Share

Bab 6

Author: Lintang berseri
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Duduk bersandar sembari netra memandang kosong jendela di sampingnya, Elma tak bergeming sedikitpun. Hari ini di luar begitu cerah, tak begitu panas namun begitu indah.

Tapi sayang, indahnya suasana pagi ini tak membuat bahagia perasaan Elma, dirinya merasa bingung, apa yang terjadi?

Dalam ingatan Elma, seharusnya hari ini ia berada di rumahnya sedang menunggu perayaan ulang tahunnya yang ke 17, tapi kenapa tiba tiba dirinya terbaring di rumah sakit?

Elma menyentuh kepalanya yang dibalut perban, kepalanya sudah tak memiliki rambut, seketika matanya berkaca kaca, rambut indahnya kini tak ada lagi, padahal Elma begitu suka rambut panjangnya.

Pintu kamar yang sebelumnya tertutup itu kemudian perlahan terbuka, menampakkan sosok Ratna, ibunya yang biasa ia panggil bunda itu mendekat perlahan.

"Kamu baik baik saja sayang?" tanya Ratna berusaha setenang mungkin.

Mata Elma kini terasa berembun, tak bisa menahan perasaan bergejolak yang timbul kala pertanyaan sederhana itu terucap dari sang bunda.

Tak bisa berkata kata, Elma hanya menunduk untuk menyembunyikan netranya yang sebentar lagi mengeluarkan air mata.

Grep

Menyadari anaknya sedang tak baik baik saja, kedua tangan lembut itu kemudian merangkul tubuh Elma masuk kedalam dekapan berharap tubuh hangatnya bisa menenangkan anaknya yang sedang melupakan banyak Hal penting itu.

Yah, Kini Elma melupakan banyak hal. Dokter mengatakan jika ingatan Elma berakhir pada saat dirinya masih berusia 17 tahu, tepatnya hari dimana dia berulang tahun yang ke 17.

Memang sebelum kecelakaan hari itu, Elma sedang berulang tahun, namun bukan yang ke 17 melainkan yang ke 24 tahun, hari dimana Alan akan membuat pesta kejutan untuk Elma.

"Selamat ulang tahun sayang, semoga putri kesayangan bunda selalu bahagia dan sehat, kalo cantik sudah pasti kan putri bunda selalu cantik," ucap Ratna tak bisa menahan getaran dalam kata katanya.

Gadis yang mulai terisak dalam dekapan bundanya itu seketika menengadah menatap bunda nya yang mulai meneteskan airmata.

"Bunda ingat?" tanya Elma dengan matanya yang basah karna menangisi keadannya.

"Tentu saja ingat, mana mungkin tidak ingat, Bunda ingat semuanya sayang," jawab Ratna. Ia lalu memgusap sisa lelehan air mata Elma dan mengusap sayang kepala Elma yang dibalut perban.

"Makasih Bunda."

Benar benar dejavu, kenapa harus masa itu yang menjadi ingatan terakhir Elma, Masa dimana Elma merasa diabaikan oleh orang tuanya hingga Elma merayakan ulang tahunnya yang ke-17 hanya sendirian. Masa dimana Ratna dan Hans mengorbankan anaknya demi keberlangsungan perusahaannya yang nyaris bangkrut.

Syok sudah pasti sedang Ratna dan Hans Alami saat ini, mereka tak menyangka hal yang mereka kira hanya akan terjadi di dunia fiksi ternyata terjadi juga dalam kehidupan mereka.

Tapi setidaknya Ratna bersyukur, Elma tidak melupakan segalanya. Elma masih mengingat dirinya, dan yang paling patut ia syukuri adalah kini Elma sudah melewati masa kritis dan bisa dibilang tubuh Elma kini stabil. Bukankah itu adalah hal yang patut disyukuri

Lain halnya dengan Alan, dirinya kini sedang murka bukan main pada Dokter yang menangani Elma, ia menyalahkan keadaan Elma pada Dokter yang menanganinya. Menganggap Dokter tak becus hingga Elma bisa lupa ingatan sebagian.

"Percuma kamu marah marah Al, seandainya kamu menghancurkan rumah sakit inipun, Kami tak akan bisa membuat Elma mengingat kamu sekarang juga, Semuanya butuh proses, tidak bisa instan," ucap pria bersneli yang sengaja datang karena mendengar keributan itu.

