Home / Pernikahan / Karma untuk Suami Pelit / 163. Patah Hati Lagi

Share

163. Patah Hati Lagi

Author: Tetiimulyati
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Sesuai usulan mama dan Meti. Aku tidak begitu antusias lagi mendekati Lisa. Aku juga yakin kalau trauma yang diderita oleh Lisa atas rumah tangganya yang terdahulu pasti akan membuat dia menghindar dari siapapun. Kemarin saja dia sempat menghindar saat aku menyatakan perasaanku.

Akhirnya aku hanya memantau Lisa lewat Meti. Meski kadang Meti juga tidak tahu mengenai informasi yang kuinginkan.

"Sorry, ya, Met. Aku nanya-nanya sama kamu. Tahu sendiri lah gimana kalau nanya langsung ke orangnya."

"Santai aja, Jo. Aku juga minta maaf karena tidak semua informasi kutahu."

Aku bisa maklum ketika Meti berkata seperti itu. Karena tahu sifat Lisa yang sebenarnya. Yang penting apa yang diketahuinya pasti Meti sampaikan padaku, termasuk ketika Lisa sedang mengikuti satu event di sebuah hotel. Mendengar itu aku sangat bangga, ternyata Lisa mengalami banyak kemajuan setelah berpisah dari Riko. Mama juga akan ikut bangga karena wanita yang nantinya akan mendampingiku sekarang berkarir, tak kalah s
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Karma untuk Suami Pelit   164. Kacau

    Aku membuka mata ketika hari sudah terang. Rupanya aku masih berada di parkiran sebuah klub malam yang semalam kukunjungi. Meski kepalaku masih agak pusing, aku memaksakan diri untuk menyetir hingga sampai ke rumah Lisa. Aku tidak mau membuang waktu, masih ada kesempatan untuk memiliki wanita itu. Setelah bertemu dengannya, aku langsung mengungkapkan perasaan dan keinginanku untuk menikahinya. Tapi lagi-lagi Lisa menolak. Sengaja aku menemuinya dalam keadaan kacau seperti ini, maksudnya supaya Lisa merasa iba lalu mempertimbangkan keputusannya untuk menikah dengan pria bernama Nathan. "Kamu tahu, aku menyukaimu sejak kita SMA. Selama beberapa tahun ini aku masih berharap meskipun aku tahu kamu sudah menikah dengan Riko. Apalagi setelah kamu kembali dengan status single-mu, aku kembali memupuk harapan itu. Kamu juga tahu itu El. Tapi kenapa pilihanmu justru jatuh pada lelaki yang baru saja kau kenal, bukan aku yang menunggumu sejak lama?!"Aku mengacak rambut lalu mengambil nafas yan

  • Karma untuk Suami Pelit   165. Bukan Jodohku

    Lebih dari satu jam aku menunggu mereka keluar. Tak apalah aku terlambat masuk kantor lagi demi untuk bertemu dengan Lisa. Aku yakin mereka tengah asyik mengobrol di dalam, entah apa yang mereka bicarakan. Hingga pada akhirnya aku melihat Meti keluar tergesa-gesa, tak lama setelah itu Lisa pun nampak berjalan anggun menenteng tas mewahnya. Beberapa detik sebelum Lisa memasuki mobilnya, aku sudah aku berdiri di belakang wanita itu lalu berdehem. Lisa nampak terkejut ketika mengetahui keberadaanku. Bahkan tatapan wanita itu serupa menelisik, mungkin trauma karena penampilanku tempo hari. "Kamu juga ada di sini juga, Jo?" Pertanyaan itu adalah kalimat pertama yang keluar dari bibir Lisa. Aku tahu Lisa berubah, dia seperti waspada ketika berhadapan denganku. Aku mengajaknya ke dalam mobil setelah kukatakan ada sesuatu yang ingin kusampaikan. Tapi Lisa menolak, dia minta berbicara di luar saja alasannya karena dirinya terburu-buru harus pulang ke butik. Sepertinya Lisa menghindariku.Ba

