"Almira, kamu nampak sudah sehat?" tanya Vivian saat baru melihat Almira turun dari kamarnya."Iya, Bun. Alhamdulillah, udah istirahat lama. Waktunya menampakkan diri ke permukaan," ucap Almira seraya ikut bergabung membantu Vivian memasak.Satu minggu pasca pendaftarannya ke pengadilan, Almira benar-benar hanya berada di rumah Meysila. Tanpa ponsel dan sama sekali tak boleh melihat siaran televisi. Almira ikut membantu meringankan tugas Lyan dengan tidak melakukan apapun yang ia tidak diperbolehkan."Mey belum bangun, Bun?" tanya Almira."Belum. Dia bangunnya siang. Bangunin gih! Tadi dah Bunda bangunin buat sholat subuh. Coba kamu cek, biasanya dia tidur lagi,""Iya, Bun."Almira mencuci tangannya, lalu gegas ke kamar Meysila. Ia melihat pintu kamar Meysila terbuka dan ternyata Meysila sedang berbincang melalui telepon di balkon kamarnya. "Mey."Meysila menengok ke arah Almira yang memanggilnya lalu tersenyum dan memasukkan ponsel ke dalam sakunya."Eh, Ra. Sejak kapan di situ?" ta
..."Tolong, Almira. Lupakan masalah kamu dengan kami sebentar saja. Ibu sudah mengatakan kepada Almira jangan pergi bahaya," ucap Lilis menghiba. Akhirnya Almira luluh. Tak tega melihat wanita tua itu dengan tatapan memelasnya. Meski rasa sakit hati itu masih ada, Almira berusaha meyakinkan hatinya jika semua akan baik-baik saja."Baiklah. Tapi hanya sebentar," pungkas Almira membuat bibir wanita setengah baya itu melengkung."Iya-iya. Sebentar saja, itu sudah cukup bagi kami. Ayo! " ajak Lilis menggandeng Almira."Tapi saya harus memberi tahu orang rumah jika saya hendak pergi. Kalau Anda tak sabar menunggu, sebaiknya tidak usah mengajak saya."Lilis melepaskan pegangannya pada Almira dan membiarkan Almira masuk rumah.Almira mencoba menelpon Meysila melalui telepon rumah, tetapi panggilannya tidak diangkat. Hendak mengabari Lyan, tetapi ia tak hafal nomornya. "Bi," panggil Almira."Ya, Non Mira." Maid yang sedang merapikan meja tamu, mendekat."Saya mau pergi ke luar. Tadi saya ma
"Almira ke mana, Bi?" tanya Meysila yang sore itu baru pulang dari luar. Dia begitu kaget saat mendapati Almira yang tak ada di kamarnya."Itu, Non. Anu tadi ada tamu dua orang. Ngajak Non Almira pergi, katanya sih sebentar tapi ini kok lama. Duh, Bibi jadi panik," ucap maid takut."Oalah. Gimana sih, Bi? Kok dibiarkan pergi Almiranya? Orang yang ajak Almira laki-laki?""Bukan. Dua wanita, yang satu seumuran nyonya dan satunya seumuran Non Almira," jawab maid begitu takut.Meysila mengambil gawainya, menelpon pada Lyan untuk menanyakan hal kepergian Almira ini. Baru saja hendak memencet tombol dial, Almira pulang."Assalamualaikum," salam Almira."Waalaikumsalam. Ya Allah, Almira. Kamu bikin kita takut. Dari mana saja kamu?" tanya Meysila memeluk Almira."Ada urusan sebentar tadi. Maaf ya, soalnya kamu aku telepon nggak diangkat. Kamu dah lama pulangnya?""Belum lama, sih. Aku ikut meeting bareng Aa soalnya. Jadi ponsel aku silent. Kamu ada urusan apa? Sumpah bikin khawatir," ucap Mey
