Pemakaman Umum. Mobil yang dikendarai Lidya berhenti di pemakaman umum. Lidya yang pasti tidak sendiri melainkan bersama Tsamara. Seperti yang apa yang Tsamara inginkan dia hanya ingin melihat rumah anaknya. Walau bayi yang dia kandung baru beberapa bulan saja. Tetapi Tsamara ingin melihat tempat peristirahatan anaknya. Masih dalam kondisi yang sangat lemas membuat Tsamara yang keluar dari dalam mobil dengan. "Pelan-pelan Tsamara!" Lidya yang terlihat sangat khawatir pada kondisi Tsamara yang memang belum pulih sepenuhnya. "Aku tidak apa-apa sama sekali Tante jangan Khawatir," ucap Tsamara yang selalu merasa baik-baik saja. "Kamu yakin tidak apa-apa?" tanya Lidya. "Iya aku jauh baik-baik saja," jawab Tsamara. "Ayo Tante! tunjukkan padaku di mana tempat anakku," ucap Tsamara. "Baiklah! ayo!" Lidya pun berjalan ingin menunjukkan makam itu. Lidya sangat bertanggung jawab yang mengurus segalanya untuk Tsamara. Dia juga bertanggung jawab dengan jadi yang tidak tertahan hidup itu.
Amel dan Andre yang baru keluar dari gedung Apartemen. "Aku sudah mengatakan sejak awal sangat tidak mungkin Tsamara ada di sana. Kamu malah tidak percaya," ucap Andre dengan merocos. "Kenapa kamu tahu. Jika dia tidak ada di sini?" tanya Amel. "Aku hanya menduga saja dan dugaanku tidak pernah meleset," jawab Andre dengan santai. Amel tidak mengatakan apa-apa yang menghela nafas. Dia pusing yang mencari-cari Tsamara. Tetapi tidak menemukan Tsamara. "Kamu sebaiknya telpon dan siapa tahu ponsel Tamara sudah di angkat," saran Andre. Amel yang menuruti apa yang di katakan Andre dan kembali menghubungi Tsamara. "Tsamara!" pekik Amel yang ternyata Tsamara mengangkat telpon Amel. "Tsamara kamu di mana? kamu kenapa tidak pulang. Aku mencari kamu kemana-mana dan semua orang mengkhawatirkan kamu?" Amel tidak berhenti bertanya dan satupun belum ada yang dijawab Tsamara. "Maaf Amel aku sudah membuat kamu khawatir. Aku tidak apa-apa sama sekali. Aku baik-baik saja," jawab Tsamara d
Kondisi Tsamara yang terlihat sudah baik-baik saja dan sekarang yang pulang kerumahnya. Sebelumnya Tsamara sudah bertemu dengan Indah dan Amel. Tsamara lagi-lagi berbohong yang mengatakan jika dia baik-baik saja dan tidak apa-apa sama sekali. Indah dan Amel percaya saja dan tidak banyak bertanya, menurut mereka memang tidak memiliki kapasitas apa-apa untuk ikut campur terlalu jauh dan membiarkan Tsamara beristirahat. Tsamara yang memasuki kamar yang terlihat duduk di pinggir ranjang yang dekat dengan laci. Tangan Tsamara yang membuka laci dan mengambil 2 foto hasil USG. Melihat foto itu membuat Tsamara yang semakin sedih dengan air mata yang kembali jatuh. Tsamara langsung mengusap air mata itu yang berusaha untuk kembali pura-pura tegar. Dia memang harus tegar untuk menghadapi apapun yang dia jalankan sekarang dan pasti memang sangat berat. Tsamara menarik nafas panjang dan membuang perlahan kedepan. Lalu dia berdiri dari tempat duduknya dan melangkah menuju lemari. Tsamara yang
