Pukul 11 malam, Sherly masih bersama dengan Santos. Sambil memegang botol minuman dan juga beberapa cemilan, keduanya duduk di sebuah bangku taman yang kurang terawat. Meski siang telah berganti malam, udara di tempat itu tidak serta-merta berganti, debu masih saja tampak bertebaran.Sekitar sepuluh menit duduk berdampingan, Sherly masih terlihat biasa saja, sementara Santos sudah mulai risih dengan keadaan itu. Tampak pria itu menahan batuk dan bersin akibat udara yang kurang bagus.Santos telah berulang kali menawarkan diri untuk membawa Sherly ke tempat yang lebih nyaman, namun wanita yang menggunakan kaos berwarna pink itu selalu menolak dengan alasan yang sama.Sherly yang akan membayar seluruh pengeluaran malam itu dan juga menentukan tempat yang akan mereka kunjungi."Bagi sebagian orang, tempat ini memang sedikit jorok, tapi menurutku tidak terlalu, masih bisa ditoleransi," jelas Sherly setelah melihat suasana taman yang tampak sepi.Hanya beberapa orang yang berkunjung, kemud
"Aku jemput besok pukul 11 siang," ucap Santos sebelum meninggalkan kamar kos Sherly."Ok, akan aku tunggu," balas Sherly setuju. Untuk pertama kalinya, dia setuju dengan ajakan Santos untuk menemui ibunya.Karena hari berikutnya adalah hari libur, maka Santos memanfaatkan kesempatan itu untuk memperkenalkan Sherly pada ibunya."Dia bahkan mengantarnya sampai ke dalam kamar," Dari jarak yang tidak terlalu jauh, Hansel masih meneliti keduanya. Hansel mengekor dan menyaksikan bagaimana Santos keluar dari kos-kosan wanita. "Jangan harap aku akan diam saja!" Setelahnya, Hansel meninggalkan tempat itu.*Di dalam kamar.Waktu sudah menunjukkan hampir pukul tiga dini hari, namun Sherly masih belum berhasil memejamkan mata. Berkali-kali dia mencoba untuk tidur, namun selalu sia-sia. Bayangan kemarahan Hansel selalu menghantui pikirannya."Apa dia akan marah? Kenapa dia tiba-tiba bisa berada di tempat yang sama?" Hanya dengan mengingat cara pandang Hansel saja sudah membuat Sherly ketakuta
"Apa kita akan bertemu dengan mommy?" Aarav hanya mengharapkan ibunya saja. Dengan terburu-buru dia menghabiskan sarapannya. "Kenapa mommy tidak pulang saja ke rumah?" tanyanya lagi dengan polos.Hansel tidak menjawab. Dia menoleh pada pengasuh yang telah membantu merawat Aarav. "Bantu dia berkemas!" Sang babysitter langsung bergerak. Hanya hitungan menit, Aarav sudah keluar lagi dari kamarnya. Anak itu sudah rapi dan bersemangat untuk menemui seseorang yang dimaksud ayahnya.Di lain tempat.Rey sedang berkunjung ke rumah Santos. Dia ingin bertemu dengan bibinya sekaligus menghalangi kepergian Santos hari itu."Tumben kamu datang ke sini sendirian, apa ada hal yang penting?" Santos bertanya ketika Rey tiba di depan rumahnya."Tidak ada," Rey menjawab tanpa ekspresi. Dia segera mengikuti Santos ke dalam rumah. "Aku hanya ingin memastikan keadaan bibi Farah saja. Bagaimana perkembangan dari pengobatannya?" "Lumayan bagus. Sudah banyak peningkatan." Sambil berjalan, Santos merangkul pu