Pria berstatus Dokter bedah yang ternyata anak dari Direktur rumah sakit ini, adalah sepupu Alan yang usianya hanya terpaut 3 tahun lebih tua dari Alan.

Dia tak menyangka, ternyata yang membuat keributan itu adalah sepupu laknatnya, padahal dirinya baru saja keluar dari ruang operasi. Dirinya begitu lelah setelah bertarung menyelamatkan nyawa seseorang selama 5 jam di meja operasi, dan sekarang Pria bernama Erwan itu harus menenangkan pria pemarah yang berstatus sepupu dan temannya ini. Sungguh benar benar sial.

"Aku tak mau tahu, jika Elma tak membaik segera, semua dokter dan perawat yang menangani Elma sebelumnya akan aku pecat," gertak Alan tak main main lalu keluar dari ruangan Yang dipenuhi oleh dokter dan suster yang sebelumnya menangani Elma.

Semua orang di dalam sana memucat kecuali Erwan, Para dokter itu baru tahu jika Alan adalah anak dari pemilik yayasan rumah sakit yang memiliki wewenang untuk melakukan apapun, mau dia menutup Rumah sakit ini juga dia lebih dari mampu untuk melakukannya.

Kini para dokter yang sudah bertahun tahun mengabdi di rumah sakit ini benar benar khawatir, karena mereka sering mendengar kabar jika anak dari pemilik yayasan ini adalah pengusaha muda yang berpengaruh dan kekejamannya sungguh membuat ngeri siapapun yang mendengarnya.

Erwan menyadari kekhawatiran rekan sejawatnya itu, Ia kemudian mendekat pada para dokter yang menundukkan kepala seperti tak berdaya, berharap bisa memberikan sedikit kelegaan yang bisa membantu mereka.

"Jangan khawatir, saya tak akan membiarkan Alan mengusik kalian, saya tahu kalian sudah berusaha semaksimal mungkin."

Anak dari direktur Rumah Sakit sekaligus sebagai dokter bedah itu menepuk bahu salah satu dokter yang berada paling dekat dengan dirinya. Erwan tahu betul perangai seorang Alan, sering kali hilang kendali dan melupakan logika dan profesionalitas dan hanya mengedepankan emosi disaat berhubungan dengan Elma.

Sikap bodohnya itu sudah sering memakan korban, dirinya pun sering sekali di susahkan dengan hal itu. Ah.. sungguh melelahkan sekali hidup dokter muda itu.

Dengan langkah ringan, ia berjalan menyusul kepergian sang sepupu laknat, ternyata Alan berjalan cukup cepat hingga Erwan harus sedikit berlari untuk mengejar kepergian Alan yang sudah jelas tujuannya pasti menemui Elma yang telah melupakan dirinya.

"El, kamu tahu siapa aku kan?" desak Alan.

Elma menggelangkan kepalanya kiri dan kanan, sesekali melirik kepada Ratna yang duduk di kursi yang berada di samping ranjangnya seperti meminta penjelasan sebenarnya siapa pria yang terus saja mengaku jika dirinya adalah suaminya.

Tentu saja Elma menolak apa yang dikatakan Alan, mana mungkin ia lupa jika dirinya telah menikah, apalagi Elma masih berusia 17 tahun, hal sangat mustahil bukan.

"El.."

Suara lirih yang menuntut itu kini terdengar mendesah frustasi, Alan sudah habis akal bagaimana caranya agar Elma bisa mengingatnya.

"Ah.."

Ringisan terdengar keluar dari mulut Elma, kepala Elma tiba tiba berdenging, rasa sakit yang tiba tiba mendera kepalanya hingga Elma memegang kepalanya dengan tangan kiri dan tangan satunya mencengkram kuat jemari Ratna.

Melihat keadaan tidak baik baik saja, Erwan bergegas masuk tanpa permisi dan menarik perlahan bahu Alan berniat untuk memeriksa keadaan Elma yang terlihat kesakitan.

"Jangan memaksa Al, butuh proses agar Elma kembali kepada keadaan semula," ucap Erwan, "Tunggulah, aku akan memeriksanya," lanjut Erwan lalu mendekat pada Elma.

"Kak Erwan, akhirnya kamu datang."

Kata kata Elma mengguncang emosi Alan, dengan mudah Elma menerima kedatangan Erwan, dan apa maksudnya itu? akhirnya Kamu datang?.