Kayra yang berada di dalam kamar dengan di temani Silvia. Kamar itu bukan kamar Kayra dengan mantan suaminya dulu, tetapi kamar baru yang siapkan Mahendra dan semua itu dia lakukan agar Kayra tidak terbayang-bayang oleh mantan suaminya. "Ayo, Kak duduk!" Silvia yang mendudukkan Kayra di pinggir ranjang. Kayra yang melihat di sekitar kamar itu dengan kepala berkeliling. Kamar yang luas itu terdapat sofa yang berada di dekat jendela, terdapat lemari besar, televisi dan juga beberapa bingkai foto yang tertempel di dinding yaitu foto Lidya, Kayra dan Mahendra."Kakak bisa beristirahat di sini dan semoga Kakak nyaman dengan kamar ini," ucap Silvia."Kenapa aku tidak melihat Karin?" tanya Kayra yang membuat Silvia mengkerutkan dahinya."Karin..." sahut Silvia."Apa jangan-jangan Kak Kayra tahu, jika suaminya berselingkuh dengan Karin," batin Silvia bertanya-tanya. "Bukankah seharusnya dia ada di rumah ini dan aku tidak melihat dia sama sekali," ucap Kayra."Kakak mengingat Karin?" tanya S
Tsamara yang lebih memilih untuk kembali ke kampung halaman. Tsamara menghabiskan hari-harinya di panti asuhan. Rumah peninggalan kedua orang tuanya yang dijadikan panti setiap ada rezeki yang berlebih Tsamara juga mengirim ke panti asuhan. Tsamara kembali mengeluarkan senyum saat dikelilingi anak-anak yang kejar-kejaran bermain-main dengannya. "Hati-hati! jangan lari-lari seperti itu!" Tsamara harus kewalahan menegur anak-anak kecil itu yang memang sangat suka bermain dengan tertawa-tawa dan tanpa peduli pakaian mereka mau kotor jatuh dan terasa sakit. Huhhhhh.Tsamara menghela nafas perlahan ke depan dengan geleng-geleng kepala yang ternyata tidak bisa mengatasi anak-anak tersebut. "Tsamara, namanya juga anak-anak mereka tidak akan mendengarkan kamu," seorang wanita yang sebaya dengannya berdiri di samping Tsamara."Aku hanya khawatir Aisyah jika mereka jatuh," ucap Tsamara."Ini waktunya anak-anak bermain dan mereka tidak ingin diganggu. Kamu lihat jika ada waktunya belajar dan
Tsamara menjalani hari-harinya di panti asuhan dengan penuh kebahagiaan. Sama seperti sekarang ini Tsamara yang terlihat menyapu teras rumah. Sudah malam hari. Semua anak-anak berada di dalam yang sedang belajar. Tiba-tiba Aisyah melewati Tsamara. "Kamu mau kemana Aisyah?" tanya Tsamara. "Aku mau pergi sebentar untuk membeli obat di apotek," jawab Aisyah. "Obat! memang ada yang sakit?" tanya Tsamara. "Tidak ada yang sakit Tsamara. Tetapi di panti asuhan ini harus disediakan obat dan kebetulan obat-obatan sudah hampir habis. Dari pada nanti harus terburu-buru. Jadi harus sedia payung sebelum hujan," jawab Aisyah. "Iya kamu benar!" sahut Tsamara. "Ya sudah kalau begitu aku pergi dulu," ucap Aisyah pamit "Aku boleh ikut?" tanya Tsamara. "Kamu mau ikut?" tanya Aisyah. "Aku sangat jenuh. Jadi tidak apa-apa bukan. Jika aku di ikut, sekalian aku melihat di sekitar desa ini," ucap Tsamara. "Ya sudah kalau begitu. Ayo!" ajak Aisyah yang tidak mempermasalahkan hal itu. Ts
Akhirnya Mahendra sudah dibawa ke panti asuhan. Para pengurus panti benar-benar sangat terkejut melihat salah satu donatur mereka datang dengan wajah babak belur dan semua itu karena Tsamara yang berteriak dan tidak di sangka. Jika Mahendra tidak takut dengan ancaman Tsamara. "Tsamara ini obatnya!" Aisyah datang membawakan kotak obat. "Makasih Aisyah dan aku minta maaf untuk kalian semua yang sudah direpotkan dalam hal ini," ucap Tsamara. "Ya sudah Tsamara kamu sebaiknya bantu Mahendra mengobati lukanya dan nanti saja kita bahas masalah ini," sahut Ibu panti. "Apa tidak sebaiknya kita bawa ke Dokter saja?" sahut pengurus yang satunya memberikan. saran. "Saya tidak apa-apa sama sekali dan hal itu tidak perlu dilakukan," jawab Mahendra dengan nafas yang sedikit sesak yang merasa perih pada lukanya. "Ya sudah kalau begitu Tsamara, kamu obati saja," sahut pengurus panti yang membuat Tsamara mengangguk. "Kita tinggal dulu Tsamara," sahut Aisyah. Tsamara menganggukkan kepala Ai
