Sebagai ganti kekesalannya, Savana mentraktir Mawar di cafe terdekat. Seperti ajang aji mumpung, wanita itu memesan banyak hal. Semua jenis Cake ia pesan, tak hanya itu bahkan Mawar memesan untuk di bawa pulang."Enak sekali makannya ya...?" Savana menebar senyum terpaksanya. "Twentwu enwak!!" Mawar berucap dengan mulut penuh makanan. "Sering-seringlah mentraktir saya Nona Valerie." Lanjut Mawar kali ini ia sudah menelan dengan baik makanannya.Savana mengabaikan permintaan so'al permintaan traktiran itu. Ia lebih tertarik membaca awal bermulanya Aiden dengannya bertukar pesan. Savana cukup sial mempunyai kemampuan menghafal cepat. Dan kesiapannya itu, ia hafal nomor ponsel milik Aiden.Savana menaruh kembali ponselnya, ia semakin di landa kebingungan. Mengapa begitu rumit sih, permintaannya kali ini. Perasaan saat bersama Arak tidak se- rumit ini.Ergg!Mawar bersendawa dengan kencang, "saya sangat kenyang, dan saya sangat berterimakasih atas peraturan anda, nona..." dengan hormat M
"Kengapa harus sepagi ini sih!!" Kesal Lea, beberapa kali kepalanya terantuk juga menguap.Aiden tidak menghiraukan kakaknya. Matanya fokus ke arah pintu apartemen milik Savana. Seperti biasanya, jam segini Savana tengah jogging di sekitar taman dekat sini. Dan sebentar lagi perempuan itu akan kembali."Seperti rencana kemarin." Aiden kembali mengingatkan sang kakak.Rencananya adalah mengorbankan sang kakak, dengan berpura-pura melewati Savana sembari bertelfon. Tak hanya itu, Lea harus marah-marah di telfon dan menyebut nama Aiden, yang terpenting mereka membicarakan tentang perusahaan yang tengah bermasalah itu."Beraksi!" Aiden sedikit mendorong kakaknya. Meskipun terlihat ogah-ogahan, Aiden tau kakaknya ini bisa melakukan yang terbaik.Ting!Pintu lift terbuka. Menampakan Savana yang berbalut Crop top hitam dengan celana training putih, sembari berjalan Savana menegakan cairan putih dari botol. Tenggorokannya terasa segar setelah cairan itu meluncur ke seluruh kerongkongan.Meski
Setelah berfikir panjang, Savana akhirnya memutuskan untuk datang ke perusahaannya.Tapi ia masih tidak ingin tampil di publik. Savana meneliti penampilannya. Outer biru dongker yang menyerupai Jas tapi lebih pendek hingga menampilkan sedikit perut ratanya, lengannya panjang dengan potongan di tengah dan beberapa pita kecil untuk menyatukan kedua potongan itu. Kulit putihnya kontras dengan warna gelap itu.Bawahannya, Savana memilih memakai celana suit cut-bray berwarna senada dengan renda di pinggangnya berbentuk semacam sabuk yang menyatu dengan celana. Untuk rambutnya, ia biarkan terurai lurus tanpa di roll. Wajahhnya di lapisi make up tipis dengan warna bibir mencolok. Pink f*nta. Kaki jengjangnya terlihat lebih panjang dengan celana yang ia pakai, kakinya di lapisi sepatu hitam yang berhak rendah, ada hiasan mutiara yang berbentul Chanel di depannya.Svana merah tas slempangnya yang berwarna putih dari brand Dior, desainnya sederhan dengan tali rante tipis.Sebagai penyamaran, Sa
