Sherly kaget, matanya melotot karena panik. Tidak tahu harus berkata apa lagi. dia tidak menyangka jika sejak kejadian itu, Hansel masih saja mencari keberadaannya. 'Bukankah dia sudah beristri, lalu untuk apa dia mencariku?' pikir Sherly. 'Terus bagaimana jika dia mengetahui aku telah melahirkan anaknya?' Sherly semakin takut. Dia tidak mungkin berdaya jika harus berurusan dengan pria seperti Hansel.Hansel berdiri dan mendekati Sherly yang diam seperti patung. "Masih ingat aku kan?"Sherly mengangguk canggung tanpa berani mengeluarkan suara."Bagus ...." Hansel mengangguk senang. "Sekarang aku tanya, kenapa kamu pergi begitu saja dan meninggalkanku hari itu?"Senyum Hansel begitu menawan, suaranya juga lembut saat bertanya, namun Sherly tetap ketakutan ketika berdekatan dengan pria itu. Entah apa yang dirasakannya saat ini, Sherly ingin berubah menjadi angin dan menghilangkan diri detik itu juga.Klik.Dari luar, Reynand tiba tiba datang dan sengaja menggangu pertemuan itu. Berharap
"Hentikan!" Suara Reynand terdengar melengking. Dia mengambil alih kemarahan yang dirasakan Hansel untuk menjaga wibawa sahabatnya itu.Bukan hanya Sherly dan Sofia yang menoleh pada sumber suara, semua orang yang mendengar segera menatap ke arah Reynand, lalu berpindah pada Hansel.Tatapan Hansel lebih dulu tertuju pada Sherly yang sedang memegangi pipinya. Ada perasaan ingin mendekati wanita itu dan membelanya, namun tertahan karena image yang harus dijaga. Dia adalah seorang bos, tidak mungkin merendahkan diri untuk membela wanita yang baru ditemuinya.Selain itu, Hansel selalu tergambarkan dengan sikap kepemimpinan yang kuat, tegas dan berwibawa. Dia tidak hanya dingin secara emosional, namun juga jarang bicara dengan orang yang dianggap tidak terlalu penting.Reynand segera berjalan menuju Sofia. Begitu juga Hansel yang beriringan dengan Reynand. Seketika semua orang menundukkan kepala. Tidak ada yang berani bergerak dari tempatnya. Ada yang menyesal menyaksikan keributan itu, n
Sebelum berpisah enam tahun yang lalu, Sherly telah menggeledah isi dompet Hansel. Dari sana, dia menemukan bahwa pria itu sudah berstatus menikah. Sherly memiilih mundur dan tidak ingin menjadi orang ketiga dalam rumah tangga orang lain."Hei ... aku bertanya padamu! Dari mana kamu tahu kalau aku sudah mempunyai istri, apa kamu mengikutiku dan mencari tahu tentang kehidupanku?" Hansel mengatakan itu hanya untuk menggoda Sherly. Kenyataannya, dialah yang saat ini sedang berusaha mencari tahu kehidupan Sherly. Tidak ingin ketinggalan berita apa pun tentang Sherly, Hansel rela menyewa seorang detektif untuk menggali informasi lebih dalam tentang kehidupan Sherly selama enam tahun terakhir.Sherly tidak langsung menjawab. Dia masih memikirkan alasan yang tepat. Karena gugup, Sherly mengerjapkan matanya berkali-kali hingga Hansel terpesona melihatnya. "Kamu bahkan ingin menggodaku di kantorku sendiri! Apa kamu ingin melakukan hal yang sama seperti enam tahun yang lalu?" Hansel semakin me
