Share

Kasih Sayang Yang Datang Terlambat
Kasih Sayang Yang Datang Terlambat
Author: Tarasari Thalia

Bab 1

Author: Tarasari Thalia
"Bagaimana dengan anak pemberontak itu? Dia sudah minta ampun?"

Terdengar kata-kata ayah di dalam vila megah seperti petir yang menggema di siang bolong.

Kepala pelayan menjawab dengan suara gemetar, "Pak Guswan, nona masih belum keluar."

Jari ayah yang memegang cerutu terhenti sejenak, lalu kembali tenang. "Aku terlalu memanjakannya selama ini, makanya dia jadi begitu kurang ajar, berani-beraninya mengurung Rona di dalam mobil! Biar saja dia, biar tahu rasa!"

Kepala pelayan yang merasa iba mencoba membujuk, "Tapi suhu di luar lebih dari empat puluh derajat sekarang. Mobil itu pasti sangat panas, mungkinkah nona ... "

"Cih, panas? Memang sengaja biar dia tahu apa itu panas. Lihat dia masih berani memperlakukan Rona seperti itu lagi, nggak?! Kalau dia nggak merasakan sendiri panasnya, dia nggak akan jera dan terus melakukan ha-hal semacam ini."

Suara ayah terdengar dingin, seolah dia benar-benar lupa bahwa aku telah terkunci di bagasi selama tujuh hari.

Kepala pelayan masih ingin mengatakan sesuatu lagi, tetapi dia segera dipotong dengan nada kesal, "Cukup, kamu pikir nggak ada orang yang diam-diam memberinya makan? Dia sangat baik di sana, nggak akan mati."

Mendengar kata-kata itu, aku tak bisa menahan tawa, tapi tak ada yang bisa mendengar suaraku.

Karena ... aku sudah mati.

Tepatnya, aku sudah mati empat hari yang lalu.

Sejak saat itu, rohku terus mengikuti ayah.

"Jangan marah lagi, Om Guswan. Lepaskan saja Aurel, dia pasti sangat menderita, apalagi di luar begitu panas."

Di lantai dua, seorang gadis bernama Rona keluar dari kamar yang dulunya milikku dan mengenakan gaun tidur putih yang bersih. Saat melihatnya, tatapan ayah langsung berubah lembut, memancarkan kasih sayang yang belum pernah kuterima.

Rona turun ke ruang tamu dan duduk di samping ayah, seperti setangkai melati putih yang polos.

"Nggak perlu pedulikan dia. Kamu ini terlalu baik, dia bahkan sudah mengurungmu di mobil sampai kamu pingsan karena dehidrasi. Dia memang pantas dihukum."

Saat menyebutku, tatapan ayah tampak asing, seolah diriku adalah musuh bebuyutannya.

Tapi kenapa? Bukankah aku anaknya?

Di dalam vila, kepala pelayan berjalan ke dapur sambil menggerutu pelan, "Anak sendiri nggak dipedulikan, malah begitu sayang anak orang lain."

"Kamu baik sekali, Om Guswan. Andai saja kamu ini ayah kandungku," ujar Rona dengan suara serak, lalu bersandar di bahu ayah.

"Gadis bodoh, asal kamu mau, aku bisa menjadi ayahmu."

"Rona, kamu sudah besar, kenapa masih begitu manja?"

Terdengar suara seorang wanita. Itu adalah Paula, wanita yang paling dicintai ayah.

Sebelum kehadirannya, aku selalu mengira wanita yang paling dicintai ayah adalah ibuku.

Namun, semuanya berubah setelah ibu pergi.

Tepat hari ini, aku malah merasa bersyukur. Setidaknya ibu meninggal karena sakit dan tidak sempat menyaksikan betapa kejamnya pria yang dia cintai sepanjang hidupnya ini.

Sepertinya aku akan segera menyusul ibu. Di kehidupan berikutnya, meski harus menjadi seekor anjing atau kucing, aku tak ingin lagi menjadi anaknya.

"Kak Guswan, sekedar menghukumnya saja sudah cukup. Aurel tetaplah putrimu."

Sepasang ibu dan anak itu terus berakting seolah mereka adalah orang baik. Tapi jika mereka benar-benar baik, mereka tidak akan tega melihatku terkunci di bagasi selama tujuh hari tujuh malam.

Yang lebih ironis, mobil itu adalah hadiah ulang tahun dari ayah untukku.

Dan kini, mobil itu menjadi tempatku terkubur.