Tsamara dengan membawa nampan yang tadi diberikan ibu panti langsung membawa ke dalam kamar Mahendra. Sebelum Tsamara masuk, Tsamara sudah terlebih dahulu mengetuk pintu dan kemudian langsung menghampiri Mahendra yang sudah bangun yang sedang duduk. "Bagaimana kondisi kamu?" tanya Tsamara yang menghampiri Mahendra dan meletakkan nampan itu di atas nakas di samping tempat tidur. "Aku sudah merasa jauh lebih baik," jawab Mahendra. "Syukurlah kalau begitu," sahut Tsamara. "Aku membawa sarapan, kamu sebaiknya sarapan dulu dan Di sana juga ada obat. Kamu bisa bisa minum obat agar luka di bagian dalam bisa cepat sembuh," ucap Tsamara. "Makasih Tsamara kamu ternyata masih perhatian kepadaku," ucap Mahendra. "Bukan aku, tetapi ibu panti yang menyuruhku Untuk mengantarkan semua itu," jawab Tsamara. Baru saja Mahendra terlihat tenang dengan wanita yang dia sukai memberikan perhatian dan Tsamara sudah mematahkan begitu saja. Apa salahnya Tsamara mengatakan jika itu memang inisiatif
Setelah menghabiskan malam pertama mereka berdua Mahendra dan Tsamara yang melanjutkan dengan bermain-main di pinggir pantai. Tsamara yang tampil begitu anggun menggunakan dress putih sampai mata kakinya yang sekarang berlari-lari dikejar-kejar Mahendra yang juga menggunakan setelan kemeja berwarna putih dengan celana pendek berwarna coklat susu. Pasangan itu sama sekali tidak hentinya saling bercanda satu sama lain.Sekarang Mahendra yang memutarkan tubuh sang istri dengan menggendongnya yang membuat Tsamara terus saja berteriak dengan kedua tangannya berada di leher Mahendra.Kedua tangan Mahendra yang berada di bawah pantat Tsamara yang menggendong istrinya itu dan sesekali Tsamara merentangkan tangannya dan sampai akhirnya menempelkan dahinya di dahi Mahendra. "Kamu sangat bahagia?" tanya Mahendra.Tsamara menganggukkan kepalanya."Bagaimana mungkin aku tidak bahagia dan aku juga tidak bisa menggambarkan kebahagiaanku seperti apa," jawab Tsamara."Aku juga sangat bahagia," sahut
Acara pernikahan yang telah selesai. Mahendra dan Tsamara yang sekarang berada di dalam kamar Hotel. Kamar pengantin pada umumnya yang penuh dengan suasana romantis. Tempat tidur king size dengan sprei berwarna putih yang ditaburi dengan kelopak mawar yang dibentuk dengan love dan di bagian tengahnya terdapat dua angsa yang saling berhadapan. Selain itu juga terdapat banyak tangkai mawar yang berada di atas lantai yang menambah suasana kamar tersebut yang semakin romantis dan belum lagi dengan lampu yang tidak terlalu terang dan juga tidak terlalu gelap. Di tambah dengan aroma kamar tersebut yang begitu khas dan sangat menyejukkan. Tsamara yang duduk di depan cermin yang sedang menyisir rambutnya. Setelah acara pernikahan yang sangat melelahkan itu selesai. Tsamara langsung membersihkan diri agar terlihat fresh. Dia sudah mandi dan tidak lupa keramas yang juga sudah melepas gaun pengantinnya dengan baju tidur berwarna merah mencolok yang panjang sampai mata kaki. Krrekkk Su
