Share

78. Papaku Datang, Om

last update Last Updated: 2025-04-22 11:51:03

Berulang kali Rama menatap jam mewah yang melingkar di pergelangan tangannya. Jarum detik seakan berjalan lambat, padahal pembicaraan di hadapannya terus mengalir.

Rama duduk dengan tegak, menyimak dengan saksama paparan dari pria paruh baya di depannya yang sedang membicarakan rancangan kerja sama dan potensi investasi jangka panjang.

"…tentu kami harap, dengan reputasi dan pengalaman Pak Rama, kerja sama ini bisa memberi dampak signifikan bagi kedua belah pihak," ucap klien itu penuh semangat.

Rama tersenyum kecil, menanggapi dengan anggukan dan beberapa tanggapan yang tetap sopan dan strategis. Tapi hatinya, jauh dari ruang itu. Ada sesuatu yang berdebar lebih kuat dari deru bisnis. Sesuatu yang lebih pribadi, lebih dalam dari sekadar kesepakatan kerja.

Dia sudah menyelesaikan bagiannya. Mama Lisa kini sudah bukan ancaman. Nora juga tak akan kembali memburunya dengan foto-foto dan video yang bisa merusak nama baik Cinta. Semua telah dia bersihkan, diam-diam, tanpa membuat Cint
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Luly Chan
makasih upnya Thor
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Karena Cinta, Tuan Penguasa tak Sanggup Menahan Gairah    79. Masa Lalu, Masa Kini, dan Masa Depan yang tak Pasti

    Rama tak bergerak. Ia hanya menatap Chiara, lalu perlahan mengalihkan pandangan ke arah Cinta.Cinta menunduk. Matanya tak berani menatap Rama.Senyum di wajah Rama perlahan memudar. Tangannya yang menggenggam kotak hadiah sedikit mengencang. Angin dari pendingin ruangan seakan berubah jadi dingin yang menampar harapannya.Rama merasa, kedatangannya sudah terlambat.Suasana kafe yang semula hangat kini dipenuhi ketegangan yang nyaris membeku di udara. Tawa riang Chiara seolah jadi satu-satunya suara yang masih terdengar jernih di antara tiga orang dewasa yang saling menatap tanpa kata.Cinta berdiri kaku di belakang meja kasir. Tangannya mencengkeram tumpukan buku catatan pembukuan, mencoba meredam detak jantung yang terasa menggema di dada. Di hadapannya, Kevin berdiri dengan tenang, tubuhnya tegap, wajahnya menunjukkan keterkejutan yang ia sembunyikan di balik senyum tipis yang tidak sepenuhnya tulus.Rama melangkah pelan mendekat. Setiap langkahnya seolah menambah beban di udara. I

    Last Updated : 2025-04-22
  • Karena Cinta, Tuan Penguasa tak Sanggup Menahan Gairah    80. Sumpah Rama

    Cinta terdiam. Pandangannya turun ke lantai, lalu ke meja, dan berakhir pada wajah tampan di hadapannya, sosok pria yang selama ini secara terang-terangan menyusun harapan untuk hidup bersamanya. “Kevin baru datang," ucap Cinta sama sekali tidak menjawab pertanyaan. "Chiara sudah lama tidak bertemu papanya, aku tidak tega merusak kebahagiaannya.” "Kau belum menjawab pertanyaanku." Tatap mata tajam dan suara bernada dingin dari Rama, membuat Cinta mengalihkan pandangannya. Sulit bagi Cinta memberi jawaban, bukan karena dia berkeinginan untuk kembali pada Kevin, tapi tidak ingin memberi harapan pada Rama. Untuk alasan, tidak bisa dia ungkap di hadapan Rama. “Jawab aku, Ta!” Lirih, tapi penuh penekanan Tak ada jawaban. Semakin dipaksa, Cinta justru semakin bungkam. Rama menyipitkan mata. “Bagaimana dengan aku?” tanyanya, nyaris berbisik. “Apa kamu juga butuh waktu untuk tahu perasaanku?” Cinta memejamkan mata sejenak. Berat. Semua ini terlalu rumit. Ada Chiara. Ada masa lalu. Ad

