Karena selama ini Sherly kerap menolak panggilan telepon darinya, Santos berpikir jika wanita itu sudah tidak ingin bertemu dengannya lagi. Kini, ketika sang ibu kembali mendesak dan berharap bertemu kembali dengan Sherly, Santos ragu untuk meminta ulang."Apa dia sedang sibuk?" Farah sudah mengetahui jika Sherly bekerja di perusahaan yang sama dengan putranya. "Harusnya ibu tidak berbaring di sini, jadi kalian tetap bisa bertemu setiap hari. Itu akan berdampak bagus pada hubungan kalian.."Mengetahui ibunya masih berharap, Santos tidak sampai hati untuk menolak. "Aku akan menghubunginya lagi." Setelah itu, Santos pun keluar dari ruangan ibunya.Setelah berpikir lama, Santos memutuskan untuk meminta bantuan pada Reynand. Berharap sepupunya itu mungkin bisa memberi alasan pada Sherly agar mau bertemu dengannya.Santos baru saja menemukan kontak Rey di ponselnya, ketika sebuah suara sudah menegurnya lebih dulu."Santos ...!" Sherly berdiri sekitar dua meter dari pria itu. Dia juga menen
Hansel mengingat kembali ekspresi Sofia ketika keluar dari gedung rumah sakit. Wajah wanita itu merengut, seperti kulit jeruk yang sudah kisut."Pantas saja Sofia marah," gumam Hansel turut kesal. Dia pun mendekati Santos yang masih memeluk Sherly. Entah sudah berapa lama keduanya berpelukan, Hansel juga iri melihat kedekatan Santos dan Sherly. Namun, tidak mungkin dia berteriak dan menunjukkan kemarahannya, mengingat mereka sedang berada di rumah sakit."Sherly ...!" Hansel hanya memanggil nama wanita itu. Tidak ada nada tinggi atau pun ekspresi yang kurang menyenangkan. Dia menahan diri agar emosinya tidak terpancing.Pelukan itu segera terlepas.Sedari tadi, Sherly juga ingin melepaskan diri dari dekapan Santos, namun pria itu seperti enggan untuk melakukannya.Memikirkan perasan Santos yang saat ini butuh sandaran, Sherly mau tak mau menuruti keinginan pria itu. Hanya berpelukan dengan niat menguatkan seorang teman yang tengah berduka. "Hansel ...!" Sherly melihat pria itu mende
Pagi itu, Santos sengaja lebih dulu bertemu dengan Sherly karena dia membawakan makanan rumahan untuk wanita itu. Farah yang terjun langsung untuk membuat makanan tersebut. Santos yakin jika Sherly akan senang menerimanya. Dengan begitu, dia juga memiliki alasan untuk mengundang wanita itu ke rumahnya, atas permintaan sang ibu.Ya, desakan Farah yang terlalu menyukai Sherly membuat Santos harus lebih giat mendekati Sherly. Selagi belum terjadi pernikahan masih ada harapan untuk Santos. Waktu menunjukkan kurang dari pukul delapan pagi. Sherly biasanya selalu datang lebih awal. Sambil menenteng kotak makanan, Santos tersenyum menuju meja Sherly.Di dalam ruangan yang diisi oleh beberapa karyawan itu, Santos mencari keberadaan Sherly. Tatapannya tertuju pada meja yang biasanya ditempati Sherly, namun tidak ada orang yang duduk pada waktu itu."Apa Sherly belum datang, ya?" pikir Santos. Saat dia hendak berbalik, Sofia muncul di waktu yang bersamaan."Santos ...." Sofia senang melihat p
