Mahendra kembali bangkit dari keterpurukan. Dia berusaha mengatasi satu persatu masalah yang dihadapi. Amel yang ternyata membantu Mahendra untuk mempertemukan Mahendra dengan investor. Perusahaan Amel dan Tsamara selama ini dikelola Amel memang berjalan sangat baik dan bahkan sudah masuk jajaran Perusahaan maju yang tidak kalah saing dengan Perusahaan yang lain.Memiliki nama yang bagus dalam bisnis pasti mempermudah Amel untuk mendapatkan investor dan ternyata memang sangat mudah. Dia bisa membantu Mahendra.Mahendra harus mengeluarkan seluruh uang tabungannya untuk membayar gaji para karyawan. Mahendra juga membayar pesangon para karyawan yang dipecat Silvia secara sepihak. Bahkan Mahendra memberikan mereka tunjangan per bulan dan berjanji akan membawa mereka kembali ke Perusahaan. Jika Perusahaan sudah kembali normal."Ini! kamu selesaikan yang belum terselesaikan dengan beberapa karyawan!" Mahendra memberikan tumpukan amplop putih kepada Angga. "Baik tuan!" sahut Angga dengan me
Mahendra yang langsung menghampiri Silvia, Luci dan juga Angga. "Apa yang kamu lakukan Silvia? kami ingin membuat keributan lagi di tempat ini?" tanya Mahendra. "Aku tidak ingin membuat keributan dan aku mereka berdua yang ada di sini. Kenapa mereka ada di sini?" tanya Silvia dan padahal Angga dan Luci sudah menjelaskan jika mereka bekerja karena dipanggil Mahendra. "Kakak menarik mereka berdua kembali ke Perusahaan ini?" tanya Silvia. "Jika iya kenapa?" Mahendra balik bertanya. "Kenapa? Kenapa harus melakukan itu. Kak Mereka sudah keluar dari Perusahaan. Lalu dengan mudah Kakak membawa mereka berdua kembali Keperusahan ini," ucap Silvia. "Jaga bicara kamu Silvia. Angga dan Luci memiliki kemampuan dan kompeten di Perusahaan ini. Justru kamu yang memecat mereka berdua tanpa alasan. Jadi jika mereka berdua kembali ada di sini dan itu berarti aku yang menginginkannya dan kamu tidak perlu berkomentar apa-apa!" tegas Mahendra. "Kompeten kata Kakak. Jadi menurut Kakak aku tidak kom
Mahendra benar-benar begitu terkejut yang berdiam diri mematung dengan mata yang masih menatap ke arah Tsamara. Dia benar-benar sangat tidak percaya jika wanita yang selama ini tidak pernah dia lihat dan memutuskan komunikasi dengan dia sekarang sudah ada di hadapannya. Amel tersenyum yang melihat bergantian ke arah Mahendra dan Tsamara. Dia seolah begitu senang yang akhirnya dua manusia itu bertemu kembali. "Mahendra!" tegur Amel yang membuat Mahendra tersadar dan Tsamara yang juga mengalihkan tatapannya dengan wajah yang tampak begitu gugup dan beberapa kali kesulitan menelan saliva. "Amel Mahendra ingin bertemu dengan kamu," sahut Indah. "Iya Kak," sahut Amel. "Ya sudah kalau begitu, kalian mau ngobrol lah kakak mau turun dulu," ucap Indah. "Baik Kak!" sahut Amel. "Terima kasih Kak," sahut Mahendra. Indah hanya tersenyum mengangguk dan langsung meninggalkan orang-orang yang ada di ruang tamu itu. "Amel kalau begitu aku mau ke kamar sebentar, kamu sepertinya ada uru