Related chapters

  • Kasih Sayang Yang Datang Terlambat   Bab 2

    Dua puluh tahun yang lalu, Paula dan ayahku berpisah. Dia kemudian menuruti permintaan keluarganya untuk menikah dengan pria yang kaya dan berpengaruh.Namun, waktu mengubah segalanya. Pria kaya itu akhirnya jatuh miskin, sementara ayahku yang dulunya hanyalah seorang pemuda biasa, menikahi ibuku dan berhasil mengubah nasibnya menjadi orang kaya.Semua ini terasa seperti sebuah ironi. Setelah itu, ibuku meninggal dunia karena sakit. Paula pun bercerai dengan suaminya.Bagi ayah, itu adalah dua kabar baik sekaligus.Dengan begitu, Paula kembali ke sisi ayahku, cinta mereka pun kembali bersemi. Kehadiran Paula dan putrinya mengambil alih segalanya.Bajuku, kamarku dan pada akhirnya mereka juga merebut ayah dariku.Tujuh hari yang lalu, Rona pulang dengan wajah penuh kegembiraan, mengumumkan bahwa dirinya telah mendapatkan SIM dan sekarang boleh mengemudi.Ayah bilang ingin membelikannya mobil sebagai hadiah. Namun, Rona tampak ragu, kemudian berkata dengan nada malu-malu, "Aku merasa mob

  • Kasih Sayang Yang Datang Terlambat   Bab 3

    Malam itu, saat semua orang di vila sudah tertidur, kepala pelayan diam-diam berjalan menuju garasi.Belum sampai dekat dengan mobil, dia sudah mencium bau busuk yang sulit ditahan.Semakin mendekat, bau itu semakin menyengat. Cairan aneh di lantai sudah mulai mengundang belatung.Firasat buruk mulai memenuhi benaknya. Aku berdiri di depannya dan mencoba menghentikannya, "Cepat kembali saja, jangan lihat. Benar-benar sangat menjijikkan. Kamu mungkin nggak bisa makan seumur hidup kalau melihatnya."Kepala pelayan itu orang yang baik. Sebelumnya, dia sempat membelaku, mencoba memohon pada ayah untuk membebaskanku. Namun, karena posisinya yang rendah dan kebutuhan akan pekerjaan ini, dia juga tidak bisa berbuat banyak.Mungkin kata-kataku berasil, pelayan itu benar-benar mundur beberapa langkah dan meninggalkan tempat itu tanpa menoleh lagi.Keesokan paginya, ayah terlihat sangat ceria. Setelah sarapan, dia mengambil sebuah kotak hadiah yang dibungkus dengan rapi dari lemari.Saat Rona ti

  • Kasih Sayang Yang Datang Terlambat   Bab 4

    Karena suhu udara yang panas, jasadku sudah tidak lagi menyerupai manusia. Hanya sepasang mata yang masih terbuka lebar, seperti penuh penyesalan dan tak rela pergi.Sebagian tubuhnya sudah membusuk parah hingga tulang-tulangnya terlihat, sementara bagian lainnya dipenuhi belatung putih. Begitu pintu bagasi dibuka, suara dengungan lalat yang berterbangan langsung memenuhi garasi."Ugh ... "Beberapa pelayan langsung berlari ke sudut ruangan dan muntah, tidak sanggup melihat lebih lama.Ayah melangkah maju. Saat melihat jasadku, pupil matanya langsung menyempit. Kemudian, dia marah besar, "Di mana Aurel? Ini bukan Aurel! Suruh dia keluar sekarang juga!"Dia terus menatap wajah jasad yang sudah membusuk itu. Anehnya, bagian dahi membusuk paling parah, hingga menampakkan tulang tengkoraknya.Saat melihat wajah itu, aku sendiri sulit percaya bahwa jasad itu adalah diriku sendiri.Akhirnya, kepala pelayan tidak tahan lagi. Dengan suara lantang, dia berkata, "Pak Guswan, ini adalah Nona Aure