"Jangan memaksakan! Keadaan mu sedang memburuk bodoh!" Ingin rasanya Lea menghantamkan kepala sang adik ke tembok.Harusnya hari ini Aiden bertemu Savana di rapat perundingan tentang project K' Entertaiment. Tapi ia malah jatuh sakit. Ia demam tinggi dengan tubuh terkulai lemas di ranjang seharian ini. Jangan lupakan ocehan kakaknya yang sangat berisik itu."Aku hanya ingin ke kamar mandi Lea." Tekan Aiden jengah karena kakaknya menahan kedua tangannya agar tidak kemana-mana.Memang sebelumnya, Aiden berusaha untuk bangun. Memaksakan keadaannya untuk mengikuti rapat tersebut. Jelas Lea kelabakan dengan sikap keras kepalanya. Bahkan Lea tadi sempat akan bertarung dengannya. Tapi ia urungkan karena badannya tumbang duluan.Menyebalkan memang."Awas kalau kau berencana pergi!" Peringat Lea dengan tatapan tajam.Aiden tak mendengarkannya, ia melengos pergi ke kamar mandi. Setelah sampai kamar mandi, ia langsung merogoh ponselnya. Ia mengirim pesan kepada Digo. Untuk bersiap di basemant ap
Sudah jam 9 malam, tapi Savana masih berkutat dengan monitornya. Ia perlu menyiapkan proposal untuk project tentang iklan yang akan di bintangi oleh Kalea. Setelahnya ia akan mendatangi manager Kalea dan membicarakannya. Memang ia mengambil resiko besar, menyiapkan segalanya sebelum keputusan sang model. Tapi itulah yang Savana cari, tau roti tawar? Nah sekarang Savana tengah memakan bagian coklatnya yang berada di setiap pinggiran roti tersebut, dan bagian yang putih juga topingnya, ia makan belakangan saja. Pasti lebih enak bukan? Begitu pun dengan project ini. Savana yakin ia bisa meyakinkan sang Model dan meraih keberhasilan untuk semua orang. "Kau belum selesai?" Savana menoleh ke arah belakangnya. Ia hampir melupakan ada pria di ruangannya. Seharian ini Aiden menghabiskan waktunya untuk istirahat di dalam kamar Savana yang ada di ruangannya. Savana menyuruh Aiden menunduk dengan gerakan tangannya. Tak perlu berfikir panjang Aiden menurutinya. Lengan Savana bergerak menyen
Kepala Savana sedikit pening, peeasaan dia tidak minum alkohol atau sejenisnya, dan apa ini? Kenapa dia berada di kamar ruangannya. Apa ia tidak pulang semalam? Bukannya yang harusnya tidur disini Aiden ya? Pria itu sedang sakit bukan."Astaga!!" Bola mata Savana membulat seketika saat mengingat apa yang terjadi semalam. Dengan cepat ia menyingkap selimutnya. Tidak ada darah. Lalu ia meneliti kemej-- kaos? Savana ingat betul ia memakai kemeja saat semalam. Jadi...? Aiden yang mengganti bajunya? "Ck! Bodoh! Bodoh!" Beruntungnya ia mengantuk berat saat semalam. Jika tidak, mungkin ia sudah tak perawan lagi saat ini.Cklek!Reflex Savana beringsut mundur dengan selimut yang ia tarik hingga membungkus seluruh tubuhnya. Aiden menampilkan senyum manisnya. Ia membawa nampan yang berisikan makanan."Aku tak akan memakan mu." Kekeh Aiden. Ia duduk di tepian ranjang. Sebelumnya ia sudah menyimpan nampannya di nakas. Savana melunak, ia lebih rilex sekarang."Apa aku pelacur mu yang kau tingg
Kalea memutar bola matanya malas saat melihat senyum lebar sang adik. "Berhentilah tersenyum! Tangan ku gatal ingin merobek bibir mu!" Bukannya menghentikan Aiden malah semakin melebarkan senyumnya."Aku menyayangi mu kak." Lea melirik sinis Aiden."Dasar adik tak tau di untung!" Kesal Lea.Saat Lea tengah tidur nyenyak, bangun-bangun ia sudah memakai dress dan full make up. Mungkin sangat berlebihan, tapi Lea memang memiliki kebiasaan tidur seperti orang mati. Mau ada gempa sekalipun ia tak akan bangun. Wajar saja sih, orang dia tidur 2 kali sehari. Benar... Lea memiliki Imsomnia akut."Berhentilah mengomeli ku kak, bukannya ini sangat membantu mu ya? Kau tak perlu bingung memilih baju, kau juga tak akan bosan menunggu riasan mu selesai, dan aku juga tidak mengganggu tidur mu. Ini semua menguntungkan mu kak."Lea tak menghiraukan Aiden. Jika bukan karena wanita incarannya adiknya ini tak akan bersikap sebaik ini kepadanya. Entah ia ini keberuntungannya atau kesialannya. Tlak.Lea me