"Tidak ada urusan lain lagi kan?" Hansel menegur Tiffany yang masih setia menatap Sherly. "Kenapa masih berdiri di situ?" Sentakan Hansel membuat Tiffany segera menoleh. "Tidak ada, aku hanya sedang berpikir jika sekretaris barumu ini sangat mirip dengan seseorang.""Mau mirip dengan siapa pun, tidak ada urusannya denganmu. Sekarang keluar dari ruangan ini!" Hansel tidak akrab dengan dua saudara tirinya. Jadi, dia tidak pernah berpura-pura baik dengan keduanya."Oke." Tiffany segera keluar membawa dokumennya. Di luar, Tiffany masih berpikir keras tentang Sherly. Karena hanya sesekali mendatangi kantor sang kakak, dia baru pertama kali melihat wanita itu. Gadis bertubuh berisi itu lebih memilih bekerja di perusahaan lain yang masih dipimpin oleh ayahnya. Dengan bekerja bersama sang ayah, Tiffany berharap jika suatu saat akan mendapatkan satu aset berharga dari ayahnya.Buugh.Akibat masih memikirkan Sherly, Tiffany tidak sengaja menabrak seorang wanita. Tubuhnya yang lebih berisi me
Makan malam telah berakhir, Aarav juga sudah selesai belajar dengan guru les yang sengaja didatangkan ke apartemen itu. Bersamaan dengan sang guru, bu Nining juga berpamitan untuk pulang. Semenjak tinggal dengan Sherly di apartemen tersebut, dia diizinkan mengajukan pulang satu kali dalam satu minggu."Mommy, aku sudah ngantuk." Wajah Aarav akan terlihat letih jika sudah selesai menghafalkan kosakata dalam berbagai bahasa. Dia akan selalu meminta tidur lebih awal untuk menghindari pertanyaan ayahnya."Anak mommy pasti kecapean ya?" Sherly langsung menggendong putranya, membawanya ke dalam kamar dan meninggalkan Hansel yang masih duduk di atas sofa.Begitu membaringkan Aarav di atas ranjang, Sherly segera menyelimutinya, kemudian memulai sebuah cerita dongeng untuk menemani tidur sang anak. Akan tetapi, malam itu Aarav tiba tiba menolak. "Mommy, aku ingin langsung tidur." "Kenapa, Sayang? Apa kamu bosan dengan ceritanya?" Sherly selalu berusaha membuat anaknya nyaman saat mereka ber
Ketika ciuman itu berlangsung, Hansel segera meraih pinggang Sherly agar menyatu dengan tubuhnya. Tangannya yang nakal ikut bergerak, menyentuh bagian bagian tubuh Sherly yang lainnya.Pria mana pun pasti akan terangsang jika sudah melakukan ciuman bibir dengan pasangan yang dicintainya. Selain mencintai Sherly, Hansel juga sangat mengagumi ibu dari anaknya itu. Dia memperlakukan Sherly dengan sangat lembut. Ciumannya begitu agresif, berpindah dari tempat satu ke bagian tubuh lainnya.Selama beberapa menit, tidak ada penolakan dari Sherly. Hingga ketika Sherly merasakan perpindahan tangan Hansel menyentuh bagian paling sensitifnya, dia mundur dan mendorong tubuh Hansel.Sherly menunduk malu. "Jangan dilanjutkan lagi, tolong keluar, ini sudah keterlaluan!" Bukannya menurut, Hansel justru meraih Sherly ke dalam pelukannya. "Aku minta maaf, aku hampir tidak bisa mengendalikan diri."Tidak lama lagi, Hansel akan melakukan sidang perceraiannya dengan Lolita. Begitu hubungan itu berakhir,
Rasa haru tidak terbendung lagi ketika Lolita bertemu kembali dengan Aarav. Senyum kebahagian itu mengembang tatkala sang anak yang sudah diasuh selama lima tahun itu berlari ke arahnya."Mommy ...!" Sambil berlari, Aarav berteriak memanggil ibunya."Aarav ...." Lolita membentangkan kedua tangannya, menyambut sang anak yang sudah berminggu minggu tidak dilihatnya. Sebaliknya, Sherly justru merasakan sesuatu yang aneh dalam dirinya. Tadinya dia turut senang saat akan mempertemukan putranya dengan Lolita. Akan tetapi, ketika melihat kedekatan ibu dan anak angkat itu, perasaan Sherly mulai gelisah, tidak tenang seakan akan dia akan kehilangan putranya dalam waktu dekat."Aku merindukan Mommy, kenapa Mommy tidak pulang pulang?" mulut kecil Aarav protes pada Lolita.Perasaan Sherly bercampur aduk. Senang, cemburu, takut, dan juga cemas jika Aarav tidak menginginkannya lagi sebagai seorang ibu.Tanpa sadar, Sherly mencengkram lengan Hansel. Mata awasnya masih mengamati Aarav yang tengah me