"Sial, ada apa ini?" umpat Alan sambil mengepalkan tangannya kuat kuat melihat Elma memegang lengan Erwan.

Related chapters

  • Kamu harus jadi Milikku   Bab 7

    Beberapa menit berlalu seperti menunggu seharian bagi Alan. Duduk di kursi tunggu yang terletak persis di luar kamar yang di tempati Elma menunggu sambil menahan emosi. Lengannya terkepal dan matanya tajam menatap pintu yang tertutup seperti ingin merobohkan pintu yang tak berdosa itu. Beberapa waktu lalu sebelum Alan diusir oleh Ratna dari kamar yang ditempati Elma, Alan nyaris saja mengamuk dan akan menghajar Erwan yang begitu menempel pada Elma. Sebenarnya bukan mau Erwan berdekatan dengan Elma, rasa sakit yang mendera pada kepala Elma membuat Elma tanpa sadar erat memegang Erwan, hingga Erwan tak tega jika dirinya mengikis jarak dengan Elma. "Alan, Ayo kita tunggu diluar, biarkan Erwan memeriksa Elma," ajak Ratna pada menantunya itu sambil sedikit menarik lengan Alan. "Engga bisa bun, Alan harus nungguin Istri Alan," tolak Alan. Ia sengaja mempertegas panggilannya pada Elma agar Erwan tahu diri dan menjauh dari Elma. Tapi sayang, keinginan Alan untuk Erwan menjauhi Elma tak di

  • Kamu harus jadi Milikku   Bab 8

    Sekian lama tak menginjakkan kaki di tempat bernuansa temaram dan remang remang yang dipenuhi hingar bingar pesta. Malam ini Alan malah berada disini, tersesat duduk sendirian menenggak berbotol botol minuman memabukkan hampir memenuhi meja yang bisa membuatnya lupa diri. Ia sedang mengalami kekacauan karena tak bisa melakukan apa yang ingin ia lakukan. Tubuh tegap nya yang selalu gagah dan ditakuti banyak orang itu kini bersandar lemah tak berdaya karena kalah oleh keadaan, rasa melayang tak bisa ia kontrol, pusing yang mendera sengaja ia buat, ingin ia tak sadarkan diri agar lupa sejenak akan keadaan Elma yang hilang ingatan, sialnya lagi hanya dirinya yang tak ada dalam memori Elma. Mulutnya meracau tak jelas mengumpati keadaan yang menurutnya sialan itu, namun racauannya tenggelam oleh suara musik yang menghentak hentak mengiringi semua pengunjung club malam yang sedang asik berpesta. Meski dalam pengaruh alkohol, Alan tetap mengingat perkataan Erwan tadi siang agar sejenak dir

  • Kamu harus jadi Milikku   Bab 9

    Mata kabur dipengruhi alkohol, membuat Alan mengira sosok yang telah ia kungkung di bawahnya adalah wanita yang ia inginkan. Kekuatannya kembali, kala menyentuh kulit mulus yang telah membuka pakaian bagian atasnya itu menggoda dirinya dengan sentuhan sensual, namun hasratnya lebih menguasai dibandingkan akal warasnya. Ditambah pencahayaan yang redup membuat ia makin tak jelas dengan sosok wanita yang menempel terus menerus padanya ini."Al, aku merindukanmu."Bisikan sensual itu membuat gerakan Alan yang sedang mencumbui kulit halus itu terhenti. Otak warasnya berangsur angsur ditarik dari kegilaan karna minuman memabukkan itu. Suara itu sangat jelas, wanita di bawah lingkungannya ini bukan Elma istrinya, bukan wanita yang ia inginkan. Alan menjauhkan diri dengan kasar, menghentak tubuhnya agar menjauh dari wanita yang telah ia sadari adalah Nindi. "Sial," umpat Alan. Lengan Nindi kehilangan, tubuh setengah telanjangnya kini merasakan terpaan hawa dingin AC kamarnya, hasratnya me