Hari yang ditunggu Sherly telah tiba. Dia akhirnya mendapatkan gaji pertama di perusahaan besar itu. Sherly tersenyum ceria ketika melihat saldo rekeningnya bertambah. Meski upah yang diterima adalah yang paling kecil di antara karyawan lainnya, Sherly sangat bersyukur. Dia juga tidak pernah lupa pada janjinya. "Aku akan mentraktir Santos lebih dulu," Sherly memberitahu pada Lala. "Dia sudah banyak membantuku. Kalau bukan karena dia, aku pasti sudah lama ditendang dari perusahaan ini.""Bagus itu." Lala melirik kanan kiri. Khawatir ada salah satu kuping Sofia yang mendengarkan, dia pun menempelkan dirinya pada Sherly, lalu berbisik pada gadis itu."Hei ... sebenarnya hubunganmu dengan pak Santos itu bagaimana sih? Apakah kalian sudah menjalin hubungan serius?" tanya Lala penasaran."Tidak ada yang spesial. Jangan membuat gosip baru yang bisa menghebohkan satu kantor!" Sherly menjawab dengan tenang, karena memang itu yang dia rasakan. Sherly dan Santos berteman dekat. Tidak ada pemb
Di depan lobi perusahaan, Sherly menunggu Santos dengan sabar. Ketika selesai dengan pekerjaannya, dia langsung turun dan menunggu di depan gerbang utama agar bertemu dengan pria itu.Satu hari penuh, Sherly belum bertemu dengan Santos. Sebelumnya, dia sudah bertanya pada seorang staf tentang kegiatan Santos. Dari karyawan itu, Sherly mengetahui jika Santos memiliki jadwal yang padat selama beberapa hari ini. Karena khawatir menggangu kesibukan Santos, Sherly pun memutuskan menunggu tanpa menelpon pria itu. Jam dinding sudah menunjukkan pukul 6 sore ketika lift berbunyi ting. Sherly menoleh pada lift yang terbuka. Senyumnya seketika merekah tatkala melihat Santos berada dalam sekelompok orang orang yang keluar dari lift."Aku bisa tebak kalau kamu sedang menungguku." Meski telah bekerja seharian, Santos masih terlihat cerah ceria. Dari seorang karyawan, Santos mengetahui jika Sherly sudah tiga kali bertanya tentangnya. Tentu saja dia berbunga bunga mendengar itu. Ini adalah satu k
Pukul 11 malam, Sherly masih bersama dengan Santos. Sambil memegang botol minuman dan juga beberapa cemilan, keduanya duduk di sebuah bangku taman yang kurang terawat. Meski siang telah berganti malam, udara di tempat itu tidak serta-merta berganti, debu masih saja tampak bertebaran.Sekitar sepuluh menit duduk berdampingan, Sherly masih terlihat biasa saja, sementara Santos sudah mulai risih dengan keadaan itu. Tampak pria itu menahan batuk dan bersin akibat udara yang kurang bagus.Santos telah berulang kali menawarkan diri untuk membawa Sherly ke tempat yang lebih nyaman, namun wanita yang menggunakan kaos berwarna pink itu selalu menolak dengan alasan yang sama.Sherly yang akan membayar seluruh pengeluaran malam itu dan juga menentukan tempat yang akan mereka kunjungi."Bagi sebagian orang, tempat ini memang sedikit jorok, tapi menurutku tidak terlalu, masih bisa ditoleransi," jelas Sherly setelah melihat suasana taman yang tampak sepi.Hanya beberapa orang yang berkunjung, kemud
"Aku jemput besok pukul 11 siang," ucap Santos sebelum meninggalkan kamar kos Sherly."Ok, akan aku tunggu," balas Sherly setuju. Untuk pertama kalinya, dia setuju dengan ajakan Santos untuk menemui ibunya.Karena hari berikutnya adalah hari libur, maka Santos memanfaatkan kesempatan itu untuk memperkenalkan Sherly pada ibunya."Dia bahkan mengantarnya sampai ke dalam kamar," Dari jarak yang tidak terlalu jauh, Hansel masih meneliti keduanya. Hansel mengekor dan menyaksikan bagaimana Santos keluar dari kos-kosan wanita. "Jangan harap aku akan diam saja!" Setelahnya, Hansel meninggalkan tempat itu.*Di dalam kamar.Waktu sudah menunjukkan hampir pukul tiga dini hari, namun Sherly masih belum berhasil memejamkan mata. Berkali-kali dia mencoba untuk tidur, namun selalu sia-sia. Bayangan kemarahan Hansel selalu menghantui pikirannya."Apa dia akan marah? Kenapa dia tiba-tiba bisa berada di tempat yang sama?" Hanya dengan mengingat cara pandang Hansel saja sudah membuat Sherly ketakuta