  • Karma untuk Suami Pelit   166. Merekam hal mengejutkan

    LisaSembilan bulan berlalu.Ternyata tidak mudah menjadi istri mas Nathan. Lebih tepatnya menjadi adik ipar mbak Nadia. Apa yang kulakukan selalu salah dimatanya. Meski kami tidak tinggal satu rumah dan satu kota, mbak Nadia selalu merecoki rumah tangga kami. Seperti sebelum kami menikah, ia selalu menyetir hidup mas Nathan. Mama, meskipun dia bersikap baik padaku. Beliau juga tidak bisa melarang apapun yang dilakukan oleh mbak Nadia. Mas Nathan pun demikian, sepertinya ia enggan sekali menentang semua yang dikatakan oleh kakaknya. Hampir setahun pernikahan kami dan aku terpaksa harus bolak-balik rumahku dan rumah Mas Nathan. Tapi mau bagaimana lagi, aku punya bisnis sendiri, sementara kewajibanku sebagai istri juga harus kupenuhi. Dan yang paling berat bagiku adalah keberadaan Yesi di rumah Mas Nathan. Makin hari gadis itu makin kurang ajar, sikapnya pada suamiku makin berani saja. Berkali-kali aku menyampaikan keberatan atas sikap Yesi pada mas Nathan. Tapi suamiku itu tidak bis

  • Karma untuk Suami Pelit   167. Gengsi

    "Lisa!"Aku tak menghiraukan panggilan mas Nathan, kupacu langkah cepat untuk segera sampai ke kamar. Pemandangan barusan membuat mood-ku anjlok. Ternyata di belakangku Yesi sudah berani bersikap sejauh itu pada suamiku. Meskipun mas Nathan cenderung menghindarinya, tapi tetap saja aku marah karena dia tidak berterus terang perihal hubungannya di masa lalu dengan Yesi."Lisa tunggu! Jangan salah paham!" Mas Nathan kembali berteriak, langkah panjangnya semakin mendekat. Hingga dia berhasil meraih tanganku ketika aku baru saja menapaki beberapa anak tangga. Karena tidak mau mengambil resiko terjatuh, aku pun berhenti. Segera berbalik dan mendapati suamiku ini sedang menatapku penuh permohonan. Pandanganku lalu beralih ke tempat lain, di mana Yesi berdiri sambil melipat tangan di dada. Sikapnya malam ini berbeda dengan sebelumnya. Yesi yang sudah ketahuan belangnya kini terang-terangan menatapku penuh kebencian."Mas bisa jelaskan, Sayang. Kamu tidak usah salah paham, tidak ada hubungan

  • Karma untuk Suami Pelit   168. Tegas.

    Mas Nathan berbaring di belakangku setelah selesai makan biskuit dan air putih yang memang selalu tersedia di kamar. Kasihan juga, suamiku itu tentu lapar sepulang dari kerja. Makanya tadi dia membuat mie instan di dapur. Sayangnya, kesempatan itu digunakan oleh Yesi untuk menggoda suamiku. Beruntung aku menyusulnya, kalau tidak, aku tidak tahu apa yang akan terjadi karena mas Nathan tidak bisa bersikap tugas pada Yesi.Aku terlelap beberapa saat setelah Mas Nathan melingkarkan tangannya di pinggangku. Sebuah kalimat yang membuatku kembali menahan senyum ia ucapkan menjelang tidur."Maafkan Mas, ya, Sayang. Mas hanya ingin membuatmu bahagia dan tenang tanpa mengetahui masalah yang terjadi dengan Yesi. Tapi ternyata menyembunyikan ini darimu adalah salah." Sebuah kecupan kembali mendarat di pucuk kepalaku. Aku pun memejamkan mata karena perlakuan lembutnya ini mampu menghadirkan getar-getar halus di dadaku.***Pagi harinya ketika kami turun untuk sarapan. Tidak seperti biasanya Yesi s