"Itu calon istrimu!" tunjuk Andre yang membuat Mahendra langsung menoleh. Mahendra melihat calon istrinya berjalan begitu cantik dan anggun yang didampingi oleh sahabat-sahabatnya. Tsamara terlihat sangat tenang dengan memegang buket bunga di tangannya. Mahendra sampai tidak berkedip melihat calon istrinya yang benar-benar seperti bidadari yang sangat cantik.Bukan hanya mata calon suami yang tidak berkedip melihat pengantin yang sangat cantik itu. Semua tamu undangan juga langsung tertuju pada Tsamara yang benar-benar harus memuji kecantikan Tsamara. Mereka tidak tanggung-tanggung yang pasti berbisik-bisik membicarakan Tsamara yang pasti mengagumi calon pengantin tersebut. "Ngedip woy!" tegur Andre yang membuat Mahendra tersentak dengan dirinya yang tersenyum geleng-geleng. Bagaimana dia bisa berkedip jika calon pengantinnya saja seperti itu."Tenang bentar lagi kamu akan bisa menatapnya secara dekat dan tidak perlu khawatir akan hal apapun," sejak tadi Andre terus saja menggoda Ma
Hari Pernikahan. Akhirnya hari yang di tunggu-tunggu datang juga. Hari pernikahan Tsamara dan Mahendra. Pernikahan mereka yang diadakan secara order di salah satu tempat yang sudah di dekor dengan seindah mungkin yang sesuai dengan keinginan Tsamara dan Mahendra. Tempat pernikahan itu sudah mulai dikunjungi para tamu yang berdatangan yang turut menghadiri acara sakral tersebut. Dengan susunan bangku yang rapi yang berwarna putih yang sudah disusun sedemikian rupa. Tidak lupa dengan paduan dekorasi yang indah dengan bunga berwarna putih yang dipadukan dengan pink. Para tamu undangan yang benar-benar dimanjakan dengan pemandangan yang sangat indah itu. Sementara Tsamara yang masih berada di salah satu ruangan yang khusus untuk pengantin wanita yang masih sedang di make up. Tsamara juga terlihat sangat cantik menggunakan gaun panjang berwarna putih tanpa lengan. Gaun Indah itu sampai menyapu lantai. Tsamara yang berdiri dengan memegang bunga dan menatap dirinya di cermin. Ame
Tsamara yang berada di dalam kamar yang baru saja selesai dari kamar mandi dan menghampiri cermin yang seperti biasa sebelum tidur memakai skin care terlebih dahulu. Ponsel Tsamara yang berdering membuat Tsamara yang langsung melihat panggilan masuk tersebut yang ternyata dari Mahendra. "Kenapa dia menelpon? apa ada sesuatu?" tanyanya dengan rasa penasaran. Tanpa berpikir panjang yang akhirnya Tsamara mengangkat panggilan telepon tersebut. "Hallo!" sapa Tsamara."Kamu sedang apa?" tanya Mahendra dengan suara yang sangat lembut. Tsamara pasti sangat merindukan suara yang berbicara itu. "Ingin tidur," jawab Tsamara."Kamu bisa tidur dan kamu tahu tidak tahu, bahwa aku sama sekali tidak bisa tidur," ucap Mahendra."Oh iya. Memang kenapa?" tanya Tsamara "Bagaimana aku bisa tidur jika beberapa hari ini kita tidak pernah bertemu dan bahkan baru kali ini aku menelpon kamu. Walau dilarang berkomunikasi dengan kamu. Ternyata hal itu membuatku tidak tahan dan mau tidak mengulur menghubungi
Tsamara begitu sangat bahagia mendapatkan kejutan dari sahabatnya. Tsamara sampai meneteskan air mata yang mungkin tidak bisa berkata-kata dengan apa yang telah diberikan sahabatnya kepada dia. Sangat wajar dalam situasi seperti itu dia sangat terharu."Kamu oke Tsamara?" tanya Rora yang mendapati sang sahabat menegaskan air mata.Tsamara hanya menganggukkan kepala dengan terharu."Tapi aku melihat kamu tidak baik-baik saja. Kamu sampai meneteskan air mata. Apa kita melakukan kesalahan?" tanya Rora dengan panik.Tsamara menggelengkan kepala, "kalian sama sekali tidak melakukan kesalahan apapun. Bagaimana aku tidak meneteskan air mata dengan keadaan yang sekarang aku dapatkan. Selama ini aku hanya punya kalian bertiga. Aku bersama dengan Amel perjuangan kami yang besar dan perjuangan itu juga tidak mudah. Aku mengenal kamu Rora yang selalu memberikan dukungan kepadaku. Kamu juga Karin. Di luar semua yang terjadi. Kamu adalah orang satu-satunya yang sangat mengerti aku dan terus memberi
