Dan Nyatanya   36. Fajar Mengejar

    Nata memeluk Fajar, merasa tidak percaya ada sahabatnya yang sudah lama hilang."Papa - papa, om kasih Elsa uang, boleh beli boneka?" Elsa menarik lengan Nata sekilas.Pelukan mereka terurai, Nata mengusap kepala Elsa."Tanya mama, kalau mama bolehin, papa juga bolehin, boneka kamu udah banyak, baby." gemasnya seraya mencubit manja pipi Elsa.Fajar mengusap kepala Elsa, menatapnya dengan gemas."Yah, mama ga kasih izin." sedihnya."Minta lagi ke mama gih, papa mau ngobrol sama om, oke?"Elsa mengangguk namun menengadahkan sebelah tangannya."Minta uang dulu, baru Elsa ke mama."Nata terkekeh, merogoh sakunya."Nih, jangan bilang - bilang mama." bisik Nata setelah memberi uang 50 ribu."Siap! Dah - dah - dah." riangnya dengan membawa langkahnya berlalu.Nata menatap Fajar dengan senyum hangat."Lo kem

    Last Updated : 2021-07-23
  • Katanya Dan Nyatanya   37. Fajar Kecelakaan

    "Kamu ga pernah mama ajari berprilaku kayak gitu! Kamu sampai bikin kepala orang lain harus di jahit!" Kanya terlihat sangat emosi.Elsa semakin mengencangkan tangisannya, merasa frustasi karena semua orang menyudutkannya tanpa tahu kebenarannya.Gadis kecil itu begitu menyedihkan."Kamu mau jadi preman?! Papa kamu pasti akan marah juga!" Kanya semakin emosi, apalagi keluarga dari pihak korban membawa ke jalur hukum.Kanya tahu, kedua anak kecil itu tidak mungkin masuk penjara bahkan Nata dengan uangnya pasti bisa menyelesaikan semuanya namun tetap saja rasanya tidak enak, apalagi rasa kecewa membalut diri Kanya karena dia merasa tidak pernah mengajarkan anaknya itu kekerasan."Elsa ga akan gitu kalau Maura ga bikin Elsa sendirian di kelas! Bahkan Afa ga tolong Elsa!" raungnya dengan tangis yang semakin pecah, kedua matanya begitu sembab.Nata yang sedang bekerja jelas lan

    Last Updated : 2021-07-23
  • Katanya Dan Nyatanya   38. Adik Untuk Elsa

    Adisty tersenyum, menyimpan bubur di rantang mini yang di bawanya ke nakas."Hai, gimana keadaan kamu sekarang?""Lo kenapa terus dateng? Gue ga nyaman, gue canggung di jaga cewek yang ga gue inget." Fajar terlihat dingin, suaranya masih terdengar lemah."Kata dokter, ingatan kamu hilang itu sementara. Aku mau bantu balikin."Fajar memalingkan wajahnya."Ga usah, lebih baik lo ga usah ke sini." dinginnya.Nata yang sedang duduk di sofa berdecak tak suka."Lo bertekad kejar dia, sekarang bahkan Adisty yang kejar lo! Saat lo inget nanti, lo pasti nyesel sama ucapan lo hari ini, Jar!" gemasnya lalu memutuskan keluar dan membiarkan mereka berdua."gue pulang dulu, Elsa udah tanya kapan gue pulang.""Hm, hati - hati. Salam buat Elsa sama Kanya.""Hm." Nata pun hilang di telan pintu.Adisty masih betah duduk dengan kepala menun

    Last Updated : 2021-07-23
  • Katanya Dan Nyatanya   39. Dewasa

    Nata terlihat kacau, gosip mengenai dirinya gay kini muncul kembali ke permukaan. Membuat beberapa klien membatalkan janjinya. Bahkan sahamnya pun agak goyah."Mereka tahukan gue udah nikah bahkan udah punya anak!" amuk Nata.Qiano diam sejenak."Mungkin ada pesaing yang mau lo sama perusahaan ini hancur."Nata menghela nafas kasar."Gue ga paham dan ga tahu, nyokap bokap pasti turun tangan tapi tetep aja, sialan banget berita ini. Gara - gara gosip ini, dalam sehari klien banyak yang batalin janji." ujar Nata dengan emosi yang menggebu."Cari akarnya, jangan di biarin, Nat."Nata mengangguk dengan penuh tekad."Pasti, gue akan cari." tatapannya berkilat penuh ambisi."Dengan uang lo yang ga akan habis tujuh turunan, semua pasti mudah."***"Ma,