Lyan mengantar Almira dan Meysila pulang. Lyan tak berbicara apapun saat di perjalanan membuat Almira merasa aneh sendiri."Kalian istirahatlah! Saya ada urusan!"Setelah mengatakan hal itu saat Almira turun mobil, Lyan langsung menancap gas mobilnya pergi."Kenapa tuh Lyan? Aneh banget nggak kayak biasanya," tanya Meysila."Mungkin ada yang aneh dengan ucapku tadi ya, Mey? Sampai-sampai dia tiba-tiba dingin gitu," ucap Almira sendu."Lagian kamu, aneh-aneh aja. Kalau sudah gak suka, tinggalin. Jangan kasih harapan. Dah nggak usah dipikirkan. Nanti coba aku tanyakan," ucap Meysila.Keduanya masuk rumah dan membersihkan diri setelah dari makam. Sore berganti dengan gelapnya malam. Menandakan sang surya sudah meninggalkan peraduannya, berganti dengan bulan dan bintang yang menyinari langit gelap. ALmira duduk di balkon kamarnya. Tak ada yang bisa mengusir rasa tak enaknya malam ini. Dia begitu khawatir dengan sikap Lyan, dan bingung dengan keinginan Zidan yang memaksanya untuk meneman
Almira berusaha mencegah Meysila mendebat para tetangganya itu. Namun, bukan Meysila namanya jika dia akan mundur setelah ditantang lawannya."Udahlah, Mbak Meysila. Situ juga! Model karatan! Sudah tua tapi nggak nikah-nikah. Kagak laku? Atau selama ini pacaran sama artis ono cuma buat kedok? Karena situ sudah nggak virgin kayak di berita infotainment itu?" cibir tetangga julid Meysila.Meysila meradang. Ia biarkan gosip itu menjamur di kalangan media, tapi jika dia dengar sendiri maka ia akan naik pitam dan memberi mereka pelajaran."Heh, Ibu Okom suaminya Bapak Tauge. Saya diam karena Ibu sudah tua dan takutnya mulutnya encok dan struk setelah mengatakan hal itu pada kami. Tapi ingat! Jangan bicara asal kalau tidak tahu kebenaranya. Hidup, hidup kita. Ngapain situ repot? Nggak bosan hidup kemakan gosip murahan? Kalau saya jadi situ, mending pulang dan ngaca! Sebaik apa diri situ bahagia juga Karena rela hidup dengan suami beristrikan 3."Ibu tadi ikut meradang dan ingin membalasnya
......Almira pegangi ponsel pemberian Lyan. Ponsel yang harganya ditaksir seharga motor matic keluaran terbaru itu, membuat Almira takut untuk menghubungi seseorang selain Lyan dan Suaka. Selepas makan siang, Almira kembali kedatangan tamu. Kali ini, bukan Lilis maupun Zidan yang datang. Melainkan kekasih baru Aldi–Rani."Ra, ada tamu nyariin kamu di bawah. Katanya teman kamu," ucap Vivian."Teman? Laki atau perempuan?""Perempuan. Mau ditemuin gak?" tanya Vivian."Baiklah. Mira akan turun, makasih, Tante. Ngomong-ngomong, Meysila masih di kamar, Tan?" tanya Almira."Masih. Sore nanti Raffi datang, kamu tenang aja nggak usah khawatir gitu," pungkas Vivian sembari tersenyum dan mengusap lengan Almira lalu keluar dari kamar Almira.Almira gegas turun dan mendapati Rani datang seorang diri dengan wajah panik. "Ra, ini gawat," pekik Rani."Ada apa, Mbak?" tanya Almira yang juga tak mengenal siapa nama wanita yang disebut pasangan Aldi itu."Zidan masuk rumah sakit. Semalam jatuh dari kam
Lilis mengusap air matanya. Penyesalannya itu memang sudah tak bisa lagi digambarkan dengan kata-kata. Malam itu Nadine merengek meminta pulang menemui ibunya, tetapi dirinya justru abai dan akhirnya membuat Nadine sakit dan menemui ajalnya. Jika diingat, ia ingin meminta maaf sebanyak-banyaknya, meski kini Almira mau membantu tetapi sungguh hati rasanya malu."Tunggu di sini! Saya akan ke ruangan dokter yang kemarin menangani saya," ucap Almira."Mau saya temani?" tanya Rani."Tak usah. Temani Ibu saja, beliau yang sepantasnya membutuhkan teman daripada saya," cetus Almira.Almira keluar kamar Zidan dan melangkah menuju ruang Suaka. Almira berharap, sahabatnya itu mau membantu. Almira mengetuk pintu ruang kerja Suaka."Permisi."Almira masuk dan melihat ruangan Suaka yang kosong. Saat dia hendak keluar, ia berpapasan dengan dokter Iriana–sepupu Suaka."Cari Suaka, ya?" tanya Iriana yang sudah sangat mengenal Almira sejak dia menjadi dokter spesialis penyakit Almira waktu itu."Iya. K