  • Kamu harus jadi Milikku   Bab 10

    Tengah malam, setelah dirinya tersadar dari pengaruh obat bius yang membuatnya tertidur sepanjang hari. Elma mengedarkan mata bulatnya mencari keberadaan seseorang, entah itu kedua orang tuanya ataupun Erwan. Sayangnya nihil, tak ada tanda tanda seseorang akan menemaninya untuk melalui malam ini. Elma jadi sedikit takut dengan ruangan luas ini.Kamar inap ini memang terasa nyaman karena Alan sengaja menempatkan Elma di kamar VVIP yang fasilitasnya seperti hotel, namun tetap saja Elma merasa amat kesepian. "Kemana semua orang?" gumam Elma setelah beberapa saat menunggu dan tetap tak ada orang yang datang. Pada akhirnya Elma hanya berbaring sambil menatap langit kamar yang berwarna putih tanpa corak, tak ada yang bisa ia lakukan, sungguh sangat bosan. Merenungkan apa yang telah terjadi pada dirinya, bertanya bagaimana bisa ia terbaring degan kondisi mengenaskan seperti ini, dengan rambut yang dipangkas habis, bahkan kedua orang tuanya dan Erwan tampak berbeda. Terlebih ada seorang p

  • Kamu harus jadi Milikku   Bab 11

    Ego memuncak kala hal berharga miliknya ada yang berani menyentuh, melupakan logika dan menolak semua alasan, yang dia tahu hanyalah tak ada pria yang boleh lancang menyentuh wanitanya meskipun seorang dokter sekalipun. Alan bukanlah pria biasa, saat dirinya mengklime sesuatu maka itu adalah miliknya, jiwa posesif nya menakutkan bahkan bisa menjadi bencana.Berdiri menatap Erwan dengan sorot permusuhan yang begitu kental, melupakan semua orang yang berkumpul didalam sana, terasa mencekam namun Erwan tak perduli, dirinya malah asik bercengkrama dengan kedua orang tua Elma yang baru saja tiba. Sebelum kedatangan orang tua Elma, Alan dan Erwan sempat berdebat sengit, Erwan menatap sinis kedatangan Alan dengan penampilan Alan yang mengejutkannya, pakaiannya sudah rapih dan terlihat masih gagah memang, namun yang mengesalkan adalah terdapat beberapa tanda kemerahan yang terpampang nyata di lehernya. Erwan seperti dikhianati karena telah menyerahkan gadis kecilnya pada Alan. "Rupanya kau

  • Kamu harus jadi Milikku   Bab 12

    Sibuk menekuri ponsel yang diberikan oleh pria yang telah ia tahu bernama Alan dan mengaku kini telah berstatus suaminya itu, Elma terpana dengan kenyataan Yang terpampang dalam Ponsel yang tengah ia genggam ini. Semua kenangan tersimpan dalam galeri berbentuk fhoto maupun vidio, bahkan ia telah membuka semua sosial media yang ia miliki termasuk pesan singkat yang diterima atau terkirim. Bahkan bukti bahwa dirinya telah melangsungkan pernikahan sederhana dikamar inap ini saat dirinya terbaring koma pun, Alan telah mengabadikannya dan menyimpan memori itu dalam ponselnya. "Kamu istriku mau kamu percaya atau tidak El, hanya milikku," ucap Alan sebelum melenggang pergi meninggalkan dirinya sendirian untuk berfikir dalam kamar inapnya. Ada rasa yang tak biasa menyusup dalam sanubarinya, entahlah Elma tak mengerti, rasa itu tak bisa dikatakan bahagia, sedih atau apapaun namanya, yang pasti ada perasaan sakit yang terasa namun ia tak mengerti apa. Sempat Elma berfikir bagaimana bisa di

  • Kamu harus jadi Milikku   Bab 13

    "Bisakah aku tinggal dengan orang tua ku?" cicit Elma takut takut. Netra Alan menelisik, sudah menyagka jika keinginan ini yang akan terlontar dari mulut istrinya. Sepertinya Perlu sedikit perjuangan lagi untuk benar benar mendapatkan Elma, dengan kondisinya saat ini, tak cukup hanya dengan mempertegas status Elma sebagai seorang istri. Alan ingin marah dengan keadaan, tapi Alan tahu ini semua salahnya, akibat kecerobohannya. "Tentu, untuk sementara kita bisa tinggal di rumah orang tua mu," jawab Alan. Netra jernih itu membulat, menciptakan kilatan bahagia dan kelegaan. Elma ingin merasakan bahagia bersama orang tuanya, mengingat janji Sang bunda yang tak akan meninggalkan dirinya lagi seperti sebelumnya. "Terima kasih ka," ucap Elma tulus. Alan hanya tersenyum singkat lalu menarik tubuh Elma mendekat padanya. Namun sayang secara refleks Elma menjauh dan menepis uluran tangan Alan membuat Alan menggeram tak suka. Netra kelamnya terlihat kecewa, padahal Elma sudah menjadi istrin

