Suaka terperanjat kaget saat sang kakak masuk ruangannya dalam keadaan merah padan. Lyan menghajar Suaka hingga ia terdorong ke lantai. Suster yang ada padanya gegas keluar ruangan untuk memanggil satpam namun dicegah Suaka."Gak usah panggil satpam, Sus. Ini hanya salah paham. Suster bisa menunggu di luar!" perintah Suaka sambil mencoba berdiri dan mengusap darah yang merembes dari ujung bibirnya.Setelah Suster pergi, Lyan membantu Suaka berdiri dan mencengkram kerah baju Suaka lalu menatapnya tajam."Kurang baik apa saya sama kamu, hah? Saya rasa kamu adik yang bisa dipercaya, nyatanya kamu lelaki bermuka dua yang pandai membual sana sini," teriak Lyan. Suaka nampak bingung, tetapi dia mencoba menguasai keadaan. "Apa yang Abang katakan?"Lyan melepas cengkramannya lalu duduk di kursi dengan jari yang diketuk dengan keras di atas meja."Kamu kenapa bilang ke Ayah kalau saya membawa Almira ke apartemen?" tanya Lyan mulai melunak nada bicaranya. Ia yakin, berbicara dengan emosi akan
...Ibarat sebuah bom peledak. Sinyal dan waktu yang sudah siap menghabiskan seluruh alam yang ada dalam genggaman. Lyan melajukan mobilnya menuju rumah pengacaranya dan ia sangat ingin menyelesaikan masalahnya ini tanpa bantuan siapapun. Kepercayaan dirinya mulai memudar pada semua orang, termasuk keluarganya sendiri. Masa Lalu kelam yang ia rasakan, kini ia rasakan kembali. Disudutkan dan dibenci, sudah menjadi makanan sehari-hari. Bagi Lyan, kepercayaan adalah hal terpenting dalam segala hal. Baik ayah, adik, keluarga maupun kerabatnya sudah tak ada yang ia percaya sepenuhnya. Dia mulai kembali merasakan terpuruk, putus asa, marah, benci dan juga sakit hati."Tak bisakah kamu atur jadwal dulu ketika datang? Jadi tidak sampai menungguku selama ini," ucap Abbas mencebik. Abbas yang baru pulang setelah mengurus kliennya, kaget dengan datangnya Lyan di rumahnya.Lyan yang sudah sampai di rumah Abbas 4 jam yang lalu, hanya dapat tersenyum getir. "Sepertinya kopi yang disajikan maid ru
...."Semalam pulang jam berapa, Bee?" tanya Almira yang pagi ini bangun lebih awal.Lyan yang sedang menenggak air putih, melirik sekilas pada Almira lalu duduk dengan menopang dagunya. Andai wanita di depannya ini adalah istrinya, pastilah senang karena sepagi ini sudah disuguhi kopi dan pisang goreng."Bee?"Lyan kembali tersadar dari lamunannya dan bersikap biasa. "Yang jelas sangat malam. Saya sudah bilang, bukan?"Almira merenges dan ikut duduk di depan Lyan. "Hari ini jadi ke butik?""Nggak. Besok!""Oh. Lalu hari ini aku kerja apa?""Di rumah saja temani saya makan, minum, tidur, mandi," kelakar Lyan."Eh.""Hari ini kita ada acara di luar.Kita harus menghadiri sidang kasus yang kita laporkan jam 10 nanti," jawab Lyan. Tangan kanannya hendak mencomot pisang goreng di depannya. Namun karena panas, ia urung dan Almira yang melihatnya terpaksa membantunya. Almira mengambil piring kecil dan garpu untuk menyuapkan pisang goreng kepada Lyan."Sebenarnya aku takut, Bee. Aku takut ba
