"Terima kasih atas ucapan kamu, Ayuna." kata Ilham sambil tersenyum.
"Ini sudah sangat malam. Ayo kita tidur! Vita sudah sangat nyenyak tidurnya." Kataku.
"Vita itu memang tidak dapat kalah jika masalah tidur. Dia belum pernah tidak dapat tidur saat berada di tempat ini." kata Rafael sambil tersenyum.
"Itu bagus sekali, supaya dia tidak terlalu ketakutan dengan apa yang terjadi sekarang ini." Kataku.
"Benar juga." Kata Rafael.
"Apa kalian merasa ada yang aneh dengan Daffa?" tanya Ilham sambil merasa bingung.
"Apa yang aneh dari dia?" tanya Rafael.
"Aku juga merasa aneh terhadap dia." Kataku.
"Aneh kenapa?" tanya Rafael.
"Dia jarang berbicara dengan kita semua. Tapi dia selalu mengikuti kita semua. Dan saat malam hari, aku terbangun sebentar dari tidurku dia sudah tidak ada di kamar. Tapi waktu pagi hari datang dia berada di kamar kita. Itu aneh sekali menurut aku." Ka
"Benar juga, Ayuna selalu memberi kita informasi yang tidak bisa kita cari." Kata Vita."Aku juga setuju dengan kamu, Rafael. Ayuna terlahir berbeda dari kita semua. Aku percaya dia dapat ember kita keluar dari kampung Lamuna ini." Kata Ilham."Semoga saja itu benar." Kata Vita."Kamu juga sangat yakin dengan hal itu. Kita harus mencari siapa nama penjual di pasar setan kemarin." Kata Rafael."Untuk apa?" tanya Ilham."Benar, melihat wajah dia meski hanya sebentar saja sudah menakutkan untuk aku apalagi harus mencari tahu nama dia." Kata Vita."Tetap saja kita harus mencari tahu tentang penjual itu. Itu sepertinya memiliki hubungan dengan Nyai Sri. Dengan begitu, kita dapat menemukan cara untuk mengalahkan Nyai Sri dan semua setan di kampung Lamuna." Jawab Rafael."Jadi begitu, apa kita harus kemal Bali ke pasar setan itu?" tanya ilham."Jangan, kemarin saja kita hampir dibunuh. A
"Kita memang harus pergi ke perayaan itu nanti. Memangnya kenapa? Untuk apa kamu berbicara dengan dia?" tanya Rafael."Aku hanya ingin saja berbicara dengan dia, memangnya kenapa?" tanya Daffa."Itu dia! Kamu tidak biasanya, sangat aneh berbicara dengan Kuhar. Ada apa ini?" tanya Rafael sambil curiga."Tidak ada, sudah kita makan saja." Kata Daffa."Ayo! Aku juga sudah sangat lapar." Kata Vita."Baik, aku juga ingin makan." Kataku.Saat kami pergi makan, aku dan Rafael membicarakan tentang suara Samar Itu."Aoa kamu tidak mendengar suara itu lagi, Ayuna?" tanya Rafael."Tidak, aku belum ke toilet dan belum mendengar suara itu." Jawabku."Memangnya itu suara apa?" tanya Daffa."Aku juga tidak tahu tapi bukan manusia. Aku sangat yakin dengan itu. Pasti hantu yang mengatakan itu kepada aku." Jawabku."Sudah, kita sedang makan dan jangan membahas tentang han
Daffa berbicara dengan Vita di luar rumah."Daffa, apa yang ingin kamu katakan?" tanya Vita."Aku ingin mengatakan bahwa aku.." jawab Daffa sambil bingung."Kamu kenapa?" tanya Vita."Aku ingin bicara saja dengan kamu, Vita." Jawab Daffa."Apa? Kamu hanya ingin berbicara dengan aku tanpa ada sesuatu yang ingin dibicarakan. Apa aku hanya menjadikan aku sebuah alasan saja." kata Vita sambil cemberut."Memangnya salah? Kita bicara apa saja di sini." Kata Daffa."Apa kamu memang sedang mendengarkan pembicaraan kami berdua dan membawa aku supaya tidak diketahui mereka bahwa kamu sedang mendengarkan pembicaraan kami berdua." Kata Vita."Tidak! Kenapa kau berpikir seperti mereka semua?" tanya Daffa sambil membentak Vita."Maafkan aku jika itu menyinggung kamu tapi kamu tidak perlu membentak aku. Aku juga akan mengerti jika kamu berbicara dengan baik." kata Vita sambil cemberut.&nb