...Setelah berbincang dan mengutarakan maksud dirinya datang ke ruangan Suaka, Almira kembali ke ruangan Zidan dengan Iriana. Banyak pembicaraan serius antara Iriana dan Almira, yang pastinya hanya diketahui oleh keduanya saja."Ibu, Almira sudah membawakan dokter yang dulu menangani Almira. Dokter Iriana ini akan membantu penyembuhan Mas Zidan, jadi tidak usah khawatir akan kondisi Mas Zidan. Asal Ibu nurut dengan arahan beliau dan Ibu tidak membuat dosa baru, insya Allah semuanya akan kembali baik–baik saja. Saya pamit, semoga Ibu diberi kesehatan dan ketabahan dengan cobaan yang terjadi dan semoga Mas Zidan lekas sembuh," tegas Almira sebelum beranjak dari tempatnya berdiri."Terima Kasih banyak, Almira. Ibu sangat malu melakukan hal ini padamu. Semoga kamu benar-benar memaafkan kami," ucap Lilis sebelum membiarkan Almira pergi.Sempat melihat tubuh Zidan yang berada di atas brankar dengan mata terpejam, sebelum Almira memutuskan benar-benar meninggalkan ruangan itu.Almira kelu
...Kehidupan Almira dan Lyan memang baru saja dimulai. Almira juga merasa bahagia sudah bisa dipertemukan dengan jodoh pengganti seperti Lyan. Namun, bukan berarti Almira juga akan mengikuti jejak Lyan sebagai selebritas. Almira memilih menggeluti dunia fashion dan kuliner daripada ikut dalam glamornya dunia entertain."Bang, beliin cilok yang ada sambal mayonaisenya," celetuk Almira saat Lyan baru saja pulang dari syuting jam 2 pagi."Jam berapa ini, Ai?""Tapi dede mau makan itu. Ya?""Nggak ada yang buka jam segini. Besok aja ya?"Lyan mencoba membujuk istrinya yang sedang dalam fase ngidam akut, agar mau mendengarkan kata-katanya. Nyidam Almira kali ini cukup membuat Lyan kerepotan. Pasalnya, Lyan tidak boleh pulang bekerja dengan baju yang berbeda seperti saat pergi dari rumah.Lyan tak marah dan justru ia senang. Di pernikahannaya yang menginjak 5 bulan, Tuhan memberikan kepercayaan seorang anak di rahim Almira. Meski banyak permintaan Almira yang kadang membuat pening kepala,
...Suaka dan Lyan, masuk ke dalam ruang persidangan. Sepanjang turun dari mobil, para wartawan memberondong dengan banyak pertanyaan yang sama sekali tidak mereka tanggapi. Abbas dan Farhan sudah bersiap untuk mengikuti sidang putusan perkara kasus Raisa dan Lyan yang berujung pada semua kasus yang sudah terjadi pada Almira dan Desy. Sebagai para suami, Almira dan Desy adalah kewajiban mereka untuk melindungi.Pembacaan surat pernyataan damai dari pihak Raisa dibacakan. Namun, pengacara Lyan tetap menolak dan meminta agar Raisa dimasukkan bui atas perbuatannya. Bahkan, kini semua saksi kasus Raisa datang. Ada Zaskia, Zidan dan juga beberapa orang yang sudah dibayar mahal untuk melancarkan aksi Raisa untuk mendapatkan hukuman yang setimpal.Ketukan palu menandakan sidang putusan selesai. Dan Raisa, dijatuhi hukuman penjara 5 bulan masa percobaan dan denda 1 miliar atas kasus yang ia sandang ini. Raisa memandang Lyan sinis. Bahkan dia sangat menyesal karena sudah membuang banyak uang
