Naila terkejut dengan apa yang di lakukan Bayu ia takut sekali kalau pria itu melakukan hal yang tidak seharusnya pada dirinya.
"Mas, jangan lakukan itu, tolong jangan lakukan itu!" pintanya sambil memundurkan tubuhnya kebelakang.
"Seharusnya sejak dulu aku melakukannya, Nai, agar kau tetap berada di sisiku," katanya sambil melepaskan kemejanya dan mulai melepas ikat pinggangnya.
Naila panik ia tidak ingin Bayu melakukannya dalam keadaan marah, sambil menyeka air matanya ia berteriak, "Tunggu, Mas Bay!"
Bayu menghentikan aksinya, ia menunggu gadis itu berbicara bagaimanapun ia tidak mau menyentuh gadis tanpa ikatan pernikahan.
Naila menenangkan dirinya. Setelah, jantungnya dibuat hampir lepas oleh pria itu.
"Baik! Kita akan menikah, dengan satu sarat, rahasiakan kalau kita sudah menikah, dan orang yang terlibat di dalamnya harus bisa menjaga rahasia itu dan Jelita tidak boleh tahu sampai kapan pun!" jelas Naila bernegosiasi.
Bayu menatap sendu wanita yang berurai air mata itu. "Kau tidak membohongiku, 'kan?" tanyanya pada gadis itu.
"Tidak, bukankah Mas Bayu ingin tahu apakah aku mencintaimu atau tidak? Ya, aku mencintaimu, Mas Bay," jawab Naila sambil menangis.
"Baiklah, aku pun punya permintaan padamu jangan tinggalkan aku dan tetaplah ada di sisiku!" pinta Bayu dan Naila mengangguk.
Bayu mengambil kemeja dan memakainya kembali, senyum samar tercetak di bibirnya lalu ia menelpon seseorang.
"Frans, batalkan semua agendaku hari ini dan bawah beberapa orang kantor yang bisa di percaya ke vilaku, kemudian urus pernikahanku di sana, dan tolong rahasiakan ini dari siapa pun!" perintah Bayu
Naila bernafas lega dia mengusap air matanya dan beranjak turun dari ranjang.
"Kau mau ke mana? Tetap di sini!" perintah Bayu dengan tegas, tanpa menatap gadis itu lalu keluar dari kamar dan menguncinya.
Naila menatap nanar pintu yang tertutup rapat. 'Maaf, Mas Bay. Terpaksa aku mengikuti keinginanmu. Setelah, kau mendapatkan milikku yang berharga, aku akan pergi dari kehidupanmu dan kau boleh menikah dengan wanita mana pun, aku ikhlas,' batinnya
Setengah jam kemudian, pintu kamar terbuka Bayu membawa beberapa paper bag dan memberikannya pada Naila.
"Ganti pakaianmu dengan ini!" perintahnya
Naila pun membawa paper bag ke dalam walk in closet dan mengganti pakaiannya di sana.
Setelah selesai, Naila membalikan tubuhnya dan alangkah ia terkejut saat Bayu sudah berada di belakangnya, dengan senyum samar pria itu berjalan menghampirinya dan langsung mengangkatnya kembali ke atas bahunya. Bayu kembali menggendong Naila dengan cara memanggul di bahunya, membawa keluar kamarnya.
"Mas Bay, turunkan aku. Aku bisa jalan sendiri!" pinta Naila
"Kau pikir aku percaya sepenuhnya padamu setelah, lima tahun yang lalu kau meninggalkanku. Tidak, Nai!" jawab Bayu tegas sambil terus berjalan menuju mobil lalu membuka pintu dan mendudukkan gadis itu di kursi penumpang kemudian dia masuk dan duduk di belakang kemudi serta melajukannya meninggalkan rumahnya.
Dua jam kemudian, mereka pun sampai di sebuah vila yang megah. Kembali Bayu menggendong dengan cara dipanggul, berjalan memasuki ruangan khusus lalu menguncinya.
"Duduklah! Acara akan segera dimulai" pinta Bayu pada Naila setelah menurunkannya. Kemudian, ia menoleh kepada sekretarisnya.
"Firda, tolong rias pengantinku!" perintah Bayu
"Baik, Tuan!" Dengan cekatan sang sekertaris mulai merias Naila, tidak butuh waktu lama untuk merias gadis itu sebab pada dasarnya Naila sudah sangat cantik tanpa polesan make up.