    Last Updated : 2025-04-23
  • Karena Cinta, Tuan Penguasa tak Sanggup Menahan Gairah    81. Rama Bersiasat

    Langit sore mulai berubah warna, semburat jingga melapisi awan tipis yang berarak. Udara sejuk membelai kulit, dan di depan kafe yang mulai lengang, keempat orang itu keluar bersamaan.Para karyawan Cinta yang melihat kejadian itu hanya diam, tak memberi komentar. Yang mereka tahu, ada hubungan rumit di antara mereka. Dan Chiara dengan segala kepolosannya justru terlihat sangat menikmati kebersamaan yang sebenarnya penuh bara dan gemuruh di dada.Kevin menggendong Chiara, ingin menunjukkan kepada dunia jika dia adalah seorang ayah yang menyayangi anaknya, berusaha menutupi noktah dan cela yang berhasil menghancurkan keluarga bahagianya.Sesekali Kevin mencium pipi Chiara yang tergelak karena geli. Chiara memeluk leher ayah kandungnya erat. Wajahnya di penuhi binar Bahagia, kerinduan yang sudah lama dia pendam akhirnya bisa terluapkan.Sementara itu, di belakang mereka, Rama dan Cinta berjalan pelan sambil bergandengan tangan. Lebih tepatnya Rama yang menggenggam tangan Cinta dengan er

    Last Updated : 2025-04-23
  • Karena Cinta, Tuan Penguasa tak Sanggup Menahan Gairah    82. Bermalam di Villa

    82.Rencana makan bersama yang awalnya Kevin bayangkan akan menjadi kesempatan hangat untuk mendekatkan diri kembali pada Cinta dan Chiara, justru berubah menjadi pukulan pelan tapi menyakitkan.Restoran tepi pantai yang mereka datangi begitu indah, dengan suara debur ombak dan aroma laut yang menyatu dengan sajian seafood segar. Meja bundar telah mereka tempati, tapi Kevin sadar sejak langkah pertama mereka masuk, dia terasa seperti tamu tak diundang.Chiara duduk di antara Cinta dan Rama. Bocah itu tertawa riang setiap kali Rama menyuapkan potongan cumi goreng atau membantu Chia menikmati kerrang saus tiram. Sesekali, Rama menyeka sisa saus di pipi Chiara dengan tisu, lalu tertawa kecil sambil mencubit gemas pipi anak itu.Kevin hanya bisa tersenyum kaku. Ia duduk tepat di seberang mereka, mengambil udang satu-dua dan lebih banyak mengaduk saus di piringnya tanpa selera. Tatapannya tertuju pada kebersamaan yang kini terasa asing baginya, padahal dulu, itu adalah dunianya.Setelah me

    Last Updated : 2025-04-23
  • Karena Cinta, Tuan Penguasa tak Sanggup Menahan Gairah    83. Rama... Oh Rama

    Di kamar yang temaram hanya diterangi cahaya dari lampu tidur, Chiara telah tertidur pulas. Nafasnya tenang, tubuh kecilnya terbungkus selimut hangat. Cinta membelai rambut putrinya pelan, lalu perlahan ingin merebahkan tubuh di sampingnya.Namun sebelum tubuhnya menyentuh kasur, pintu kamar terbuka perlahan. Rama berdiri di ambang pintu. Pandangannya jatuh pada Chiara sejenak, lalu pada Cinta.“Dia sudah tidur?” bisik Rama.Cinta mengangguk. “Pulas sekali. Kelelahan.” Suaranya nyaris tak terdengar.Tanpa banyak bicara, Rama melangkah masuk. Dengan hati-hati, ia meraih tubuh Cinta dan mengangkatnya. Terkejut, Cinta berusaha menolak, tapi Rama tidak menggubris.“Rama, turunkan aku…,” ucap Cinta, panik.“Temani aku malam ini. Seperti dulu,” bisik Rama lirih, dengan langkah lebar dia membawa Cinta ke kamarnya.Sejak terakhir kali menyentuh Cinta, Rama belum lagi melampiaskan hasratnya. Setelah sekian lamanya berpuasa, kini dia mendapat kembali kesempatan itu.Rama merebahkan Cinta di at

