Home / Pernikahan / Kami Bisa Tanpamu Mas / Bab 33 | Penangkapan

Share

Bab 33 | Penangkapan

Author: Didi Mawadah
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

“Tapi, Kyai, ada berita buruk yang harus saya sampaikan ….” Ucap Maidani ragu-ragu.

“Apa itu, Dan?”

“Tadi saat saya di kantor polisi untuk membuat laporan penangkapan Jazirah, polisi tersebut mengatakan, jika tadi ada seorang wanita bernama Gianira dan pengacaranya, melaporkan Kyai atas kasus kekerasan,” tutur Maidani pelan.

=====================================================

Seperti sudah mengetahui hal tersebut, kyai Rahmad mencoba bersikap tenang, dia harus bertanggung jawab atas perbuatannya. Berbeda dengan sang istri, umi Aisyah, walaupun dia sudah mengetahui jika suaminya melakukan kesalahan dengan bertindak gegabah memukul wanita yang dicintai anaknya, tetap saja hatinya tidak menerima jika suaminya harus ditangkap polisi.

Tangis umi Aisyah pecah, dirinya berhambur memeluk tubuh suaminya yang terlihat berulang kali menarik nafas, dengan lengannya, kyai Rahmad membelai lembut punggung umi Aisyah, memberikan ketenangan bahwa dirinya baik-baik saja. Dia tidak ingin istrinya geli
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Kami Bisa Tanpamu Mas   Bab 34 | Permintaan Maaf

    “Saudara Jazirah, saya nikahkan dan kawinkan engkau, dengan putri kandung saya, Nur Jamilah binti Suratmaya, dengan mas kawin perhiasan seberat lima belas gram dan seperangkat alat sholat, dibayar tunai,” mantap Pak Camat berucap, sambil menggenggam tangan calon menantunya itu.“Saya …,” “Saudara Jazirah! Anda kami tahan atas kasus penganiayaan, sekarang anda harus ikut kami ke kantor polisi,” Tegas polisi memotong kalimat ijab yang belum selesai Jazirah ucapkan.=====================================================“Ada apa ini, Pak?” tanya Pak Camat panik. Wajah Jazirah terlihat gusar, tidak menyangka dirinya akan ditangkap justru di saat detik-detik dia berhasil memiliki anak perempuan orang terpandang di desanya.“Saudara Jazirah terbukti menganiaya saudara Faiz hingga terluka parah dan kritis di rumah sakit, Pak, maaf kami harus membawanya ke kantor polisi sekarang, ini surat penangkapannya.” Polisi memberikan surat penangkapan kepada Pak Camat.Seksama calon ayah mertua Jazir

  • Kami Bisa Tanpamu Mas   Bab 35 | Sesudah Kesulitan Ada Kemudahan

    “Saya akan memikirkannya dahulu, Pak, maaf saya permisi, sudah kesiangan, belum bikin sarapan untuk keluarga bu Rosmalia,” sopan Gianira ijin pamit, yang otomatis memutus pembicaraan di antara mereka.Mantri Firman hanya bisa melenguh pelan, dia merasa usahanya sia-sia, menurutnya sangat wajar yang dilakukan Gianira, siapa yang tidak marah ketika mendapat perlakuan tidak pantas dari orang lain, terlebih dari orang yang memiliki pemahaman ilmu agama yang baik seperti kyai Rahmad.Sementara itu, Gianira melanjutkan perjalanannya menuju rumah bu Rosmalia, fikirannya gundah memikirkan ucapan Matri Firman tadi, hingga tanpa dia sadari jika dari arah depan sebuah sepeda motor berjalan ngebut ke arahnya, dan dengan sengaja ingin mencelakakan dirinya.=====================================================“Ibuuu…!!” teriak Langit saat dirinya menyadari ada motor yang mengarah ke mereka.Gianira yang mendengar teriakan putranya, seakan tersadar dari lamunan, reflek ibu dua anak itu segera melom