  • Karma untuk Suami Pelit   169. Berdebat

    Selama berada di butik, konsentrasiku terganggu oleh kejadian semalam dan tadi pagi sebelum berangkat ke sini. Yesi sudah menampakkan jati dirinya yang sebenarnya, bahkan bukan tidak mungkin wanita itu akan makin berani dan terang-terangan mengambil mas Nathan dariku. Meskipun aku percaya Mas Tatan telah memilihku dan akan mempertahankan aku, tapi dengan dukungan mbak Nadia, Yesi pasti punya kekuatan lebih.Lelakiku berkali-kali menghubungiku, mungkin dia khawatir mood-ku terganggu oleh sikap Yesi. Meskipun benar, tapi aku tidak mau mengadukan hal ini lewat telepon, Mas Nathan juga harus konsentrasi bekerja. Biar saja nanti setelah kami berada di rumah, aku akan bicara baik-baik. Pulang dari butik aku mendapati mbak Nadia sudah ada di rumah Mas Nathan. Jadi benar, Yesi mengadukan hal ini pada kakaknya Mas Nathan dan wanita itu saking sayangnya pada Yesi langsung datang ke sini."Mbak Nadia kapan datang? Apa kabar?" Untuk basa-basi, aku tetap bersikap manis pada kakak iparku ini. Kuta

  • Karma untuk Suami Pelit   170. Fitnah

    Di dalam kamar Mbak Nadia yang luas, ternyata sudah ada Yesi. Aku tidak begitu mengerti kenapa Mbak Nadia mengajak kami bicara di kamarnya, bukan di ruang tengah saja yang leluasa. Timbul curiga kalau ini dia lakukan karena takut ketahuan Mama atau tidak ingin melibatkan wanita itu."Langsung saja Nathan, sebenarnya mbak lagi sibuk. Tapi menyempatkan diri datang ke sini karena tadi pagi Yesi menghubungi Mbak. Istri tercintamu ini sudah mengusir Yesi dari rumahmu. Kamu tahu 'kan konsekuensinya?" Mbak Nadia melangkah mendekati kami.Ternyata benar kalau Yesi mengadukan kejadian tadi pagi pada Mbak Nadia. Pengecut."Mbak aku tidak merasa mengusirnya. Hanya memberi pilihan, kalau dia tidak betah di sini dia boleh pergi.""Lalu apa hakmu berkata seperti itu? Kamu juga di sini numpang sama Nathan. Jika sekarang aku menyuruhnya untuk menceraikanmu, kamu bisa apa?""Mbak Nadia tolong, masalah ini jangan diperpanjang apalagi dibesar-besarkan. Bukannya aku membela Lisa, tapi mungkin Lisa juga

  • Karma untuk Suami Pelit   171. Ancaman

    Besoknya Mas Nathan pergi ke kantor seperti biasa, sementara hari ini aku di rumah karena jadwalku butik hanya seminggu dua kali. Itu kesepakatan yang kami buat supaya aku tidak terlalu capek dan hanya memantau bisnis dari rumah. Mbak Nadia belum pulang hari ini. Yesi pergi kuliah dengan taksi online. Dua orang itu pagi ini tidak menyapa kami di meja makan dan mama seperti biasa, wanita itu seakan tidak mau tahu apa yang terjadi di antara anak-anaknya. Aku tidak terbiasa berdiam diri, dulu sewaktu masih menjadi istri mas Riko, sehari-hari di rumah akan mengerjakan semua pekerjaan rumah sambil menjaga Kayla. Setelah kami resmi bercerai, aku menyibukkan diri di butik. Dah sekarang ketika aku harus berdiam diri di rumah, maka sasaranku adalah tanaman. Aku punya beberapa koleksi tanaman hias yang bisa membantuku menghilangkan kejenuhan. Mama sendiri sepertinya kurang suka lantaran dulu beliau seorang wanita karir yang tentu saja tidak sempat beraktivitas di rumah. "Sepertinya aku menyer