Setelah melakukan semua kegiatan Mahendra dan Tsamara yang akhirnya hari ini Tsamara dan Mahendra yang sudah sampai di depan rumah Tsamara dengan mereka berdua yang masih berada di dalam mobil. Mahendra memegang tangan Tsamara dengan tersenyum pada Tsamara."Sebentar lagi kita berdua akan menikah," ucap Mahendra yang membuat Tsamara menganggukkan kepala."Kata kak Indah menjelang hari pernikahan kita tidak boleh bertemu dulu," ucap Tsamara yang membuat Mahendra mengkerutkan dahi."Kita tidak boleh bertemu!" tanya Mahendra memastikan. Tsamara menganggukkan kepala."Kak Indah mengatakan jika hal itu pamali menghindari hal-hal yang tidak terduga. Jadi kita berdua jangan bertemu sampai pernikahan minggu depan dan lagi pula persiapan pernikahan kita sudah sampai 95%. Kita sudah menyiapkan lokasi pernikahan, undangan pernikahan, catering dan hal-hal lainnya," ucap Tsamara."Tapi masa iya kita tidak bertemu selama satu minggu," sahut Mahendra yang sangat keberatan dengan keinginan Tsamara.
Setelah seharian Mahendra dan Tsamara bersama mengurus segala persiapan pernikahan mereka berdua yang akhirnya sekarang pasangan itu yang berada di dalam mobil yang berhenti di kediaman Mahendra."Ayo turun!" ajak Mahendra."Memang kita harus mampir lagi ya?" tanya Tsamara yang mungkin terlihat begitu capek dan rasanya ingin pulang saja. "Sebentar saja Tsamara. Ada yang ingin dikatakan mama kepada kamu dan mungkin saja mama harus mengatakan sekarang," ucap Mahendra yang membuat Tsamara menghela nafas.Mahendra yang langsung meraih tangan kekasihnya itu."Kamu capek ya seharian?" tanya Mahendra yang membuat Tsamara menganggukkan kepala dan memang benar-benar begitu capek dan sangat melelahkan."Bagaimana? kalau kamu menginap saja di rumah. Besok kamu baru pulang?" tanya Mahendra memberikan saran. "Mana boleh seperti itu," sahut Tsamara membuat Mahendra mengkerutkan dahi. "Kenapa?" tanya Mahendra heran."Kita belum menikah dan aku tidak mau menginap di rumah calon suamiku," ucap Tsam
Tsamara yang tiba di rumahnya dan ingin memasuki kamar yang bersamaan dengan Amel yang juga baru pulang. "Aku pikir kamu sudah kembali sejak tadi," ucap Tsamara yang memang tadi Amel duluan pulang terlebih dahulu bersama dengan Mahendra dan ternyata mereka bahkan malah sampai berbarengan dan padahal Tsamara dan Mahendra tadi tidak langsung pulang. "Iya aku memang baru sampai," jawab Amel."Memang kamu habis dari mana?" tanya Tsamara kebingungan."Tadi aku sama Andre mampir sebentar ke minimarket. Aku membeli beberapa cemilan yang memang stoknya sudah habis," jawab Amel "Hmmm, aku lihat kamu dan Andre belakangan ini sangat dekat. Apa akan ada hilal setelah ini," ucap Tsamara yang menatap curiga sahabatnya itu. "Hilal apa maksud kamu Tsamara. Kamu itu ada-ada saja!" ucap Amel dengan geleng-geleng kepala."Ya, hubungan kalian berdua itu sangat tidak biasa dan bukankah wajar aku mempertanyakan hal itu dan siapa tahu saja kalian berdua memiliki hubungan yang spesial yang tanpa aku keta