Tsamara dan Mahendra sama-sama melepas pelukan mereka. Rasa rindu yang sedikit tersalurkan membuat mereka berdua merasa bahagia. Mahendra memegang ke-2 pipi Tsamara yang melihat wajah Tsamara yang mengeluarkan air mata. Tatapan mereka yang bertemu membuat mereka berdua saling melihat satu sama lain. Mahendra yang langsung mengusap air mata di pipi Tsamara dengan mereka berdua yang sama-sama melihat satu sama lain."Terima kasih Tsamara kamu sudah kembali dan aku anggap ini adalah janji kamu ke padaku. Janji yang telah kamu tempati," ucap Mahendra. Tsamara menganggukkan kepala dengan tersenyum."Kalau begitu aku tidak pernah berbohong. Aku memang hanya butuh waktu saja," ucap Tsamara."Maafkan aku Tsamara. Aku terlalu banyak memaksa kamu dan akhirnya seperti ini. Seharusnya aku tidak memaksa kamu. Seharusnya aku mempercayai dan menghargai semua keputusan kamu. Seharusnya aku yakin kepada kamu dan ini jawaban dari kamu. Maafkan aku terlalu terburu-buru," ucap Mahendra."Bukankah kita m
Setelah bertemu dengan Mahendra, Tsamara yang langsung memasuki rumah dengan Tsamara tampak bahagia dengan tersenyum terus."Ya ampun senyumnya manis banget," goda Amel yang memperhatikan Tsamara. Wajah Tsamara langsung datar ketika mendengar kata-kata Amel. "Amel kamu," sahut Tsamara yang terlihat malu-malu dengan wajahnya yang memerah. "Bertemu dengan Mahendra ternyata membuat kamu begitu sangat bahagia, awas lo keseringan senyum-senyum nanti malah seperti orang gila," goda Amel lagi."Issss apaan sih kamu," Tsamara yang terlihat semakin malu.Amel menghela nafas dan menghampiri Tsamara yang berdiri di hadapan Tsamara."Aku benar-benar sangat lega Tsamara, sekarang hubungan kamu dan Mahendra baik-baik saja. Aku juga sangat bahagia melihat kamu yang sudah kembali. Aku tidak ingin ada sedih-sedih lagi seperti dulu. Sekarang kita harus benar-benar bahagia. Kamu juga berhak Bahagia," ucap Amel."Makasih ya Amel kamu sudah selalu memberi memberiku support dan juga masukan. Aku sangat b
Akhirnya Mahendra membawa Tsamara masuk ke dalam rumah Mahendra yang kebetulan di ruang tamu ada Lidya dan juga Kayra, mendengar suara langkah kaki membuat ibu dan anak itu melihat ke arah pintu."Mahendra kamu sudah datang," sahut Lidya yang langsung berdiri dari tempat duduknya dan disusul oleh Kayra.Mahendra yang melangkah menghampiri Lidya dengan menggenggam tangan Tsamara. Mata Lidya melihat genggaman yang sangat erat itu membuat dia sangat senang dengan memperlihatkan senyum yang lebar di wajahnya.Berbeda dengan Tsamara yang semenjak tadi sangat gugup yang bertemu dengan orang tua Mahendra."Iya Mah kami Baru saja sampai, aku tadi menjemput Tsamara dulu di kantor, Dia kebetulan ada keperluan di sana," jawab Mahendra. "Begitukah," sahut Lidya."Tante!" sapa Tsamara yang menyapa Lidia dengan menundukkan kepala dan sangat jelas wajah Tsamara yang benar-benar sangat gugup. "Kamu apa kabar Tsamara?" tanya Lidya. "Saya baik-baik saja Tante," jawab Tsamara. Lidya mendekati Tsamara
Akhirnya Tamara dan Mahendra selesai juga makan bersama dengan keluarga Mahendra. Mereka berdua yang belum pulang dan masih jalan-jalan di malam hari dengan cuaca yang sedikit dingin, mereka melewati jalanan yang di pinggir-pinggir terdapat banyak pohon dengan daun yang berguguran. Ada juga lampu jalan sebagai penerang dan juga banyak orang-orang yang berada di sana yang sesekali berpapasan dengan Mahendra dan Tsamara.Kedua pasangan itu hanya ingin jalan-jalan saja untuk mencari udara segar. Dengan langkah mereka yang pelan-pelan dan mereka berdua saling melihat dengan sama-sama tersenyum. "Kamu tidak masalah jalan-jalan bersamaku?" tanya Mahendra. Tsamara menggelengkan kepala dengan tersenyum."Kenapa harus masalah, aku justru sangat bahagia bisa jalan-jalan bersama kamu dan juga makan bersama keluarga kamu. Mama kamu dan kak Kayra begitu sangat baik dan sangat welcome kepadaku," ucap Tsamara."Syukurlah kalau begitu, aku sangat lega mendengarnya dan aku berharap kamu tidak bosan-b
