Beranda / Romansa / Kamu Akan Miskin, Mas! / Rahasia yang Disimpan Mbak Lina

Share

Rahasia yang Disimpan Mbak Lina

Penulis: Rahma La
last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-27 09:32:59
Bang Toba melirik Mama, Papa, juga, Rini. Sepertinya, dia hanya ingin beberapa orang yang mendengar. 

Memang benar, tidak seharusnya semua tau. Rini menganggukkan kepala, dia tau apa yang harus dia lakukan. 

"Om, Tante. Kita ke depan, yuk."

Rini mengajak Mama dan Papaku untuk ke ruang tamu yang ramai saja. 

Ketika Mama menoleh padaku, aku menganggukkan kepala. Membuat Mama akhirnya mengikuti langkah Rini. 

"Apa rahasianya, Bang?"

"Ehm, bisa gak di sini?" tanya Kafka memutus pembicaraan kami.

Mendengar itu, aku langsung mengedarkan pandangan, menangkap sosok pria misterius yang berdiri di dekat jendela.

Ah, baiklah. Aku paham kalau Kafka mengajak di tempat lain. 

"Boleh. Di kamar saya dan Lina aja. Ke
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (3)
goodnovel comment avatar
BEWARA Channel
ini sepertinya peran kepolisian tidak berarti
goodnovel comment avatar
Rieca Chandra
Knp sh ndak dikejar aj tuh pria misteriusnya padahal jaraknya aj deket kondisi jg rame2
goodnovel comment avatar
Eriyanti Eriyanti
agak kesel baca cerita ini, rada gak jelas penulisannyaa bikin pembaca kesel. gak tau deh mau di selesaikan apa gak bacanya. tulisannya sepotong2 ky gak niat nulis novel gitu...ahh pokoknya kesel aja jd bosan. pdhl sbrnya penasaran
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Kamu Akan Miskin, Mas!   Petunjuk Penting

    "Nyarinya di mana? Apa yang disembunyiin sama Mbak Lina?" tanya Bang Tirta sambil menatap ke sekeliling kamar.Entah kenapa, kamar ini terlihat berantakan sekali. Aku menggelengkan kepala melihatnya. Agak sedikit ragu untuk masuk ke dalam."Ayo, masuk Mbak. Gak bakalan ketemu kalau diam aja di luar.""Sopan gak masuk ke dalam?" tanyaku pelan.Terdengar tawa Kafka. Rini juga ikut mentertawakanku. Menyebalkan sekali."Masuk aja. Yang nyuruh Mbak Lina, kan?"Akhirnya, aku melangkah masuk. Menatap sekitar. Waktunya kami mencari rahasia yang disimpan oleh Mbak Lina dan ingin dia sampaikan sebelum meninggal. Sayangnya, dia sudah meninggal sekarang.Aku mengusap kening, membuka lemari. Sebenarnya, ada di dalam lemari, tapi mereka juga membantu mencari di tempat lain."Gimana? Ketemu?" tanya Bang Tirta setelah beberapa menit kami berpencar untuk mencari semuanya. Aku menggel

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-27
  • Kamu Akan Miskin, Mas!   Percakapan Mencurigakan

    "Serius ini?" tanyaku sambil mengambil kartu yang diletakkan di atas meja.Kafka menganggukkan kepala. Dia tersenyum puas.Ternyata, selain hanya dapat babak belur, Kafka juga berhasil mendapatkan sesuatu. Aku menjentikkan jemari, mengambil kartua nama itu.Rian. Ada nomor ponselnya, juga ada alamatnya.Aku terdiam melihat namanya.Ah, benar dugaanku. Orang yang sama dengan yang tadi. Aku menatap Kafka yang menganggukkan kepala."Keren banget." Aku mengacungkan jempol ke dia."Kapan kita mau kesana?" tanya Rini pelan. Dia seperrinya tidak sabaran lagi."Hargai yang lagi berduka dulu. Nanti saja. Sekarang, kita fokus sama Bang Toba. Kayaknya dia terpukul banget."Kafka beranjak. Aku diam sejenak, menyenderkan punggung. Menghela napas pelan. 

