Beranda / Romansa / Karma Sang Penggoda / Bagian 72 - Tersangka

Share

Bagian 72 - Tersangka

Penulis: Azzila07
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Fiona membuka jendela kamar, angin malam langsung berhembus menerpa wajah cantiknya. Rambut hitam panjangnya dia biarkan terurai, terpaan angin membuat rambutnya menari-nari diudara.

Sungguh, satu ciptaan Tuhan yang sangat sempurna.

Dari tatapan mata bening itu terlihat kosong, seolah menerawang jauh, entah apa yang tengah difikirkan oleh pemilik hatiku ini. Ingin bertanya, namun lidah ini begitu kelu. Untuk pertama kali dalam kebersamaan kami, aku melihatnya seperti ini.

"Sayang ..." ragu, aku bersuara.

Fiona menoleh, dan melempar senyum termanisnya.

"Apa ada yang mengganggu, fikiranmu?" ucapku hati-hati.

Fiona mendesah lelah, dan menggelengkan kepalanya.

"Kamu tidak nyaman tinggal disini?" lagi aku bertanya.

"Nyaman." ucapnya. "Ibumu, sungguh baik padaku. Aku sangat diperhatikan," Fiona bicara dengan tatapan yang entah kemana.

"Apa lagi Putri, dia sangat menghormatiku." sambungnya.
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Karma Sang Penggoda   Bab 73 - Foto masalalu

    Sepanjang perjalanan, tangan halus Fiona menggenggam jemariku, seolah memberikan aku ketenangan dan kekuatan. Jujur saja, aku sedikit gemetar mengingat kejadian itu. Entah apa motif dari pelaku, entah dia ingin merampokku atau bisa jadi ingin membunuhku.Dengan hati yang berdebar aku dan Fiona menuruni mobil, melangkah lebar mengikuti langkah dua Polisi tadi."Silahkan, Pak." Polisi dengan kumis tebal dan perut sedikit maju, menunjuk kursi didepan meja, yang penuh dengan berkas dan satu buah laptop."Agak jauh dari lokasi kejadian. Didepan pabrik terdapat cctv yang menangkap wajah tersangka tengah menembak pistol keudara saat warga berusaha mengejar pelaku. Ini dia Pak, mungkin Pak Yasir mengenal orang ini." Polisi mendekatkan layar 14inci didepanku, terlihat walau tidak terlalu jelas wajah penjahat yang sudah menyerangku."Plat mobil itu palsu, jadi kami tidak bisa melacaknya."jelas polisi, saat mempertegas gambar nomer plat mobil.

  • Karma Sang Penggoda   Bab 74 - Tabir.

    Pov Ibu.Rasa cemas mendera jiwa, memikirkan nasib pernikahan Yasir.Untuk yang kedua kalinya dia gagal urusan percintaan. Dari cinta yang dia perjuangkan kandas ditengah jalan, hingga perjodohan yang batal begitu saja.Rasa bersalah kian menjadi, mengingat aku yang memaksanya untuk segera menikah dengan pilihanku. Harapku, semoga Yasir segera menemukan jodohnya.Akhir-akhir ini, aku perhatikan Yasir sering sekali pergi kerumah Mamang nya. Aku merasa ada hal besar yang dia sembunyikan.Setelah Yasir melajukan mobil ketempat kerja, aku memutuskan untuk kerumah Karim dan mencari informasi mengenai anak suamiku itu.Sudah cukup lama aku tak menyambangi rumah Adik iparku, banyak sekali perubahan menuju rumahnya. Termasuk jalan yang sudah teraspal rapih yang sebelumnya banyak lubang dan batu besar.Mobil berhenti dihalaman rumah berpagar bambu, cukup sederhana namun terlihat asri dan nyaman dipandang mata.

  • Karma Sang Penggoda   Bab 75 - Terungkap.

    Sesak ....Dada bergemuruh dan ingin marah pada diri sendiri.Ragaku beranjak, membuka setiap laci yang ada dilemari. Mengeluarkan semua benda dengan hati yang berkecamuk, sampai manik menemukan benda yang aku cari.Album foto, dengan sampul yang sudah pudar warnanya. Satu demi satu kutoleh semua gambar yang ada didalamnya. Tangan berhenti tergerak, saat menemukan gambar aku dan Fiona dimasa lalu.Lagi ... air mataku meluncur bebas, tubuhku bergetar dengan bahu yang terguncang hebat. Kupandangi wajah lamaku yang begitu mirip dengan anak perempuanku itu. Hati menjerit, mengingat masalalu yang begitu berkubang dosa kenistaan.Yah ... dahulu, aku memang sehina itu.Hah ... kurasa, aku tidak pantas dipanggil Ibu olehnya. Ibu nama yang tega, meninggalkan anaknya demi pergi bersama selingkuhnya. Namun, apakah aku bersalah jika ingin bahagia dengan pilihanku sendiri? Meski jalan yang aku tempuh, memang tidak bisa dibenarkan.

