"Kamu ini bisa saja, aku tidak boleh senyum. Padahal aku sedang ingin tersenyum." Kataku.
"Kenapa kamu ingin tersenyum?" tanya Rafael.
"Sebab aku melihat kamu jadi aku ingin tersenyum. Memangnya tidak boleh?" tanyaku.
"Boleh tapi aku tidak kuat melihat senyuman kamu." Jawab Rafael.
"Kenapa tidak kuat? Memangnya senyum aku itu racun apa?" tanyaku.
"Benar, senyum kamu itu seperti racun yang perlahan membuat aku tidak berdaya." Jawab Rafael.
"Aku tidak menyukai perkataan kamu itu. Terdengar sangat berlebihan dan membuat aku ingin muntah." Kataku.
"Bagaimana kamu ini? Wanita lain menyukai itu." Kata Rafael.
"Benarkah?" tanyaku.
"Benar, semua pria akan merayu wanita yang dia cintai. Kamu malah tidak menyukai itu." Jawab Rafael.
"Ini sudah sangat malam lebih baik kita pergi tidur saja." Kataku.
"Benar, kasihan kamu sudah mengantuk. Selamat malam, s
Pagi hari datang, Rafael dan Ilham bangun dari tidurnya. Lalu, aku bangun dari tidur aku. "Selamat pagi, sayang." Kata Rafael. "Selamat pagi." Kataku. "Apa kamu bermimpi lagi?" tanya Ilham. "Benar, aku bermimpi tentang Nyai Ani lagi." Jawabku. "Bagaimana dengan mimpi kamu?" tanya Rafael. "Jadi, Nyai Ani sedang terluka tapi tidak tahu berada di mana. Dia sedang berbicara dengan seseorang yang tidak diketahui. Sepertinya dia adalah sahabat Nyai Sri." Jawabku. "Sahabat Nyai Sri? Kenapa bisa berbicara dengan Nyai Ani?" tanya Ilham. "Sepertinya hubungan Nyai Sri dan sahabat tidak baik. Dia berbicara dengan Nyai Ani tentang Nyai Sri. Dan Nyai Ani menanyakan tentang kelemahan Nyai Sri kepada dia." Jawabku. "Lalu, apa kelemahan Nyai Sri?" tanya Ilham. "Dia juga tidak tahu dengan kelemahan Nyai Sri. Nyai Ani juga sedang mencari Yudi" Jawabku.
"Sudah hentikan! Kita banyak berbicara dan berhenti mencari Nyai Ani. Padahal kita sedang berjalan menelusuri hutan ini." Kataku."Benar juga, aku melupakan hal itu." Kata Rafael."Baik, ayo kita pergi sekarang juga!" kata Ilham."Ayo!" kataku."Ayo pergi!" kata Rafael.Kami melanjutkan pencarian kami. Tapi tetap saja belum menemukan Nyai Ani. Padahal semua tempat di hutan ini sudah kami telusuri."Kenapa kita masih belum juga menemukan Nyai Ani?" tanya Ilham."Benar juga, ini sangat aneh sekali semua tempat sudah kita telusuri dan tetap saja belum ada tanda keberadaan Nyai Ani." Jawab Rafael."Ini adalah tempat aneh dan menakutkan, bisa saja ada tempat yang tidak dapat kita datangi." Kataku."Mungkin saja yang kamu katakan itu benar, Ayuna." Kata Rafael."Apa mungkin di tempat ini ada sebuah tempat yang dilindungi oleh kekuatan gaib?" tanya Ilham."Apa benar? Apa a
"Tentu saja tidak, untuk apa aku berbohong tentang itu?" tanya Ilham. "Terima kasih, Ilham!" kata Rafael sambil tersenyum. "Tidak masalah." Kata Ilham. "Begitu baru Rafael, kamu juga jelek kalau cemburu." Kataku. "Kamu mengikuti aku saja. Jika masalah ini berbeda dengan kamu tadi. Wajar jika aku cemburu sebab aku tidak dapat memijat kaki kamu, Ayuna." Kata Rafael. "Tidak perlu cemburu, Rafael." Kata Ilham. "Dia itu menang mudah cemburu. Aku juga tidak tahu alasan dia cemburu." Kataku. "Kamu tidak tahu? Benarkah? Tidak mungkin kamu tidak tahu." Kata Rafael. "Kasihan dia. Rafael berharap kamu mengetahui alasan dia cemburu, Ayuna." Kata Ilham. "Memangnya kenapa? Apa alasannya?" tanyaku. "Alasan aku cemburu itu sebab aku mencintai kamu." Jawab Rafael. "Begitu, jadi itu alasannya." Kataku "Tentu saja, kamu pikir apa
Ilham datang dan telah menyiapkan tempat untuk kami tidur."Sudah siap, tempat tidur kita di sebelah sana." Kata Ilham."Ayo kita pergi!" Kata Rafael.Langit malam yang biasanya menakutkan terasa lebih bercahaya dengan banyak bintang dan juga bulan. Rafael mengajak aku melihat bintang di langit."Ini sedikit bercahaya, ayo kita melihat bintang di langit!" Kata Rafael."Benar, aku juga ingin melihat bintang itu." Kataku.Saat kami melihat langit, ada bulan berwarna merah."Itu dia! Kenapa bulan itu berwarna merah?" tanyaku."Itu disebut Red Moon." Jawab Rafael."Tapi banyak bintanh juga di langit." Kataku."Tentu saja, ini malam hari pasti banyak bintang di atas langit." Kata Rafael."Tidak jika ada bulan di atas langit, bintang tidak akan muncul sebanyak itu." Kataku."Mungkin mereka ingin bersatu seperti.." kata Rafael sambil terhenti