"Ke mana kita akan pergi?" Sherly lebih dulu bertanya sebelum masuk ke dalam mobil Hansel."Ikuti saja apa yang kukatakan," nada suara Hansel tegas dan penuh wibawa. "Jangan khawatir, aku tidak mungkin mencelakakanmu!" Sherly segera masuk dan memilih duduk di kursi penumpang."Apa kamu pikir aku ini sopir?" Hansel sedikit kesal, namun masih bisa ditahan."Ma maaf, Pak!" Dengan canggung, Sherly mengganti tempat duduknya. Dia duduk di depan, bersebelahan dengan Hansel.Hari itu, Hansel sengaja mengemudikan mobil tanpa bantuan driver. Dia ingin menghabiskan waktu berduaan dengan Sherly selama dalam perjalanan.Pertama, Aarav sudah dibawa oleh pengasuh dan sopir ke sebuah villa. Sementara Hansel sendiri mengurus Santos agar tidak dapat bertemu dengan Sherly.Setelah itu, Hansel pun mendatangi Sherly di tempat kosnya. Semua dia rancang sedemikian rupa agar Santos tidak memiliki kecurigaan apa pun. Dengan begitu, dia pun tidak mendapatkan kendala ketika mendekati Sherly.Usai makan siang, H
Bagaimana warga sekitar mencibir dan menghina Sherly ketika hamil tanpa seorang suami di usia yang masih sangat muda?Hansel telah mengetahui semuanya.Bagaimana orang tua Sherly mengurungnya dan tidak diizinkan bersosialisasi? Lalu setelah melahirkan tidak diperbolehkan untuk melihat darah dagingnya sendiri. Ayah Sherly juga merampas anak yang baru dilahirkan itu dan menyerahkannya pada orang lain.Mendapat semua berita itu, Hansel merasa bersalah. Dengan sangat baik, dia bisa merasakan apa yang telah dialami Sherly selama ini. Kini, dia ingin menebusnya secara perlahan.Klik.Pintu kamar terbuka.Sherly segera menoleh pada pintu kamar di mana Hansel dan Aarav telah keluar secara bersamaan.Sembari menggandeng tangan putranya, Hansel berdiri di depan pintu. Dia sengaja membiarkan Sherly berimajinasi sendiri. Bagaimana naluri seorang ibu ketika bertemu dengan seorang anak yang sudah lama ingin ditemui, namun tidak pernah mengetahui wujud aslinya?Apakah Sherly bisa merasakan sesuatu k
Di dalam kamar, ponsel Sherly tidak berhenti berdering. Nama yang tertera adalah Santos.Malam itu, entah sudah ke berapa kali, Santos menghubungi Sherly, namun tidak ada jawaban sekali pun. Bahkan pesan yang dikirimkan hanya status terkirim tanpa dibaca oleh pemiliknya."Aku hanya melihatnya berdiri di pinggir jalan tadi, Pak," Zizi tidak berani mengatakan yang sebenarnya bahwa Sherly telah masuk ke dalam mobil Hansel. "Kamu yakin hanya itu?" Santos sedikit resah. Tidak biasanya Sherly mengabaikan panggilannya. "Kamu tidak melihat ada orang yang mendekatinya?"Dengan cepat Zizi menggelengkan kepala. Dia berharap dengan penjelasan itu, Santos akan segera meninggalkan tempat itu. Hansel Rossel adalah bos besar di perusahaan tempatnya bekerja, bagaimana mungkin dia berani ikut campur dengan menyebut nama pria itu.Pada akhirnya Santos pulang dengan membawa rasa bersalah.Santos telah mendapatkan kerja sama besar hari ini, namun di lain sisi, dia juga telah ingkar janji pada dua orang wa
Sekujur tubuh Hansel menegang mendengarnya. Dia mengumpulkan nyawanya dalam sekejap. Setelah duduk, Hansel mengucek mata sekali lagi untuk membaca nama si pemanggil. Tertulis nama Kak Selvi.Hansel yakin jika wanita yang mengoceh di ujung sana adalah kakak kandung Sherly.[Kenapa kamu diam saja, Sherly? Apa kamu masih di sana?] Selvi bertanya.[Aku tahu kamu sedih dan tidak bisa terima, tapi kamu harus tahu jika ternyata ayah dan ibu bukan orang tua kandungmu. Jadi kali ini, mereka memintamu untuk berbakti pada mereka sebagai balasan karena telah membesarkanmu.][Sherly, biar pun kenyataannya seperti itu, tapi aku sangat menyayangimu. Selamanya, kamu akan tetap menjadi adikku, adik yang sangat aku sayangi.]Bukannya menjawab, Hansel justru meletakkan ponsel Sherly di atas nakas, kemudian beranjak menuju kamar mandi.Satu yang membebani pikirannya adalah pernikahan yang telah diatur oleh orang tua Sherly. Dia tidak akan pernah membiarkan itu terjadi.Betapa tidak sopannya, Hansel membi