"Maaf kami datang terlambat..." semua atensi di ruang VVIP itu menoleh ke sumber suara."Senang menunggu mu Tuan Melvino. Silahkan duduk." Dengan sopan Savana mempersilahkahkan Kei duduk.Savana melihat ada bayangan lain di belakang Kei. Seakan mengerti ia menarik wanita di belakangnya agar terlihat jelas. "Perkenalkan diri mu." Bisik Kei sembari sedikit mendorong punggung Clarissa."Saya Clarissa, sekertaris Keeno." Dengan wajah seramah mungkin Clarissa memperkenalkan dirinya.Savana menatap Clarissa sedikit terkejut, ia jadi teringat saat kematian ayahnya dan juga saat Clarissa yang mencium Aiden... Savana ingin melupakan itu. Sekarang... kenapa dia menjadi sekertaris Tuan Melvino. Seingatnya Clarissa juga mempunyai perusahaan."Baiklah... karena semua sudah berkumpul, mari kita mulai rapatnya." Savana yang memulai rapatnya.Ia mengambil beberapa dokumen dari tasnya, Ben membantunya untuk membagikan dokumen itu. Mereka semua menerimanya dengan baik, "silahkan baca baik-baik." Sava
Prita menatap layar monitor yang menampilkan seluruh ruangan pesta yang di datangi oleh Aiden. Matanya menajam- berkilat marah saat Aiden dengan mesra mengajak Savana berdansa.Tangannya mengepal. Puk!Dengan kasar Prita menutup laptopnya. Ini tak bisa di biarkan. Ia harus bergerak cepat. Sebelum benar-benar pergi dari kamar hotelnya. Prita membawa buku catatannya.Sembari berjalan, Prita membuka bukunya. Membaca deretan nama dan juga profile yang di sertakan.Telunjuknya mengarah ke salah satu foto, sekertaris ya?? Menarik. Prita menutup bukunya dengan seringaian di wajahnya. Tangan yang satunya merogoh ponselnya dan mendial nomor seseorang."Diego Dwinarta. Cari apapun yang berkaitan dengannya. Secepatnya!"'Laksanakan!' Balas seseorang di sebrang sana.Setelah masuk lift, Prita menatap pantulannya di cermin yang menjadi salah satu tembok lift. Penampilannya agak berantakan. Untuk kali ini-- ia akan menjadi seorang pelayan cantik, sexy dan mempesona. Jelas itu untuk menarik perhat
Pesta mewah di gelar untuk merayakan ulang tahun Tuan Willson-- salah satu rekan kerja Aiden. Ia di undang langsung oleh Tuan Willson. Jelas ia harus datang.Tapi--Harus bersama Savana. Jika tidak Aiden tak mau datang. Terserah orang lain mengatakannya kekanakan dan semcamnya. Aiden tak peduli. Yang ia pedulikan hanya Savana seorang."Sudah ku bilang! Kau ini sudah dalam kategori pembodohan yang kau namakan CINTA itu!" Digo terus mengomeli teman satu-satunya ini. "Ayolah.... Tuan Willson itu penting dalam perusahaan mu Aiden!!" Digo nyaris memohon agar Aiden menghadiri pesta itu.Sang pelaku tak bergeming. Tetap santai dengan wajah datarnya. Jangan lupakan piyama tidur dan sebuah buku melekat di tangannya. Ingin rasanya Digo melempar temannya ini ke bulan, tapi ia urungkan karena masih membutuhkannya. Otaknya tak sepintar milik Aiden.Jelas alasannya sang pujaan hati yang tengah merajuk dan tak ingin ikut kepada pesta malam ini. Bagi yang tahu-tahu saja, Savana merajuk karena kejadi