Latest chapter

  • Karma untuk Suami Pelit   231. Menata Hidup

    Aku turun dari ojek tepat di depan rumah Pak Narto. Benar saja, di sini sedang ada pesta hajatan. Tapi pesta apa? Bukankah anak Pak Narto hanya Yesi yang belum menikah. Atau ... jangan-jangan yang dikhawatirkan Ibu benar. Yesi menikah dengan orang lain karena tidak ada kejelasan dariku. Pantas saja gadis itu tidak membalas pesanku apalagi mengangkat teleponku.Lututku lemas seketika. Tubuhku terasa ringan, kaki seakan tidak berpijak di bumi. Ingin bertanya pada orang yang berlalu lalang tapi aku tak sanggup mendengar jawaban mereka. "Gimana, Mas, mau balik lagi atau tidak?" tanya tukang ojek yang tadi kusuruh menunggu."Ya Mas, kita balik saja ke terminal." Aku bersiap untuk naik kembali ke atas motor."Bener, nih, gak jadi kondangan?" Entah ingin memastikan atau sekedarnya kepo, Mas tukang ojek bertanya lagi sebelum aku duduk di belakangnya."Iya, bener, Mas. Ayo!"Hilang sudah harapanku untuk mendapatkan Yesi. Ternyata Ibu benar, masalah itu jangan dibiarkan terlalu-larut. Buktinya

  • Karma untuk Suami Pelit   230. Pesta

    RikoPonsel kuletakkan di atas meja di ruang tamu. Baru saja Reka menelponku sambil sesekali terisak. Adik perempuanku itu ternyata sudah mengetahui tentang masa lalu Joan juga perasaan pria itu pada Lisa. "Kenapa Mas Riko tidak bilang sama aku kalau Mas Joan itu mantan pacarnya Mbak Lisa?"Aku tak bisa berkata-kata ketika pertanyaan itu terlontar dari bibir adikku dengan lembut tapi penuh penekanan."Mas!? Mas Riko tahu 'kan kalau Mas Joan itu mantan pacar Mbak Lisa?" Reka mengulang pertanyaannya karena aku tidak menjawab."Bukan. Mereka tidak pernah berhubungan. Tapi Joan memang cinta sama Lisa.""Jadi Mas tahu tentang itu? Dan cintanya masih ada sampai sekarang. Itulah yang membuat aku tidak enak sebagai istri. Kenapa tidak bilang sama aku?""Mas tidak mau mematahkan kebahagiaan kalian. Melihat ibu begitu berbinar, Mas sangat senang.""Tapi pada akhirnya aku sakit hati, Mas! Mengetahui masih ada nama wanita lain di hati suamiku. Itu yang membuat aku jadi istri yang tak berguna.""

  • Karma untuk Suami Pelit   229. Wanita di Masa Lalu

    Timbul pertanyaan, jika Mas Joan tidak mengundangnya karena tahu dia mantan kakak iparku, berarti ada kemungkinan Mas Joan saling kenal dengan Mas Riko. Teringat saat lamaran tempo hari, Mas Joan pergi berdua dengan Mas Riko dengan alasan ingin berbicara secara pribadi.Aku Jadi curiga, apa di antara mereka ada urusan yang tidak aku ketahui."Tidak apa-apa, Bu. Meskipun saya tidak diundang, yang penting sekarang saya tahu kalau Reka sudah menjadi menantu Ibu. Saya ikut senang, karena Reka mendapatkan keluarga yang pasti menyayanginya." Mbak Lisa tersenyum sambil mengusap perutnya. Meskipun ada kekecewaan tergambar di wajahnya, tapi wanita yang super sabar itu menutupinya dengan senyuman."Oh ya, kalian kenal di mana?" Mama Anita memberikan pertanyaan yang membuat aku bingung untuk menjawabnya.Aku saling pandang dengan Mbak Lisa. Ragu untuk menjawab karena khawatir Mbak Lisa tidak mau membuka masa lalunya."Reka ini ... mantan adik ipar saya." Akhirnya Mbak Lisa yang memberikan jawaba

