"Tsamara tidak tahu. Jika Tante berada di rumah sakit," ucap Tsamara. "Tsamara tante kami memang tidak ingin membuat kamu khawatir dan maka dari itu kami sengaja tidak memberitahu kamu," sahut Bayu. "Iya Tsamara lagi pula tante tidak apa-apa sama sekali, kamu lihat sendiri, Tante baik-baik saja. Alhamdulillah tidak terjadi apa-apa dan sebentar lagi juga akan pulang dari rumah sakit," sahut Rima. "Syukurlah kalau begitu Tante," sahut Tsamara. "Oh iya Tsamara aku waktu itu kamu ke apartemen Tante. Om kamu bilang kamu malam itu tiba-tiba menghilang, padahal kamu sudah akan diantarkan om kamu pulang," ucap Mira yang tiba-tiba mengingat kejadian yang sudah berlalu. "Kamu kemana malam itu?" tanya Mira. Mahendra yang sepertinya mengetahui situasi yang dimaksud kesulitan menelan salivanya. Dia malah terlihat sangat gelisah dan panik di wajahnya. "Benar Tsamara, kamu malam itu pergi begitu saja," sahut Bayu yang sangat menunggu jawaban dari Tsamara. Tsamara melihat ke arah Mah
Tsamara terus memperhatikan pintu itu yang membuat dia benar-benar sangat penasaran. Tsamara melangkahkan kakinya menghampiri pintu itu yang sudah di masukin Mahendra. Tsamara yang sudah berada di depan pintu yang tertutup itu. "Apa yang dia lakukan di dalam sana?" batin Tsamara. Dengan keberanian Tsamara memegang kenopi pintu dan mendorong pelan. Pintu yang terbuka sedikit itu di manfaatkan Tsamara untuk melihat masuk ke dalam. Mahendra yang terlihat memeluk seorang wanita yang tidak dapat diketahui siapa wanita itu. "Siapa dia?" tanya Tsamara dengan rasa penasaran. Mahendra yang sudah melepas pelukan itu memegang kedua pipi wanita cantik tersebut. "Aku berjanji tidak akan membiarkan semua ini terjadi. Semua akan kembali seperti dulu lagi," ucap Mahendra yang terlihat begitu tulus mengusap-usap rambut wanita itu. "Apa wanita itu kekasihnya?" Tsamara hanya bisa menduga-duga. Dratttt Dratttt Dratttt Dratttt. Ponsel Tsamara yang tiba-tiba berdering membuat Tsamara k
Mereka berdua yang saling melihat dengan Mahendra yang masih memegang lengan Tsamara agar tidak jatuh. Suasana di dalam lift memang menegangkan. Tetapi, terlihat hening dengan tatapan mata keduanya. 2 pasang bola mata itu seketika berubah dan tidak terlihat ada kebencian di antara mereka."Kau tidak apa-apa?" tanya Mahendra dengan sangat lembut."Jangan menyentuhku!" Tsamara langsung menepis tangan Mahendra dengan mengalihkan pandangannya. Tsamara yang terlihat gugup yang berada dalam situasi ituMendapatkan respon seperti itu dari Tsamara membuat Mahendra menjauh dan kembali menggedor-gedor pintu lift."Buka pintunya di sini ada orang!""Buka!" teriak Mahendra dengan keras. Goyangan itu terhenti, tetapi pintu lift yang tidak terbuka sama sekali. Mahendra sudah mencoba beberapa kali menekan-nekan tombol lift. "Sial!" umpat Mahendra.Lagi-lagi Mahendra kembali berusaha menggedor-gedor agar orang-orang bisa mengetahui jika dia sedang ada di dalam lift."Percuma melakukan hal itu. Tida