Savana menatap pantulan dirinya di cermin, dress yang ia kenakan saat ini bergaya sabrina. Memamerkan pundak mulusnya dan leher jenjangnya. Savana menyatukan seluruh rambutnya yang menjuntai dan menggelungnya ke atas."Perfact." Savana tersenyum puas saat melihat hasil pilihannya.Dress bergaya sabrina berwarna biru dongker yang panjangnya di atas lutut. Savana memilih ini.Dari lima dress pilihannya yang ini paling memikat dan cocok dengan seleranya.Persetan Aiden menunggunya lama. Sengaja Savana ingin membuat pria itu kesal. "Apa kau tertidur An?" Savana berdecak kesal, pasalnya Aiden menggunakan nama panggilan orang-orang terdekatnya."IYA!" Kesalnya.Sebenarnya hal yang membuat Savana malas jika membeli baju itu adalah berganti baju. Baiklah... karena malas Savana memilih memakai dress yang ia kenakan.Sret!Savana menarik tirai itu. Ia mendapati Aiden yang tengah bersandar di samping pintu masuk menuju ruang ganti."Bayar yang ini." Seru Savana membuat badan Aiden menegak.Ia t
Di balik pintu keluar itu, seorang wanita dengan tubuh tinggi dan badan ramping bak seorang model, menggeram kesal dengan kedua tangan mengepal."Kali ini tidak berhasil... tapi tidak untuk lain kali." Desis wanita itu. Memilih pergi dari pemandangan yang menyesakan itu.Kesialan begitu setia kepadanya hari ini. Rencana dari jauh-jauh hari harus gagal seketika. Harusnnya-- ia tetap menjadi bagian penting disini, lalu menjebak Savana dan mendapatkan Aiden!Itu tujuannya!Dan malah sebaliknya. Itu semua bertolak belakang dengan kenyataannya.Wanita tadi-- Prita Adisson sudah sampai di apartemennya beberapa menit yang lalau. Ia melempar semua barang bawaannya asal, dengan segera ia melangkah menuju kamarnya."Aku pulang sayang!" Pekiknya seolah ada orang lain di apartemennya selain dirinya. Aslinya ia tinggal sendiri.Prita menatap kagum semua foto-- bahkan poster besar di setiap inci ding-ding kamarnya. Dari Aiden di nobatkan menjadi CEO Faeyza hingga Aiden yang baru keluar dari bandar
Sejak pagi tadi Savana sudah di sibukan dengan berbagai macam rangkaian shooting sebuah iklan. Usai dengan berbagai macam foto beberapa BA- nya, di karenakan sukses besar... kali ini ia mengambil project besar yang di tuangkan di sebuah iklan.Tentu main utamanya tak lain Kalea Faeyza, awalnya hanya dia seorang yang mengiklankan dengan sebuah foto dan di pajang di berbgai macam bentuk. Majalah, papan reklame, poster dan lain sebagainya. Setelah Kalea, tim pemasaran membuka luas Talent untuk di jadikan BA. Dari artis yang sedang naik daun hingga selebgram.Dan sekarang... ia akan mengambil project iklan yang resmi. Iklan ini di kontrak sekitar 3 tahun di berbagai macam stasiun televisi.Hari ini, kami semua sudah berjalan setengah jalan. Dan sekarang, semua orang sedang istirahat. Tapi tidak bagi Savana.Ia sibuk memeriksa semua vidio yang baru di ambil beberapa saat yang lalu."Talent C ini menurut ku kurang bersemangat, tak sesuai dengan skrip yang kita buat." Savana menunjuk salah s
Semua orang itu hidup dengan rencananya masing-masing, dengan kesulitan dan kebahagiaan yang sudah di atur oleh tuhan. Entah itu turunan atau sebagainya, ibunya Megan menikahi ayahnya karena di jodohkan-- lalu datanglah ia ke dunia yang rumit ini. Setelah itu tepat saat dirinya lahir, ayahnya juga datang dengan seorang wanita yang membawa seorang bayi. Benar sekali, ayahnya main belakang dari ibunya. Bahkan ayahnya jarang sekali pulang ke rumah dan lebih sering pulang kepada selingkuhannya. Alasannya-- karena tidak mencintai ibunya.Brengsek! Bajingan! Segala umpatan Megan arahkan hanya untuk pria yang katanya menyandang status sebagai ayah itu. Ia mengetahui kenyataan itu saat dia memasuki Sekolah Menengah Pertama.Dan saat ia mendengar Ben-- pria yang berhasil meluluhkan hatinya, ada wanita dan seorang bayi yang mencari pria itu, jelas Megan langsung marah. Ia tak menerima apapun alasan untuk kata Perselingkuhan!"Maafkan aku... ku mohon jangan menangis seperti ini lagi... aku tak