"Bagaimana hasilnya, Selvi? Apa Sherly sudah menjawab panggilanmu?" Rosali duduk bersebelahan dengan Selvi. Pada akhirnya, wanita berusia empat puluh enam tahun itu setuju dengan suaminya yang akan segera menyerahkan Sherly pada Ronald. Sikap rakus Morgu membuat Rosali menyerah. Meski Sherly akan menolak, dia mengambil kesimpulan jika pernikahan itu harus segera dilakukan demi keberlangsungan hidup mereka ke depannya.Selvi menggelengkan kepala. Kembali menatap layar ponsel, dia berkata dengan lesu. "Apa mungkin Sherly sudah mengetahui dengan siapa dia akan dinikahkan, makanya dia tidak mau menjawab panggilanku."Sudah puluhan panggilan dan pesan yang dikirimkan, namun tak ada satu pun yang mendapat balasan. Selvi menyerah, tidak ingin memaksakan lagi."Bukannya kamu sudah memberitahu Sherly sebelumnya?" Rosali memelankan suaranya agar Morgu tidak mendengar pembicaraan mereka.Selvi menggeleng lagi. "Aku hanya mengatakan jika dia akan dijodohkan dengan pria kaya raya, tapi aku tidak
Hansel ingin mengejutkan istrinya setelah mereka kembali, namun kejutan itu satu persatu telah datang dengan sendirinya.Ya, orang tua Sherly lebih dulu masuk ke dalam ruangan itu. Rosali langsung memeluk Sherly, diikuti Selvi serta keluarga kecilnya. Sedangkan Morgu terlihat menunduk malu setelah memasukkan ruangan tersebut. Dia bahkan tidak berani menyaksikan kedekatan antara Sherly dan Selvi, juga dengan istrinya yang sangat menyayangi Sherly."Ayah ...!" Sherly menyebut panggilan itu pada Morgu. Meski pria tua itu bukan ayah biologisnya dan terang-terangan memutus hubungan dengannya, namun Sherly tetap menganggapnya sebagai ayah."Ayah, kemarilah!"Seketika Morgu terharu dengan panggilan itu. Dia langsung memeluk Sherly. "Ayah minta maaf, ayah sangat jahat padamu, ayah egois telah memanfaatkanmu selama ini," ucapnya dengan penuh penyesalan."Aku sudah melupakannya," balas Sherly dengan ikhlas. "Bagiku, kamu tetaplah ayahku."Saat itu, Rosali kembali mengusap rambut Sherly. Dia jug
"Sherly ...!" Hansel berbisik di telinga istrinya untuk membangunkan wanita itu. "Sherly ... bangunlah, ini aku datang."Perlahan, Sherly mengerjapkan matanya dengan malas. Pada kehamilan yang kedua ini, dia mudah mengantuk. Matanya sudah tidak bisa diajak kompromi. Tubuhnya juga letih selama perjalanan. Itu sebabnya Ronald membiarkan Sherly beristirahat untuk malam ini saja, tapi dengan tangan yang terikat."Hansel ...." Dengan sebelah tangannya, Sherly mengucek mata. Dia masih ragu dengan penglihatannya yang samar-samar. "Kamu datang, ini benar benar kamu yang datang?" dia bertanya untuk memastikan apa yang dilihatnya bukanlah bagian dari mimpi."Ya, ini aku datang," Hansel membenarkan. Untuk meyakinkan Sherly, dia mengecup bibir wanita itu sebanyak tiga kali. "Tetap tenang di sini!"Seterusnya, Hansel langsung mencari cara untuk melepaskan ikatan tangan Sherly. "Apa kamu tahu kuncinya diletakkan di mana?" tanya Hansel setelah berusaha mencari kunci borgol yang mengikat tangan She