Silvia menuruni anak tangga. Tetapi Silvia yang terlihat kaget dengan orang-orang yang ada di ruang tamu bukan hanya Lidya, Kayra atau Mahendra. Tetapi juga ada Tsamara, ada Amel, ada Luci, ada Angga dan yang lebih mengejutkan lagi ada Andre di sana yang tidak biasanya bergabung bersama orang-orang itu. Langkah Silvia memelan dengan wajah kaget yang tidak mengerti dengan kehadiran orang-orang itu di rumah Andre. "Kenapa mereka semua ada di sini? apa mereka sedang meeting di sini?" batin Silvia bertanya-tanya. "Turunlah cepat Silvia. Jangan hanya berdiri saja di sana," ucap Lidya. Silvia menelan Saliva. Kata-kata Lidya terdengar begitu tegas yang membuat Silvia jadi gelisah. Silvia yang berusaha untuk tenang dan melanjutkan langkahnya menuruni anak tangga yang menghampiri ruang tamu. Silvia melihat orang-orang di sana satu persatu. Tetapi wajah Amel yang dia lihat tampak tersenyum seperti menyimpan sesuatu di balik senyum itu. "Ada apa Tante? apa kalian sedang menungguku?" tanya
Setelah menghabiskan malam pertama mereka berdua Mahendra dan Tsamara yang melanjutkan dengan bermain-main di pinggir pantai. Tsamara yang tampil begitu anggun menggunakan dress putih sampai mata kakinya yang sekarang berlari-lari dikejar-kejar Mahendra yang juga menggunakan setelan kemeja berwarna putih dengan celana pendek berwarna coklat susu. Pasangan itu sama sekali tidak hentinya saling bercanda satu sama lain.Sekarang Mahendra yang memutarkan tubuh sang istri dengan menggendongnya yang membuat Tsamara terus saja berteriak dengan kedua tangannya berada di leher Mahendra.Kedua tangan Mahendra yang berada di bawah pantat Tsamara yang menggendong istrinya itu dan sesekali Tsamara merentangkan tangannya dan sampai akhirnya menempelkan dahinya di dahi Mahendra. "Kamu sangat bahagia?" tanya Mahendra.Tsamara menganggukkan kepalanya."Bagaimana mungkin aku tidak bahagia dan aku juga tidak bisa menggambarkan kebahagiaanku seperti apa," jawab Tsamara."Aku juga sangat bahagia," sahut
Acara pernikahan yang telah selesai. Mahendra dan Tsamara yang sekarang berada di dalam kamar Hotel. Kamar pengantin pada umumnya yang penuh dengan suasana romantis. Tempat tidur king size dengan sprei berwarna putih yang ditaburi dengan kelopak mawar yang dibentuk dengan love dan di bagian tengahnya terdapat dua angsa yang saling berhadapan. Selain itu juga terdapat banyak tangkai mawar yang berada di atas lantai yang menambah suasana kamar tersebut yang semakin romantis dan belum lagi dengan lampu yang tidak terlalu terang dan juga tidak terlalu gelap. Di tambah dengan aroma kamar tersebut yang begitu khas dan sangat menyejukkan. Tsamara yang duduk di depan cermin yang sedang menyisir rambutnya. Setelah acara pernikahan yang sangat melelahkan itu selesai. Tsamara langsung membersihkan diri agar terlihat fresh. Dia sudah mandi dan tidak lupa keramas yang juga sudah melepas gaun pengantinnya dengan baju tidur berwarna merah mencolok yang panjang sampai mata kaki. Krrekkk Su