"Apa kita akan bertemu dengan mommy?" Aarav hanya mengharapkan ibunya saja. Dengan terburu-buru dia menghabiskan sarapannya. "Kenapa mommy tidak pulang saja ke rumah?" tanyanya lagi dengan polos.Hansel tidak menjawab. Dia menoleh pada pengasuh yang telah membantu merawat Aarav. "Bantu dia berkemas!" Sang babysitter langsung bergerak. Hanya hitungan menit, Aarav sudah keluar lagi dari kamarnya. Anak itu sudah rapi dan bersemangat untuk menemui seseorang yang dimaksud ayahnya.Di lain tempat.Rey sedang berkunjung ke rumah Santos. Dia ingin bertemu dengan bibinya sekaligus menghalangi kepergian Santos hari itu."Tumben kamu datang ke sini sendirian, apa ada hal yang penting?" Santos bertanya ketika Rey tiba di depan rumahnya."Tidak ada," Rey menjawab tanpa ekspresi. Dia segera mengikuti Santos ke dalam rumah. "Aku hanya ingin memastikan keadaan bibi Farah saja. Bagaimana perkembangan dari pengobatannya?" "Lumayan bagus. Sudah banyak peningkatan." Sambil berjalan, Santos merangkul pu
Hansel ingin mengejutkan istrinya setelah mereka kembali, namun kejutan itu satu persatu telah datang dengan sendirinya.Ya, orang tua Sherly lebih dulu masuk ke dalam ruangan itu. Rosali langsung memeluk Sherly, diikuti Selvi serta keluarga kecilnya. Sedangkan Morgu terlihat menunduk malu setelah memasukkan ruangan tersebut. Dia bahkan tidak berani menyaksikan kedekatan antara Sherly dan Selvi, juga dengan istrinya yang sangat menyayangi Sherly."Ayah ...!" Sherly menyebut panggilan itu pada Morgu. Meski pria tua itu bukan ayah biologisnya dan terang-terangan memutus hubungan dengannya, namun Sherly tetap menganggapnya sebagai ayah."Ayah, kemarilah!"Seketika Morgu terharu dengan panggilan itu. Dia langsung memeluk Sherly. "Ayah minta maaf, ayah sangat jahat padamu, ayah egois telah memanfaatkanmu selama ini," ucapnya dengan penuh penyesalan."Aku sudah melupakannya," balas Sherly dengan ikhlas. "Bagiku, kamu tetaplah ayahku."Saat itu, Rosali kembali mengusap rambut Sherly. Dia jug
"Sherly ...!" Hansel berbisik di telinga istrinya untuk membangunkan wanita itu. "Sherly ... bangunlah, ini aku datang."Perlahan, Sherly mengerjapkan matanya dengan malas. Pada kehamilan yang kedua ini, dia mudah mengantuk. Matanya sudah tidak bisa diajak kompromi. Tubuhnya juga letih selama perjalanan. Itu sebabnya Ronald membiarkan Sherly beristirahat untuk malam ini saja, tapi dengan tangan yang terikat."Hansel ...." Dengan sebelah tangannya, Sherly mengucek mata. Dia masih ragu dengan penglihatannya yang samar-samar. "Kamu datang, ini benar benar kamu yang datang?" dia bertanya untuk memastikan apa yang dilihatnya bukanlah bagian dari mimpi."Ya, ini aku datang," Hansel membenarkan. Untuk meyakinkan Sherly, dia mengecup bibir wanita itu sebanyak tiga kali. "Tetap tenang di sini!"Seterusnya, Hansel langsung mencari cara untuk melepaskan ikatan tangan Sherly. "Apa kamu tahu kuncinya diletakkan di mana?" tanya Hansel setelah berusaha mencari kunci borgol yang mengikat tangan She