Saat istirahat makan siang, Santos memilih meninggalkan kantor. Dia menuju rumah kontrakan Sherly yang jaraknya tidak terlalu jauh dari perusahaan tempatnya bekerja."Ke mana kamu, Sherly?" Santos kecewa, karena pintu kamar itu masih terkunci dari dalam.Santos kembali menghubungi ponsel Sherly. Panggilan selalu tersambung, namun tidak ada jawaban."Apa yang sebenarnya terjadi?" Santos menatap sekelilingnya yang tampak sepi. Merasa bingung, Santos akhirnya meninggalkan tempat itu. Karena tidak ada yang bisa diharapkan untuk mendapatkan informasi, dia pun kembali ke kantor.Di kantin, Santos melihat Zizi tengah makan siang bersama teman-temannya yang lain. Dia segera menghampirinya.Masih dalam posisi berdiri, Santos bertanya pada Zizi. "Kamu yakin tidak tahu apa pun tentang Sherly?" Ekspresi Zizi seketika berubah. Tadinya dia sedang bercengkrama dengan teman-temannya, namun kedatangan Santos yang tiba-tiba membuatnya tergugup."Aku tidak tahu, Pak," ucap Zizi bingung."Jangan bohong
Hansel ingin mengejutkan istrinya setelah mereka kembali, namun kejutan itu satu persatu telah datang dengan sendirinya.Ya, orang tua Sherly lebih dulu masuk ke dalam ruangan itu. Rosali langsung memeluk Sherly, diikuti Selvi serta keluarga kecilnya. Sedangkan Morgu terlihat menunduk malu setelah memasukkan ruangan tersebut. Dia bahkan tidak berani menyaksikan kedekatan antara Sherly dan Selvi, juga dengan istrinya yang sangat menyayangi Sherly."Ayah ...!" Sherly menyebut panggilan itu pada Morgu. Meski pria tua itu bukan ayah biologisnya dan terang-terangan memutus hubungan dengannya, namun Sherly tetap menganggapnya sebagai ayah."Ayah, kemarilah!"Seketika Morgu terharu dengan panggilan itu. Dia langsung memeluk Sherly. "Ayah minta maaf, ayah sangat jahat padamu, ayah egois telah memanfaatkanmu selama ini," ucapnya dengan penuh penyesalan."Aku sudah melupakannya," balas Sherly dengan ikhlas. "Bagiku, kamu tetaplah ayahku."Saat itu, Rosali kembali mengusap rambut Sherly. Dia jug
"Sherly ...!" Hansel berbisik di telinga istrinya untuk membangunkan wanita itu. "Sherly ... bangunlah, ini aku datang."Perlahan, Sherly mengerjapkan matanya dengan malas. Pada kehamilan yang kedua ini, dia mudah mengantuk. Matanya sudah tidak bisa diajak kompromi. Tubuhnya juga letih selama perjalanan. Itu sebabnya Ronald membiarkan Sherly beristirahat untuk malam ini saja, tapi dengan tangan yang terikat."Hansel ...." Dengan sebelah tangannya, Sherly mengucek mata. Dia masih ragu dengan penglihatannya yang samar-samar. "Kamu datang, ini benar benar kamu yang datang?" dia bertanya untuk memastikan apa yang dilihatnya bukanlah bagian dari mimpi."Ya, ini aku datang," Hansel membenarkan. Untuk meyakinkan Sherly, dia mengecup bibir wanita itu sebanyak tiga kali. "Tetap tenang di sini!"Seterusnya, Hansel langsung mencari cara untuk melepaskan ikatan tangan Sherly. "Apa kamu tahu kuncinya diletakkan di mana?" tanya Hansel setelah berusaha mencari kunci borgol yang mengikat tangan She