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-30
  • Kamu Akan Miskin, Mas!   Beberapa Langkah di Depan

    "Bermain pintar apa, Mas?""Eh?" Dia langsung menoleh. Wajahnya terkejut, buru-buru menutup telepon."K—kamu kok bisa ada di sini, Nina?" tanyanya sambil mengusap wajah."Kenapa memangnya?" Aku menantangnya. Apakah ini ada hubungannya dengan si Rian itu? Dan apakah ada hunungannya dengan kematian Raja?"Tidak usah berpikir macam-macam. Ayo ke ruang tamu. Kenapa juga bisa sampai ada di sini." Dia mendumal.Aku diam sejenak. Kemudian menganggukkan kepala. Sebenarnya, aku harus bisa menjebak Mas Reno agar aku tau yang sebenarnya.Bagaimana caranya? Ah, aku juga tidak tahu bagaimana caranya."Mau ngapain kesini?" tanya Mas Reno sambil duduk di sofa sebelah Mamanya."Main aja." Aku menjawab pendek."Bagaimana surat perceraian. Sudah kamu urus? Aku saja ya

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-30
  • Kamu Akan Miskin, Mas!   Bantuan Tak Terduga!

    "Pantas." Fajar mengangguk-anggukkan kepala. Dia paham sekali dengan apa yang dikatakan oleh Kafka."Saya tau kamu pintar. Gak mungkin seceroboh itu sampai memberitahukan sesuatu tidak penting.""Nah, itu tau." Kafka menjentikkan jarinya."Baik. Saya akan membantu kalau bisa. Kalau saya merasa keberatan, gak bakalan saya bantu."Kafka menoleh ke aku. Dia kemudian mengangkat bahu. Menatap Fajar dalam-dalam.Beberapa detik diam, Kafka akhirnya mengangguk.Adikku itu memberitahukan semua rencananya. Sementara Fajar menyimak. Kami juga ikut menyimak, tanpa memotong penjelasan Kafka sedikit pun."Ah, cerdas sekali." Fajar menggelengkan kepalanya. "Sayangnya, umur kamu belum mencukupi. Bisa-bisa, saya yang kena masalah.""Begitu." Kafka menganggukkan kepala. Dia menatap Fajar serius sekali.&nbs

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-30
  • Kamu Akan Miskin, Mas!   Fajar Sebenarnya Adalah ....

    "Serius pernah kesana?" tanya Kafka mulai tertarik mendengar kata-kata Fajar barusan."Ya. Pernah kesana. Lumayan tau soal detail tempatnya.""Ah, bagus sekali. Nyariin siapa yang tau, ternyata orangnya ada di sini."Kafka nyengir. Dia menjentikkan jarinya. Terlihat senang sekali."Oke—"Bang Tirta lebih dulu menarik tangan Kafka. Dia juga ikut menarik lenganku, mau ngapain, sih? Kan sudah mau berangkat. Apa harus pakai adegan bertengkar dulu?Haduh, aku tidak paham dengan pola pikir mereka berdua."Apaan sih, Bang?" tanya Kafka kesal. Dia melepaskan genggaman tangan Bang Tirta, kemudian mendelik padanya."Jangan asal masukin orang, dong. Iya, kita tau kalau si Fajar itu pengacara. Tapi dia gak bisa terlalu dipercaya juga, kan? Sahabat bisa jadi musuh, lho, Kaf."Aku

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-30
  • Kamu Akan Miskin, Mas!   Keluarga Rakus Mengemis