  • Kami Bisa Tanpamu Mas   Bab 36 | Keputusan Terbaik

    Suasana terasa sangat hangat, penuh kebahagiaan, aku melihat senyum-senyum mengembang di wajah semua orang di ruangan ini, membuat keyakinan besar di hatiku, jika segala kepedihan yang kami alami kemarin-kemarin, akan segera berganti dengan kebahagiaan. Sesuai dengan firman Allah dalam surah Al-Insyirah ayat enam yang berbunyi “Sesungguhnya setelah kesulitan itu ada kemudahan”Aku yakin, kepahitan yang selama ini ku rasakan, hanyalah setitik ujian dari-Nya agar aku menjadi pribadi yang kuat dan sabar, sehingga kelak ketika Dia memberikan kebahagian kepadaku, aku bisa menikmatinya dengan penuh rasa syukur.=====================================================Selesai sarapan Mas Riza meminta Mbak Rima untuk mengajak anak-anak bermain di halaman belakang, sehingga kini hanya tinggallah aku, Mas Riza dan Bu Rosmalia di meja makan. Mas Riza memintaku untuk mulai mengatakan hal apa yang tadi ingin ku bicarakan dengannya.Kehadiran ibu di sini, selain untuk menemani kami agar tidak berduaa

  • Kami Bisa Tanpamu Mas   Bab 37 | Pengganti yang Lebih Baik

    Aku membalas pelukan Umi Aisyah, turut larut dalam haru akan kebahagiaannya mendapat kabar jika sang pujaan hatinya sudah bebas dan akan menemuinya. Betapa beruntung bagi pasangan yang Allah anugerahkan cinta di hati keduanya, hingga saling terikat satu sama lain. Andai aku memiliki nasib pernikahan yang langgeng seperti kyai Rahmad dan Umi Aisyah, tentu aku akan sangat bersyukur. Namun sayang, Allah mengujiku dengan perceraian yang baru saja ku daftarkan.=====================================================Aku, Mas Riza dan Mbak Rima pamit pulang setelah memastikan umi Aisyah sudah lebih tenang dan mau makan, karena kabar yang kuterima, selama ustad Faiz kritis kemudian kyai Rahmad ditangkap polisi, umi Aisyah tidak mau makan, hal itulah yang menyebabkan tubuh beliau begitu lemah dan bobotnya menyusut banyak.Tadi kami juga sempat menjenguk ustad Faiz sebentar, kondisinya cukup stabil untuk menjalani operasi siang ini, aku berharap operasi ustad Faiz berjalan dengan lancar dan beli

  • Kami Bisa Tanpamu Mas   Bab 38 | Sedekah

    Sungguh aku sangat bersyukur atas segala nikmat dan rezeki yang Allah berikan padaku secara bertubi-tubi. Memang benar janji-Nya, jika Dia tidak akan mengambil seseorang dari hidup kita tanpa menggantinya dengan yang lebih baik, begitupun yang kurasakan kini, Allah memutus jodohku dengan mas Jazirah dan keluarga, namun Dia dengan murah memberikan gantinya dengan mempertemukanku dengan keluarga baik seperi Bu Rosmalia.=====================================================Saat mentari belum beranjak dari peraduannya, aku memutuskan untuk membangunkan kedua putraku dari tidur lelap mereka. Kubimbing anak-ananku untuk membuka mata dan mengajak mereka untuk menunaikan kewajiban dua rakaat bagi seorang muslim. Selepas sholat subuh langsung kuajak mereka untuk jalan pagi berkeliling desa.Kami menelusuri jalan-jalan disekitar desa yang sudah hampir tujuh tahun ini ku tinggali. Suasana saat ini masih agak gelap, namun sudah cukup ramai orang-orang berlalu lalang di jalan, mungkin karena s