Nyai Ani sungguh keterlaluan sekali, dia malah membuat sahabat Nyai Sri berpikir buruk terhadap Nyai Sri. Padahal Nyai Sri tidak mendekati Yudi tapi dia mengatakan hal yang sebaliknya. Nyai Sri pasti sangat membenci dia atas semua yang dia lakukan. Tapi aku juga seorang anak pembawa perdamaian dan aku harus membantu Nyai Sri dan aku juga harus menegakkan keadilan bagi semua makhluk yang berada di sini.Tapi aku juga harus membuat Nyai Sri menghilangkan dendam yang dia miliki. Itu sudah menjadi tugas suku sebagai anak pembawa perdamaian. Mungkin ini adalah cara terbaik untuk aku dan semua teman aku untuk keluar dari tempat ini. Dan membuat aku dan semua teman aku kembali dengan selamat.Pagi hari datang, Rafael dan Ilham terbangun dari tidurnya."Sudah pagi hari ternyata." Kata Ilham."Tidak terasa sudah pagi." Kata Rafael."Ayuna masih tidur?" tanya Ilham."Benar, dia masih tidur." Jawab Rafael."Begitu."
"Kenapa?" tanyaku."Kalian berdua pandai dalam menertawakan aku." Jawab Rafael."Kasihan juga, Rafael." kata Ilham sambil tersenyum.Lalu, ada suara aneh dan menakutkan lagi."Tolong!" teriak suara itu."Apa itu? Aku takut sekali." tanyaku."Kamu tenang saja ada aku di sini. Tidak akan ada yang melakukan sesuatu yang buruk terhadap kamu, Ayuna." Kata Rafael."Pergi dari sini!" teriak suara itu."Ada suara itu lagi." kataku sambil ketakutan."Suara itu selalu terdengar saat kita berada di hutan ini." Kata Ilham."Kenapa suara itu selalu terdengar? Apa itu hanya ingin membuat seram suasana di hutan ini?" tanyaku."Mungkin saja, tidak perlu kita dengarkan." Jawab Rafael."Benar, tidak perlu didengarkan mungkin itu hanya suara yang tidak jelas." Kata Ilham.Aku sangat takut mendengar suara itu. Tapi Rafael dan Ilham menenangka
"Apa? Apa kata kamu tadi? Kamu memanggil aku sayang di depan mereka semua dan bertingkah lucu. Kamu memang paling bisa meluluhkan dan membuat aku tersenyum." kata Rafael sambil tersenyum."Tentu saja, aku memang mengetahui itu. Kamu memang selalu ingin aku seperti ini. Dan aku tahu ini akan berhasil membuat kamu tersenyum bahagia." Kataku."Tentu saja, aku akan luluh saat kamu seperti itu." Kata Rafael."Apa? Sayang? Aku tidak menyangka seorang Ayuna akan mengatakan itu kepada Rafael." kata Vita sambil tersenyum."Supaya dia tidak marah lagi, aku akan melakukan itu. Meski aku merasa malu mengatakan itu di depan kalian semua." kataku sambil merasa malu."Rafael memang bisa membuat Ayuna memanggil sayang kepada dia." Kata Vita sambil menepuk tangan."Tentu saja, Ayuna itu sangat mencintai aku." Kata Rafael."Aku yakin Ayuna sangat menyesal mengatakan itu." Kata Daffa."Benar juga, Daffa.
"Perasaan itu ternyata membuat kita bingung dan seperti orang bodoh. Aku juga mengetahui itu dengan baik. Menunggu seseorang itu tidak nyaman." Kata Daffa. "Aku juga ingin bertanya sesuatu kepada kamu, Daffa." Kata Vita. "Apa itu?" tanya Daffa. "Sejak kapan kamu mulai menyukai aku? Itu sangat aneh padahal dari dulu kamu tidak pernah melihat aku. Tapi sekarang kamu menyatakan perasaan kamu terhadap aku. Apa alasan kamu mencintai aku?" tanya Vita. "Aku mencintai kamu sejak kita makan malam berdua. Saat kamu mengatakan bahwa itu adalah kencan. Makan malam pertama kita berdua terasa sangat berkesan untuk aku. Aku juga tidak mengetahui alasan aku mencintai kamu. Tapi aku merasa nyaman dengan kamu dan kamu semua berada ada disaat aku membutuhkan seseorang. Dan aku terlihat cantik sampai terkadang aku terpesona melihat kamu, Vita." Jawab Daffa. "Kata kamu aku tidak cantik dan masih jauh lebih cantik Ayuna. Berarti itu juga boh