Setelah mendapatkan serangan dari anak buah Yoga, Hamza masih tidak menyesali perbuatannya. Alih-alih melarang atau meminta penjelasan secara detail, dia justru mendorong para penjahat itu agar melanjutkan misi mereka."Bawa saja dia pergi, terserah kalian ingin melakukan apa, aku tidak peduli dengan keselamatan wanita pembawa sial ini!" Hamza membiarkan, bahkan senang melihat Sherly digotong oleh orang yang tidak mereka kenal."Ayah, kenapa kamu begitu tega pada Sherly?" Lolita tak berdaya karena ruang geraknya dihalangi oleh Hamza dan orang suruhan ayahnya. Pada saat Sherly dibawa oleh sekelompok penjahat itu, Lolita terduduk lemas di atas lantai. Untuk beberapa menit lamanya, dia menangis sejadi-jadinya. Dia berteriak, merasa buruk karena tidak dapat memberi bantuan pada adiknya yang tengah hamil.'Cepatlah datang, Hansel!' ujar Lolita dalam hati. Dia telah mengirimkan pesan pada Hansel sebelum memasuki gedung tersebut."Sudahlah , jangan bertingkah bodoh seperti ini seolah-olah d
"Bagaimana bisa kalian gagal mendapatkan Sherly?" Ronald murka mengetahui dua orang suruhannya telah didahului oleh orang lain. "Kalian sudah lebih dulu berada di sana, bahkan sejak pagi telah memasuki rumah itu, apa kalian tidak melihat ada orang yang mencurigakan?" "Maaf, Pak Ronald, kami tidak mengetahui jika pria itu juga menginginkan Sherly." Salah satu dari kedua pria itu menjawab. "Terlalu banyak yang melihat ke arah Sherly, kami kesulitan untuk menebak siapa saja yang ingin menculiknya malam itu.""Bodoh ...! Kalian memang bodoh, tidak berguna!" bentak Ronald. Tidak terima dengan alasan itu. Seandainya, tidak ada yang mengikuti langkah Ronald setiap saat, dia sudah mengambil tindakan sendiri. Kebencian Ronald terlalu tinggi untuk Sherly dan Hansel membuat pria itu rela mengeluarkan uang yang banyak hanya untuk membalaskan dendamnya."Jangan gegabah seperti itu, Ronald!" Yoga tiba-tiba muncul di ruangan itu. Dia menepuk pundak Ronald, lalu berkata lagi. "Aku sudah tahu siapa
Mansion mewah dengan fasilitas terlengkap di kota itu mendadak mengalami masalah internal dalam hal penerangan. Hal itu tentu menumbuhkan kecurigaan bagi para penghuni rumah atau tamu malam itu.Terutama Hansel yang telah kehilangan Sherly dalam hitungan detik. Begitu cahaya lampu kembali menerangi ruangan demi ruangan, hal pertama yang Hansel lakukan adalah mencari keberadaan istrinya."Sherly ... Sherly ...!" Hansel memanggil manggil istrinya sembari berjalan mondar mandir. Dengan wajah panik, dia menyusuri setiap ruangan terdekat dari tempat awal mereka berdiri.Sebagai pemilik mansion, Hilman langsung memberi perintah pada orang kepercayaannya untuk memeriksa kondisi keamanan di rumah tersebut. "Periksa semua di sekitar rumah, jangan ada satu pun yang terlewat! Jika ada yang mencurigakan, segera melapor!"Sang asisten bergerak melaksanakan tugasnya. "Kenapa dia bisa menghilang sendiri?" Alexander keheranan. "Di antara sekian banyak orang yang ada di ruangan ini, kenapa hanya wani
Sherly berusaha menarik tangannya dari genggaman Hansel, namun pria itu tidak membiarkannya lepas. "Hansel ... semua orang melihat kita. Tolong lepaskan tanganku, yakinkan keluargamu dan aku akan menjaga Aarav!" dia mencari aman.Hansel tidak setuju. Dia justru bersemangat untuk membawa Sherly dan Aarav menuju keluarganya. "Kita hadapi bersama!" ujarnya."Apa maksudnya ini?" Meski paham dengan tujuan Hansel, Hilman tetap bertanya, dan dia melakukan itu hanya untuk menjaga wibawanya yang terkenal tegas di depan rekan rekan keluarga mereka.Hansel sama sekali tidak gentar menghadapi Hilman. Ketika sudah berdiri tepat di hadapan sang kakek, dia memperkenalkan istrinya lebih dulu. "Wanita yang aku bawa ini namanya Sherly. Bukankah Kakek ingin bertemu dengannya? Aku sudah membawanya, tolong terima dia menjadi menantu di keluarga ini sebagai istriku!" pinta Hansel dengan suara yang datar. Tidak ada keraguan, namun dia masih terlihat waspada jikalau Hilman tidak menerima kehadiran Sherly.B