    "Fajar! Udah lama gak ke markas ini!"Aku memperbaiki posisi duduk. Fajar sudah sampai di dalam ternyata. Sudah ada yang menyapanya juga.Sekarang, aku hanya takut dia malah ketahuan. Itu lumayan berbahaya."Iya. Baru ada waktu. Gimana kabarnya semua, nih?""Baik semua.""Oy, Fajar!""Kayaknya, dia disegani banget," gumam Bang Tirta. "Iyalah. Abang gak tau aja semua riwayat pendidikan dia. Dia bukan orang sembarangan. Masuk kesana aja karena sesuatu."Mataku menyipit menatap Kafka. Lumayan penasaran dengan masa lalu Fajar. Apa dia benar orang hebat di masa lalu?"Oy, Rian! Apa kabar, nih? Apa kerjaan sekarang? Kayaknya sihuk banget. Mana pakaiannya hitam terus. Gak ganti?" tanya Fajar sambil menepuk pundak Rian."Ada pekerjaan sesuatu, lah. Itu penting banget dan lagi sibuk. Kerj

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-30
  • Kamu Akan Miskin, Mas!   Isi Bukti Video

    "Hah?! Mama kamu?" tanyaku terkejut.Aku, Bang Tirta, juga Kafka saling berpandangan dengan informasi yang diberikan oleh Rini. Ini benar-benar di luar dugaan."Iya. Rini dengar sendiri tadi, Mbak.""Rini!" Terdengar teriakan Mamanya dari jauh."Aduh, Mbak. Rini matiin ya, teleponnya. Nanti Rini kirim videonya. Yang penting Mba tau dulu."Telepon benar-benar dimatikan. Aku menghela napas pelan. Menoleh ke Kafka yang mengusap wajah."Kamu udah prediksi sebelumnya, Kaf?""Enggak." Kafka menggelengkan kepala. Dia juga terlihat terkejut dengan apa yang dikatakan oleh Rini.Kami memang memasukkan Mamanya Mas Reno dalam list yang harus dicurigai, tapi tidak menyangka juga kalau Mama Mas Reno ikut terlibat. Apalagi anaknya terlihat tidak tahu menahu."Penasaran s

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-04
  • Kamu Akan Miskin, Mas!   Kalian Akan Menyesal!

    "Eh?" Aku jadi terkejut sendiri. "Maaf. Gak lihat tadi."Aku menelan ludah berkali-kali. Berharap pria itu tidak mengenaliku siapa.Ah, tidak mungkin sepertinya. Pria itu diam sejenak, matanya bertemu pandang dengan mataku. Persis seperti foto yang dikirimkan oleh Fajar tadi."Sama. Maaf juga. Saya yang salah. Buru-buru tadi."Pria itu menatapku beberapa detik, kemudian melangkah lagi. Ketika dia sudah menghilang dari padanganku, aku baru bisa menghela napas lega.Tadi sudah takut kalau dia punya niat macam-macam. Itu sama sekali tidak lucu."Mbak!" Kafka berlari mendekatiku.Di belakangnya juga Bang Tirta berlari-lari. Mereka terlihat panik sekali."Mbak gak ketemu sama pria misterius itu, kan?""Eh?" Aku diam sejenak. Apa yang akan mereka pikirkan ketika aku mengatakan bertemu tadi?Padahal hanya sekilas saja. Namun, aku paham seka

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-04

Bab terbaru

  • Kamu Akan Miskin, Mas!   Memusnahkan Wanita Licik Itu!