    Last Updated : 2021-07-23
  • Katanya Dan Nyatanya   40. Pergi Liburan

    Nata dan Qiano tengah terlihat serius, cafe sepi pengunjung itu benar - benar sepi."Dia saingan lo waktu sebelum kontrak sama perusahaan ponsel waktu itu." Qiano mendekatkan tabnya pada Nata."Gue udah duga ini, dia ga terima kalah." Nata memperhatikan satu CCTV di mana salah satu tangan kanan saingannya yang tengah memberi sesuatu pada wartawan di perusahaan besar."Gue dapet ini pake ancaman. Kalau mereka ga jujur dan kasih bukti, gue bakalan bikin mereka bangkrut." jelas Qiano sebelum menyesap kopinya."Bagus, walau pun udah kasih bukti, gue tetep mau mereka bangkrut, wartawan matre sialan! Gue mau ajak liburan anak sama bini jadi gagal!" amuk Nata."Sabar, yang penting semua masalah beres dengan adanya bukti - bukti ini. Lo bisa terbang lusa atau bahkan besok, Nat.""Lo bener, gue pam—""Hai." Irvan tersenyum tipis, deng

    Last Updated : 2021-07-24
  • Katanya Dan Nyatanya   41. Semangat 45

    Nata terlihat kewalahan, Elsa begitu tidak bisa diam. Berlarian di pantai, menjerit saat ombak menghampiri. Nata tidak mau lengah, dia tidak mau Elsa kenapa - kenapa."Astaga." nafas Nata ngos - ngosan, masih dengan menatap Elsa lalu kembali mengejarnya dan berjaga di belakangnya."Papa! Elsa udah besar, kenapa di buntuti terus!" Elsa menekuk wajahnya, menatap Nata dengan cemberut."Masih kelas 2 SD, itu belum besar. Ombaknya lagi besar sayang, ayo ke mama, kita makan semangka." Nata meraih tangan Elsa namun Elsa menolak."Gendong."Nata terkekeh."Katanya udah besar, dasar anak papa gemesin." ucapnya sembari menggendong Elsa di punggungnya."Woaaa, terbang, lari papa." pinta Elsa heboh.Dengan susah payah Nata berlari pelan, membuat Elsa begitu bahagia. Nata yang lelah dengan nafas terengah jadi ikut bahagia mendengar tawa bahagia dari anaknya.

    Last Updated : 2021-07-25

Latest chapter

  • Katanya Dan Nyatanya   Sequel II : Akhir dari semua kisah

    Revan duduk dengan tenang, justru perasaannya kini senang. Sedangkan Bella menunduk dalam, dia terlihat malu."Kan! Mereka udah dewasa, ketakutan aku terjadikan!" Dewi menatap Dewa dengan emosi dan berkaca - kaca."Iyah, kalau tahu gini aku dari awal engga kasih izin.." Dewa meraih bahu Dewi, mengusapnya agar tenang."Kalau hamil gimana? Rieta pasti kecewa!" Dewi menyeka air matanya, perasaan Rieta pasti hancur kalau sampai itu terjadi.Revan terhenyak, rasa senangnya lenyap. Benar juga, Rieta kalau tahu pasti kecewa dan akan merasa bersalah. Revan harusnya menjaga Bella."Kalian keluarnya di dalam atau luar?" Dewi menatap Revan dengan masih marah.Bella semakin tidak berani mengangkat kepalanya.Revan menjilat bibirnya yang tiba - tiba kering, jakunnya mulai bergerak saat menelan ludah."Da-dalem ma.." Revan menunduk,