Seluruh karyawan Val's Corp tengah ramai membicarakan Ben yang sudah memiliki seorang anak. Mereka semua merasa kasihan terhadap Megan yang telah di khianati."Waktu itu Nona Savana, sekarang sepupunya! Apakah semua keluarga Valerie akan di khianati!! Oh tuhan!! Takdir mcam apa ini." Mita sang promotor yang paling heboh membicarakan tentang rumor Ben itu."Kasihan sekali!""Ku kira menjadi keluarga Valerie mimpi indah... ternyata... semengerikan itu ya!" "Benar. Aku selalu iri terhadap Nona Savana, tapi setelah tau takdirnya.... ternyata lebih baik hidup hidup kita di banding mereka.""EKHEM!!"Semua karyawan wanita yang tengah bergosip bubar seketika. Mereka tak ingin terkena amuk Nona Megan yang siap melahap siapa saja. Merea tau tabiat Nona Megan jika sedang marah. Melebihi bos mereka Nona Valerie.Wajah Megan mengetat marah, ia tengah merancang sebuah baju, tiba-tiba saja seseorang mengirim pesan kepadanya dan mengatakan bahwa ada wanita dan juga seorang bayi yang mengaku sebagai
Negri yang sering di sebut Negri sakura ini tengah berganti musim menjadi musim gugur. Sayangnya Jenni harus melewatkan pergantian musim kali ini, ia mendorong strolernya."Neyy siap ketemu Aunty Vana??" Seru sang ibu menatap hangat kepada putrinya yang tengah tersenyum lebar."Nanana... nanan blweeee." Balas Zuney dengan bahasanya. Memang di usianya sekarang 6 bulan ini, sedang senang-senangnya mengoceh. Dan itu sudah seperti hiburan gratis bagi Jenni setelah kehadirannya. Ia jadi tak kesepian dengan ocehan sang putri.Jenni tertawa gemas mendengarnya, "baiklah... mari kita temui Aunty sombong itu!!" Jenni sedikit kesal karena Savana sudah sangat jarang menghubunginya. Padahalkan menelfonnya tak akan membutuhkan waktu yang lama. Bahkan mengerimi pesan pun tidak!Awas saja! Nanti Jenni eksekusi saat sudah sampai Indonesia."Berjanjilah... Neya tak boleh rewel selama di peswat... okey!" Zunay mengerjap bingung mengenai perkataan sang ibu.Karena kasihan melihat sang putri kebingungan,
"Maaf kami datang terlambat..." semua atensi di ruang VVIP itu menoleh ke sumber suara."Senang menunggu mu Tuan Melvino. Silahkan duduk." Dengan sopan Savana mempersilahkahkan Kei duduk.Savana melihat ada bayangan lain di belakang Kei. Seakan mengerti ia menarik wanita di belakangnya agar terlihat jelas. "Perkenalkan diri mu." Bisik Kei sembari sedikit mendorong punggung Clarissa."Saya Clarissa, sekertaris Keeno." Dengan wajah seramah mungkin Clarissa memperkenalkan dirinya.Savana menatap Clarissa sedikit terkejut, ia jadi teringat saat kematian ayahnya dan juga saat Clarissa yang mencium Aiden... Savana ingin melupakan itu. Sekarang... kenapa dia menjadi sekertaris Tuan Melvino. Seingatnya Clarissa juga mempunyai perusahaan."Baiklah... karena semua sudah berkumpul, mari kita mulai rapatnya." Savana yang memulai rapatnya.Ia mengambil beberapa dokumen dari tasnya, Ben membantunya untuk membagikan dokumen itu. Mereka semua menerimanya dengan baik, "silahkan baca baik-baik." Sava