    "Eh?! Bantu untuk memusnahkan wanita itu? Menyingkirkan nya?" Jujur saja, aku kaget sekali mendnegar permintaan wanita itu, aku kira dia akan minta sesuatu yang besar, harta misal nya. Nah ini kenapa malah aneh dan berbeda? Dia malah meminta bantuan aku untuk memusnahkan wanita itu. "Ya, kamu gak salah dengar. Aku minta bantuan kamu untuk memusnahkan wanita itu. Ada yang salah dari permintaan aku?" Memang gak ada yang salah, tapi benar-benar aneh. Kenapa dia tiba-tiba mendadak minta memusnahkan wanita itu? Memang nya dia ada hubungan apa dengan si Ayunda itu?"Ada apa memang nya? Pasti ada yang terjadi dengan wanita itu berhubungan dengan kamu, kan?"Dia akhir nya menganggukkan kepala. "Wanita itu yang membunuh suamiku."Kali ini, aku benar-benar terdiam. Membunuh suami nya? Wanita bernama Ayunda itu? Sungguh, aku tidak menyangka sih. Aku kira dia tidak akan bilang begini, eh malah meminta yang lain. Aku mengembuksan napas pelan, ternyata dia malah ingin memintaku membantu nya un

  • Kamu Akan Miskin, Mas!   Terbongkarnya Rahasia

    "Ada apa?" tanya nya sambil tertawa. "Kamu pasti kaget ketika melihat aku."Kayak nya aku salah orang deh. Gak mungkin kalau dia kan? Masa iya wanita yang mengajakku untuk bertemu adalah wanita ini sih?"Kayak nya aku salah orang deh, permisi ya." Aku tidak ingin menanggapi perkataan nya. "Iya ini aku, wanita yang mengajak kamu untuk bertemu. Kamu lagi gak salah orang kok."Aku terdiam, berusaha untuk mencerna semua ini Wanita itu adalah sepupu nya Mas Fajar yang tidak menyukai aku. Ya, sejak dulu bahkan dia tidak menyukai hubungan aku dan juga Mas Fajar. "Kamu mau bermain-main apa lagi denganku? Gak puas dengan kejadian dulu?" Aku jadi tambah kesal dengan wanita ini. "Ah oh ya? Kejadian masa lalu ya? Kamu masih ingat rupa nya." Dia tertawa pelan. Tentu saja aku masih ingat, kapan aku tidak ingat dengan ini semua? Apa lagi dia memang menyebalkan di masa lalu kami. Aku mengembuksan napas pelan, rasa nya enggan untuk mengingat nya kembali. "Sudah lah, lupakan saja dulu tentang masa

  • Kamu Akan Miskin, Mas!   Wanita itu adalah—

    Oh ya? Apa kah aku bisa mempercayai pesan ini? Apa kah aku harus menemui wanita ini nanti malam? Hmm, mungkin menarik sih, nanti saja lah aku pikir kan. Mungkin saja aku akan datang ke sana nanti, tetapi aku juga tidak bisa gegabah mengambil keputusan. "Kamu kenapa bengong sayang? Itu pesan dari siapa?" tanya Mama nya Mas Fajar membuatku menoleh. "Eh?! Ini? Enggak, bukan dari pesan siapa pun kok, Ma. Mama tadi ditelepon sama Mas Fajar?" tanyaku pelan. Mama nya Mas Fajar menggelengkan kepala. Dia seperti nya tidak tau dari anak nya langsung. "Mama kamu tadi menghubungi Mama. Mama sama sekali gak tau tentang penyakit anak itu. Padahal harus nya Mama juga ikutan tau loh." "Sama Ma, mereka menyembunyikan semua nya dari Nina. Jadi nya, Nina juga gak tau. Mau menghubungi Mama juga kayak mana, gak ada informasi yang aku dapatkan." "Emm kayak gitu ya? Nanti Mama paksa saja dia bicara yang sejujur nya, atau sekalian kita temui dokter nya. Enak aja sakit tapi gak bilang ke Mama." Mama Ma