..."Nggak usah anggap dia ada. Biarkan saja! Anggap dirimu lebih mulia daripada raja dan presiden di hadapan lelaki baji*ngan itu," ucap Lyan saat sedang mengemudikan mobilnya menuju pengadilan."Jantungku deg-degan, Bee. Serius! Aku takut," ucap Almira sambil mengeratkan genggaman pada kedua tangannya sendiri. "Pasti nanti juga akan banyak media yang ngeliput, deh.""Nggak apa. Anggap ini simulasi," jawab Lyan."Simulasi apaan?""Simulasi jadi artis dadakan. Mantan suami kamu juga dah jadi artis dadakan dia. Pemberitaan media gencar memburu mereka. Untung saya cerdas! Jadi kamu aman dari serbuan wartawan.""Cerdas! Tapi kelewatan cerdas, sampai aku nggak bisa menebak apa yang kamu pikirkan.""Itulah plot twins. Sulit ditebak endingnya," kelakar Lyan.Masih dalam kondisi seserius ini, Lyan masih sempat saja bercanda. Almira membatin. Baru saja mobil sampai di depan gedung pengadilan, wartawan berbondong-bondong menuju mobil Lyan. Bahkan saat keduanya turun, dirinya sangat kesulitan
..."Rasanya aku kek pengin pindah ke planet mars kalau kayak gini, Bee. Nggak enak banget jadi artis. Mau jalan aja susah," keluh Almira saat keduanya memutuskan pulang.Lyan tampak diam tak menanggapi. Pikirannya dipenuhi dengan sidang minggu besok yang mengharuskan dirnya meminta Suaka datang. Namun, ia tak mungkin mengatakan dengan gamblag jika dirinya butuh kesaksian adiknya itu."Bee."Karena tak ada respon membuat Almira ikut diam dan memilih memainkan gawainya. Ia membuka pesan yang dikirim oleh Meysila tadi pagi karena ia baru sempat membukanya setelah hp disita Lyan saat hendak sarapan tadi.Meysila menggerutu mengenai sikap Lyan yang tadi memutuskan panggilannya. Almira juga mengirimkan jawaban dari pesan yang dikirim sahabatnya itu.Baru saja ponselnya hendak dimasukkan tas kembali, ponsel itu kembali bergetar. Almira kira adalah balasan pesan dari Meysila, ternyata itu dari Suaka. "Bagaimana pesidangannya, Ra?" "Alhamdulillah. Lancar sih. Tapi, dilanjutkan minggu depan
....Sejak kejadian itu, Lyan tak kembali. Bahkan, hingga hari menjelang persidangan, Lyan sama sekali tak datang ke apartemen. Hal itu membuat Almira terpukul dan bersedih. Bahkan ia merutuki diri sendiri yang tak bisa membuat benteng pertahanan hati. Selama ini, Lyan selalu ada untuknya dan saat dia tak nampak, hati Almira terasa kosong. Ada yang patah di dalam sana saat Almira tahu, Lyan tak pernah nampak setelah itu."Ka, Lyan ke mana ya? Seminggu ini tak pulang," tanya Almira sendu."Aku juga nggak tahu. Dia tidak mengaktifkan nomornya. Mungkin nanti dia datang di persidangan."Hari ini, sidang putusan digelar. Lyan yang memberikan kepercayaan pada pengacaranya, hanya bisa memantau dari jauh. Bukti yang kali ini Farhan dan Abbas berikan sebagai banding, cukup membuat Zidan kalah telak. Ditambah datangnya Suaka dan Iriana, membuat Zidan mati kutu di depan majelis hakim karena kedapatan memalsukan bukti. Bahkan dia diancam pidana 6 tahun dan denda 1 miliar karena sudah terbukti be
..."Dek, Mas mau ngomong," ajak Suaka saat dirinya baru sampai di rumah.Desy mengikuti suaminya ke kamar dengan rasa yang penasaran. Wajah suaminya terlihat datar dan menakutkan."Bagaimana persidangan tadi pagi, Mas?" Desy berkata dengan nada gugupnya. "Ba-ik?" tanya Desy mengurai rasa gugupnya."Baik, jika kamu bisa menjelaskan pada Mas. Tentang apa yang sudah kamu katakan pada media dan juga pada keluarga Mas," ucap Suaka.Desy kaget. Dia kira Suaka tidak akan tahu apa yang ia lakukan, tetapi kenyataannya Desy salah. Suaminya kini terlihat marah."Jawab!" Suaka sedikit meninggikan suara membuat Desy sangat takut."Mak-sud Mas apa? Desy nggak paham," kilah Desy.Ia tak bisa lagi bersabar. Kepergian Lyan yang sampai saat ini tidak pernah kembali, juga kemarahan ayah pada Lyan yang berimbas pada masalah keluarga yang bertambah runyam juga pemberitaan media yang pastinya kini membuatnya semakin pusing.Suaka menatap lekat wanita yang baru beberapa minggu ini ia nikahi. Bahkan pernika