..."Kamu bersiap, Ai. Hari ini kita akan hadir di persidangan terakhir kasus kamu yang diajukan kembali. Kali ini kamu harus kasih hadiah spesial kalau Abang bisa menangin kasus Desi dan kamu sekaligus," ucap Lyan saat sedang dipakaikan kemeja oleh Almira."Hm … harus ikut ya?" "Kenapa? Kamu takut sama Zidan? Tenang saja. Dia sudah jinak sama Abang."Almira tersenyum dan membuat Lyan semakin gemas. Keduanya keluar kamar dalam keadaan yang tentunya sangat bahagia setelah 3 hari bulan madunya ke SIngapura. Baru malam ini, mereka kembali karena ada panggilan sidang akhir dari banding yang Raisa ajukan."Sudah seger aja, Bang. Berangkat ke pengadilannya sekarang?" tanya Suaka."Iya, Ka. Katanya Bang Lyan, jam 9. Tapi dia sudah berkemas dari jam 7 tadi," ujar Almira."Oh. Pasti nggak sabar ya lihat Raisa dihukum berat. Selama ini ternyata dia bersembunyi dibalik topeng dan perisai hukum juga. Payah banget, untung gak jadi sama kamu, Kak," ucap Prisil ikut menimpali."Ibu mana?" tanya Lya
.."Brengsek!"Raisa geram tidak kepalang. Pengacara Lyan berhsail membuktikan dirinya bersalh di depan hakim dengan membawa bukti yang kuat. Bahkan ia tidak menyangka jika kii dirinya harus terjebak dalam masalah yang ia buat sendiri.Besok adalah sidang putusan terakhir. Jika kali ini ia gagal juga, pupus sudah harapannya bisa kembali bersama Lyan. Yang ada dirinya harus merasakan dinginnya hotel prodeo."Pokoknya kita nggak boleh nyerah. Saya sudah bayar mahal kamu, buat bisa perjuangkan hak saya agar bisa hidup tenang bersama Lyan! Bukan bikin dia bahagia dengan wanita udik itu," ucap Raisa pada Holid Sikampul."Tapi di sana mempunyai bukti yang kuat. Kita hanya bisa meminta mediasi ulang dan mengajukan secara pribadi untuk berdamai. Semoga dia bisa memaafkan. karena itu adalah satu-satunya jalan agar Anda bisa bebas dari tuntutan yang Lyan ajukan," tutur Holid."Jangan ngasal, ya? Saya bayar kamu mahal buat ngebantu saya! Bukan malah membuat saya kalah di persidangan."Holid han
..."Sebetulnya waktu itu ibumu datang dan meminta balikan sama ayah. Tapi kamu tahu sendiri, pantang bagi Ayah kembali pada wanita yang sudah menyakiti Ayah. Kita akan cari Ibumu dan Ayah akan bantu menyelesaikan semuanya."Kali ini Zidan tersenyum dan memeluk Zinaid. Selama ini dia sudah salah menilai sang Ayah. Jika saja dulu ia datang pada Ayahnya, pasti saran sang ibu tidak akan bisa menjerumuskannya. Zinaid mengajak Zidan ke kantor polisi. Mencari dengan bantuan pihak berwajib lebih mudah dan ia juga akan mencarinya di sekeliling kota Bogor. "Kamu dengan Almira pisah karena apa?" tanya Zinaid saat sedang perjalanan pulang."Itu luka lama yang Zidan malas untuk mengungkitnya.""Intinya saja. Kenapa?" Terdengar helaan napas panjang yang Zidan lakukan. Mencoba menceritakan kembali masalahnya dengan Almira membuat hatinya seakan dirundung dengan penyesalan mendalam."Dia mengidap Gonore karena Zidan dan …."Zinaid menengok ke arah Zidan yang nampak menyesali perbuatannya pada Al
.."Saya akan membebaskanmu, asal kamu mau membantu klien saya. Dan ini semua tidak gratis dan juga instan. Saya akan melihat kamu benar-benar berpihak pada kami, sebelum kamu menginginkan bebas itu," ucap Abbas pada Zidan yang sudah mendekam di penjara.Akhirnya Lyan memutuskan menyetujui saran Abbas untuk meminta bantuan pada Zidan. Namun untuk hal itu, Lyan sudah memasrahkannya pada Abbas untuk bisa menyelesaikan semuanya tanpa harus membuat Lyan turun tangan karena pernikahannya hanyalah menunggu hari dan itu akan membuatnya sangat sibuk dan tidak ada waktu untuk mengurus hal yang rumit itu."Apa yang harus saya lakukan?" tanya Zidan bersemangat. "Apapun itu, akan saya lakukan. Saya ingin kebebasan, Ibu saya sendirian di rumah dan saya khawatir kejadian buruk menimpanya," imbuh Zidan."Baiklah. Kamu selama ini di pihak Raisa, bukan?" Zidan begitu kaget dengan pernyataan Abbas dan ia begitu gugup sekarang."Tidak usah berdusta di depan kami. Kami sudah tahu semuanya. Sebenarnya si