    Last Updated : 2025-04-24
  • Karena Cinta, Tuan Penguasa tak Sanggup Menahan Gairah    84. Pelarian Kevin

    Rama tersenyum tipis. “Maaf, reflek. Tapi tenang saja, itu tidak akan membuatmu demam.”Meski Rama yakin saat ini hati Kevin sedang panas dingin dengan berbagai praduga yang disulut oleh rambut basahnya.Kevin mendekat, wajahnya makin tegang. “Kau pikir kau sudah menang?”“Menang?” Rama mendongak sedikit, seolah berpikir. “Aku tahu datang bukan tanpa tujuan. Bukan karena kau merindukan anakmu, tapi kau menginginkan ibunya.”“Asal kau tahu, Cinta adalah ibu dari anakku, dan itu akan menghubungkan kami selamanya.”“Tapi Cinta adalah mantan istrimu, jangan lupakan itu!” Tegas Rama membalas menatap langsung ke mata Kevin. “Aku hanya mengisi ruang yang kau tinggalkan. Menyembuhkan lukanya. Mengisi kesepiannya. Menghilangkan rasa takutnya. Semua yang kau abaikan, aku peluk. Itu bedanya kita.”Kevin mengatupkan rahangnya.“Kau bisa meniduri Cinta malam ini, Rama. Tapi dia tetap ibu dari anakku. Aku punya ikatan darah dengan Chiara, dan kau tak bisa beli itu.”Rama tertawa pendek. “Kau benar.

    Last Updated : 2025-04-24
  • Karena Cinta, Tuan Penguasa tak Sanggup Menahan Gairah    85. Waktu yang Singkat

    Di tempat berbeda, sinar matahari pagi menari pelan di antara tirai vila yang setengah terbuka. Cinta sedang merapikan koper kecil berisi pakaian dan alat bantu jalan milik Chiara.Di sampingnya, bocah perempuan itu duduk di sofa, menggenggam boneka kelincinya erat-erat. Matanya menatap pintu, seolah berharap sosok yang ia nanti tiba-tiba muncul dan membawanya pulang.“Mama,” suara Chiara lirih, nyaris seperti bisikan. “Papa mana? Kok belum jemput kita?”Cinta terdiam sejenak, lalu menoleh lembut. Sebelum ia sempat menjawab, Rama muncul dari dapur kecil dengan dua gelas susu di tangannya. Ia meletakkan satu di hadapan Chiara dan satu lagi di dekat Cinta.“Papa Kevin sedang ada urusan penting, Chia,” ujar Rama pelan, suaranya hati-hati. “Tadi malam dia harus pergi duluan.”Chiara menunduk. Jemarinya bermain di telinga bonekanya, mencoba menahan sesuatu yang tak ia mengerti sepenuhnya.“Tapi Chia belum main sama Papa…” gumam Chiara pelan, terdengar penuh kecewa. “Chia masih kangen, tapi

    Last Updated : 2025-04-24
  • Karena Cinta, Tuan Penguasa tak Sanggup Menahan Gairah    86. Jawaban yang Ditunggu

    Kevin melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang, menembus jalanan kota yang mulai dipadati kendaraan. Pikirannya tak sepenuhnya fokus pada kemudi. Bayangan Cinta dan Chiara terus memenuhi benaknya, wajah ceria Chiara, suara tawanya yang riang, dan Cinta yang kini terasa semakin jauh.Merasa bersalah? Tidak.Kevin hanya bingung bagaimana memberi penjelasan kepada Lilian. Tentu akan banyak penjelasan yang dituntut oleh sang mama atas kegagalannya membawa kembali Cinta dan Chiara.Dalam suasana kebatinan yang sedang tidak baik-baik saja, ponsel Kevin yang terletak di konsol tengah bergetar. Sebuah panggilan masuk, dan tampak nama Maira yang terpampang di layar. Dengan satu tangan tetap di setir, Kevin menekan tombol speaker.“Iya, Maira?”“Maaf mengganggu, Pak.” Kali ini suara Maira terdengar formal, itu artinya ada hal penting yang berhubungan dengan pekerjaan.“Saya hanya ingin mengingatkan, malam ini Bapak ada jadwal makan malam dengan Pak Arvino dari Singapura. Kita akan bahas kelan