..Suaka mendapati Desy yang sudah lelap di dalam dekapannya. Sengaja ia bangun tengah malam untuk melakukan Qiyamul Lail. Meminta petunjuk pada Sang Pencipta agar memudahkan jalannya yang terjal itu. Setelah berwudhu dan menggelar sajadah, Suaka mencoba khusyu ketika beribadah. Tetap saja, sholatnya begitu banyak masalah yang melintas. Barulah saat berdoa, dia bisa meneteskan air mata hingga bisa merasakan nikmatnya Qiyamul Lail yang dia lakukan kali ini.Entah kenapa selepas sholat, Suaka penasaran ingin membuka ponsel Desy yang tergeletak di atas meja. Diraihnya ponsel itu dan saat ingin membukanya, ternyata ponsel terkunci. Suaka mencoba memasukkan nomor sandi tanggal lahir, pernikahan dan juga hari bahagia mereka, namun sayangnya tak bisa terbuka. Akhirnya Suaka memiliki ide, membukanya dengan sidik jari Desy.Suaka meraih jari telunjuk dengan pelan dan menempelkannya pada ponsel Desy. Seketika ponselnya terbuka dan menampakan walpaper Desy saat menikah dengannya. Suaka membuka p
...Kehidupan Almira dan Lyan memang baru saja dimulai. Almira juga merasa bahagia sudah bisa dipertemukan dengan jodoh pengganti seperti Lyan. Namun, bukan berarti Almira juga akan mengikuti jejak Lyan sebagai selebritas. Almira memilih menggeluti dunia fashion dan kuliner daripada ikut dalam glamornya dunia entertain."Bang, beliin cilok yang ada sambal mayonaisenya," celetuk Almira saat Lyan baru saja pulang dari syuting jam 2 pagi."Jam berapa ini, Ai?""Tapi dede mau makan itu. Ya?""Nggak ada yang buka jam segini. Besok aja ya?"Lyan mencoba membujuk istrinya yang sedang dalam fase ngidam akut, agar mau mendengarkan kata-katanya. Nyidam Almira kali ini cukup membuat Lyan kerepotan. Pasalnya, Lyan tidak boleh pulang bekerja dengan baju yang berbeda seperti saat pergi dari rumah.Lyan tak marah dan justru ia senang. Di pernikahannaya yang menginjak 5 bulan, Tuhan memberikan kepercayaan seorang anak di rahim Almira. Meski banyak permintaan Almira yang kadang membuat pening kepala,
...Suaka dan Lyan, masuk ke dalam ruang persidangan. Sepanjang turun dari mobil, para wartawan memberondong dengan banyak pertanyaan yang sama sekali tidak mereka tanggapi. Abbas dan Farhan sudah bersiap untuk mengikuti sidang putusan perkara kasus Raisa dan Lyan yang berujung pada semua kasus yang sudah terjadi pada Almira dan Desy. Sebagai para suami, Almira dan Desy adalah kewajiban mereka untuk melindungi.Pembacaan surat pernyataan damai dari pihak Raisa dibacakan. Namun, pengacara Lyan tetap menolak dan meminta agar Raisa dimasukkan bui atas perbuatannya. Bahkan, kini semua saksi kasus Raisa datang. Ada Zaskia, Zidan dan juga beberapa orang yang sudah dibayar mahal untuk melancarkan aksi Raisa untuk mendapatkan hukuman yang setimpal.Ketukan palu menandakan sidang putusan selesai. Dan Raisa, dijatuhi hukuman penjara 5 bulan masa percobaan dan denda 1 miliar atas kasus yang ia sandang ini. Raisa memandang Lyan sinis. Bahkan dia sangat menyesal karena sudah membuang banyak uang