  • Karma Sang Penggoda   Bab 76 - Curiga.

    Pov Yasir.Belakangan ini aku mendapati tingkah aneh saat melihat Ibu, dia benar-benar kaget saat aku melihat gambar didalam foto. Aku pun tak kalah terkejut saat melihat foto itu. Gambarnya sungguh mirip dengan Fiona, tidak mungkin aku salah.Lalu jika ini memang sesuai dugaanku, dari mana Ibu mendapat foto ini. Aku yakin betul, gadis kecil didalam gambar ini adalah istriku. Fiona.Wajah Ibu semakin tegang saat melihat kedatangan Fiona. Isrtiku bahkan sangat perhatian, membawa susu nutrisi tulang untuk Ibu.Fiona menyunggingkan senyum manisnya, langkahnya semakin dekat menuju tempatku berdiri.Aku menoleh pada Ibu, yang wajahnya semakin terlihat pucat pasi. Ibu menggeleng lemah, sorotnya memancar harap padaku."Mas ..." sapa Fiona, langkahnya mendekati ranjang lalu menaruh gelas diatas nakas."Diminum Ibu, mumpung masih hangat."ucap Fiona pada Ibu."I-ya ... makasih, Fi." sahut Ibu, suaran

  • Karma Sang Penggoda   Bab 77 - Pov Yasir.

    Pov Yasir.Perlahan jemari meraih album yang sampulnya sudah memudar. Menarik nafas lalu menghelanya dari mulut. Entahlah, ada rasa berdebar saat aku menyentuh album foto ini. Karna dari setiap banyaknya album, baru kali ini aku melihat yang sekusam ini sampulnya.Lembar demi lembar aku amati gambar didalamnya. Semua nampak biasa saja, tidak ada yang aneh. Hanya berisi foto jadul keluarga, gambar masa kecil aku dan Ridwan pun ada disini. Semua terlihat normal.Kutoleh wajah Ibu yang memandang lurus keluar jendela. Tak ada gairah disorot matanya, entah apa yang Ibu fikirkan. Aku kembali menekuni gambar, sampai bagian terakhir tidak ada yang mencurigakan.Eh ... apa ini.Alisku menaut dengan keras.Bukankah ini Fiona kecil, dia sedang dipeluk dengan seorang perempuan. Aku berfikir keras, sesekali mataku menelisik sosok yang ada disamping Fiona itu."Bukankah ini, Ibu ..." gumamku. Aku masih hapal betul wajah

  • Karma Sang Penggoda   Bab 78 - Pengakuan

    "Gimana, Mas?" tanya Fiona setelah terdiam cukup lama."Ya ... temui saja, siapa tahu ada masalah penting," jawabku setenang mungkin.Biar bagaimana pun, Daniel itu masalalu Fiona. Tentu saja aku tidak nyaman dia datang menemui istriku."Suruh masuk kesini, atau diluar Mas?" Fiona bertanya lagi.Aku terdiam, menimbang ucapannya."Permisi ..." suara laki-laki terdengar dari luar. Aku dan Fiona refleks menoleh kesumber suara. Terlihat Daniel sudah ada di belakang Firman, mengangkat sebelah tangannya dengan senyum canggung."Eh ..." Fiona menatapku, rautnya jelas sekali merasa tak nyaman melihat kehadiran Daniel yang tiba-tiba. Aku mengangguk kearahnya, meyakinkan semua akan baik-baik saja."Masuk, Pak." ucapku pada Daniel.Daniel menganggukkan kepalanya lalu masuk ke dalam ruangan.Fiona kembali duduk di kursinya, sedang aku dan Daniel duduk disofa dengan suasana yang cukup canggung.

  • Karma Sang Penggoda   Bab 79 - Ketahuan.