Tsamara yang berada di dalam ruang perawatan yang duduk dan mencoba untuk turun dari ranjang. Di dalam kamar itu terlihat Suster."Nona belum sepenuhnya pulih Jadi mohon jangan pergi kemana-mana. Saya juga mendapatkan pesan dari tuan Mahendra," ucap Suster berusaha untuk mencegah Tsamara."Jadi benar dia yang telah membawaku ke rumah sakit," batin Tsamara yang sempat bengong.Tetapi Tsamara tidak peduli dan ingin secepatnya pergi dari rumah sakit dan bahkan sangat nekat membuka infus sendiri. "Nona!" tegur Suster yang sedikit keras. "Kamu sejak tadi menghalangi saya dan saya sudah meminta kamu untuk segera melepas infus saya," ucap Tsamara yang menyibak selimut dan turun dari ranjang. Namun, Suster masih saja berusaha untuk mencegah Tsamara."Tapi saya sudah dikirim pesan untuk menjaga Nona dan mohon tolong jangan seperti ini!" tegas Suster itu."Kamu dengar ya. Saya sama sekali tidak ada urusan dengan laki-laki yang bernama Mahendra. Saya tidak mengenal dia dan saya tidak peduli. J
Mereka bertiga masih berdiri pada tempat masing-masing. Olla yang sejak tadi begitu ekspresif yang mengetahui hal baru dari Tsamara yang membuat dia senang. Berbeda dengan Mahendra yang sejak tadi menatap Tsamara. Meski Tsamara tidak melihat ke arah Mahendra. Tetapi Tsamara tahu jika sejak tadi dia selalu di perhatikan yang terlihat dari ekor mata Tsamara. "Olla, saya masuk dulu," ucap Mahendra dengan suara dingin. "Oh iya," sahut Olla. Sebelum pergi Mahendra masih manis Tsamara. Tetapi Tsamara yang sama sekali tidak melihat ke arah Mahendra dengan terlihat sangat tenang namun tersirat sesuatu yang dia pikirkan. Mahendra tidak bicara apa-apa dan langsung pergi meninggalkan Olla dan Tsamara. Tsamara melihat ke arah Perusahaan yang melihat Mahendra sudah memasuki Perusahaan dan tidak ada tanda-tanda ingin keluar kembali. "Olla kamu sepertinya sangat kenal dekat dengan Mahendra?" tanya Tsamara yang langsung to the point. "Kedekatan kami seperti apa yang aku katakan tadi sebelumnya,
"Seenaknya muntah di jas ku!" umpat Mahendra yang tetap terlihat sangat kesal dengan Tsamara. "Untuk apa dia masuk ke dalam ruangan kelas yang tiba-tiba ingin menyentuhkan tangannya pada laptop ku. Apa yang ingin dia lakukan," batin Mahendra dengan rasa penasaran. Matanya tidak buta dan melihat sangat jelas dengan apa yang di lakukan Tsamara. ********* Tsamara yang merasa tidak enak badan memilih pulang kerumah. Mobil Tsamara yang sudah terparkir di depan toko. Tsamara yang merasa sangat tidak enak pada perutnya langsung keluar dari mobil dan memasuki tokoh itu. "Kamu sudah pulang Tsamara?" tanya Indah yang duduk di kasir. "Iya kak. Tiba-tiba saja merasa tidak enak badan Jadi Tsamara pulang terlebih dahulu," jawab Tsamara. Indah juga bisa melihat kondisi Tsamara yang memang terlihat tidak baik-baik saja, wajah itu tampak pucat dan suara Tsamara juga yang serak. "Ya sudah kalau begitu kamu sebaiknya istirahat, nanti biar kakak antarkan sup untuk kamu," ucap Indah. "T
"Sudah cukup hentikan!" tegas Karin menegaskan "Tante apa maksud Tante dengan dia yang akan tinggal di rumah ini? ini tidak mungkin Tante," ucap Karin yang seperti sangat tidak menyukai hal itu. "Apa yang tidak mungkin, Kak. Ini adalah keluargaku dan kakak tidak punya hak untuk protes," sahut Silvia. "Aku tidak menyuruhmu untuk bicara!" tegas Karin menunjuk Silvia. Lidya yang benar-benar berada di antara pertengkaran kakak beradik itu dengan penuh kebingungan yang sebentar-sebentar melihat Karin yang terus marah dan sebentar-sebentar melihat Silvia yang tidak mau kalah. Karin dan Yura terus berperang mulut dan sama-sama keras kepala. "Sudah-sudah hentikan!" tegas Lidya dengan mengangkat tangan memisahkan kakak beradik itu. "Sudah cukup hentikan! apa-apaan kalian berdua ribut seperti ini hah!" tegas Lidya yang berada di tengah di antara kedua kakak beradik itu yang sekarang baru biasa diam. "Karin, Silvia berhak untuk tinggal di sini dan kamu juga Silvia jangan terlalu bi