  • Kami Bisa Tanpamu Mas   Bab 39 | Bertemu (mantan) Mertua

    “Oh begitu ya, Bu, wah asik yah, walaupun enggak pakai uang, kita tetap bisa bersedekah,” ungkap Langit kesenangan.“Iya, dong. Yuk jalannya agak cepat, kan kita mau membantu om Rriza membuat gerobak untuk ibu dagang,”“Ayo, Bu, ayo! Langit mau sedekah dengan membantu om Riza bikin gerobak,” kata Langit semangat, seraya berlari-lari kecil agar segera sampai rumah bu Rosmalia.“Bumi juga mau!!” seru Bumi berusaha mengejar kakaknya yang sudah lebih dulu berlari, membuatku tersenyum melihat tingkah kedua putraku.“Hati-hati, jalan aja, Langit, Bumi!” seruku menghentikan mereka yang berlari kesenangan.=====================================================Setibanya di rumah bu Rosmalia, aku langsung ke dapur untuk membuat sarapan, kali ini aku hanya membuat nasi goreng bawang tanpa kecap, kemudian dicampur telur orak arik. Belanjaan yang tadi kubeli dipasar akan kumasak untuk makan siang dan malam.Selesai sarapan, ternyata Mas Riza sudah menungguku di halaman depan untuk membeli bahan-

  • Kami Bisa Tanpamu Mas   Bab 40 | POV RIZA

    Adzan dzuhur berkumandang tepat saat kami menyelesaikan makan siang, segera mereka bewudhu secara bergantian, kemudian bersiap-siap untuk melaksanakan sholat dzuhur berjama’ah. Sedangkan aku yang baru saja kedatangan tamu bulanan, melanjutkan aktivitas membereskan meja makan dan mencuci piring.“Gi, bisa minta tolong buatkan saya kopi?” suara Mas Riza yang tiba-tiba membuatku terkejut hingga menjatuhkan gelas yang tengah kupegang, hingga menimbulkan suara gaduh.“Kamu kenapa, Gi? Riza! Kamu apain Gianira, sih?”=====================================================Pov RizaUdara yang panas di luar cukup membuat pekerjaanku terganggu, aku masih memaku dan membuat beberapa pola agar gerobak untuk Gianira berjualan bisa jadi dengan sempurna. Jangan tanya mengapa aku bisa menawarkan diri untuk membantunya membuat gerobak, semua ini adalah ide ibuku. Entah mengapa beliau berbaik hati sekali dalam membantu wanita beranak dua itu. Mungkin karena ada persamaan nasib yang mereka alami, sehingg

  • Kami Bisa Tanpamu Mas   Bab 41 | Usaha Rima

    “Pokoknya nanti pas mbak Gia sudah resmi bercerai, Rima mau ajak dia ke salon untuk merawat dirinya, biar nyesel tuh Jazirah berokokok!”“Anak kecil sok tau dasar!!” godaku, membuat bibir Rima mengkrucut, lucu sekali.“Awas aja kalau nanti mbak Gia sudah perawatan dan kecantikannya yang selama ini tertutupi beneran bersinar, jangan nyesel lho! Rima mau jodohin mbak Gia sama dosen Rima yang masih muda, bye!!” Rima beranjak meninggalkanku yang masih mencerna ucapan terakhirnya. Apa katanya tadi? Dia mau menjodohkan Gianira dengan dosennya? Alamak!! Mengapa feelingku mendadak tidak enak, ya?!=====================================================Aku mengejar Rima hingga ke dalam kamarnya, entah mengapa sepertinya aku kemakan candaan satu-satunya adik yang kumiliki tersebut. Bukan, bukan karena aku cemburu, hanya saja … aku juga tidak mengerti dengan yang tengah kurasakan. Aku sangat mencintai almarhum istriku, ibunya Tiara, hanya dialah wanita yang mampu mengisi ruang kosong dihatiku,