Setelah mendapatkan serangan dari anak buah Yoga, Hamza masih tidak menyesali perbuatannya. Alih-alih melarang atau meminta penjelasan secara detail, dia justru mendorong para penjahat itu agar melanjutkan misi mereka."Bawa saja dia pergi, terserah kalian ingin melakukan apa, aku tidak peduli dengan keselamatan wanita pembawa sial ini!" Hamza membiarkan, bahkan senang melihat Sherly digotong oleh orang yang tidak mereka kenal."Ayah, kenapa kamu begitu tega pada Sherly?" Lolita tak berdaya karena ruang geraknya dihalangi oleh Hamza dan orang suruhan ayahnya. Pada saat Sherly dibawa oleh sekelompok penjahat itu, Lolita terduduk lemas di atas lantai. Untuk beberapa menit lamanya, dia menangis sejadi-jadinya. Dia berteriak, merasa buruk karena tidak dapat memberi bantuan pada adiknya yang tengah hamil.'Cepatlah datang, Hansel!' ujar Lolita dalam hati. Dia telah mengirimkan pesan pada Hansel sebelum memasuki gedung tersebut."Sudahlah , jangan bertingkah bodoh seperti ini seolah-olah d
"Bagaimana bisa kalian gagal mendapatkan Sherly?" Ronald murka mengetahui dua orang suruhannya telah didahului oleh orang lain. "Kalian sudah lebih dulu berada di sana, bahkan sejak pagi telah memasuki rumah itu, apa kalian tidak melihat ada orang yang mencurigakan?" "Maaf, Pak Ronald, kami tidak mengetahui jika pria itu juga menginginkan Sherly." Salah satu dari kedua pria itu menjawab. "Terlalu banyak yang melihat ke arah Sherly, kami kesulitan untuk menebak siapa saja yang ingin menculiknya malam itu.""Bodoh ...! Kalian memang bodoh, tidak berguna!" bentak Ronald. Tidak terima dengan alasan itu. Seandainya, tidak ada yang mengikuti langkah Ronald setiap saat, dia sudah mengambil tindakan sendiri. Kebencian Ronald terlalu tinggi untuk Sherly dan Hansel membuat pria itu rela mengeluarkan uang yang banyak hanya untuk membalaskan dendamnya."Jangan gegabah seperti itu, Ronald!" Yoga tiba-tiba muncul di ruangan itu. Dia menepuk pundak Ronald, lalu berkata lagi. "Aku sudah tahu siapa
Mansion mewah dengan fasilitas terlengkap di kota itu mendadak mengalami masalah internal dalam hal penerangan. Hal itu tentu menumbuhkan kecurigaan bagi para penghuni rumah atau tamu malam itu.Terutama Hansel yang telah kehilangan Sherly dalam hitungan detik. Begitu cahaya lampu kembali menerangi ruangan demi ruangan, hal pertama yang Hansel lakukan adalah mencari keberadaan istrinya."Sherly ... Sherly ...!" Hansel memanggil manggil istrinya sembari berjalan mondar mandir. Dengan wajah panik, dia menyusuri setiap ruangan terdekat dari tempat awal mereka berdiri.Sebagai pemilik mansion, Hilman langsung memberi perintah pada orang kepercayaannya untuk memeriksa kondisi keamanan di rumah tersebut. "Periksa semua di sekitar rumah, jangan ada satu pun yang terlewat! Jika ada yang mencurigakan, segera melapor!"Sang asisten bergerak melaksanakan tugasnya. "Kenapa dia bisa menghilang sendiri?" Alexander keheranan. "Di antara sekian banyak orang yang ada di ruangan ini, kenapa hanya wani
Sherly berusaha menarik tangannya dari genggaman Hansel, namun pria itu tidak membiarkannya lepas. "Hansel ... semua orang melihat kita. Tolong lepaskan tanganku, yakinkan keluargamu dan aku akan menjaga Aarav!" dia mencari aman.Hansel tidak setuju. Dia justru bersemangat untuk membawa Sherly dan Aarav menuju keluarganya. "Kita hadapi bersama!" ujarnya."Apa maksudnya ini?" Meski paham dengan tujuan Hansel, Hilman tetap bertanya, dan dia melakukan itu hanya untuk menjaga wibawanya yang terkenal tegas di depan rekan rekan keluarga mereka.Hansel sama sekali tidak gentar menghadapi Hilman. Ketika sudah berdiri tepat di hadapan sang kakek, dia memperkenalkan istrinya lebih dulu. "Wanita yang aku bawa ini namanya Sherly. Bukankah Kakek ingin bertemu dengannya? Aku sudah membawanya, tolong terima dia menjadi menantu di keluarga ini sebagai istriku!" pinta Hansel dengan suara yang datar. Tidak ada keraguan, namun dia masih terlihat waspada jikalau Hilman tidak menerima kehadiran Sherly.B