Aku dan mereka berdua menghampiri Vita. Aku berusaha menenangkan Vita yang menangis sedih."Kamu tenang Vita, Daffa pasti akan kembali seperti dulu. Kita hanya perlu berbicara terhadap dia secara perlahan dan membuat dia mengerti atas semua ini. Kamu sudah melakukan yang terbaik. Kamu memang perempuan yang baik, Vita. Terima kasih kamu tetap ingin bertahan dengan kita semua. Terima kasih sudah percaya dengan kami semua. Aku janji aku akan mendapatkan cara untuk membuat Daffa kembali lagi. Dan kita pasti bisa mengalahkan Nyai Sri dan semua setan yang berniat jahat. Kita bisa kembali dan kita harus kembali. Aku percaya itu." kataku sambil tersenyum."Tidak, kamu tidak perlu berterima kasih sebab kamu sudah melakukan yang terbaik untuk kita semua. Kamu selalu berusaha untuk mencaru cara. Terima kasih, Ayuna!" Kata Vita."Tidak aku tidak melakukan apa apa, aku mengetahui arti cinta dari kamu, Vita. Terima kasih sudah mengajarkan sesuatu yang pentin
Aku mendengar rintihan suara itu lagi dan ada jeritan juga yang sangat menyeramkan."Tolong aku, Ayuna! Aku dibunuh oleh Nyai Sri sebab dia tahu bahwa aku istri dari pria yang sudah menjual dia. Sebelum aku dibunuh, aku ditahan di tempat ini. Hanya gelap dan dingin yang aku rasakan. Padahal aku tidak tahu kejahatan suami aku terhadap Nyai Sri. Tolong keluarkan aku dari tempat ini! Tolong!" Jeritan suara itu.Aku takut dan berteriak mendengar suara itu."Ah! Aku takut sekali, kamu tunjukkan diri kamu, jangan hanya suara kamu yang terdengar oleh aku. Aku sangat takut mendengar suara tapi tidak terlihat siapa orang itu. Aku mohon beritahu aku sebuah petunjuk albumnya aku dapat keluar dari kampung Lamuna ini." Kataku."Aku terjebak di dalam gusi yang berada di luar pintu kamar mandi ini." Kata suara itu."Guci? Yang mana?" tanyaku sambil mencari guci itu."Yang ini! Yang kecil." Kata Vita."Yang ini!" K
Rafael dan Ilham masuk ke kamar mereka berdua."Di mana Daffa?" tanya Rafael."Dia pasti pergi ke tempat Nyai Sri untuk memberikan informasi yang dia dengarkan dari pembicaraan Ayuna dan Vita." Jawab Ilham."Benar juga, kita harus mengikuti dia ke tempat Nyai Sri." Kata Rafael."Ayo kita pergi sekarang! Apa kita harus memberitahu Ayuna dan Vita?" tanya Ilham."Tidak, Ayuna baru saja panik sebab dia baru meliha hantu. Dia membutuhkan istirahat yang cukup untuk dapat menenangkan diri." Jawab Rafael."Benar juga, aku lupa itu." Kata Ilham."Aku mengerti seperti apa Ayuna, dia tidak akan mengaku bahwa dia lelah tapi dia akan mengakui itu. Jadi, aku mengerti jika dia sudah bertekad untuk mencari informasi dia akan melakukan itu sampai dia menyelesaikannya." Kata Rafael."Ayuna memang tepat memilih kamu, Rafael. Kamu memang pria terbaik untuk Ayuna. Kamu mengerti seperti apa dia dan yang akan