Latest chapter

  • Kami Bisa Tanpamu Mas   Bab 106 | Terbongkar

    Mataku membulat sempurna kala melihat pesan yang lagi-lagi dikirimkan Niryala ke ponselku. Kali ini bukan hanya pesan singkat, tetapi juga sebuah foto yang memperlihatkan bagian atas dadanya dengan sebuah teks sebagai keterangannya.[Apakah ini mirip dengan miliknya Nirmala? Atau lebih besar?]============ Aku menahan nafas demi melihat foto yang Niryala kirimkan. Bagaimana bisa dia mengirimkan foto berisi aurat tubuhnya kepada orang lain yang bukan suaminya? Baru saja ingin mengapusnya, Niryala kembali mengirimiku pesan lagi. Kali ini berisi pesan suara yang membuat jiwa kelaki-lakianku bergejolak.‘Aku akan kirim bagian yang lainnya jika kamu mau,’ tuturnya dengan nada manja dan mendesah.Aku segera menutup ponselku, beranjak dari kasur dan membuka pintu kamar mandi. Beruntung pintunya tidak terkunci sehingga aku bisa langsung masuk tanpa mengetuknya. Kuhampiri Gianira yang sedang membasuh tubuhnya dengan sabun beraroma flower. Membuka seluruh pakaian yang kugunakan, segera kude

  • Kami Bisa Tanpamu Mas   Bab 105 | Ancaman Dhanis

    Hingga kami selesai makan siang mas Riza masih belum juga kembali. Ke mana sebenarnya dia pergi? Tidak biasanya dia mengacuhkan ku, apalagi kami sedang ada masalah seperti ini. Kubantu Rima membereskan meja makan, kemudian menemani anak-anak membaca buku cerita yang bawa dari rumah. Aku tersenyum senang karena melihat Bumi yang semakin lancar membacanya. Untuk anak seusianya, pintar membaca dan suka membaca adalah anugerah tersendiri.Sebentar lagi dia akan masuk sekolah TK itulah mengapa Bumi semakin hari semakin giat belajarnya. Kehadiran kedua kakaknya juga sangat membantu Bumi dalam belajar, sehingga anak itu tidak harus belajar bersamaku saja.Sesekali aku menoleh pada ponsel yang kuletakan di atas nakas, berharap ada telpon ataupun sekedar chat singkat dari mas Riza yang hingga kini keberadaannya tidak kuketahui. Namun, nihil, tidak ada satupun pesannya singgah di ponselku.Jantungku mendadak berdegup cepat kala mendengar suara pintu depan dibuka. Berharap sekali jika mas Riza

  • Kami Bisa Tanpamu Mas   Bab 104 | Mulai Nyaman

    Yuk boleh banget yuk kalau mau cubitin ginjalnya Riza yuk! Mumpung sudah buka puasa ✌️🤪=======[Aku sungguh merasa lega sekarang, akhirnya bertemu denganmu dan bisa mengatakan wasiat Nirmala kepadamu.Kamu tenang saja, rindumu kepada Nirmala akan terlampiaskan. Kami ini kembar identik, hampir seluruh bentuk tubuh kami sangat mirip, jadi, mungkin kau akan ‘menemukan’ Nirmala saat mengekplore diriku setelah pernikahan kita nanti, bye]==============Aku mengucap istighfar sebagai upaya untuk menetralkan isi kepalaku. Isi chat Niryala sungguh di luar batas logika. Bagaimana dia bisa menuliskan isi chat semacam itu terhadap pria yang baru saja ditemuinya?Namun, aku tidak dapat berbohong, jjka jiwa kelaki-lakianku bergejolak tatkala membacanya. Aku membayangkan kembali saat-saat aku memadu kasih bersama Nirmala, dirinya yang romantis dan seringkali meminta lebih dulu membuatku merasa dilayani dengan baik dan sempurna.Berbeda sekali dengan Gianira yang harus kupancing terlebih dahulu ba