  • Kasih Sayang Yang Datang Terlambat   Bab 5

    Saat menoleh, aku melihat kepala pelayan dan beberapa pembantu lainnya bahkan tidak berani menatap jasadku lagi, apalagi membersihkannya."Pak, apa yang harus kita lakukan? Aku benar-benar nggak berani menyentuhnya," ujar salah satu pembantu pada kepala pelayan.Kepala pelayan menghela napas panjang, lalu melepas sarung tangan putih yang dikenakannya dan membuangnya ke lantai."Aku nggak mau kerja lagi, kalian juga pikirkan baik-baik."Mendengar ucapannya, pembantu lainnya langsung sepakat untuk ikut pergi.Bagaimanapun, mereka hanyalah seorang pembantu, bukan petugas forensik. Membersihkan mayat jelas bukan bagian dari tugas mereka.Apalagi, setelah melihat jasadku dalam kondisi seperti itu. Rasa trauma yang mereka alami jelas tak bisa dibayar dengan uang. Bahkan jika gaji dinaikkan, tidak ada yang bersedia bertahan."Aku juga nggak mau kerja lagi. Menakutkan sekali tinggal di rumah bersama mayat seperti itu!""Benar, dia bahkan tega membunuh anak kandungnya sendiri, bagaimana mungki

  • Kasih Sayang Yang Datang Terlambat   Bab 6

    Malam itu, Rona berbaring di kasur, dia mengeluarkan sebuah ponsel dari bawah bantal.Aku baru sadar bahwa ternyata ponsel itu milikku. Entah sejak kapan dia mengambilnya.Dia membuka obrolan yang tersemat di Whatsapp dan segera mengetikkan sebuah pesan, lalu mengirimkannya.Hanya dalam hitungan detik, terdengar suara makian keras dari kamar ayah yang tidak jauh."Sudah kuduga anak sialan itu hanya pura-pura mati! Berani-beraninya dia mengancamku! Aku nggak punya anak seperti dia! Lebih baik dia mati di luar sana dan nggak kembali lagi!"Karena penasaran, aku mendekat untuk melihat apa yang dikirimkan Rona sampai membuat ayah begitu marah."Dasar tua bangka, berani-beraninya kamu blokir kartu kreditku! Percaya atau nggak, aku akan mati biar kamu puas!"Aku mendengus pelan, "Cih, hanya ini? Nggak ada seram-seramnya sama sekali."Hingga saat ini, hanya tersisa kebencian pada ayahku di dalam hatiku. Tidak ada lagi rasa hormat ataupun kasih sayang.Jika Rona bisa memakinya atas namaku, aku

  • Kasih Sayang Yang Datang Terlambat   Bab 7

    Setelah meninggalkan rumahku, temanku terus-menerus mengirim pesan ke ponselku. Namun, ponsel itu ada di kantong Rona dan terus bergetar.Mungkin karena takut temanku benar-benar akan melapor polisi, Rona akhirnya membalas salah satu pesannya dengan singkat, "Aku baik-baik saja, jangan khawatir."Namun, balasan itu sama sekali tidak seperti gaya bicaraku. Akibatnya, temanku malah semakin panik dan mengirim pesan lebih banyak lagi.Rona mulai merasa cemas. Dia mematikan ponsel itu dan menyembunyikannya di tangki air kloset, lalu pergi berlibur ke luar negeri bersama ayah dan Paula.Tentu saja, aku mengikuti mereka.Selama perjalanan, selain menikmati wisata, ayah juga membawa Paula ke rumah sakit.Sebenarnya kehamilan Paula tidak direncanakan. Namun, karena sudah hamil, ayah pun berharap bayi itu adalah seorang laki-laki.Di dalam negeri, pemeriksaan jenis kelamin janin itu tidak diizinkan. Jadi, mereka memanfaatkan kesempatan ini untuk memeriksanya di luar negeri.Ketika tahu bahwa bay

  • Kasih Sayang Yang Datang Terlambat   Bab 8

    "Aku nggak tahu, Aurel, si anak nggak berguna itu sudah menghilang lama," kata ayahku dengan wajah dingin."Baiklah Pak Guswan, kami akan terus mencari, tapi kami juga berharap kamu bisa bekerja sama dengan kami."Sebenarnya, tidak peduli seberapa keras mereka mencari, mereka tidak akan pernah menemukanku lagi.Karena aku masih terbaring di bagasi mobil, jasadku sudah membusuk parah dan mungkin sebentar lagi akan tersisa tulang belulang.Bagaimana mungkin ada yang bisa menemukanku?Polisi terus melakukan penyelidikan ke berbagai tempat. Namun, dalam rekaman CCTV, orang yang terlihat mirip denganku selalu mengenakan masker dan topi, sehingga tidak ada bukti yang cukup untuk memastikan identitasnya.Pencarian terus berlangsung, seperti mencari jarum di tumpukan jerami. Begitu lama hingga akhirnya Paula keluar dari rumah sakit, tetapi polisi tetap tidak menemukan jejakku."Dia seperti menghilang begitu saja," kata salah satu polisi saat datang ke rumah."Cih! Mana mungkin seorang manusia