....."Sudah lebih baik?" tanya Lyan saat dia akhirnya memilih singgah di kebun teh. Kebun teh yang berada di Cisarua ini, adalah tempat langganan Lyan sering menghabiskan waktu untuk menyendiri di tempat terdekat. Namun, jika masalahnya berat maka Jogja menjadi tujuan utamanya."Kebun teh ini, terlihat indah.""Pasti. Sebentar lagi akan banyak kunang datang karena hari sudah mulai gelap. Kamu senang, Ai?"Almira mengangguk. Lalu menyandarkan kepalanya di bahu Lyan. Mereka duduk di atas jembatan yang ada di sekitar kebun teh itu. Bahkan aroma segar karena kabut yang mulai menyelimuti, membuat Almira benar-benar merasa damai."Jadi kenapa tadi tiba-tiba sedih? Apa yang dilakukan tamu tak diundang itu?" tanya Lyan."Ibunya Zidan memohon agar aku melepaskan Mas Zidan keluar penjara. Dia memohon dengan bersujud seperti awal dulu aku membantu Mas Zidan sembuh. Tapi belajar dari pengalaman, akhirnya aku menolak membantu karena aku juga tahu, semua ini hak kamu buat keluarin dia atau enggak
...Dua hari pasca lamaran, Almira sudah melakukan aktivitas seperti biasanya. Sore ini, dia sengaja pulang lebih awal dari cafe. Saat mobil sampai di depan pintu, Almira melihat Lilis yang sedang berdiri di depan gerbang rumah Meysila.Satpam membukakan pintu dan Lilis ikut masuk menghampiri mobil Almira."Ibu jangan masuk. Rumah ini dilarang dimasuki sembarang orang," cegah satpam. Almira yang baru saja turun, memanggil satpam untuk mendekat."Pak Toto, biarkan Ibu itu saya yang tangani," ucap Almira.Almira pandangi penampilan Lilis yang seperti tidak terawat dengan baik. Bahkan wajah yang dulu glowing dan terawat, kini berganti dengan keriput dan noda hitam di mana-mana."Almira. Tolong Ibu, Almira," isak Lilis menghiba. Persis sama saat dirinya meminta agar Almira mau menjenguk ZIdan."Ada apa, Bu?" tanya Almira dengan wajah datarnya. Kejadian waktu itu, membuat Almira mencoba mengambil pelajaran. Meski hatinya sungguh tak tega melihat kondisi Lilis yang sekarang."Almira. Tolong
..Malam yang ditunggu-tunggu tiba. Keduanya sudah tidak sabar melewati malam ini dengan suka cita. Kali ini, Lyan berangkat ke rumah Almira dengan ditemani keluarganya. Tak ada yang tahu kecuali orangtua dan adiknya itu, karena sengaja ia melakukannya secara diam-diam agar tidak menimbulkan berita heboh.Di rumah Meysila. Seorang penata rias sedang sibuk merapikan riasan Almira. Meysila juga turut membantu menyiapkan tempat lamaran yang didekor secara sederhana di dalam rumahnya. Di dalam rumah Meysila, ia sengaja meminta secara khusus agar pendekor memprivacy acara ini, begitu juga dengan penata rias. Ada Abbas dan juga Raffi yang turut membantu jalannya lamaran di rumah Meysila. "Bagus, ya, A?" tanya Meysila saat dekor sudah siap dan sedang menunggu kedatangan rombongan Lyan."Yoi. Kamu mau gini juga nikahannya?""Enggak lah. AKu mau nanti di hotel atau gedung yang dihadiri banyak keluargaku dan kamu. Jadi nggak sepi kayak gini. Kamu mau kan? Kalau nanti nikahnya dihadiri banyak