Aku dan yang lainnya sampai di kamar lebih dulu dari Daffa. Lalu, Daffa masuk ke kamar dan melihat Rafael dan Ilham seperti kelelahan. "Kenapa dengan kalian berdua? Seperti sudah berlari jauh saja." Kata Daffa. "Kami sudah lari di jalan supaya tubuh kita sehat. Jadi, kita berlari dengan cepat supaya tubuh kita berkeringat. Memangnya kenapa? Kamu ingin ikut berlari dengan kami berdua." Kata Rafael. "Untuk apa berlari di malam hari?" tanya Daffa. "Terserah kita ingin berlari kapan saja, memangnya tidak boleh berlari di malam hari?" tanya Rafael. "Aneh saja." Jawab Daffa. "Kenapa aneh? Ini biasa saja, ada orang lain yang berolahraga di malam hari." Kata Ilham. "Benarkah? Siapa? Siapa yang berlari di malam hari?" tanya Daffa. "Ada, orang lain berlari di malam hari supaya dapat menghirup udara malam dan tidak merasa gerah." Kata Rafael. "Mungkin itu hanya kalian s
"Tapi aku mencintai kamu, Sri. Aku tidak pernah memiliki perasaan terhadap Ani. Dia hanya teman bagi aku." Kata Yudi."Itu terserah kamu saja. Kamu dapat mengurus masalah itu berdua dengan Ani. Aku tidak ingin terlibat dalam masalah percintaan kalian berdua." Kata Nyai Sri.Nyai Ani menghampiri Yudi dan Nyai Sri."Ani!" Kata Yudi."Mas Yudi, kenapa kamu tidak memilih aku? Kenapa kamu memilih dia daripada aku?" tanya Nyai Ani."Maafkan saya Ani tapi perasaan sayang tidak dapat kita atur. Saya hanya mencintai Sri." Kata Yudi."Kamu jahat sekali." Kata Nyai Ani."Aku tidak dapat menerima kamu, Yudi." Kata Nyai Sri.Nyai Sri Pergi Dari Kampung pokuta. Dia tidak ingin dipermalukan lagi. Sekarang aku mengerti alasan Nyai Sri pergi dari kampung Lamuna. Dia juga pasti membenci seluruh orang yang berada di kampung Lamuna. Aku mengerti rasa sakit yang dirasakan oleh Nyai Sri. Dia pasti menderita oleh s
Saat itu, aku tahu alasan aku tidak ingin datang ke sini. Dan alasan aku mendadak meneteskan air mata sebab aku akan kehilangan orang yang aku cintai. Rasanya sangat sakit dan pedih sekali. Andai waktu bisa aku putar kembali. Aku akan menahan inilah semua supaya tidak terjadi. Aku sangat menyesal datang kemari. Aku hanya bisa menangis melihat Rafael menutup mata di sisi aku. Aku takut ini adalah kenyataan. Sampai aku tidak dapat berhenti meneteskan air mata. Lalu Nyai Sri bertanya kepada aku."Kenapa? Apa ini terlalu sakit untuk kamu? Ini tidak seberapa dengan apa yang aku rasakan?" tanya Nyai Sri sambil tersenyum."Kenapa? Apa salah aku?" tanyaku."Tidak ada." Jawab Nyai Sri.Lalu, semua teman aku tersadar juga."Rafael!" Kata Daffa sambil terkejut."Rafael! Kenapa?" tanya Vita sambil merasa heran."Rafael, ada apa ini?" tanya Ilham sambil terkejut."Kalian sudah sadar juga tapi
Semua warga kampung ini dan semua teman aku menuruti perkataan Nyai Sri. Aku tidak bisa melakukan apa pun untuk mencegah mereka semua. Lalu, Vita mendadak menyerang aku. Aku menahan dia sebab aku tidak ingin melukai dia. "Kendalikan diri kamu, Vita. Sadar! Ini aku Ayuna, teman kamu." kataku sambil menahan tangan Vita. "Lepaskan!" teriak Vita. "Tidak akan!" Kataku. "Lepaskan! Kamu berada berada di hati Daffa. Aku tidak akan membiarkan kamu hidup. Kamu selalu menjadi penghalang untuk hubungan aku dan Daffa." Kata Vita. "Apa? Ini masalah Daffa lagi!" Kataku. "Bagaimana anak pembawa perdamaian? Bagaimana rasanya saat sahabat kamu sendiri menginginkan kematian kamu." Kata Nyai Sri. "Saya yakin ini bukan keinginan Vita. Ini pasti dikendalikan oleh anda, Nyai Sri. Saya tidak akan mati begitu juga semua teman saya. Kami akan kembali ke tempat kami berasal. Apa salah saya?" tanyaku.