  • Kamu harus jadi Milikku   Bab 14

    "Ada orang yang melihatmu masuk ke apartemen Nindi, dan memotrernya." "Urus orang yang mendapatkan foto itu, pastikan jangan sampai ada yang tahu," ucap Alan lalu memutus sambungan telpon sepihak tanpa menunggu jawaban dari Bagas. Sejenak Alan termangu, memikirkan masalah yang begitu bertubi tubi yang ditimbulkan oleh Nindi. Wanita itu memang begitu gigih, bergerak tanpa bisa Alan membaca langkahnya. Anak dari salah satu investor perusahaannya itu benar benar menyulitkan. Netra bening yang sibuk memperhatikan wajah Alan disampingnya itu seperti lupa berkedip, mengagumi wajah rupawan Alan, merasakan kegusaran dari pria yang telah menjadi suaminya itu. "Apakah ada masalah?" tanya Elma tiba tiba. Alan begitu terkejut dengan pertanyaan Elma, ia kira Elma sudah tidur, ternyata sejak tadi dirinya mperhatikan Alan yang tengah menelpon. Jangankan Alan, bahkan Elma sendiri merasa terkejut dengan perhatian kecil yang ia lakukan. Elma tak percaya, seperti dirinya terbiasa melakukan interak

Latest chapter

  • Kamu harus jadi Milikku   Bab 21

    Denting jam berbunyi begitu nyaring, waktu sudah menunjukan pukul 12 tengah malam. Hujan diluar masih mengguyur begitu deras dengan petir yang terus menyambar, mungkin malam ini hujan tak akan berhenti hingga pagi. Rumah megah kediaman Bagaskara sudah mulai sepi, para penghuni rumah sudah mulai terbuai oleh mimpi mereka, bahkan para pelayanan sudah masuk ke kamar masing masing. Namun, tidak dengan dua pria yang berstatus Ayah dan anak ini. Setelah Nindi dan Lucas pamit untuk pulang ke rumahnya satu jam yang lalu, Bagas pun ikut undur diri kembali ke apartemennya, ia tak ingin menjadi bulan bulanan Ayah dan anak yang memiliki wajah dan karakter yang sama itu. Dua orang yang memiliki paras tampan dengan usia berbeda itu sama sama keras dan tak mungkin bisa dibantah. Jadi, Bagas memilih untuk menyelamatkan nyawanya saja, biarlah esok ya esok saja. "Aku sudah menikahi Elma," ucap Alan mengakui perbuatannya yang sangat terburu buru itu. Tristan hanya melipat lengannya di da

  • Kamu harus jadi Milikku   Bab 20

    Wajah Alan muram, bahkan terkesan gelap penuh dengan Amarah. Alan sudah muak dengan tingkah Nindi yang terus menerus menggangu dirinya. Bagas yang sedang mengemudi pun menjadi ikut kesal juga, padahal dirinya baru hari ini melihat bos sekaligus sahabatnya itu ceria sepeti barusan. Hujan tiba tiba mengguyur begitu derasa, guntur pun sampai menyambar memekakan telinga, seakan merasakan kekesalan yang kini tengah Alan rasakan. Tiba tiba Alan teringat pada Elma. Ia lihat waktu sudah menunjukan pukul 10 malam, sepertinya Elma sudah terlelap mengingat kebiasaan Elma tak pernah bergadang "Apakah Elma sudah tidur?" gumamnya bertanya pada diri sendiri. Ah.. sepertinya Alan semakin tergila gila dengan istrinya itu. Ban mobil yang berdecit bergesekan dengan aspal basah yang tengah diguyur hujan itu kini telah sampai di sebuah komplek mewah. Komplek elit yang biasa dihuni oleh keluarga konglomerat berpenghasilan milyaran rupiah setiap bulannya sudah pasti tak semua orang bisa t