  • Kasih Sayang Yang Datang Terlambat   Bab 9

    Polisi itu terdiam setelah mengucapkan kalimat tersebut. Pengalamannya dalam menangani kasus cukup luas dan situasi ini sudah cukup jelas baginya. Satu-satunya kemungkinan adalah orang itu sudah meninggal.Melihat mereka mulai menyadari hal ini, aku merasa sedikit lega. Cepatlah temukan jasadku, aku khawatir tubuhku hanya tersisa kerangka dan kalian akan ketakutan.Polisi membawa semua petunjuk yang mereka temukan sejauh ini dan menyampaikannya kepada ayahku."Pak Guswan, sekarang kami mencurigai bahwa ada sesuatu yang buruk telah terjadi pada Aurel. Kami harap kamu bisa bekerja sama dengan penyelidikan kami."Mendengar itu, ayahku langsung membantah dengan keras, "Nggak mungkin, dia bahkan masih sempat menyetir dan menabrak orang. Bagaimana mungkin terjadi sesuatu padanya!""Tapi, sebelum insiden tabrakan itu, Aurel seperti menghilang dari dunia ini. Nggak ada catatan transaksi, nggak ada riwayat panggilan, benar-benar nggak ada jejak sama sekali. Pak Guswan, menurutmu apa itu mungki

Latest chapter

  • Kasih Sayang Yang Datang Terlambat   Bab 10

    Kapten baru saja melangkah maju dan belum sempat bicara, tiba-tiba ayah meraih ujung celananya."Kapten, ini palsu, ini bukan anakku, 'kan?"Ada secercah harapan di matanya, seperti seorang ayah baik yang begitu khawatir dengan anak perempuannya.Namun, kapten hanya menendang tangannya dengan dingin, lalu mengeluarkan sepasang borgol dan memasangkannya di pergelangan tangan ayah."Pak Guswan, mantan kepala pelayanmu telah melapor ke kantor polisi, menuduhmu dengan kasus pembunuhan dan penyembunyian jasad. Ada bukti berupa rekaman CCTV."Katanya sambil menggoyangkan ponselnya, lalu melanjutkan, "Sayangnya, ini memang benar putrimu!""Nggak mungkin! Nggak mungkin! Anakku nggak mungkin mati! Ini pasti tipu daya! Dia pasti hanya sedang bermain-main, membuat jasad palsu untuk menipuku!"Ayahku meronta dengan keras, tatapannya dipenuhi keputusasaan.Aku berdiri di samping dan menyaksikan semua itu. Dalam hati, aku bertanya-tanya, apakah ketakutannya karena penyesalan kehilangan segalanya da

  • Kasih Sayang Yang Datang Terlambat   Bab 9

    Polisi itu terdiam setelah mengucapkan kalimat tersebut. Pengalamannya dalam menangani kasus cukup luas dan situasi ini sudah cukup jelas baginya. Satu-satunya kemungkinan adalah orang itu sudah meninggal.Melihat mereka mulai menyadari hal ini, aku merasa sedikit lega. Cepatlah temukan jasadku, aku khawatir tubuhku hanya tersisa kerangka dan kalian akan ketakutan.Polisi membawa semua petunjuk yang mereka temukan sejauh ini dan menyampaikannya kepada ayahku."Pak Guswan, sekarang kami mencurigai bahwa ada sesuatu yang buruk telah terjadi pada Aurel. Kami harap kamu bisa bekerja sama dengan penyelidikan kami."Mendengar itu, ayahku langsung membantah dengan keras, "Nggak mungkin, dia bahkan masih sempat menyetir dan menabrak orang. Bagaimana mungkin terjadi sesuatu padanya!""Tapi, sebelum insiden tabrakan itu, Aurel seperti menghilang dari dunia ini. Nggak ada catatan transaksi, nggak ada riwayat panggilan, benar-benar nggak ada jejak sama sekali. Pak Guswan, menurutmu apa itu mungki