    Suasana hening menyelimuti kami. Fiona terlihat lelah, tubuhnya bersandar di punggung jok mobil. Sesekali dia mengurut keningnya sendiri."Kenapa Fi?" tanyaku, menghapus sunyi. Fiona tersenyum tipis lalu menggelengkan kepalanya."Mas ....""Iya sayang?" sahutku lembut."Besok kita pulang ke rumahku ya, Ayah mau pulang ke Desa." terang Fiona."Iya sayang, besok kita pulang." balasku sambil menggenggam tangannya. Fiona tersenyum tipis, dan menggeretkan jemarinya di tanganku.Sesampainya dirumah sudah ada Ibu dan Ridwan diruang televisi. Mereka tengah asik berbincang-bincang."Eh baru pulang, Yas?" sapa Ibu."Iya Bu ..." sahutku."Kak?" sapa Ridwan, sambil menganggukkan kepala pada Fiona."Eh iya, Wan. Putri mana?" tanya Fiona."Lagi dikamar, ngerjain tugas." jawab Ridwan. Fiona menganggukkan kepalanya.Setahuku, Putri memang masih melanjutkan studinya.

  • Karma Sang Penggoda   Bab 80- Pasrah.

    "Mas ... aku tidak ingin memaksamu, namun kamu tahu sendirikan. Aku paling tidak suka dibohongi!" Fiona semakin curiga."Jangan sampai aku mencari tahu sendiri, dan pada akhirnya aku kecewa padamu. Aku yakin, hanya perempuan itu yang menyimpan foto ini." sambung Fiona dengan tegas, sorotnya masih saja menghujamku. Membuat aku semakin salah tingkah.Aku menaruh gambar diatas nakas, lalu meremas tangan yang mulai berasa dingin. Aku bingung harus berkata apa. Tatapan Fiona semakin mengintimidasi, baru kali ini aku melihatnya seserius ini.Apa aku harus berterus terang? Bagaimana nasib, Ibu. Fiona pasti membencinya."Mas. .. semua ini ada hubungannya dengan perempuan itu, bukan?" Fiona menudingku."Kamu mengenalnya?" lagi Fiona bertanya."Ada hubungan apa kamu sama perempuan itu?" cecarnya tak sabar.Fiona bahkan memanggil Ibu dengan sebutan perempuan itu. Sungguh tragis sekali.Bismillah ....

Bab terbaru

  • Karma Sang Penggoda   Bab 64 - TAMAT.

    "Terserahlah. Aku sudah malas peduli." jawab Ridwan lalu pergi keluar pintu.Aku dan Mas Yas saling berpandangan. Mata kami kompak menoleh kearah Putri yang semakin menangis sesegukan.Aku mengangguk kecil, tanpa berkata Mas Yas langsung keluar kamar mengerti maksud isyaratku."Ada apa sih, Put? Coba cerita, siapa tahu Kakak bisa bantu," ucapku pelan sambil berjalan mendekati ranjang."Hati aku capek, Kak. Mas Ridwan dan Ibu menyalahkan aku, semua menyalahkan aku atas kejadian ini. Mereka fikir aku tidak sedih kehilangan anakku sendiri." Putri menatap sendu, isaknya terdengar lirih."Sabar sayang, sabar." aku mengusap lembut pundak belakangnya."Belum lagi Mas Ridwan, terlalu cemburu berlebihan Kak. Dia selalu mikir aneh-aneh setiap kali melihat aku sama Juna di kantor," lirih Putri. "Padahal kita hanya teman kerja, tidak lebih.""Loh ... bukannya cemburu itu tanda cinta ya? Emangnya kamu mau Ridwan cuek-cuek aja, lihat kamu diantar pulang sama orang lain?" sahutku selembut mungkin."

  • Karma Sang Penggoda   Bab 63 - Bertemu Fiona.

    "Pasien rumah sakit jiwa terlindas truk hingga tewas, kondisi sangat mengenaskan. Saat ini jenazah korban ada dirumah sakit Pelita Keluarga.""Baca, apa sih Fi serius banget?" Mas Yas yang sedang mengemudi, menoleh singkat lalu kembali fokus menghadap jalan."Baca berita yang lewat dibranda, Mas. Seram ih, aku baca juga komen-komennya. Katanya, tubuh korban tabrakan itu terbelah menjadi dua bagian." sahutku, sambil bergidik ngeri."Innalillahi ... semoga amal ibadahnya diterima Alloh." jawab Mas Yas dengan wajah prihatin."Aamiin," aku hanya menyahut, pandangan fokus pada gawai melanjutkan membaca komentar yang ada didalam berita.Mengingat rumah sakit jiwa, aku jadi teringat ucapan Nyonya Diana. Dia bilang, Anitta terkena gangguan jiwa, dan sekarang tinggal dirumah sakit jiwa. Semoga dia dalam keadaan baik-baik saja, walau aku sangat membencinya tapi aku tak ingin mendoakan keburukan padanya. Aku takut doa buruk itu akan kembali padaku. Naudzubillah."Nyonya Diana, terlihat bukan oran

  • Karma Sang Penggoda   Bab 62 - Bagian special.