Setelah mendapatkan serangan dari anak buah Yoga, Hamza masih tidak menyesali perbuatannya. Alih-alih melarang atau meminta penjelasan secara detail, dia justru mendorong para penjahat itu agar melanjutkan misi mereka."Bawa saja dia pergi, terserah kalian ingin melakukan apa, aku tidak peduli dengan keselamatan wanita pembawa sial ini!" Hamza membiarkan, bahkan senang melihat Sherly digotong oleh orang yang tidak mereka kenal."Ayah, kenapa kamu begitu tega pada Sherly?" Lolita tak berdaya karena ruang geraknya dihalangi oleh Hamza dan orang suruhan ayahnya. Pada saat Sherly dibawa oleh sekelompok penjahat itu, Lolita terduduk lemas di atas lantai. Untuk beberapa menit lamanya, dia menangis sejadi-jadinya. Dia berteriak, merasa buruk karena tidak dapat memberi bantuan pada adiknya yang tengah hamil.'Cepatlah datang, Hansel!' ujar Lolita dalam hati. Dia telah mengirimkan pesan pada Hansel sebelum memasuki gedung tersebut."Sudahlah , jangan bertingkah bodoh seperti ini seolah-olah d
"Bagaimana bisa kalian gagal mendapatkan Sherly?" Ronald murka mengetahui dua orang suruhannya telah didahului oleh orang lain. "Kalian sudah lebih dulu berada di sana, bahkan sejak pagi telah memasuki rumah itu, apa kalian tidak melihat ada orang yang mencurigakan?" "Maaf, Pak Ronald, kami tidak mengetahui jika pria itu juga menginginkan Sherly." Salah satu dari kedua pria itu menjawab. "Terlalu banyak yang melihat ke arah Sherly, kami kesulitan untuk menebak siapa saja yang ingin menculiknya malam itu.""Bodoh ...! Kalian memang bodoh, tidak berguna!" bentak Ronald. Tidak terima dengan alasan itu. Seandainya, tidak ada yang mengikuti langkah Ronald setiap saat, dia sudah mengambil tindakan sendiri. Kebencian Ronald terlalu tinggi untuk Sherly dan Hansel membuat pria itu rela mengeluarkan uang yang banyak hanya untuk membalaskan dendamnya."Jangan gegabah seperti itu, Ronald!" Yoga tiba-tiba muncul di ruangan itu. Dia menepuk pundak Ronald, lalu berkata lagi. "Aku sudah tahu siapa
Mansion mewah dengan fasilitas terlengkap di kota itu mendadak mengalami masalah internal dalam hal penerangan. Hal itu tentu menumbuhkan kecurigaan bagi para penghuni rumah atau tamu malam itu.Terutama Hansel yang telah kehilangan Sherly dalam hitungan detik. Begitu cahaya lampu kembali menerangi ruangan demi ruangan, hal pertama yang Hansel lakukan adalah mencari keberadaan istrinya."Sherly ... Sherly ...!" Hansel memanggil manggil istrinya sembari berjalan mondar mandir. Dengan wajah panik, dia menyusuri setiap ruangan terdekat dari tempat awal mereka berdiri.Sebagai pemilik mansion, Hilman langsung memberi perintah pada orang kepercayaannya untuk memeriksa kondisi keamanan di rumah tersebut. "Periksa semua di sekitar rumah, jangan ada satu pun yang terlewat! Jika ada yang mencurigakan, segera melapor!"Sang asisten bergerak melaksanakan tugasnya. "Kenapa dia bisa menghilang sendiri?" Alexander keheranan. "Di antara sekian banyak orang yang ada di ruangan ini, kenapa hanya wani
Sherly berusaha menarik tangannya dari genggaman Hansel, namun pria itu tidak membiarkannya lepas. "Hansel ... semua orang melihat kita. Tolong lepaskan tanganku, yakinkan keluargamu dan aku akan menjaga Aarav!" dia mencari aman.Hansel tidak setuju. Dia justru bersemangat untuk membawa Sherly dan Aarav menuju keluarganya. "Kita hadapi bersama!" ujarnya."Apa maksudnya ini?" Meski paham dengan tujuan Hansel, Hilman tetap bertanya, dan dia melakukan itu hanya untuk menjaga wibawanya yang terkenal tegas di depan rekan rekan keluarga mereka.Hansel sama sekali tidak gentar menghadapi Hilman. Ketika sudah berdiri tepat di hadapan sang kakek, dia memperkenalkan istrinya lebih dulu. "Wanita yang aku bawa ini namanya Sherly. Bukankah Kakek ingin bertemu dengannya? Aku sudah membawanya, tolong terima dia menjadi menantu di keluarga ini sebagai istriku!" pinta Hansel dengan suara yang datar. Tidak ada keraguan, namun dia masih terlihat waspada jikalau Hilman tidak menerima kehadiran Sherly.B