  • Kamu harus jadi Milikku   Bab 19

    Baru saja Alan berpisah dengan Elma, tapi dirinya sudah begitu rindu, apalagi harus beberapa hari tak melihat wajah wanita yang baru ia persunting itu. Sepertinya Alan akan sangat merasa kesulitan, apalagi harus meninggalkan Elma yang sudah pasti akan sering bertemu dengan Erwan. Sungguh hati tak rela. "El, Aku mohon, jangan terlalu dekat dengan Erwan, dia sepupuku dan aku tak suka jika kamu terlalu dekat dengannya," pinta Alan sebelum meninggalkan Elma. "Kami tidak ada apa apa ka, Kenapa kaka sangat tak suka dengan Ka Erwan, padahal Ka Erwan temanku sejak dulu," jawab Elma untuk kesekian kalinya. "Menurut lah El, aku suamimu, dan seorang istri harus mematuhi apa yang suaminya katakan."Huft... Lelah rasanya Elma mendengar perintah Alan, ia sangat tahu apa yang harus dilakukan oleh seorang istri, meskipun ingatannya ada pada usia 17 tahun, tapi setidaknya dia sudah belajar banyak tentang hal termasuk kewajiban seorang i

  • Kamu harus jadi Milikku   Bab 18

    "Kenapa menjadi rumit seperti ini?" gerutu Alan turun dari mobilnya. Awalnya Alan hanya berniat melihat istrinya sebentar saja sebelum dirinya menemui sang Ayah di kediaman keluarga Bagaskara. Namun sayang, sikap Hans memicu kemarahan pada diri Alan. Ia tak Terima dijauhkan dengan istrinya meskipun oleh mertuanya sendiri. Alan segera turun dari mobilnya lalu melangkah tergesa memasuki halaman rumah mertuanya itu. Ingin segera mengetahui apa yang dilakukan atau lebih tepatnya diberikan oleh Nindi pada Hans hingga memicu kemarahan pada pria baik itu. Saat Alan membuka pintu Rumah berwarna coklat yang ukurannya cukup besar itu, ia telah disambut oleh sang mertua dengan wajah tak ramah tak seperti biasa dan tak bersahabat tanpa mengeluarkan sepatah katapun. Dagunya terangkat dan melirik sini keberadaan Alan lalu melangkah mendahului seperti mengajak Alan untuk berbicara ditempat yang lebih privat. Ruangan kerja sang mertua tepatnya, tempat yang biasa dipakai oleh Hans berkutat denga

  • Kamu harus jadi Milikku   Bab 17

    Tak akan mudah bagi Alan menahan diri, melihat Nindi menantang dirinya apalagi dihadapan banyak orang di lobi perusahaan yang berlaku lalang. Beruntung disana ada Bagas yang siap siaga menjadi pengawal. "Apa yang kau lakukan?" tanya Alan sambil menggeram marah, matanya melotot seakan ingin menelan dan menghancurkan wanita iblis bermuka malaikat ini. "Aku?" Nindi tersenyum sebelum melanjutkan provokasinya, "Hanya mengirimkan momen kebersamaan kita yang indah, bukankah mertuamu itu sangat baik? dia pasti ikut bahagian dengan kebahagiaan kita bukan?""Kau memang-" "Hentikan bos, jangan sampai anda menghancurkan reputasi anda hanya karena provokasi nona Nindi disini," ujar Bagas menghentikan Alan sebelum Bos nya itu membuat kekacauan karena tidak bisa mengontrol emosi. Bagas tahu betul jika Alan adalah pria luar biasa cerdas dalam mengambil langkah untuk memenangkan pertempuran, namun jika sudah diprovokasi oleh Nindi, sering kali Alan akan hilang kendali. Entahlah, wanita yang sudah

  • Kamu harus jadi Milikku   Bab 16

    Rapat yang digelar jajaran petinggi Antana Group telah selesai digelar, meninggalkan perasaan kesal pada diri Alan. Kini wanita yang selalu ingin menghancurkan hubungannya dengan Elma itu sedang tersenyum manis pada Tristan, mebuat image sempurna agar menarik simpati pria nomor satu di Antana group itu. Wajah cantiknya seperti mengejek Alan yang berdiri tepat disamping sang Ayah. Sekali kali Nindi akan melempar pertanyaan yang akan membuat Alan mendengus sebal. "Benar benar wanita penjilat," gumamnya dalam hati. "Ajari Nindi dengan baik Al, kalian akan menjadi partner sempurna dalam mengembangkan perusahaan kita ini," ucap Tristan sambil merangkul bahu Nindi yang duduk tepat di sampingnya. "Tentu mereka akan menjadi partner terbaik, bukankah mereka sudah sangat dekat," ucap Lucas. Kini, Nindi duduk ditengah dua pria yang punya pengaruh penting di perusahaan, menjadikan dirinya seperti diapit oleh dua gunung yang begitu kuat dan akan melindungunya. Alan tak berkomentar, tak mung