Nyai Sri Pergi menuju tempat pintu gaib itu. Akhirnya Nyai Sri sampai di pintu gaib itu dan terus memanggil namamu adiknya. "Yanti!" teriak Nyai Sri sambil terus mencari adiknya. Lalu, mereka berdua bertemu. Seakan tidak percaya bahwa. Ini akan terjadi. Hari yang telah ditunggu oleh mereka berdua. "Kak Sri!" Kata Yani. "Kamu dari mana saja? Kakak telah mencari keberadaan kamu di setiap tempat. Kakak sedih kenapa kamu meninggalkan kakak dan ibu?" tanya Nyai Sri sambil meneteskan air mata. "Aku tidak tahan sedangkan semua perlakuan mereka semua terhadap aku. Aku lelah dan tidak tahu apa salah aku terhadap mereka semua." jawab Yanti sambil meneteskan air mata. "Seharusnya kamu cerita kepada kakak, kakak tidak akan membiarkan kamu dan ibu tersakiti. Meski kakak sendiri juga tersakiti. Kakak juga tidak tahu harus berbuat apa." Kata Nyai Sri sambil meneteskan air mata. "Tidak ada yang datang
Akhirnya kami semu asalkan di perbatasan kampung Lamuna ini. Setelah beberapa hari menelusuri hutan ini. Kami bersembunyi dari tempat perbatasan supaya Cokro Artomojo tidak mengetahui keberadaan kita semua."Jika tahu tempat ini, aku tidak akan berjalan menelusuri hutan yang sangat luas itu sampai merasa kelaparan dan juga kelelahan. Jarak dia ternyata begitu dekat dengan kita semua." Kata Vita."Benar, itu artinya dia selalu berada dekat dengan Nyai Sri." Kata Daffa."Mungkin saja kesalahan dia mengikat dia dengan Nyai Sri. Jadi, tempat mereka berada sangat dekat. Tapi anehnya kenapa Nyai Sri tidak dapat mengetahui keberadaan Cokro Artomojo itu?" tanya Ilham sambil merasa heran."Mungkin saja terlalu sakit untuk memikirkan keberadaan dia. Untuk ingat hal lain juga begitu menyakitkan." Jawabku."Itu benar, lebih baik kita menunggu keberadaan Cokro Artomojo dan kita langsung menangkap dia dengan sangat cepat." Kat
"Bagus itu." Kataku.Kami semua melanjutkan perjalanan dan menelusuri hutan. Tanpa tahu informasi tentang Cokro Artomojo, kami terus mencari dia. Setelah beberapa hari menelusuri hutan tidak menemukan yang bernama Cokro Artomojo. Sulit mencari dia, aku juga belum memimpikan seperti apa dia. Tapi aku tidak boleh menyerah sebab aku tidak memiliki pilihan lain."Bagaimana ini? Kita sudah menelusuri hutan ini tapi tetap belum menemukan Cokro Artomojo itu." Kata Vita sambil kelelahan."Benar ini, jika kita tidak mengetahui apa pun tentang dia. Bagaimana secara kita menemukan dia?" tanya Daffa."Kita harus terus mencari jangan putus asa." Jawab Ilham."Kalian pikir hanya kalian berdua yang merasa lelah? Aku, Ayuna dan Ilham juga merasakan hal yang sama. Tapi kami tidak mengeluh dan terus mencari." Kata Rafael."Itu memang sudah tugas kalian bertiga. Kami itu hanya membantu kalian saja." kata Daffa sambil marah.&