  • Kasih Sayang Yang Datang Terlambat   Bab 8

    "Aku nggak tahu, Aurel, si anak nggak berguna itu sudah menghilang lama," kata ayahku dengan wajah dingin."Baiklah Pak Guswan, kami akan terus mencari, tapi kami juga berharap kamu bisa bekerja sama dengan kami."Sebenarnya, tidak peduli seberapa keras mereka mencari, mereka tidak akan pernah menemukanku lagi.Karena aku masih terbaring di bagasi mobil, jasadku sudah membusuk parah dan mungkin sebentar lagi akan tersisa tulang belulang.Bagaimana mungkin ada yang bisa menemukanku?Polisi terus melakukan penyelidikan ke berbagai tempat. Namun, dalam rekaman CCTV, orang yang terlihat mirip denganku selalu mengenakan masker dan topi, sehingga tidak ada bukti yang cukup untuk memastikan identitasnya.Pencarian terus berlangsung, seperti mencari jarum di tumpukan jerami. Begitu lama hingga akhirnya Paula keluar dari rumah sakit, tetapi polisi tetap tidak menemukan jejakku."Dia seperti menghilang begitu saja," kata salah satu polisi saat datang ke rumah."Cih! Mana mungkin seorang manusia

  • Kasih Sayang Yang Datang Terlambat   Bab 7

    Setelah meninggalkan rumahku, temanku terus-menerus mengirim pesan ke ponselku. Namun, ponsel itu ada di kantong Rona dan terus bergetar.Mungkin karena takut temanku benar-benar akan melapor polisi, Rona akhirnya membalas salah satu pesannya dengan singkat, "Aku baik-baik saja, jangan khawatir."Namun, balasan itu sama sekali tidak seperti gaya bicaraku. Akibatnya, temanku malah semakin panik dan mengirim pesan lebih banyak lagi.Rona mulai merasa cemas. Dia mematikan ponsel itu dan menyembunyikannya di tangki air kloset, lalu pergi berlibur ke luar negeri bersama ayah dan Paula.Tentu saja, aku mengikuti mereka.Selama perjalanan, selain menikmati wisata, ayah juga membawa Paula ke rumah sakit.Sebenarnya kehamilan Paula tidak direncanakan. Namun, karena sudah hamil, ayah pun berharap bayi itu adalah seorang laki-laki.Di dalam negeri, pemeriksaan jenis kelamin janin itu tidak diizinkan. Jadi, mereka memanfaatkan kesempatan ini untuk memeriksanya di luar negeri.Ketika tahu bahwa bay

  • Kasih Sayang Yang Datang Terlambat   Bab 6

    Malam itu, Rona berbaring di kasur, dia mengeluarkan sebuah ponsel dari bawah bantal.Aku baru sadar bahwa ternyata ponsel itu milikku. Entah sejak kapan dia mengambilnya.Dia membuka obrolan yang tersemat di Whatsapp dan segera mengetikkan sebuah pesan, lalu mengirimkannya.Hanya dalam hitungan detik, terdengar suara makian keras dari kamar ayah yang tidak jauh."Sudah kuduga anak sialan itu hanya pura-pura mati! Berani-beraninya dia mengancamku! Aku nggak punya anak seperti dia! Lebih baik dia mati di luar sana dan nggak kembali lagi!"Karena penasaran, aku mendekat untuk melihat apa yang dikirimkan Rona sampai membuat ayah begitu marah."Dasar tua bangka, berani-beraninya kamu blokir kartu kreditku! Percaya atau nggak, aku akan mati biar kamu puas!"Aku mendengus pelan, "Cih, hanya ini? Nggak ada seram-seramnya sama sekali."Hingga saat ini, hanya tersisa kebencian pada ayahku di dalam hatiku. Tidak ada lagi rasa hormat ataupun kasih sayang.Jika Rona bisa memakinya atas namaku, aku

  • Kasih Sayang Yang Datang Terlambat   Bab 5

    Saat menoleh, aku melihat kepala pelayan dan beberapa pembantu lainnya bahkan tidak berani menatap jasadku lagi, apalagi membersihkannya."Pak, apa yang harus kita lakukan? Aku benar-benar nggak berani menyentuhnya," ujar salah satu pembantu pada kepala pelayan.Kepala pelayan menghela napas panjang, lalu melepas sarung tangan putih yang dikenakannya dan membuangnya ke lantai."Aku nggak mau kerja lagi, kalian juga pikirkan baik-baik."Mendengar ucapannya, pembantu lainnya langsung sepakat untuk ikut pergi.Bagaimanapun, mereka hanyalah seorang pembantu, bukan petugas forensik. Membersihkan mayat jelas bukan bagian dari tugas mereka.Apalagi, setelah melihat jasadku dalam kondisi seperti itu. Rasa trauma yang mereka alami jelas tak bisa dibayar dengan uang. Bahkan jika gaji dinaikkan, tidak ada yang bersedia bertahan."Aku juga nggak mau kerja lagi. Menakutkan sekali tinggal di rumah bersama mayat seperti itu!""Benar, dia bahkan tega membunuh anak kandungnya sendiri, bagaimana mungki