Mata Tsamara terus menatap bibir Dokter yang akan menjawab pernyataannya. Jantungnya yang berdebar dengan kencang yang tidak karuan."Benar Nona, Nona sedang mengandung," Bagai tertembak peluru sampai menusuk dalam Tsamara yang benar-benar sangat terkejut mendengar pernyataan yang dua kali itu.Dunia Tsamara seolah berhenti dengan apa yang dia dengar dan sangat tidak terduga dengan semua itu.Bukan seperti wanita pada umumnya yang pasti sangat bahagia mendengar kehamilan yang merupakan anugrah dari sang pencipta.Tetapi, di mana letak rasa syukur Tsamara, saat anak yang ada di dalam kandungannya. Anak seorang pria yang kejam yang sudah merenggut kehormatannya."Selamat ya Nona Tsamara!" Dokter tersenyum memberikan ucapan selamat itu, tanpa peduli dengan raut wajah Tsamara yang sama sekali tidak bahagia."Ini resep obatnya, jadi di minum teratur agar mual-mualnya berkurang dan jangan lupa untuk istirahat yang cukup," Dokter terus saja memberikan saran yang sama sekali tidak di pedulik
Setelah menghabiskan malam pertama mereka berdua Mahendra dan Tsamara yang melanjutkan dengan bermain-main di pinggir pantai. Tsamara yang tampil begitu anggun menggunakan dress putih sampai mata kakinya yang sekarang berlari-lari dikejar-kejar Mahendra yang juga menggunakan setelan kemeja berwarna putih dengan celana pendek berwarna coklat susu. Pasangan itu sama sekali tidak hentinya saling bercanda satu sama lain.Sekarang Mahendra yang memutarkan tubuh sang istri dengan menggendongnya yang membuat Tsamara terus saja berteriak dengan kedua tangannya berada di leher Mahendra.Kedua tangan Mahendra yang berada di bawah pantat Tsamara yang menggendong istrinya itu dan sesekali Tsamara merentangkan tangannya dan sampai akhirnya menempelkan dahinya di dahi Mahendra. "Kamu sangat bahagia?" tanya Mahendra.Tsamara menganggukkan kepalanya."Bagaimana mungkin aku tidak bahagia dan aku juga tidak bisa menggambarkan kebahagiaanku seperti apa," jawab Tsamara."Aku juga sangat bahagia," sahut
Acara pernikahan yang telah selesai. Mahendra dan Tsamara yang sekarang berada di dalam kamar Hotel. Kamar pengantin pada umumnya yang penuh dengan suasana romantis. Tempat tidur king size dengan sprei berwarna putih yang ditaburi dengan kelopak mawar yang dibentuk dengan love dan di bagian tengahnya terdapat dua angsa yang saling berhadapan. Selain itu juga terdapat banyak tangkai mawar yang berada di atas lantai yang menambah suasana kamar tersebut yang semakin romantis dan belum lagi dengan lampu yang tidak terlalu terang dan juga tidak terlalu gelap. Di tambah dengan aroma kamar tersebut yang begitu khas dan sangat menyejukkan. Tsamara yang duduk di depan cermin yang sedang menyisir rambutnya. Setelah acara pernikahan yang sangat melelahkan itu selesai. Tsamara langsung membersihkan diri agar terlihat fresh. Dia sudah mandi dan tidak lupa keramas yang juga sudah melepas gaun pengantinnya dengan baju tidur berwarna merah mencolok yang panjang sampai mata kaki. Krrekkk Su