Setelah beberapa hari berlalu, Vonny masih tidak bisa menerima kehadiran Sherly sebagai adiknya. Dia terlalu benci dengan wanita itu, lalu bagaimana caranya untuk melupakan permusuhan mereka?Kemarahan dalam diri Vonny semakin meledak tatkala mengetahui jika Sherly sudah melaksanakan pernikahan dengan Hansel dan mereka juga sudah memiliki anak yang selama ini diasuh oleh Lolita. "Aku tidak akan membiarkanmu mendapatkan semua yang harusnya menjadi milikku, Sherly. Aku akan menghancurkan hidupmu." Vonny menatap gambar gambar Santos ketika bersama dengan Sherly. Foto itu terlihat intim, berpelukan, berciuman, membuat siapa pun yang melihatnya akan percaya jika keduanya tengah menjalin hubungan serius."Dengan semua ini, aku akan mempermalukanmu di depan keluarga Hansel. Lihat saja, Sherly, semua orang akan semakin jijik melihatmu. Dan aku yakin Hansel tidak akan menerimamu lagi." Vonny menganggap Sherly memiliki keberuntungan hanya karena kemiripan mereka. "Jangan harap aku akan mengan
Ketika Santos bergerak ke arahnya, Sherly langsung mengangkat kedua tangannya untuk menghentikan pria itu. "Berhenti di situ, jangan mendekat!" dia masih trauma dengan perlakuan Santos padanya."Aku hanya ingin bicara sebentar, Sherly, aku tidak ingin berbuat kasar padamu." Santos diam di tempat. "Tolong beri aku kesempatan untuk meminta maaf padamu. Aku sangat menyesali kebodohanku itu.""Bukankah Hansel menyuruhmu untuk menyelesaikan masalahmu di perusahaan ini?" Sherly mengingatkan Santos dan mengabaikan ucapan pria itu. "Tolong segera keluar dari sini!" pintanya lagi.Untuk meyakinkan Sherly, Santos segera berlutut di hadapan Sherly. Dia mengatupkan kedua tangannya, merendahkan diri agar Sherly percaya padanya. "Tolong maafkan aku, Sherly, aku tidak akan bisa tenang sebelum mendapat maaf darimu. Tujuanku datang hari ini juga hanya ingin mendapat maaf darimu.""Aku bersumpah atas nama ibuku, aku sudah menyesali semua perbuatanku waktu itu. Aku khilaf, Sherly, tolong maafkan aku!"
Sembari meletakkan botol minumannya di atas meja, Sherly memberi kode pada Hansel agar tidak buru-buru mengungkapkan hubungan mereka di depan wanita paruh baya itu.Mereka berdua sama sama tahu jika kondisi Farah tidak terlalu bagus untuk menerima berita yang mengejutkan. "Aku paham," ucap Hansel dengan suara yang pelan. Setelah itu, dia lebih dulu berdiri untuk menyambut Santos dan Farah."Selamat siang, Hansel!" Farah terlihat lebih bersemangat, maka dia lebih dulu menyapa. "Apa kedatangan kami mengganggumu?""Tidak sama sekali, Bibi," sambut Hansel dengan ramah. "Ayo duduk dulu!"Saat itu Sherly juga mendekat, namun dia tidak ingin bicara pada Santos. Kemarahannya terhadap pria itu belum sepenuhnya hilang. Maka dia hanya bertegur sapa dengan Farah, dan membantu wanita itu untuk duduk di sofa tepat di sebelahnya. Santos mengikutinya. Rasa bersalah terhadap Sherly membuat pria itu diam seribu bahasa. Hingga detik ini, dia belum mendapat kesempatan untuk meminta maaf secara langsung