"Itu calon istrimu!" tunjuk Andre yang membuat Mahendra langsung menoleh. Mahendra melihat calon istrinya berjalan begitu cantik dan anggun yang didampingi oleh sahabat-sahabatnya. Tsamara terlihat sangat tenang dengan memegang buket bunga di tangannya. Mahendra sampai tidak berkedip melihat calon istrinya yang benar-benar seperti bidadari yang sangat cantik.Bukan hanya mata calon suami yang tidak berkedip melihat pengantin yang sangat cantik itu. Semua tamu undangan juga langsung tertuju pada Tsamara yang benar-benar harus memuji kecantikan Tsamara. Mereka tidak tanggung-tanggung yang pasti berbisik-bisik membicarakan Tsamara yang pasti mengagumi calon pengantin tersebut. "Ngedip woy!" tegur Andre yang membuat Mahendra tersentak dengan dirinya yang tersenyum geleng-geleng. Bagaimana dia bisa berkedip jika calon pengantinnya saja seperti itu."Tenang bentar lagi kamu akan bisa menatapnya secara dekat dan tidak perlu khawatir akan hal apapun," sejak tadi Andre terus saja menggoda Ma
Hari Pernikahan. Akhirnya hari yang di tunggu-tunggu datang juga. Hari pernikahan Tsamara dan Mahendra. Pernikahan mereka yang diadakan secara order di salah satu tempat yang sudah di dekor dengan seindah mungkin yang sesuai dengan keinginan Tsamara dan Mahendra. Tempat pernikahan itu sudah mulai dikunjungi para tamu yang berdatangan yang turut menghadiri acara sakral tersebut. Dengan susunan bangku yang rapi yang berwarna putih yang sudah disusun sedemikian rupa. Tidak lupa dengan paduan dekorasi yang indah dengan bunga berwarna putih yang dipadukan dengan pink. Para tamu undangan yang benar-benar dimanjakan dengan pemandangan yang sangat indah itu. Sementara Tsamara yang masih berada di salah satu ruangan yang khusus untuk pengantin wanita yang masih sedang di make up. Tsamara juga terlihat sangat cantik menggunakan gaun panjang berwarna putih tanpa lengan. Gaun Indah itu sampai menyapu lantai. Tsamara yang berdiri dengan memegang bunga dan menatap dirinya di cermin. Ame
Tsamara yang berada di dalam kamar yang baru saja selesai dari kamar mandi dan menghampiri cermin yang seperti biasa sebelum tidur memakai skin care terlebih dahulu. Ponsel Tsamara yang berdering membuat Tsamara yang langsung melihat panggilan masuk tersebut yang ternyata dari Mahendra. "Kenapa dia menelpon? apa ada sesuatu?" tanyanya dengan rasa penasaran. Tanpa berpikir panjang yang akhirnya Tsamara mengangkat panggilan telepon tersebut. "Hallo!" sapa Tsamara."Kamu sedang apa?" tanya Mahendra dengan suara yang sangat lembut. Tsamara pasti sangat merindukan suara yang berbicara itu. "Ingin tidur," jawab Tsamara."Kamu bisa tidur dan kamu tahu tidak tahu, bahwa aku sama sekali tidak bisa tidur," ucap Mahendra."Oh iya. Memang kenapa?" tanya Tsamara "Bagaimana aku bisa tidur jika beberapa hari ini kita tidak pernah bertemu dan bahkan baru kali ini aku menelpon kamu. Walau dilarang berkomunikasi dengan kamu. Ternyata hal itu membuatku tidak tahan dan mau tidak mengulur menghubungi
Tsamara begitu sangat bahagia mendapatkan kejutan dari sahabatnya. Tsamara sampai meneteskan air mata yang mungkin tidak bisa berkata-kata dengan apa yang telah diberikan sahabatnya kepada dia. Sangat wajar dalam situasi seperti itu dia sangat terharu."Kamu oke Tsamara?" tanya Rora yang mendapati sang sahabat menegaskan air mata.Tsamara hanya menganggukkan kepala dengan terharu."Tapi aku melihat kamu tidak baik-baik saja. Kamu sampai meneteskan air mata. Apa kita melakukan kesalahan?" tanya Rora dengan panik.Tsamara menggelengkan kepala, "kalian sama sekali tidak melakukan kesalahan apapun. Bagaimana aku tidak meneteskan air mata dengan keadaan yang sekarang aku dapatkan. Selama ini aku hanya punya kalian bertiga. Aku bersama dengan Amel perjuangan kami yang besar dan perjuangan itu juga tidak mudah. Aku mengenal kamu Rora yang selalu memberikan dukungan kepadaku. Kamu juga Karin. Di luar semua yang terjadi. Kamu adalah orang satu-satunya yang sangat mengerti aku dan terus memberi