  • Kasih Sayang Yang Datang Terlambat   Bab 4

    Karena suhu udara yang panas, jasadku sudah tidak lagi menyerupai manusia. Hanya sepasang mata yang masih terbuka lebar, seperti penuh penyesalan dan tak rela pergi.Sebagian tubuhnya sudah membusuk parah hingga tulang-tulangnya terlihat, sementara bagian lainnya dipenuhi belatung putih. Begitu pintu bagasi dibuka, suara dengungan lalat yang berterbangan langsung memenuhi garasi."Ugh ... "Beberapa pelayan langsung berlari ke sudut ruangan dan muntah, tidak sanggup melihat lebih lama.Ayah melangkah maju. Saat melihat jasadku, pupil matanya langsung menyempit. Kemudian, dia marah besar, "Di mana Aurel? Ini bukan Aurel! Suruh dia keluar sekarang juga!"Dia terus menatap wajah jasad yang sudah membusuk itu. Anehnya, bagian dahi membusuk paling parah, hingga menampakkan tulang tengkoraknya.Saat melihat wajah itu, aku sendiri sulit percaya bahwa jasad itu adalah diriku sendiri.Akhirnya, kepala pelayan tidak tahan lagi. Dengan suara lantang, dia berkata, "Pak Guswan, ini adalah Nona Aure

  • Kasih Sayang Yang Datang Terlambat   Bab 3

    Malam itu, saat semua orang di vila sudah tertidur, kepala pelayan diam-diam berjalan menuju garasi.Belum sampai dekat dengan mobil, dia sudah mencium bau busuk yang sulit ditahan.Semakin mendekat, bau itu semakin menyengat. Cairan aneh di lantai sudah mulai mengundang belatung.Firasat buruk mulai memenuhi benaknya. Aku berdiri di depannya dan mencoba menghentikannya, "Cepat kembali saja, jangan lihat. Benar-benar sangat menjijikkan. Kamu mungkin nggak bisa makan seumur hidup kalau melihatnya."Kepala pelayan itu orang yang baik. Sebelumnya, dia sempat membelaku, mencoba memohon pada ayah untuk membebaskanku. Namun, karena posisinya yang rendah dan kebutuhan akan pekerjaan ini, dia juga tidak bisa berbuat banyak.Mungkin kata-kataku berasil, pelayan itu benar-benar mundur beberapa langkah dan meninggalkan tempat itu tanpa menoleh lagi.Keesokan paginya, ayah terlihat sangat ceria. Setelah sarapan, dia mengambil sebuah kotak hadiah yang dibungkus dengan rapi dari lemari.Saat Rona ti

  • Kasih Sayang Yang Datang Terlambat   Bab 2

    Dua puluh tahun yang lalu, Paula dan ayahku berpisah. Dia kemudian menuruti permintaan keluarganya untuk menikah dengan pria yang kaya dan berpengaruh.Namun, waktu mengubah segalanya. Pria kaya itu akhirnya jatuh miskin, sementara ayahku yang dulunya hanyalah seorang pemuda biasa, menikahi ibuku dan berhasil mengubah nasibnya menjadi orang kaya.Semua ini terasa seperti sebuah ironi. Setelah itu, ibuku meninggal dunia karena sakit. Paula pun bercerai dengan suaminya.Bagi ayah, itu adalah dua kabar baik sekaligus.Dengan begitu, Paula kembali ke sisi ayahku, cinta mereka pun kembali bersemi. Kehadiran Paula dan putrinya mengambil alih segalanya.Bajuku, kamarku dan pada akhirnya mereka juga merebut ayah dariku.Tujuh hari yang lalu, Rona pulang dengan wajah penuh kegembiraan, mengumumkan bahwa dirinya telah mendapatkan SIM dan sekarang boleh mengemudi.Ayah bilang ingin membelikannya mobil sebagai hadiah. Namun, Rona tampak ragu, kemudian berkata dengan nada malu-malu, "Aku merasa mob

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status