  • Kamu Akan Miskin, Mas!   Keributan

    "Ya ampun, aku gak bermaksud kayak gitu, Sayang. Aku gak maksud." Mas Fajar tampak memohon. "Sudah lah, wanita keras kepala kayak gitu gak usah diurusin. Kasihan sama kesehatan kamu." Wanita itu akhir nya kembali lagi ikut dalam pembicaraan kami. Aku meremas pakaianku sendiri, berusaha untuk meredam emosi, jangan sampai aku menjambak wanita itu di sini. Sudah seperti pelakor dia, mana gak punya malu lagi. "Aku pergi ya, Mas. Mau pulang, lelah sekali kayak nya." Aku akhirnya mengalah. Ya sudah lah, biarkan saja apa yang mas Fajar lakukan di sini. Wajah Mas Fajar tampak sekali merasa bersalah. Sudah lah, aku sudah tidak mau lagi membahas apa pun pada Mas Fajar. Entah lah, aku sudah muak melihat nya. Banyak sekali janji Mas Fajar, tetapi tidak pernah dia tepati. Sudah lah, aku sudah paham dengan apa yang dia lakukan, dia juga tidak pernah memikirkan aku lagi sekarang. "Semoga cepat sembuh, Mas. Kalau ada apa-apa langsung telepon aku aja, tadi ponsel kamu mati, aku gak bisa hubungi

  • Kamu Akan Miskin, Mas!   Terbongkar?!

    "Iya, mereka sedang ke rumah sakit, Bu. Sebentar saja kata nya tadi, tapi sampai sekarang belum kembali juga."Astaga, apa yang keluargaku lakukan sih? Kenapa mereka tidak menghubungi aku sama sekali soal ini? Aku jadi tambah kesal. Aku tau sekali kalau mereka tidak menghubungi aku sama sekali. Kalau sudah, ponselku pasti berdering sejak tadi, tetapi ini tidak ada. Haduh, aku tidak paham dengan apa yang mereka pikir kan. "Bibi tau di mana rumah sakit nya? Atau rumah sakit keluarga kita biasa? Atau bibi tau sesuatu gitu?" tanyaku panik. "Enggak, Nyonya. Saya gak tau sama sekali rumah sakit nya dimana. Soal nya gak ngasih tau ke saya."Haduh, sudah lah. Aku buru-buru mengambil ponsel, berusaha untuk menghubungi Mas Fajar, nomor telepon nya tidak aktif. Aku mengembuskan napas kesal, menghubungi Mama. Terdengar nada sambung, aku harap-harap cemas. Berharap Mama mau mengangkat telepon dari aku. "Ya ampun, pada kemana sih gak ada yang mau ngangkat telepon aku." Aku bergumam kesal. Di s

  • Kamu Akan Miskin, Mas!   Wanita yang Berhubungan dengan Mas Fajar

    "Wah, Mas Fajar gak beres lagi ini mah." Aku menggelengkan kepala, kesal sekali dengan perkataan Mas Fajar tadi. Apa kah dia tidak bisa berpikir kalau aku tidak suka dia menyembunyikan sesuatu dari aku, hah?! Kenapa sih selalu saja menganggap enteng semua nya?Memang nya Mas Fajar tidak lagi menganggap aku sebagai istrinya? Atau bagaimana ini? Aku gak paham sama sekali dengan apa yang dia lakukan. "Mama udah gak tau lagi harus kayak mana. Istri kamu semakin hari semakin curiga sama kamu. Mama mungkin bisa halangin dia sekarang, tapi kalau nanti? Mama gak tau bisa atau enggak." Terdengar suara Mamaku yang frustasi. "Sama, Mbak pasti curiga sama aku terus. Aku udah capek buat bohong, Mas gak bisa jujur saja sama Mbak? Lagi pula, Mbak gak akan marah kok."Apa sih yang mereka pikir kan? Apa kah mereka tidak kasihan padaku karena terus saja menebak-nebak apa yang mereka sembunyikan, hah?! "Maka nya itu, Mas gak mau nambahin beban Mbak kamu, meskipun Mas tau kalau dia gak akan marah. Ka