  • Katanya Dan Nyatanya   Sequel II : Kembali Bersama

    Bella tersenyum dengan tersipu, tangannya yang dingin kini di genggam erat oleh Revan. Rasanya Bella kembali pada masa ABG labil, berdebar dan malu - malu."Di sini kalo pagi emang gini, dingin.." Revan menatap Bella dengan senyum tipis.Revan masih tidak percaya kalau Bella ada di rumahnya, bahkan saat membuka mata Bella ada di sampingnya.Revan ingin menyinggung pernikahan tapi rasanya Revan ragu, dia tidak mau melukai Bella yang belum sembuh dari gagal nikahnya dengan Fadil."Iyah, parah dinginnya.." Bella mengamati sekitarnya, padahal matahari sudah menyapa cukup tinggi.Revan mengubah posisi, di peluknya Bella dari belakang."Biar anget.." katanya di atas kepala Bella, Revan menyandarkan kepalanya di kepala Bella.Bella menggigit bibirnya, menahan senyum yang takutnya terlalu lebar."Bell.." panggil Revan lembut.

  • Katanya Dan Nyatanya   Sequel II : Berdua Bersamamu

    Revan membantu Dewi untuk duduk, kini mereka sudah kembali ke rumah. Satu bulan lebih berlalu, operasi kecil pun dengan lancar Dewi laksanakan.Revan dan Bella pun mulai terlihat seperti semula, tanpa canggung atau berusaha menghindar. Hubungannya bisa di bilang membaik namun tidak sedekat dulu, Bella pun tidak seagresif dulu.Bella di sibukan dengan bisnis barunya yang baru buka, Bella membuka toko kecil namun berisi bunga dan peralatan lain untuk kado."Bella kok jadi jarang jenguk bunda?" tanya Dewi setelah meraih gelas air yang di berikan Revan.Dewa melirik sang istri."Mungkin sibuk, ayah denger Bella buka bisnis ya?" tanya Dewa.Revan mengangguk."Baru buka minggu kemarin.." jawab Revan."Kamu kenapa ga bantu Bella?" tanya Dewi dengan penasaran."Katanya Bella ga mau di ganggu dulu." balas Revan lesu, seminggu lebih tidak bertemu

  • Katanya Dan Nyatanya   Sequel II : Pengakuan

    Revan menghentikan mobilnya di depan pintu gerbang rumah Bella, sepertinya untuk bertemu Rieta tak bisa sekarang."Bunda di dalem?" tanya Revan setelah membantu Bella membuka sabuk pengaman.Bella menggeleng."Lagi di rumah tante, acara syukuran anaknya.." balasnya dengan suara parau dan mata sembab.Revan mengangguk samar, syukurlah. Jika pun ada Revan tak bisa bertemu sekarang. Revan harus bergiliran menjaga sang bunda dengan ayahnya yang harus lembur."Kapan pulang?" tanya Bella."Nunggu mama sembuh.." balas Revan dengan memperhatikan Bella yang ternyata gemukan.Revan merasa lega, itu artinya Fadil menjaga Bella dengan baik."Mau jenguk, tapi nunggu matanya sembuh.." jelas Bella dengan bibir di tekuk. Moodnya masih belum baik."Hm, gih masuk. Istirahat.."Bella mengangguk."Makasih untuk

  • Katanya Dan Nyatanya   Sequel II : Patah Hati Kedua

    Bella mendial nomor Fadil, tumben selama dua hari ini Fadil tidak segesit biasanya."Kak Bell.."Bella menoleh lalu tersenyum ramah."Eh ada Ratu.." sapanya seraya memeluknya sekilas."Kakak lagi belanja juga?" tanyanya dengan riang."Hm, kamu ke sini sama siapa?" tanya Bella seraya mengusap anak gadis yang kini sudah masuk ke kelas dua SMA itu."Loh?"Bella menoleh, sama kagetnya dengan Fadil kini. Orang yang sulit di hubungi olehnya ternyata sedang belanja."Kalian saling kenal?" tanya Ratu senang."aku sepupu kak Fadil kak dan aku kenal sama kak Bell karena waktu itu kak Bell bantu tolongin anjing Ratu yang kejebak ikatannya di besi pinggir jalan.." terangnya riang.Bella yang berpikiran negatif sontak tertawa pelan."Kirain dia selingkuh.." gemas Bella pada Fadil.Fadil tersenyum, meraih pinggan