    Last Updated : 2025-04-25

Latest chapter

  • Karena Cinta, Tuan Penguasa tak Sanggup Menahan Gairah    91. Keras Kepala

    Widya Narendra adalah sosok perempuan yang keras kepala dan teguh pendirian. Ia dibesarkan dalam keluarga terpandang, dibentuk oleh nilai-nilai tentang kehormatan, garis keturunan, dan kemurnian nama baik. Dalam hidupnya, keputusan bukan soal perasaan, tapi soal logika dan konsekuensi. Sekali ia menetapkan pendirian, tak banyak yang bisa menggoyahkan. Bahkan suaminya, Arman Narendra, lebih dari sekali menyarankan agar ia belajar sedikit saja melunak. Tapi Widya tahu, dunia tempat mereka berpijak tak pernah memberi ruang bagi mereka yang lemah. Malam itu, setelah diam-diam mendengarkan percakapan Rama dan Arman, Widya masuk ke kamarnya. Ia membuka sebuah laci, mengeluarkan amplop coklat besar yang cukup tebal, lalu duduk dengan napas tertahan. Pikirannya berperang, tapi nalurinya sebagai seorang istri dan ibu tetap satu, melindungi keluarga. Keesokan harinya, saat Rama turun dari kamar, mereka akhirnya bertemu di ruang tengah. Tak ada senyum. Hanya mata yang saling mengukur, se

  • Karena Cinta, Tuan Penguasa tak Sanggup Menahan Gairah    90. Patah Hati

    Mobil hitam elegan itu meluncur perlahan melewati gerbang utama rumah keluarga Narendra. Lampu taman menyinari jalan setapak menuju teras depan, membentuk bayangan panjang dari pepohonan dan patung batu yang berdiri anggun di halaman. Begitu mobil berhenti, pintu depan terbuka dan Arman Narendra keluar, senyum lebar menyambut kedatangan putra semata wayangnya.“Rama,” sapa Arman hangat, menepuk bahu putranya ketika turun dari mobil. “Bagaimana hasil perjalanan bisnis kali ini? Kudengar beberapa investor cukup tertarik.”Rama mengangguk, menyambut pelukan ringan dari ayahnya. “Ada beberapa hal positif, Pa. Tapi... ada juga yang perlu kita bicarakan lebih dalam. Bisa kita bicara di ruang kerja, sekarang?”Arman sedikit mengerutkan dahi, tapi ia mengangguk. “Tentu. Ayo.”Keduanya berjalan masuk ke dalam rumah, melewati ruang tamu besar yang didekorasi dengan elegan dan penuh rasa prestise. Mereka kemudian menuju ruang kerja Arman, ruangan yang hanya digunakan untuk diskusi penting dalam

  • Karena Cinta, Tuan Penguasa tak Sanggup Menahan Gairah    89. Persaingan Dimulai

    Setelah pintu tertutup dan langkah kaki Bu Widya menjauh, Bunda Aminah masih berdiri mematung di ruang tamu. Matanya menatap kosong ke arah pintu yang kini hening. Napasnya terasa berat. Bayang-bayang percakapan barusan masih menggema di telinganya.Suara tawa anak-anak dari halaman kembali terdengar, seolah tidak ada yang berubah. Tapi di hati Bunda, segalanya terasa berbeda.Ia melangkah pelan ke ambang jendela, menatap anak-anak yang bermain. Tawa ceria, langkah kecil berlarian, tangan-tangan mungil saling menggandeng. Dan di antara semua wajah itu, Bunda seolah melihat sosok kecil Cinta bertahun-tahun lalu, gadis remaja yang selalu menjaga adik-adiknya, selalu mengalah, selalu menjadi dewasa sebelum waktunya.Hatinya perih. Ketakutan Cinta yang dulu pernah ia ceritakan dengan mata berkaca-kaca kini benar-benar terwujud. Cinta sudah berusaha menjauh, sudah mencoba membangun hidupnya sendiri tanpa merepotkan siapa pun.Bunda Aminah ingin menghubungi Cinta, ingin mengatakan segalanya