..."Kamu bersiap, Ai. Hari ini kita akan hadir di persidangan terakhir kasus kamu yang diajukan kembali. Kali ini kamu harus kasih hadiah spesial kalau Abang bisa menangin kasus Desi dan kamu sekaligus," ucap Lyan saat sedang dipakaikan kemeja oleh Almira."Hm … harus ikut ya?" "Kenapa? Kamu takut sama Zidan? Tenang saja. Dia sudah jinak sama Abang."Almira tersenyum dan membuat Lyan semakin gemas. Keduanya keluar kamar dalam keadaan yang tentunya sangat bahagia setelah 3 hari bulan madunya ke SIngapura. Baru malam ini, mereka kembali karena ada panggilan sidang akhir dari banding yang Raisa ajukan."Sudah seger aja, Bang. Berangkat ke pengadilannya sekarang?" tanya Suaka."Iya, Ka. Katanya Bang Lyan, jam 9. Tapi dia sudah berkemas dari jam 7 tadi," ujar Almira."Oh. Pasti nggak sabar ya lihat Raisa dihukum berat. Selama ini ternyata dia bersembunyi dibalik topeng dan perisai hukum juga. Payah banget, untung gak jadi sama kamu, Kak," ucap Prisil ikut menimpali."Ibu mana?" tanya Lya
.."Brengsek!"Raisa geram tidak kepalang. Pengacara Lyan berhsail membuktikan dirinya bersalh di depan hakim dengan membawa bukti yang kuat. Bahkan ia tidak menyangka jika kii dirinya harus terjebak dalam masalah yang ia buat sendiri.Besok adalah sidang putusan terakhir. Jika kali ini ia gagal juga, pupus sudah harapannya bisa kembali bersama Lyan. Yang ada dirinya harus merasakan dinginnya hotel prodeo."Pokoknya kita nggak boleh nyerah. Saya sudah bayar mahal kamu, buat bisa perjuangkan hak saya agar bisa hidup tenang bersama Lyan! Bukan bikin dia bahagia dengan wanita udik itu," ucap Raisa pada Holid Sikampul."Tapi di sana mempunyai bukti yang kuat. Kita hanya bisa meminta mediasi ulang dan mengajukan secara pribadi untuk berdamai. Semoga dia bisa memaafkan. karena itu adalah satu-satunya jalan agar Anda bisa bebas dari tuntutan yang Lyan ajukan," tutur Holid."Jangan ngasal, ya? Saya bayar kamu mahal buat ngebantu saya! Bukan malah membuat saya kalah di persidangan."Holid han
..."Sebetulnya waktu itu ibumu datang dan meminta balikan sama ayah. Tapi kamu tahu sendiri, pantang bagi Ayah kembali pada wanita yang sudah menyakiti Ayah. Kita akan cari Ibumu dan Ayah akan bantu menyelesaikan semuanya."Kali ini Zidan tersenyum dan memeluk Zinaid. Selama ini dia sudah salah menilai sang Ayah. Jika saja dulu ia datang pada Ayahnya, pasti saran sang ibu tidak akan bisa menjerumuskannya. Zinaid mengajak Zidan ke kantor polisi. Mencari dengan bantuan pihak berwajib lebih mudah dan ia juga akan mencarinya di sekeliling kota Bogor. "Kamu dengan Almira pisah karena apa?" tanya Zinaid saat sedang perjalanan pulang."Itu luka lama yang Zidan malas untuk mengungkitnya.""Intinya saja. Kenapa?" Terdengar helaan napas panjang yang Zidan lakukan. Mencoba menceritakan kembali masalahnya dengan Almira membuat hatinya seakan dirundung dengan penyesalan mendalam."Dia mengidap Gonore karena Zidan dan …."Zinaid menengok ke arah Zidan yang nampak menyesali perbuatannya pada Al
.."Saya akan membebaskanmu, asal kamu mau membantu klien saya. Dan ini semua tidak gratis dan juga instan. Saya akan melihat kamu benar-benar berpihak pada kami, sebelum kamu menginginkan bebas itu," ucap Abbas pada Zidan yang sudah mendekam di penjara.Akhirnya Lyan memutuskan menyetujui saran Abbas untuk meminta bantuan pada Zidan. Namun untuk hal itu, Lyan sudah memasrahkannya pada Abbas untuk bisa menyelesaikan semuanya tanpa harus membuat Lyan turun tangan karena pernikahannya hanyalah menunggu hari dan itu akan membuatnya sangat sibuk dan tidak ada waktu untuk mengurus hal yang rumit itu."Apa yang harus saya lakukan?" tanya Zidan bersemangat. "Apapun itu, akan saya lakukan. Saya ingin kebebasan, Ibu saya sendirian di rumah dan saya khawatir kejadian buruk menimpanya," imbuh Zidan."Baiklah. Kamu selama ini di pihak Raisa, bukan?" Zidan begitu kaget dengan pernyataan Abbas dan ia begitu gugup sekarang."Tidak usah berdusta di depan kami. Kami sudah tahu semuanya. Sebenarnya si