  • Kami Bisa Tanpamu Mas   Bab 103 | Kemarahan Ibu

    Tahan emosii yaa...! Bulan puasa! 😆======“Gia baik-baik aja kok, Bu. Gia hanya butuh waktu untuk sendiri, Gia titip anak-anak sebentar ya, Bu!” ucapku pelan, kemudian masuk kembali ke dalam kamar dan menguncinya.Kufikir Mas Riza akan menyusulku, tapi hingga tiga puluh menit lebih dirinya tidak kunjung tiba di rumah. Kemana dia? Apa masih bersama wanita tadi? Siapa sebenarnya wanita itu? Mengapa ibu juga seperti tidak mengenalnya?================== Kuputuskan untuk pergi meninggalkan Niryala, berlama-lama dengannya hanya akan menambah pusing kepalaku. Selain itu aku perlu menjelaskan permasalahan ini kepada ibu dan Gianira. Mereka berhak tau mengenai amanah yang Nirmala katakan kepada Niryala, kembarannya.Memasuki Villa, aku dibuat heran dengan kondisi ruang tamu yang sepi, ke mana mereka semua? Apa sedang berkumpul di kamar? Segera aku mengecek ke kamar anak-anak, benar, mereka sedang berkumpul di sana, tetapi tidak kutemukan Gianira diantara mereka.Ibu dan Rima menatapku deng

  • Kami Bisa Tanpamu Mas   Bab 102 | Terluka

    Yok yok yang emosi yok lanjutin emosinya.. Ini sudah mendekati akhir Yaa cinta-cintanya akuuu ✌️🤪================ “Mas, sekarang aku sudah tidak memiliki kekasih ataupun suami, aku ingin melaksanakan pesannya Nirmala untuk menikahi suaminya. Apa kamu bersedia menikah denganku, Mas?” Membulat sempurna mataku tatkala mendengar Niryala mengatakan hal tergila yang pernah kudengar seumur hidupku. Apa dia sedang menawarkan diri untuk menjadi istriku? Tapi, aku sudah memiliki istri yang baru, Gianira. Bagaimana dengannya jika aku menikah dengan Niryala?============ Aku terdiam, masih mencerna semua pernyataan Niryala. Tidak menyangka setela tujuh tahun kepergiannya Nirmala kembali dengan pesan yang membuat dadaku sesak. Mengapa dia tidak pernah mengatakan jika memiliki seorang saudara kembar? Mengapa dia menyembunyikan rasa sakit di tubuhnya? Lalu mengapa dirinya bisa berpesan seperti itu kepada Niryala?Sepuluh menit sudah kami berdua saling terdiam, tidak ada sedikitpun perkataan yan

  • Kami Bisa Tanpamu Mas   Bab 101 | Niryala

    “Permisi, ini Mas Riza, kan?” tawaku dan Rima terhenti saat seorang wanita datang menemui kami.Bagai melihat hantu di siang bolong, aku begitu terperangah demi melihat siapa wanita yang berdiri di hadapanku dan Rima saat ini. Ini tidak mungkin, tidak mungkin terjadi.“N-nir … ma-la?” ucapku pelan karena terkejutnya.=============== Berulang kali kucoba menggosok mataku, barangkali ada kotoran mata yang menghalangi pandanganku sehingga melantur. Tapi mengapa hasilnya tetap sama? Wanita yang sejak tadi kufikirkan kini berdiri menjulang di hadapanku. Nirmala, dia benar Nirmala, istriku. Astaga, bagaimana bisa?“Nirmala? K-kamu, Nirmala?” tanyaku terbata, beranjak dari posisiku agar bisa berdiri sejajar dengannya. Ya Tuhan, benar, wajah itu, wajah yang teramat kurindukan, wajah yang bertahun-tahun membuat tidurku tidak tenang, wajah yang membuat hari-hariku murung karena kehilangan senyumnya. Ini benar-benar Nirmalaku, astaga aku tidak sedang melindur dan bermimpi, dia Nirmala.Tanp