  • Karena Cinta, Tuan Penguasa tak Sanggup Menahan Gairah    88. Sedikit Tentang Masa Lalu

    Sore itu langit berwarna kelabu, dan udara terasa lembab seperti habis diguyur hujan sebentar. Di halaman panti asuhan sederhana yang dikelilingi pagar hijau tua, suara tawa anak-anak terdengar dari arah belakang bangunan. Bunda Aminah tengah merapikan berkas donatur saat tatap matanya teralihkan ke mobil mewah yang memasuki halaman panti asuhan.Meski sudah lama tidak datang, tapi Bunda Aminah masih sangat mengenali mobil tersebut. Jenis mobil yang tidak pasaran dan sangat jarang dia lihat.Bunda Aminah bangkit dari duduknya, Bersiap menyambut tamu agung yang datang. Ada senyum santun di wajah tenangnya, menutupi gejolak lain di dadanya.Pintu mobil terbuka perlahan. Sosok perempuan yang berpenampilan elegan turun dari mobil. Rambutnya tersisir rapi, blus krem mahal membalut tubuhnya yang masih terlihat bugar meski usia tidak lagi muda. Aroma parfum mahal samar tercium di udara, meski jarak mereka masih jauh.“Selamat datang bu Widya.” Dengan ramah dan santun Bunda Aminah menyapa tam

  • Karena Cinta, Tuan Penguasa tak Sanggup Menahan Gairah    87. Cinta adalah Tujuan

    Ruang kerja Cinta yang berada di lantai dua menjadi tempat yang dipilih Rama untuk bicara berdua dengan Cinta.Cinta berdiri membelakangi jendela, sinar matahari menyinari sebagian wajahnya, memperjelas sorot mata yang sendu tapi mantap. Rama maju selangkah, ingin rasanya memeluknya dari belakang mencium harum aroma tubuhnya. Tapi Rama berusaha mengendalikan diri, dan hanya menggenggam tangan Cinta.“Cinta…” ucap Rama pelan, tapi tegas, “aku ingin kau jadi istriku. Menjadi ibu untuk anakku, untuk Chiara juga. Aku bersungguh-sungguh dengan segenap hatiku.”Cinta diam beberapa saat. Matanya tertuju ke luar jendela, melihat gedung-gedung lain di hadapannya. Lalu perlahan ia menarik tangannya dari genggaman Rama.“Maaf, Rama…” ucap Cinta lirih, “aku nggak bisa menerima lamaranmu.”Rama terdiam. Seolah angin pun berhenti bergerak. Dadanya terasa sesak.Setelah penantian yang begitu lama, dan segala pengorbanan yang dia berikan, ternyata tidak bisa meluluhkan hati perempuan pujaan hatinya.

  • Karena Cinta, Tuan Penguasa tak Sanggup Menahan Gairah    86. Jawaban yang Ditunggu

    Kevin melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang, menembus jalanan kota yang mulai dipadati kendaraan. Pikirannya tak sepenuhnya fokus pada kemudi. Bayangan Cinta dan Chiara terus memenuhi benaknya, wajah ceria Chiara, suara tawanya yang riang, dan Cinta yang kini terasa semakin jauh.Merasa bersalah? Tidak.Kevin hanya bingung bagaimana memberi penjelasan kepada Lilian. Tentu akan banyak penjelasan yang dituntut oleh sang mama atas kegagalannya membawa kembali Cinta dan Chiara.Dalam suasana kebatinan yang sedang tidak baik-baik saja, ponsel Kevin yang terletak di konsol tengah bergetar. Sebuah panggilan masuk, dan tampak nama Maira yang terpampang di layar. Dengan satu tangan tetap di setir, Kevin menekan tombol speaker.“Iya, Maira?”“Maaf mengganggu, Pak.” Kali ini suara Maira terdengar formal, itu artinya ada hal penting yang berhubungan dengan pekerjaan.“Saya hanya ingin mengingatkan, malam ini Bapak ada jadwal makan malam dengan Pak Arvino dari Singapura. Kita akan bahas kelan

  • Karena Cinta, Tuan Penguasa tak Sanggup Menahan Gairah    85. Waktu yang Singkat