"Itu calon istrimu!" tunjuk Andre yang membuat Mahendra langsung menoleh. Mahendra melihat calon istrinya berjalan begitu cantik dan anggun yang didampingi oleh sahabat-sahabatnya. Tsamara terlihat sangat tenang dengan memegang buket bunga di tangannya. Mahendra sampai tidak berkedip melihat calon istrinya yang benar-benar seperti bidadari yang sangat cantik.Bukan hanya mata calon suami yang tidak berkedip melihat pengantin yang sangat cantik itu. Semua tamu undangan juga langsung tertuju pada Tsamara yang benar-benar harus memuji kecantikan Tsamara. Mereka tidak tanggung-tanggung yang pasti berbisik-bisik membicarakan Tsamara yang pasti mengagumi calon pengantin tersebut. "Ngedip woy!" tegur Andre yang membuat Mahendra tersentak dengan dirinya yang tersenyum geleng-geleng. Bagaimana dia bisa berkedip jika calon pengantinnya saja seperti itu."Tenang bentar lagi kamu akan bisa menatapnya secara dekat dan tidak perlu khawatir akan hal apapun," sejak tadi Andre terus saja menggoda Ma
Hari Pernikahan. Akhirnya hari yang di tunggu-tunggu datang juga. Hari pernikahan Tsamara dan Mahendra. Pernikahan mereka yang diadakan secara order di salah satu tempat yang sudah di dekor dengan seindah mungkin yang sesuai dengan keinginan Tsamara dan Mahendra. Tempat pernikahan itu sudah mulai dikunjungi para tamu yang berdatangan yang turut menghadiri acara sakral tersebut. Dengan susunan bangku yang rapi yang berwarna putih yang sudah disusun sedemikian rupa. Tidak lupa dengan paduan dekorasi yang indah dengan bunga berwarna putih yang dipadukan dengan pink. Para tamu undangan yang benar-benar dimanjakan dengan pemandangan yang sangat indah itu. Sementara Tsamara yang masih berada di salah satu ruangan yang khusus untuk pengantin wanita yang masih sedang di make up. Tsamara juga terlihat sangat cantik menggunakan gaun panjang berwarna putih tanpa lengan. Gaun Indah itu sampai menyapu lantai. Tsamara yang berdiri dengan memegang bunga dan menatap dirinya di cermin. Ame
Tsamara yang berada di dalam kamar yang baru saja selesai dari kamar mandi dan menghampiri cermin yang seperti biasa sebelum tidur memakai skin care terlebih dahulu. Ponsel Tsamara yang berdering membuat Tsamara yang langsung melihat panggilan masuk tersebut yang ternyata dari Mahendra. "Kenapa dia menelpon? apa ada sesuatu?" tanyanya dengan rasa penasaran. Tanpa berpikir panjang yang akhirnya Tsamara mengangkat panggilan telepon tersebut. "Hallo!" sapa Tsamara."Kamu sedang apa?" tanya Mahendra dengan suara yang sangat lembut. Tsamara pasti sangat merindukan suara yang berbicara itu. "Ingin tidur," jawab Tsamara."Kamu bisa tidur dan kamu tahu tidak tahu, bahwa aku sama sekali tidak bisa tidur," ucap Mahendra."Oh iya. Memang kenapa?" tanya Tsamara "Bagaimana aku bisa tidur jika beberapa hari ini kita tidak pernah bertemu dan bahkan baru kali ini aku menelpon kamu. Walau dilarang berkomunikasi dengan kamu. Ternyata hal itu membuatku tidak tahan dan mau tidak mengulur menghubungi
Tsamara begitu sangat bahagia mendapatkan kejutan dari sahabatnya. Tsamara sampai meneteskan air mata yang mungkin tidak bisa berkata-kata dengan apa yang telah diberikan sahabatnya kepada dia. Sangat wajar dalam situasi seperti itu dia sangat terharu."Kamu oke Tsamara?" tanya Rora yang mendapati sang sahabat menegaskan air mata.Tsamara hanya menganggukkan kepala dengan terharu."Tapi aku melihat kamu tidak baik-baik saja. Kamu sampai meneteskan air mata. Apa kita melakukan kesalahan?" tanya Rora dengan panik.Tsamara menggelengkan kepala, "kalian sama sekali tidak melakukan kesalahan apapun. Bagaimana aku tidak meneteskan air mata dengan keadaan yang sekarang aku dapatkan. Selama ini aku hanya punya kalian bertiga. Aku bersama dengan Amel perjuangan kami yang besar dan perjuangan itu juga tidak mudah. Aku mengenal kamu Rora yang selalu memberikan dukungan kepadaku. Kamu juga Karin. Di luar semua yang terjadi. Kamu adalah orang satu-satunya yang sangat mengerti aku dan terus memberi