Setelah melakukan semua kegiatan Mahendra dan Tsamara yang akhirnya hari ini Tsamara dan Mahendra yang sudah sampai di depan rumah Tsamara dengan mereka berdua yang masih berada di dalam mobil. Mahendra memegang tangan Tsamara dengan tersenyum pada Tsamara."Sebentar lagi kita berdua akan menikah," ucap Mahendra yang membuat Tsamara menganggukkan kepala."Kata kak Indah menjelang hari pernikahan kita tidak boleh bertemu dulu," ucap Tsamara yang membuat Mahendra mengkerutkan dahi."Kita tidak boleh bertemu!" tanya Mahendra memastikan. Tsamara menganggukkan kepala."Kak Indah mengatakan jika hal itu pamali menghindari hal-hal yang tidak terduga. Jadi kita berdua jangan bertemu sampai pernikahan minggu depan dan lagi pula persiapan pernikahan kita sudah sampai 95%. Kita sudah menyiapkan lokasi pernikahan, undangan pernikahan, catering dan hal-hal lainnya," ucap Tsamara."Tapi masa iya kita tidak bertemu selama satu minggu," sahut Mahendra yang sangat keberatan dengan keinginan Tsamara.
Setelah seharian Mahendra dan Tsamara bersama mengurus segala persiapan pernikahan mereka berdua yang akhirnya sekarang pasangan itu yang berada di dalam mobil yang berhenti di kediaman Mahendra."Ayo turun!" ajak Mahendra."Memang kita harus mampir lagi ya?" tanya Tsamara yang mungkin terlihat begitu capek dan rasanya ingin pulang saja. "Sebentar saja Tsamara. Ada yang ingin dikatakan mama kepada kamu dan mungkin saja mama harus mengatakan sekarang," ucap Mahendra yang membuat Tsamara menghela nafas.Mahendra yang langsung meraih tangan kekasihnya itu."Kamu capek ya seharian?" tanya Mahendra yang membuat Tsamara menganggukkan kepala dan memang benar-benar begitu capek dan sangat melelahkan."Bagaimana? kalau kamu menginap saja di rumah. Besok kamu baru pulang?" tanya Mahendra memberikan saran. "Mana boleh seperti itu," sahut Tsamara membuat Mahendra mengkerutkan dahi. "Kenapa?" tanya Mahendra heran."Kita belum menikah dan aku tidak mau menginap di rumah calon suamiku," ucap Tsam
Tsamara yang tiba di rumahnya dan ingin memasuki kamar yang bersamaan dengan Amel yang juga baru pulang. "Aku pikir kamu sudah kembali sejak tadi," ucap Tsamara yang memang tadi Amel duluan pulang terlebih dahulu bersama dengan Mahendra dan ternyata mereka bahkan malah sampai berbarengan dan padahal Tsamara dan Mahendra tadi tidak langsung pulang. "Iya aku memang baru sampai," jawab Amel."Memang kamu habis dari mana?" tanya Tsamara kebingungan."Tadi aku sama Andre mampir sebentar ke minimarket. Aku membeli beberapa cemilan yang memang stoknya sudah habis," jawab Amel "Hmmm, aku lihat kamu dan Andre belakangan ini sangat dekat. Apa akan ada hilal setelah ini," ucap Tsamara yang menatap curiga sahabatnya itu. "Hilal apa maksud kamu Tsamara. Kamu itu ada-ada saja!" ucap Amel dengan geleng-geleng kepala."Ya, hubungan kalian berdua itu sangat tidak biasa dan bukankah wajar aku mempertanyakan hal itu dan siapa tahu saja kalian berdua memiliki hubungan yang spesial yang tanpa aku keta