Setelah beberapa hari berlalu, Vonny masih tidak bisa menerima kehadiran Sherly sebagai adiknya. Dia terlalu benci dengan wanita itu, lalu bagaimana caranya untuk melupakan permusuhan mereka?Kemarahan dalam diri Vonny semakin meledak tatkala mengetahui jika Sherly sudah melaksanakan pernikahan dengan Hansel dan mereka juga sudah memiliki anak yang selama ini diasuh oleh Lolita. "Aku tidak akan membiarkanmu mendapatkan semua yang harusnya menjadi milikku, Sherly. Aku akan menghancurkan hidupmu." Vonny menatap gambar gambar Santos ketika bersama dengan Sherly. Foto itu terlihat intim, berpelukan, berciuman, membuat siapa pun yang melihatnya akan percaya jika keduanya tengah menjalin hubungan serius."Dengan semua ini, aku akan mempermalukanmu di depan keluarga Hansel. Lihat saja, Sherly, semua orang akan semakin jijik melihatmu. Dan aku yakin Hansel tidak akan menerimamu lagi." Vonny menganggap Sherly memiliki keberuntungan hanya karena kemiripan mereka. "Jangan harap aku akan mengan
Ketika Santos bergerak ke arahnya, Sherly langsung mengangkat kedua tangannya untuk menghentikan pria itu. "Berhenti di situ, jangan mendekat!" dia masih trauma dengan perlakuan Santos padanya."Aku hanya ingin bicara sebentar, Sherly, aku tidak ingin berbuat kasar padamu." Santos diam di tempat. "Tolong beri aku kesempatan untuk meminta maaf padamu. Aku sangat menyesali kebodohanku itu.""Bukankah Hansel menyuruhmu untuk menyelesaikan masalahmu di perusahaan ini?" Sherly mengingatkan Santos dan mengabaikan ucapan pria itu. "Tolong segera keluar dari sini!" pintanya lagi.Untuk meyakinkan Sherly, Santos segera berlutut di hadapan Sherly. Dia mengatupkan kedua tangannya, merendahkan diri agar Sherly percaya padanya. "Tolong maafkan aku, Sherly, aku tidak akan bisa tenang sebelum mendapat maaf darimu. Tujuanku datang hari ini juga hanya ingin mendapat maaf darimu.""Aku bersumpah atas nama ibuku, aku sudah menyesali semua perbuatanku waktu itu. Aku khilaf, Sherly, tolong maafkan aku!"
Sembari meletakkan botol minumannya di atas meja, Sherly memberi kode pada Hansel agar tidak buru-buru mengungkapkan hubungan mereka di depan wanita paruh baya itu.Mereka berdua sama sama tahu jika kondisi Farah tidak terlalu bagus untuk menerima berita yang mengejutkan. "Aku paham," ucap Hansel dengan suara yang pelan. Setelah itu, dia lebih dulu berdiri untuk menyambut Santos dan Farah."Selamat siang, Hansel!" Farah terlihat lebih bersemangat, maka dia lebih dulu menyapa. "Apa kedatangan kami mengganggumu?""Tidak sama sekali, Bibi," sambut Hansel dengan ramah. "Ayo duduk dulu!"Saat itu Sherly juga mendekat, namun dia tidak ingin bicara pada Santos. Kemarahannya terhadap pria itu belum sepenuhnya hilang. Maka dia hanya bertegur sapa dengan Farah, dan membantu wanita itu untuk duduk di sofa tepat di sebelahnya. Santos mengikutinya. Rasa bersalah terhadap Sherly membuat pria itu diam seribu bahasa. Hingga detik ini, dia belum mendapat kesempatan untuk meminta maaf secara langsung