    Pov DianaSuara debur ombak beradu dengan karang membuat aku menarik nafas panjang, angin lembut berhembus diwajah dan rambut. Menimbulkan aura menenangkan.Hmm ...Menghembuskan nafas secara perlahan, bibir tersenyum simpul melihat dua sosok kesayangan bermain dengan ceria ditepi pantai.Duhai Tuhan ... trimakasih. Atas izinmu, kau biarkan aku melalui badai yang sangat kuat lagi dahsyat."Mamih, ayok kesini!" seru Deo meski terdengar samar. Aku hanya tersenyum, meraih gelas berisi jeruk hangat lalu menyesapnya pelan.Tangan ini melambai saat melihat pasangan suami istri celingukan mencari seseorang. Aku tersenyum manis, saat mata kami beradu tatap."Hai." sapaku ceria."Lama tidak bertemu, Nyonya Diana." wanita cantik menyapa dengan senyuman manis, dia menyodorkan tangan, setelahnya kita berjabat tangan mencium pipi kiri dan kanan."Mbak Fiona, semakin cantik saja." ucapku tulus. Karna memang wajah wanita muda yang ada dihadapanku memang selalu cantik."Nyonya bisa saja," ucapnya sam

  • Karma Sang Penggoda   Bab 61 - Berakhir.

    Pov Anitta."Lepass!" aku memberontak saat dua laki-laki berseragam rumah sakit memegangi kedua tangan."Kalian tuli, hah! Lepas aku bilang!" sungutku sambil terus memberontak.Kedua laki-laki itu hanya mendengkus kesal tak mengindahkan ucapanku."Jalan!" ucapnya, lalu menyeret tubuhku keluar dari penjara.Nafasku terengah-engah, terpaan sinar matahari menerjang wajah menimbulkan sensasi hangat dan menenangkan.Otak mulai mencerna apa yang sebenarnya terjadi, aku terbahak menyadari akan keluar dari tempat pengap itu."Hahah ... aku bebas. Aku bebas!" teriakku bersemangat. "Bawa aku pulang ke apartement, aku rindu rumahku. Aku rindu." cerocosku sambil menatap penuh harap kearah dua laki-laki itu.Satu diantaranya membuka pintu bagasi mobil khas rumah sakit, setelah terbuka lebar dia kembali memegangi tanganku."Masuk!" titahnya sambil mendorong tubuhku."Hati-hati, jangan membuatnya marah. Atau kalian akan tersakiti." ucap Polisi gendut. Keduanya saling bertatapan, lalu menoleh kearahk

  • Karma Sang Penggoda   Bab 60 - Sudah lelah.

    "Aaaaa!" aku menjerit ketakutan. Pegangan itu tersenyum menyerigai, lalu membuka mulut dan mengeluarkan semua binatang menjijikan."Hah ... hah!" Aku langsung terlonjak dengan nafas memburu. Keringat sebiji jagung bercucuran dari kening hingga kewajahku. Aku mengedarkan pandangan, ruangan sempit masih mengelilingiku."Hiiiyyy." aku bergidik ngeri, mimpi tadi seolah nyata dan aku merasa benar-benar tenggelam dalam lautan darah."Uhuk ... uhuk!" nafasku tersendat. Aku kesulitan bernafas.Hah hah!Benar-benar kurang ajar. Untuk apa perempuan pengeretan itu hadir didalam mimpiku. Aku jadi takut sendiri berada diruangan sempit ini."Pak ... Pak!!" aku berteriak sambil memukul gembok pada pintu besi. Tenggorokanku kering, dan tidak ada satu pun setetes air minum disini."Ada apa! Jangan berisik. Ganggu saja!" maki petugas gendut."Air, saya butuh air." jawabku dengan tatapan memohon."Minum ... haus," pintaku."Ck! Menyusahkan saja sih." maki Polisi itu. Dengan sangat terpaksa dia membalik

  • Karma Sang Penggoda   Bab 59 - Bertemu Ibu.

    Pov Anitta."Tahanan ini benar-benar keterlaluan, dia membunuh Ibunya sendiri saat datang berkunjung menemuinya." ujar petugas gendut sambil melirik kearahku sorotnya memancarkan ketidak percayaan."Ckckck," laki-laki berperawakan tinggi besar itu menatap lekat, menggelengkan kepalanya. Aku semakin menundukan wajah, takut tiba-tiba pukulan kembali menyerangku.Tubuh ini menggigil, luka memar terlihat disekujur tubuh. Rasanya sakit dan menyiksa sekali."Teman satu selnya pun ikut dihajar, aku rasa dia mengalami gangguan jiwa." Mataku mendelik, tak terima dengan kata-kata sipir jelek itu."Bawa dia masuk kembali, tempatkan dia diruangan 355 a. Jangan disatukan dengan yang lain, saya mencuim gelagat mengerikan dari tatapan matanya," ucap komandan Polisi."Siap, Dan!" sahut dua petugas sambil menegakkan badan."Cepat!" tubuh ini diseret paksa. Aku hanya bisa menurut, menyeret kaki mengikutinya.Dug!Rasa nyeuri menerjang lutut dan telapak tangan, saat tubuhku didorong masuk oleh petugas h

  • Karma Sang Penggoda   Bab 58 - Bersyukur.