    Di tempat berbeda, sinar matahari pagi menari pelan di antara tirai vila yang setengah terbuka. Cinta sedang merapikan koper kecil berisi pakaian dan alat bantu jalan milik Chiara.Di sampingnya, bocah perempuan itu duduk di sofa, menggenggam boneka kelincinya erat-erat. Matanya menatap pintu, seolah berharap sosok yang ia nanti tiba-tiba muncul dan membawanya pulang.“Mama,” suara Chiara lirih, nyaris seperti bisikan. “Papa mana? Kok belum jemput kita?”Cinta terdiam sejenak, lalu menoleh lembut. Sebelum ia sempat menjawab, Rama muncul dari dapur kecil dengan dua gelas susu di tangannya. Ia meletakkan satu di hadapan Chiara dan satu lagi di dekat Cinta.“Papa Kevin sedang ada urusan penting, Chia,” ujar Rama pelan, suaranya hati-hati. “Tadi malam dia harus pergi duluan.”Chiara menunduk. Jemarinya bermain di telinga bonekanya, mencoba menahan sesuatu yang tak ia mengerti sepenuhnya.“Tapi Chia belum main sama Papa…” gumam Chiara pelan, terdengar penuh kecewa. “Chia masih kangen, tapi

  • Karena Cinta, Tuan Penguasa tak Sanggup Menahan Gairah    84. Pelarian Kevin

    Rama tersenyum tipis. “Maaf, reflek. Tapi tenang saja, itu tidak akan membuatmu demam.”Meski Rama yakin saat ini hati Kevin sedang panas dingin dengan berbagai praduga yang disulut oleh rambut basahnya.Kevin mendekat, wajahnya makin tegang. “Kau pikir kau sudah menang?”“Menang?” Rama mendongak sedikit, seolah berpikir. “Aku tahu datang bukan tanpa tujuan. Bukan karena kau merindukan anakmu, tapi kau menginginkan ibunya.”“Asal kau tahu, Cinta adalah ibu dari anakku, dan itu akan menghubungkan kami selamanya.”“Tapi Cinta adalah mantan istrimu, jangan lupakan itu!” Tegas Rama membalas menatap langsung ke mata Kevin. “Aku hanya mengisi ruang yang kau tinggalkan. Menyembuhkan lukanya. Mengisi kesepiannya. Menghilangkan rasa takutnya. Semua yang kau abaikan, aku peluk. Itu bedanya kita.”Kevin mengatupkan rahangnya.“Kau bisa meniduri Cinta malam ini, Rama. Tapi dia tetap ibu dari anakku. Aku punya ikatan darah dengan Chiara, dan kau tak bisa beli itu.”Rama tertawa pendek. “Kau benar.

  • Karena Cinta, Tuan Penguasa tak Sanggup Menahan Gairah    83. Rama... Oh Rama

    Di kamar yang temaram hanya diterangi cahaya dari lampu tidur, Chiara telah tertidur pulas. Nafasnya tenang, tubuh kecilnya terbungkus selimut hangat. Cinta membelai rambut putrinya pelan, lalu perlahan ingin merebahkan tubuh di sampingnya.Namun sebelum tubuhnya menyentuh kasur, pintu kamar terbuka perlahan. Rama berdiri di ambang pintu. Pandangannya jatuh pada Chiara sejenak, lalu pada Cinta.“Dia sudah tidur?” bisik Rama.Cinta mengangguk. “Pulas sekali. Kelelahan.” Suaranya nyaris tak terdengar.Tanpa banyak bicara, Rama melangkah masuk. Dengan hati-hati, ia meraih tubuh Cinta dan mengangkatnya. Terkejut, Cinta berusaha menolak, tapi Rama tidak menggubris.“Rama, turunkan aku…,” ucap Cinta, panik.“Temani aku malam ini. Seperti dulu,” bisik Rama lirih, dengan langkah lebar dia membawa Cinta ke kamarnya.Sejak terakhir kali menyentuh Cinta, Rama belum lagi melampiaskan hasratnya. Setelah sekian lamanya berpuasa, kini dia mendapat kembali kesempatan itu.Rama merebahkan Cinta di at

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status