  • Karma untuk Suami Pelit   228. Dirahasiakan

    Seminggu sudah aku menjadi istrinya Mas Joan. Tapi kebahagiaan sebagai pengantin baru yang sesungguhnya tidak aku dapatkan. Mas Joan ternyata tidak menyentuhku di malam pengantin kami. Begitupun malam-malam selanjutnya, bahkan tidur pun memunggungi. Ketika kami pulang dari hotel tempat resepsi diadakan saat itu. Kami baru saja memasuki kamar ketika Mas Joan mengajakku berbicara serius."Kamu tahu 'kan, pernikahan ini terjadi atas keinginan Mama. Jadi aku harap kamu juga mengerti kalau aku belum bisa menjadi suami seperti yang diinginkan," ucapnya datar tanpa menatapku.Aku terperanjat mendengar pernyataan pria yang sudah resmi menjadi suamiku itu. Kupikir karena Mas Joan sudah menyetujui rencana Mama Anita, maka pria ini akan menjalankan kewajibannya sebagaimana mestinya."Kalau Mas Joan tidak menginginkan pernikahan ini, kenapa Mas menyetujui rencana Mama? Padahal aku lebih baik ditolak daripada dinikahi tapi tidak dianggap.""Kamu jangan salah paham, Ka. Aku bukan tidak mengingink

  • Karma untuk Suami Pelit   227. Dingin

    RekaEntah apa yang dibicarakan oleh Mas Joan dan Mas Riko hingga mereka perlu mencari tempat untuk bicara secara privat. Mungkin Mas Joan ingin memintaku secara pribadi pada Mas Riko, secara mereka juga baru pertama kali bertemu. Sewaktu Mas Joan berkunjung tempo hari, kakakku memang belum ada di rumah Ibu.Sambil menunggu dua laki-laki itu kembali, aku berbincang dan menemani Ibu Anita dan Pak Adi. Mereka bertanya banyak hal tentang keadaan kampung ini. Dengan senang hati aku pun menjawab setiap pertanyaan mereka.Aku juga sempat berbincang dengan Ibu. Bertanya mengenai Mas Riko, karena aku belum sempat mengobrol dengan kakakku itu.Kata Ibu, kemarin Mas Riko datang bersama seorang wanita dan keluarganya. Mereka adalah orang yang selama ini membantu dan menemukan Mas Riko saat terlantar dulu. Rupanya kakakku itu punya hubungan khusus dengan gadis bernama Yesi itu. Sayangnya, Mas Riko tidak jujur tentang masa lalunya. Tentang dua kali pernikahannya, tentang Kayla, dan tentang penjara

  • Karma untuk Suami Pelit   226. Bukan Perjanjian

    JoanHari ini aku benar-benar mendapatkan kejutan besar. Setelah satu bulan yang lalu aku menyetujui keinginan Mama agar menikah dengan Reka, hari ini aku mendapatkan fakta bahwa Reka adalah adiknya Riko. Pria yang sudah mengambil Lisa dariku, tapi kemudian mencampakkannya.Pantas saja selama ini aku familiar melihat wajah gadis itu. Aku seperti mengenalinya, tapi tak tahu di mana. Rupanya karena memang Reka dan Riko itu mirip. Jelas saja, karena mereka adik kakak. Akan tetapi, karakter keduanya berbeda. Setahuku Riko adalah pria bejat. Itu saja, tak perlu aku merincikan seberapa brengseknya pria itu. Dengan menghianati Lisa saja sudah cukup bagiku melihat sisi buruk pria itu. Reka sebaliknya, gadis yang kukenali karena kecelakaan itu punya prinsip yang sangat kuat dalam hidupnya. Zaman sekarang, menemukan gadis yang tidak pernah pacaran itu hal yang sangat sulit. Inilah salah satu alasanku menyetujui rencana Mama. Kalau aku dulu menolak Bela, karena dia terlalu maniak bekerja hin