    "Istri saya sakit apa, Dok?" tanyaku setelah Dokter Murni memeriksa keadaan Diana."Sepertinya hanya terlalu lelah," jawab Dokter Murni sambil tersenyum tipis pada Diana."Jangan terlalu capek dan banyak fikiran. Bebaskan saja, jangan dipendam nanti tambah sakit," sambungnya sambil mengusap tangan Diana."Iya, Dok. Trimakasih," jawab Diana."Saya hanya meresepkan beberapa vitamin, sama obat pusing ya. Untuk berjaga-jaga, khawatir kepala Nyonya Diana ikut pusing juga karna terlalu banyak berfikir," ucap Dokter Murni sambil terkekeh pelan. Diana tersenyum menanggapinya."Saya permisi, jangan lupa diminum vitaminnya." ucapnya sambil mengemasi alat-alat ke Dokteran yang tadi dia keluarkan."Iya, Dok. Trimakasih ya," sahutku lalu mengekorinya jalan keluar kamar."Kamu tidak apa-apa, Mih?" tanyaku sambil mengusap pucuk kepalanya dengan lembut."Tidak, apa. Aku hanya butuh istirahat saja," jawab Diana."Kamu lagi banyak fikiran ya? Mikirin apa sih?" cecarku berpura bodoh. Padahal aku tahu be

  • Karma Sang Penggoda   Bab 57 - Diana Sakit.

    "Mati saja kau, Bu. Hidup pun tak berguna, hanya bisa menyusahkan anak-anakmu saja!" bisikku tepat ditelinganya. Wajah Ibu terlihat membiru, dengan lidah menjulur dan suara nafas yang tercekat ditenggorokan.Aku semakin bersemangat, bibir melengkung sempurna saat melihat Ibu menghadapi sarakatulmaut."Mati, kamu Buk. Mati!" desisku dengan suara tertekan."Hei ... mau apa kamu!" suara sumbang mengganggu kesenanganku. Tangan lemah Ibu terus memukul tangan ini, dan meminta pertolongan. Aku semakin kalap saat beberapa orang mulai mendekat, cengkraman tangan dileher Ibu semakin aku tekan.Dia harus lenyap, aku tak ingin hidup menderita sendirian.Tubuh Ibu mulai lemas, tangannya terkuai tidak lagi melakukan perlawanan.Kedua tanganku ditarik paksa, seruan dari suara sumbang terus saja mengusik pendengaranku."Hei, sudah gila kamu ya!" hadrik suara seseorang."Lepas!""Pak, tolong ..."Plakk plakk!!Rasa panas langsung menjalar dipipiku, setelah memastikan Ibu tak lagi bergerak aku baru mel

  • Karma Sang Penggoda   Bab 56 - Pergi saja.

    "Mas ..."Langkah Mas Mahesa terhenti mendengar panggilanku.Mamah menatap jengah, Diana menampilkan wajah datar berpura tak melihat kehadiranku.Sombong sekali, perempuan tua itu. Merasa menang dariku? Tak tahu malu.Mas Mahesa mengangguk kecil pada dua perempuan busuk itu, Mamah menatap khawatir, tapi akhirnya pergi juga bersama Diana."Ada apa?" tanyanya datar, tanpa melihat wajahku. Tangannya sibuk merapihkan dasi yang menjerat dilehernya."Aku ..." mata ini memanas, melihat perubahannya. Mas Mahesa melirik sekilas, menghela nafas panjang."Katakanlah, aku tidak punya banyak waktu. Mamah dan istriku sudah menunggu diluar," ucapnya sambil menatap lurus kearah pintu, dimana berdiri Mamah Hana juga Diana."Aku juga istrimu," sahutku dengan suara parau. Mas Mahesa terkekeh, lalu menatapku tajam."Istriku?" tanyanya dengan tatapan mengejek. "Oh ya ... kau benar. Aku belum mengucap talak untukmu," sambungnya dengan senyum tipis."Mas ..." selaku dengan wajah memelas."Aku minta maaf, su

DMCA.com Protection Status