  • Kamu harus jadi Milikku   Bab 15

    Ratna masuk kedalam kamar saat dua pria beda usia yang kini berstatus menantu dan mertua itu berdiri berhadapan saling menantang, saling menatap sengit satu sama lain. "Ada apa ini?" tanya Erwan heran. Mertua dan menantu itu memutus tatapan dan mengalihkan perhatian mereka pada kedatangan Ratna "Bunda, segera berkemas kita pulang sekarang," ucap Hans. Kebingungan pun tercetak di wajah Ratna melihat suaminya yang tiba tiba sikapnya berubah itu, Berubah tak ramah dan seperti ingin mengusir keberadaan menantunya dengan tatapan tak menyenangkan. "Dan kau Alan, pergi dari sini, aku tak ingin melihatmu berdekatan dengan anakku," lanjutnya. Seketika Semua orang yang ada di ruangan itu kaget, tak menyangka Hans memiliki keberanian mengusir putra dari Tristan Bagaskara yang sebelumnya begitu ia takuti hingga merelakan anaknya dinikahi meskipun dalam keadaan tak sadarkan diri. Hans kini tak peduli, jikapun Alan akan menghancurkan perusahaan percetakan nya yang sudah ia bangun susah payah

  • Kamu harus jadi Milikku   Bab 14

    "Ada orang yang melihatmu masuk ke apartemen Nindi, dan memotrernya." "Urus orang yang mendapatkan foto itu, pastikan jangan sampai ada yang tahu," ucap Alan lalu memutus sambungan telpon sepihak tanpa menunggu jawaban dari Bagas. Sejenak Alan termangu, memikirkan masalah yang begitu bertubi tubi yang ditimbulkan oleh Nindi. Wanita itu memang begitu gigih, bergerak tanpa bisa Alan membaca langkahnya. Anak dari salah satu investor perusahaannya itu benar benar menyulitkan. Netra bening yang sibuk memperhatikan wajah Alan disampingnya itu seperti lupa berkedip, mengagumi wajah rupawan Alan, merasakan kegusaran dari pria yang telah menjadi suaminya itu. "Apakah ada masalah?" tanya Elma tiba tiba. Alan begitu terkejut dengan pertanyaan Elma, ia kira Elma sudah tidur, ternyata sejak tadi dirinya mperhatikan Alan yang tengah menelpon. Jangankan Alan, bahkan Elma sendiri merasa terkejut dengan perhatian kecil yang ia lakukan. Elma tak percaya, seperti dirinya terbiasa melakukan interak

  • Kamu harus jadi Milikku   Bab 13

    "Bisakah aku tinggal dengan orang tua ku?" cicit Elma takut takut. Netra Alan menelisik, sudah menyagka jika keinginan ini yang akan terlontar dari mulut istrinya. Sepertinya Perlu sedikit perjuangan lagi untuk benar benar mendapatkan Elma, dengan kondisinya saat ini, tak cukup hanya dengan mempertegas status Elma sebagai seorang istri. Alan ingin marah dengan keadaan, tapi Alan tahu ini semua salahnya, akibat kecerobohannya. "Tentu, untuk sementara kita bisa tinggal di rumah orang tua mu," jawab Alan. Netra jernih itu membulat, menciptakan kilatan bahagia dan kelegaan. Elma ingin merasakan bahagia bersama orang tuanya, mengingat janji Sang bunda yang tak akan meninggalkan dirinya lagi seperti sebelumnya. "Terima kasih ka," ucap Elma tulus. Alan hanya tersenyum singkat lalu menarik tubuh Elma mendekat padanya. Namun sayang secara refleks Elma menjauh dan menepis uluran tangan Alan membuat Alan menggeram tak suka. Netra kelamnya terlihat kecewa, padahal Elma sudah menjadi istrin

DMCA.com Protection Status