Setelah beberapa hari berlalu, Vonny masih tidak bisa menerima kehadiran Sherly sebagai adiknya. Dia terlalu benci dengan wanita itu, lalu bagaimana caranya untuk melupakan permusuhan mereka?Kemarahan dalam diri Vonny semakin meledak tatkala mengetahui jika Sherly sudah melaksanakan pernikahan dengan Hansel dan mereka juga sudah memiliki anak yang selama ini diasuh oleh Lolita. "Aku tidak akan membiarkanmu mendapatkan semua yang harusnya menjadi milikku, Sherly. Aku akan menghancurkan hidupmu." Vonny menatap gambar gambar Santos ketika bersama dengan Sherly. Foto itu terlihat intim, berpelukan, berciuman, membuat siapa pun yang melihatnya akan percaya jika keduanya tengah menjalin hubungan serius."Dengan semua ini, aku akan mempermalukanmu di depan keluarga Hansel. Lihat saja, Sherly, semua orang akan semakin jijik melihatmu. Dan aku yakin Hansel tidak akan menerimamu lagi." Vonny menganggap Sherly memiliki keberuntungan hanya karena kemiripan mereka. "Jangan harap aku akan mengan
Ketika Santos bergerak ke arahnya, Sherly langsung mengangkat kedua tangannya untuk menghentikan pria itu. "Berhenti di situ, jangan mendekat!" dia masih trauma dengan perlakuan Santos padanya."Aku hanya ingin bicara sebentar, Sherly, aku tidak ingin berbuat kasar padamu." Santos diam di tempat. "Tolong beri aku kesempatan untuk meminta maaf padamu. Aku sangat menyesali kebodohanku itu.""Bukankah Hansel menyuruhmu untuk menyelesaikan masalahmu di perusahaan ini?" Sherly mengingatkan Santos dan mengabaikan ucapan pria itu. "Tolong segera keluar dari sini!" pintanya lagi.Untuk meyakinkan Sherly, Santos segera berlutut di hadapan Sherly. Dia mengatupkan kedua tangannya, merendahkan diri agar Sherly percaya padanya. "Tolong maafkan aku, Sherly, aku tidak akan bisa tenang sebelum mendapat maaf darimu. Tujuanku datang hari ini juga hanya ingin mendapat maaf darimu.""Aku bersumpah atas nama ibuku, aku sudah menyesali semua perbuatanku waktu itu. Aku khilaf, Sherly, tolong maafkan aku!"
Sembari meletakkan botol minumannya di atas meja, Sherly memberi kode pada Hansel agar tidak buru-buru mengungkapkan hubungan mereka di depan wanita paruh baya itu.Mereka berdua sama sama tahu jika kondisi Farah tidak terlalu bagus untuk menerima berita yang mengejutkan. "Aku paham," ucap Hansel dengan suara yang pelan. Setelah itu, dia lebih dulu berdiri untuk menyambut Santos dan Farah."Selamat siang, Hansel!" Farah terlihat lebih bersemangat, maka dia lebih dulu menyapa. "Apa kedatangan kami mengganggumu?""Tidak sama sekali, Bibi," sambut Hansel dengan ramah. "Ayo duduk dulu!"Saat itu Sherly juga mendekat, namun dia tidak ingin bicara pada Santos. Kemarahannya terhadap pria itu belum sepenuhnya hilang. Maka dia hanya bertegur sapa dengan Farah, dan membantu wanita itu untuk duduk di sofa tepat di sebelahnya. Santos mengikutinya. Rasa bersalah terhadap Sherly membuat pria itu diam seribu bahasa. Hingga detik ini, dia belum mendapat kesempatan untuk meminta maaf secara langsung