Setelah melakukan semua kegiatan Mahendra dan Tsamara yang akhirnya hari ini Tsamara dan Mahendra yang sudah sampai di depan rumah Tsamara dengan mereka berdua yang masih berada di dalam mobil. Mahendra memegang tangan Tsamara dengan tersenyum pada Tsamara."Sebentar lagi kita berdua akan menikah," ucap Mahendra yang membuat Tsamara menganggukkan kepala."Kata kak Indah menjelang hari pernikahan kita tidak boleh bertemu dulu," ucap Tsamara yang membuat Mahendra mengkerutkan dahi."Kita tidak boleh bertemu!" tanya Mahendra memastikan. Tsamara menganggukkan kepala."Kak Indah mengatakan jika hal itu pamali menghindari hal-hal yang tidak terduga. Jadi kita berdua jangan bertemu sampai pernikahan minggu depan dan lagi pula persiapan pernikahan kita sudah sampai 95%. Kita sudah menyiapkan lokasi pernikahan, undangan pernikahan, catering dan hal-hal lainnya," ucap Tsamara."Tapi masa iya kita tidak bertemu selama satu minggu," sahut Mahendra yang sangat keberatan dengan keinginan Tsamara.
Setelah seharian Mahendra dan Tsamara bersama mengurus segala persiapan pernikahan mereka berdua yang akhirnya sekarang pasangan itu yang berada di dalam mobil yang berhenti di kediaman Mahendra."Ayo turun!" ajak Mahendra."Memang kita harus mampir lagi ya?" tanya Tsamara yang mungkin terlihat begitu capek dan rasanya ingin pulang saja. "Sebentar saja Tsamara. Ada yang ingin dikatakan mama kepada kamu dan mungkin saja mama harus mengatakan sekarang," ucap Mahendra yang membuat Tsamara menghela nafas.Mahendra yang langsung meraih tangan kekasihnya itu."Kamu capek ya seharian?" tanya Mahendra yang membuat Tsamara menganggukkan kepala dan memang benar-benar begitu capek dan sangat melelahkan."Bagaimana? kalau kamu menginap saja di rumah. Besok kamu baru pulang?" tanya Mahendra memberikan saran. "Mana boleh seperti itu," sahut Tsamara membuat Mahendra mengkerutkan dahi. "Kenapa?" tanya Mahendra heran."Kita belum menikah dan aku tidak mau menginap di rumah calon suamiku," ucap Tsam
Tsamara yang tiba di rumahnya dan ingin memasuki kamar yang bersamaan dengan Amel yang juga baru pulang. "Aku pikir kamu sudah kembali sejak tadi," ucap Tsamara yang memang tadi Amel duluan pulang terlebih dahulu bersama dengan Mahendra dan ternyata mereka bahkan malah sampai berbarengan dan padahal Tsamara dan Mahendra tadi tidak langsung pulang. "Iya aku memang baru sampai," jawab Amel."Memang kamu habis dari mana?" tanya Tsamara kebingungan."Tadi aku sama Andre mampir sebentar ke minimarket. Aku membeli beberapa cemilan yang memang stoknya sudah habis," jawab Amel "Hmmm, aku lihat kamu dan Andre belakangan ini sangat dekat. Apa akan ada hilal setelah ini," ucap Tsamara yang menatap curiga sahabatnya itu. "Hilal apa maksud kamu Tsamara. Kamu itu ada-ada saja!" ucap Amel dengan geleng-geleng kepala."Ya, hubungan kalian berdua itu sangat tidak biasa dan bukankah wajar aku mempertanyakan hal itu dan siapa tahu saja kalian berdua memiliki hubungan yang spesial yang tanpa aku keta