Pada malam hari, kami semua tertidur. Aku mulai bermimpi lagi tentang sebuah tempat yang tak asing bagi aku. Tapi aku masih belum mengetahui tempat apa itu. Tempat itu dihuni oleh seorang pria tua yang entah berasal dari mana dan tidak diketahui siapa dia. Aku terus memperhatikan dia dengan teliti. Aku sangat penasaran siapa dia. Tidak biasanya mimpi aku tidak jelas sama sekali. Bahkan aku tidak tahu apa yang terjadi di dalam mimpi aku ini. Terasa Sangat berbeda dari Semua mimpi yang aku alami saat berada di kampung Lamuna ini. "Aku tidak boleh tertangkap oleh Nyai Sri atau mereka semua. Nyai Sri pasti menyuruh anak pembawa perdamaian itu untuk mencari aku. Tapi aku tidak bisa pergi dari tempat ini. Tempat ini seolah mengikat jiwa aku untuk tetap berada di tempat ini." Kata pria tua itu. Aku terus melihat wajah dia meski tidak jelas sama sekali. Aku terus memperhatikan dia. Tempat ini sungguh terasa tidak asing bagi aku. Tapi aku tetap tidak dapat mengingat tem
Saat sampai di kampung Lamuna, kami semua langsung bertemu dengan Nyai Sri. Dengan wajah yang terlihat sangat marah dan juga tatapan penuh kebencian. Nyai Sri mendekati Yudi, dan langsung memukul dia sampai Yudi tidak berdaya. Pertarungan yang begitu dahsyat terjadi. Nyai Sri tidak memberi ampun sedikit pun terhadap Yudi. Dengan penuh amarah dan dendam, Nyai Sri langsung tanpa henti menyiksa Yudi. Aku ingin sekali menghentikan pertarungan mereka berdua tapi aku sangat mengerti perasaan yang dialami oleh Nyai Sri. Rasa kesal, malu, sedih dan juga menderita menyatu dalam hati Nyai Sri. Dia sangat marah terhadap Yudi. Aku tidak bisa menghentikan pertarungan mereka berdua. Lalu, Yudi berbicara kepada aku."Ayo bertindak! Kenapa kamu diam saja? Sebagai anak pembawa perdamaian harus menghentikan pertarungan seperti ini. Jangan membiarkan ini terjadi. Dendam dan juga amarah akan semakin membesar dan juga tidak dapat terkendali." kata Yudi sambil berteriak kepada aku.&nbs
Pagi hari datang, aku terbangun dari tidur. Semua teman aku juga sudah bangun tidur."Ayuna, kamu sudah bangun?" tanya Rafael."Sudah." Jawabku."Apa kamu bermimpi lagi?" tanya Ilham.Aku tersenyum sebab setiap pagi Ilham selalu bertanya hal yang sama. Itu terdengar lucu sekali bagi aku."Kenapa kamu tersenyum? Apa ada yang lucu?" tanya Rafael."Tidak, hanya saja setiap pagi Ilham selalu saja bertanya hal yang sama. Apa aku bermimpi? Dan menang benar, aku bermimpi." Jawabku."Begitu, aku hnya ingin mengetahui saja mimpi kamu." Kata Ilham."Apa isi mimpi kamu, Ayuna?" tanya Daffa."Aku bermimpi tentang gadis kecil yang aku temui kemarin ternyata dia bernama Yanti. Dia adalah adil dari Nyai Sri." Jawabku."Benarkah?" tanya Vita sambil terkejut."Benar sekali, dahulu mereka tinggal bertiga dengan ibunya. Kasihan sekali hidup mereka sudah menjadi
Yudi kembali ke tempat duduk dan berbicara dengan pak Jaka."Bagaimana? Apakah yang dikatakan oleh Ning sih?" tanya pak Jaka."Maaf pak Jaka, acara ini masih belum selesai. Kita harus menunggu sebentar lagi." Jawab Yudi."Baik kalau begitu, saya akan menunggu Sri. Dia sangat cantik sampai saya merelakan waktu saya untuk menunggu dia. Padahal saya masih banyak urusan yang belum diselesaikan malam ini." Kata pak Jaka."Terima kasih, pak Jaka!" Kata Yudi.Akhirnya acara pertunjukan selesai, dan Sri dijebak oleh Ningsih."Sri, ikut aku!" Kata Ningsih."Maaf tapi aku ingin segera pulang. Aku sangat lelah sekali." Kata Nyai Sri."Sudah ikut saja, aku akan mempertemukan kamu dengan ibu kamu." Kata Ningsih."Apa kamu serius?" tanya Nyai Sri."Aku sangat serius, ayo ikut dengan aku!" jawab Ningsih."Baik, aku ilang mengikuti kamu." Kata Nyai Sri.