  • Kamu Akan Miskin, Mas!   Keanehan Raja

    "Hah?! Soal penyakit? Tentang dia?" Aku bergumam pelan. Apa maksud dari pesan ini? Buru-buru aku memfoto pesannya, kemudian kembali menyembunyikan ponselku ketika Mas Fajar berganti posisi tidur. Pasti ini adalah jawaban dari semua ini. Aku mengembuskan napas pelan, sebenar nya aku pusing sekali sih memikirkan nya. "Apa yang sebenar nya kamu sembunyikan dari aku, Mas? Kenapa kamu gak jujur aja sama aku? Kenapa?" tanyaku pelan. Sungguh, aku ingin jawaban dari Mas Fajar, tetapi suamiku ini masih sakit, pasti Kafka dan juga Mama tau, tetapi bagaimana cara membujuk mereka agar mau menjawab nya? Ah, pasti mereka tidak akan mau menjawab pertanyaan dan juga kebingungan aku. Aku takut terjadi sesuatu pada Mas Fajar yang tidak aku ketahui, apa lagi anak yang akan aku kandung akan segera lahir ke dunia. "Sayang." Mama mengetuk pintu kamar. Aku mengembuskan napas pelan, melangkah menuju ke pintu rumah. "Ada apa, Ma?" tanyaku sambil membuka pintu, aku berusaha untuk menyembunyikan kesedih

  • Kamu Akan Miskin, Mas!   Pesan Mencurigakan

    "Mama serius? Mas Fajar pingsan kenapa, Ma?"Wajah Kafka juga langsung berubah panik. Aku menggigit bibir dalam-dalam. Astaga, apa yang terjadi pada suamiku?"Aduh, Mama juga gak tau Fajar pingsan kenapa. Kamu buruan ke sini, Mama udah minta bantuan beberapa tetangga tadi, juga minta bantuan tukang kebun dan pembantu."Aku menelan ludah, buru-buru menganggukkan kepala, aku khawatir sekali dengan kondisi Mas Fajar sekarang. Memang sih tadi Mas Fajar kelihatan pucat sekali, tetapi aku juga tidak tau kalau suamiku itu sedang sakit. Kenapa juga Mas Fajar tidak bilang padaku. Haduh, membuat pusing saja. "Kenapa, Mbak? Mas Fajar kenapa?" tanya Kafka juga ikutan panik. "Mbak juga gak tau, yang pasti, kata Mama, Mas Fajar pingsan." Aku mengusap wajah berkali-kali, mempercepat langkah. "Padahal tadi baik-baik aja kok. Kenapa sama Mas Fajar, ya, Mbak? Tadi pas masih sama aku, Mas Fajar sehat banget loh, Mbak."Ya kan beda kasus nya. Aku menggelengkan kepala mendnegar perkataan nya Kafka, ya

  • Kamu Akan Miskin, Mas!   Berita Mengejutkan

    "Aku sudah selesai siap-siap. Maaf ya kalau aku sudah nyusahin Mbak dan yang lainnya. Juga menyusahkan Kafka."Adikku itu langsung memalingkan wajah nya mendnegar nama nya di sebut di belakang kalimat Rini. Aku mengembuksan napas pelan, Rini sudah menggeret koper nya. Aku bingung dengan mereka, aku bahkan tidak paham lagi dengan jalan pikiran adik dan juga suamiku itu. Entah apa yang mereka katakan soal Rini. Ah, bodo amat deh. Padahal kan Rini juga baru saja kehilangan Mama nya. Masa iya kami sudah mengusir dia dari rumah ini. "Sekali lagi maaf kalau kesannya kami malah mengusir kamu, Rini. Tenang saja, semua biaya hidup kamu, biar kami yang tanggung. Kalau ada apa-apa, langsung kabarin aja." Mas Fajar mengatakan itu. Kami sudah sampai di rumah yang memang kosong, tetapi ini dulu memang dijadikan sebagai rumah orang kantor Mas Fajar yang rumah nya jauh, karena masuk pagi, maka nya menginap sebentar. Tidak mungkin orang kantor nya Mas Fajar menginap di rumah kami. "Aku yang makas

DMCA.com Protection Status