  • Karma untuk Suami Pelit   225. Bicara Empat Mata

    Perihal rencana lamaran Reka, sudah kubicarakan dengan Ibu. Mungkin sekarang saatnya aku memikirkan adikku dan mengesampingkan masalahku dengan Yesi. Lebih tepatnya, menunda dulu.Aku mau Reka membawa pria itu menemuiku dulu sebelum sampai pada acara resmi. Tapi Ibu melarang, karena beliau sudah bertemu satu kali dengan pemuda itu. Reka pernah membawanya ke sini. Selainnya itu, kesibukan keduanya, juga keluarganya, membuat mereka tidak punya banyak waktu luang."Dia pemuda yang baik, seorang pengusaha yang sukses hingga lupa untuk menikah. Sudah cukup dewasa, Ibu yakin dia bisa membimbing dan melindungi adikmu.""Tapi Reka bilang, ini adalah keinginan ibunya. Ada kemungkinan pemuda itu terpaksa. Aku tidak mau jika dalam pernikahannya nanti, Reka akan sengsara mendapat suami yang tidak mencintainya.""Jo itu anak yang sangat penurut pada mamahnya. Ibu bisa menyimpulkan itu ketika kami pertama kali bertemu. Jadi, Ibu percaya sama keputusan Reka."Jika Ibu sudah berkata demikian, aku tid

  • Karma untuk Suami Pelit   224. Sadar

    Aku bangkit lalu bergerak menyusul mereka bertiga. Yesi berjalan setengah dipaksa oleh ibunya. Gadis itu terus-menerus menoleh ke arahku. Wajahnya sudah basah, bibirnya bergetar. Tak tega aku melihatnya, ingin merengkuhnya dalam pelukan dan mengatakan kalau aku sangat mencintainya. Tapi tidak bisa kulakukan, hanya mampus menghela panjang.Berdiri di luar mobil tepat di samping Pak Narto yang sudah duduk di belakang setir. Pria itu menatap lurus ke depan seolah-olah tak menyadari kehadiranku."Sekali lagi saya minta maaf, Pak. Tidak ada niat saya untuk menipu keluarga Bapak. Percayalah, saat itu hanya memikirkan diri saya yang kelaparan dan jika warga tahu, maka mereka tidak akan ada ampun lagi.""Tunjukkan kalau kamu benar-benar orang baik. Saya permisi." Setelah itu Pak Narto menyalakan mesin. Aku beralih menatap Yesi yang duduk di belakang bersama ibunya. Gadis itu balik menatapku penuh harap. Perlahan mobil pun mundur lalu parkir di jalan dan pelan-pelan bergerak. Khawatir menjadi

  • Karma untuk Suami Pelit   223. Mencabut Restu

    Aku melirik lalu mengangguk ke arah rumah terdekat dengan rumah Ibu. Dua orang suami istri yang berada di teras rumah mereka pun menatapku datar. Tapi aku bersyukur, meski mereka tidak membalas anggukan kepalaku, minimal tidak mengusirku seperti dulu.Yesi dan orang tuanya tidak boleh tahu kalau saat ini aku sedang was-was, maka segera kuajak mereka mendekat ke arah ibu yang sudah berdiri bersama Bude Marlina."Assalamualaikum.""Waalaikumsalam," jawab Ibu serempak dengan Bude Marlina."Ini Bu, Yesi dan keluarganya yang kemarin aku ceritakan." Aku langsung memperkenalkan Yesi sekeluarga pada Ibu setelah kucium tangannya dan memeluknya sebentar.Ibu mengangguk ke arah tamunya. Satu persatu mereka pun bersalaman, setelah itu kami pun masuk. Sebelum menutup pintu, aku kembali menengok keluar. Khawatir kalau para tetanggaku datang seperti tempo hari. Syukurlah, tak ada siapa pun di sana. Tetangga terdekat yang tadi ada di teras pun sudah tidak kelihatan. Mungkin mereka juga masuk rumahny

DMCA.com Protection Status