  • Katanya Dan Nyatanya   Sequel II : Kebenaran

    Bella terus berceloteh di samping Revan yang kini tengah makan bersama Fadil, Dewa dan Dewi."Iyah Bell, udah makan dulu.." Revan menyimpan udang yang sudah di kupas ke nasi Bella."Makasih.." kata Bella seraya menyudahi celotehannya lalu melirik Fadil di samping kirinya.Fadil menyeka keringat di poni Bella dengan tissue lalu membantu Bella mengupas udang. Fadil harus menghentikan Revan, biar soal mengurus Bella kini menjadi urusannya.Revan melirik keduanya dengan mood down. Revan salah berpikir Bella akan terus menunggunya. Mungkin Revan terlalu percaya diri kalau Bella tidak akan berpaling."Makasih.." kata Bella saat Fadil memberikan udang yang sudah di kupas cangkangnya.Dewi mengamati gerak - gerik anaknya. Sebagai ibu dia sangat paham dengan perasaan Revan.Sudah berapa kali dirinya menasihati Revan tapi tetap saja tidak

  • Katanya Dan Nyatanya   Sequel II : Karma Untuk Revan

    Fadil menggeleng samar, Bella sudah makan langsung tidur siang. Pantas saja pipinya gembul, menggemaskan.Fadil memperhatikan posisi Bella yang tidur dengan posisi duduk dan kepala bersandar di kepala sofa.Nyaman namun nanti akan membuatnya sakit. Fadil memutuskan untuk memandang wajah Bella.Damai, bulu mata lentik, alis tebal dan hampir menyatu dengan bulu - bulu halus di keningnya."Monyet, kamu banyak bulu di wajah ternyata.." gumamnya seraya mengusap bulu halus itu lalu turun ke hidungnya yang mungil namun mancung.Hingga jempolnya berakhir di bibir tipis yang merona alami. Ada kumis tipis yang menghiasi.Hubungannya setelah berstatus masih bisa di bilang mingguan belum bulanan, apa boleh mengecupnya sekilas? Pikir Fadil."Mau cium Bella?"Fadil tersentak sangat kaget di duduknya bahkan membuat Bella terja

  • Katanya Dan Nyatanya   Sequel II : Bella Dan Fadil

    "Aduh! Dosennya semoga belum dateng" heboh Bella dengan kedua kakinya yang pendek terus berlari melewati lorong yang akan membawanya semakin masuk ke dalam kampus.Fadil menaikan satu alisnya saat melihat Bella berlari begitu saja tanpa meliriknya.Fadil menyusulnya lalu menarik jaket Bella yang sontak membuat gadis itu berhenti dengan memekik kaget."Kemana? Kelas kita di sana kali" tunjuk Fadil kearah sebrang Bella."Ha! Belum ada dosen?" tanya Bella dengan nafas terengah."Hm, makanya kalo lagi ngomong teleponnya jangan di matiin! Tahu rasakan!" cemoohnya seraya melepaskan jaket Bella.Bella menggeram, bukan salahnya tapi justru salah Fadil yang selalu berbicara setengah - setengah dan kadang tak jelas. Membuatnya salah paham terus."Au ah! Males gue sama lo!" amuk Bella lalu berlari pelan menuju kelas di ikuti Fadil yang berjalan santai.

  • Katanya Dan Nyatanya   Sequel II : Perpisahan

    Bella gelisah, Bella tengah berdiri di balik pilar. Mencoba bersembunyi dan mengintip Revan yang kini tengah berbicara dengan Melia, kakak kelas mereka."Bella hanya temankan? Terus kenapa kamu ga bisa terima aku?" tanyanya seraya meraih tangan Revan.Revan menatap Melia, gadis di depannya memang menarik tapi Revan tidak ingin terganggu oleh hubungan rumit di masa SMA.Revan hanya ingin lulus lalu terbang ke negara yang akan mendidiknya menjadi atlit."Sorry.." setelah mengucapkan itu Revan berlalu.Bella menghela nafas lega, namun juga prihatin atas penolakan Revan. Bella kembali menarik nafasnya, kali ini dengan berat.Orang terdekat saja di abaikan, apalagi orang luar. Bella semakin tidak bisa menjangkau Revan rasanya.Bella membawa langkahnya untuk kembali masuk ke dalam gedung sekolah yang semakin r

DMCA.com Protection Status