....."Sudah lebih baik?" tanya Lyan saat dia akhirnya memilih singgah di kebun teh. Kebun teh yang berada di Cisarua ini, adalah tempat langganan Lyan sering menghabiskan waktu untuk menyendiri di tempat terdekat. Namun, jika masalahnya berat maka Jogja menjadi tujuan utamanya."Kebun teh ini, terlihat indah.""Pasti. Sebentar lagi akan banyak kunang datang karena hari sudah mulai gelap. Kamu senang, Ai?"Almira mengangguk. Lalu menyandarkan kepalanya di bahu Lyan. Mereka duduk di atas jembatan yang ada di sekitar kebun teh itu. Bahkan aroma segar karena kabut yang mulai menyelimuti, membuat Almira benar-benar merasa damai."Jadi kenapa tadi tiba-tiba sedih? Apa yang dilakukan tamu tak diundang itu?" tanya Lyan."Ibunya Zidan memohon agar aku melepaskan Mas Zidan keluar penjara. Dia memohon dengan bersujud seperti awal dulu aku membantu Mas Zidan sembuh. Tapi belajar dari pengalaman, akhirnya aku menolak membantu karena aku juga tahu, semua ini hak kamu buat keluarin dia atau enggak
...Dua hari pasca lamaran, Almira sudah melakukan aktivitas seperti biasanya. Sore ini, dia sengaja pulang lebih awal dari cafe. Saat mobil sampai di depan pintu, Almira melihat Lilis yang sedang berdiri di depan gerbang rumah Meysila.Satpam membukakan pintu dan Lilis ikut masuk menghampiri mobil Almira."Ibu jangan masuk. Rumah ini dilarang dimasuki sembarang orang," cegah satpam. Almira yang baru saja turun, memanggil satpam untuk mendekat."Pak Toto, biarkan Ibu itu saya yang tangani," ucap Almira.Almira pandangi penampilan Lilis yang seperti tidak terawat dengan baik. Bahkan wajah yang dulu glowing dan terawat, kini berganti dengan keriput dan noda hitam di mana-mana."Almira. Tolong Ibu, Almira," isak Lilis menghiba. Persis sama saat dirinya meminta agar Almira mau menjenguk ZIdan."Ada apa, Bu?" tanya Almira dengan wajah datarnya. Kejadian waktu itu, membuat Almira mencoba mengambil pelajaran. Meski hatinya sungguh tak tega melihat kondisi Lilis yang sekarang."Almira. Tolong
..Malam yang ditunggu-tunggu tiba. Keduanya sudah tidak sabar melewati malam ini dengan suka cita. Kali ini, Lyan berangkat ke rumah Almira dengan ditemani keluarganya. Tak ada yang tahu kecuali orangtua dan adiknya itu, karena sengaja ia melakukannya secara diam-diam agar tidak menimbulkan berita heboh.Di rumah Meysila. Seorang penata rias sedang sibuk merapikan riasan Almira. Meysila juga turut membantu menyiapkan tempat lamaran yang didekor secara sederhana di dalam rumahnya. Di dalam rumah Meysila, ia sengaja meminta secara khusus agar pendekor memprivacy acara ini, begitu juga dengan penata rias. Ada Abbas dan juga Raffi yang turut membantu jalannya lamaran di rumah Meysila. "Bagus, ya, A?" tanya Meysila saat dekor sudah siap dan sedang menunggu kedatangan rombongan Lyan."Yoi. Kamu mau gini juga nikahannya?""Enggak lah. AKu mau nanti di hotel atau gedung yang dihadiri banyak keluargaku dan kamu. Jadi nggak sepi kayak gini. Kamu mau kan? Kalau nanti nikahnya dihadiri banyak