  • Kami Bisa Tanpamu Mas   Bab 100 | Nirmala

    “Bagun, yuk! Sholat subuh dulu!” ucapku lagi masih mengusap-usap kepala mereka satu persatu.“Ibu, tadi malam ibu menangis, ya? Langit dengar suara tangisan ibu di kamar mandi, pas ibu sholat juga ibu menangis, ibu kenapa?” Degh, bagaimana bisa Langit mendengar suara tangisku? Padahal saat di kamar mandi aku sudah menyalakan keran air untuk menyamarkan suaraku.============= Aku masih diam tidak tau harus memberika jawaban apa untuk pertanyaan anakku Langit. Kufikir tidak ada yang mendengarku menangis tadi, karena sebisa mungkin kutahan tangisku agar tidak mengeluarkan suara yang jelas. Namun, ternyata Langitku mendengarnya, dia tau kalau aku menangis, tapi, mengapa dia tidak mendatangiku? “Ibu, ibu kok diam?” tanyanya lagi, mungkin masih penasaran karena aku tidak menjawab pertanyaanku.“Ibu tidak apa-apa, Sayang. Ibu tadi menangis bahagia karena kalian datang ke sini nyusulin ibu sama ayah,” sahutku sama seperti jawaban yang kuberikan pada ibu tadi. Lagipula ini tidak sepenuhnya d

  • Kami Bisa Tanpamu Mas   Bab 99 | Cemburu

    Mendengar penjelasan Harsa rasanya sangat kecil kemungkinan Jazirah untuk dapat menerobos masuk ke dalam rumahku dan membuat keonaran. Semoga saja segala antisipasi yang sudah Harsa lakukan bisa mencegah hal-hal yang tidak diinginkan. Pantas saja sejak tadi aku tidak dapat memejamkan mata, rupa ada kabar yang tidak mengenakan yang kudengar dari Harsa malam ini.=============== Setelah berdiskusi seputar rencana selanjutnya, aku memutuskan untuk melanjutkan tujuan awalku ke dapur untuk mengambil air minum. Rasa haus bercampur rasa khawatir akan hal yang akan dilakukan Jazirah terhadap keluargaku seketika hilang saat kuteguk segelas air putih dingin yang kuambil dari kulkas.Setidaknya aku masih bisa cukup tenang karena penjagaan dari Harsa dan teman-temannya. Walaupun aku belum mengetahui apa motif yang membuat Jazirah kembali mengganggu hidup kami. Kufikir ucapan telak yang Gianira arahkan untuknya saat itu mampu membuatnya malu untuk mengganggu hidup kami, tapi nyatanya sifat Jazi

  • Kami Bisa Tanpamu Mas   Bab 98 | Rekaman CCTV

    “Apa, lho Dhan, kamu datang-datang sudah membuat harapan palsu untuk anak-anak, kalau benar produksi langsung berhasil, kalau bibitnya gagal dulu gimana? Bisa kecewa cucu-cucu ibu, Dhan, Dhan,” ucap Ibu yang sontak membuatku dan Mas Riza membulatkan mata bersamaan.“Ha … ha … ha, kena kau, Za, Za! Sana ngebibit yang benar makanya biar enggak gagal!” tawa Mas Dhanis menguar, membuat yang lain pun ikut tertawa.=========== Pembahasan yang sudah tidak sehat ini membuatku menarik paksa Dhanis untuk keluar dari Villa menuju kolam renang, tidak bisa kubayangkan jika pembahasan ini terus menerus dilakukan di depan ketiga anak-anakku, bisa rusak otak mereka semua, sebagai ayah tentu aku tidak menginginkan hal tersebut.Aku ingin anakku tumbuh menjadi anak baik, sopan dan bertutur kata yang baik, cerdas bisa di asah, tapi masalah adab dan sopan santun itu harus ditanamkan sejak dini, jangan sampai rusak fitrah mereka karena teracuni obrolan kotor orang dewasa di sekitarnya.Aku memang belum

DMCA.com Protection Status