Semuanya sudah siap dan Bayu duduk di depan penghulu, mengucapkan ijab kabul atas Nama Naila Maharani yang kemudian, diiringi dengan teriakan 'SAH' oleh seluruh orang yang hadir lalu mereka makan bersama dengan menu yang telah dipesan. Setelah semua selesai, mereka kembali ke kantor dengan mobil jemputan yang sudah di siapkan.
Sekarang di dalam vila itu, hanya ada Bayu dan Naila. Pengurus vila pun pulang ke rumahnya, memberikan waktu kepada mereka berdua.
"Ayo aku tunjukkan kamar kita untuk hari spesial ini," ucap Bayu sambil menggamit pinggang Naila.
Naila menelan salivanya sendiri, mengendalikan debaran jantungnya dan mendongak menatap pria itu.
"Apa kita tidak pulang ke rumah?" tanya Naila cemas.
"Tidak, untuk dua hari kedepan kita di sini, kenapa?" tanya Bayu sambil tersenyum.
Naila menggeleng, tubuhnya terasa lemas mendengar ucapan suaminya itu. Melihat ekspresi Naila membuat Bayu tertawa.
"Kenapa, kau takut?" tanya Bayu lagi sambil mendekatkan wajahnya ke arah Naila. Gadis itu terperanjat dan menggeleng kepalanya lalu tersenyum masam.
Bayu membawa Naila ke kamar yang sudah dihias dengan indah. Naila pun pasrah dan menyambut penuh ketegangan saat pria itu mengunci pintu.
"Bolehkah?" tanya Bayu sambil menatap penuh kerinduan.
Naila mengangguk dan Bayu mulai menyatukan nafasnya, menyentuh dengan lembut lalu melepaskan kain yang menutup tubuh indah istrinya serta membawanya ke peraduan.
Bayu menjamah istrinya dengan cinta. Mereka berbagi pengalaman serta kenikmatan hingga pria itu memasuk lebih dalam serta membawa bidadarinya melayang dengan suka cita. Air mata Naila berderai menyambut rasa sakit, bahagia dan juga cemas, keputusannya sudah bulat, bahkan madu cinta yang baru direguknya tidak bisa membelokkan hatinya.
Naila akan memanfaatkan dua hari ini untuk mengukir senyum, entah esok masih ada atau tidak. Mungkin juga akan berubah menjadi tangis dan kebencian terhadap dirinya.
Nyatanya setiap cinta membutuhkan sebuah pilihan yang teramat berat. Kini pria yang telah menguasai dirinya satu jam yang lalu, tertidur dalam pelukannya dengan senyuman.
Naila menatap tubuh tegap tanpa berbalut kain dan wajah tampan yang mampu membuatnya tidak berkutik. Andai kehidupannya bisa dijalani dengan kata indah mungkin ia memilih untuk tetap berada dalam pelukan suaminya, nyatanya tidak.
Apa jadinya kalau perusahaan yang dibangun dengan susah payah oleh orang tua suaminya runtuh karena dirinya, mungkin dia akan lebih mendapatkan kebencian dari banyak pihak dan ada banyak kehidupan yang harus dia selamatkan yaitu karyawan yang menggantungkan hidup di sana.
Naila menghela nafas, ia mengerakan tubuhnya dan ingin bangun dari tempat tidurnya, tetapi tangan suaminya mencegahnya, bahkan sekarang mulai kembali bergerilya.
"Mas masih sakit, " jawab Naila di antara deru napasnya.
"Tidak apa, sayang. Itu juga salahmu, kenapa lima tahun yang lalu kabur dariku sekarang kau harus membayar hutangmu padaku," katanya dengan tidak menghentikan aksinya.
Naila melebarkan matanya mendengar apa yang dikatakan suaminya itu.
"Eeh, aku hutang apa?" tanya Naila.
"Hutang cinta, waktu dan kasih sayang yang terlambat kau berikan padaku," jawab Bayu sambil memasuki kembali dan menguasai tubuh molek yang beberapa jam tadi sudah sah menjadi miliknya dan sekarang dia bisa memeluknya, menyentuh bahkan menikmati kehangatannya.
Bayu menari di atas tubuh indah itu dan mencari kenikmatan dalam kehalalan. dia sangat bahagia karena penantiannya tidak sia-sia. Sekarang Naila sudah berada dalam dekapan dan kehangatannya.
Setelah menuangkan cairan hangat ke rahim istrinya dia mencium dengan lembut di kening sang istri.
"Trimakasih, telah bersedia menjadi istriku, mari kita berjalan bersama dan bersandarlah padaku selalu, aku ingin menjadi bagian hidupmu selamanya," ungkap Bayu pada istrinya dan Naila hanya mengangguk.
----------------
Setelah menghabiskan waktu dua hari di vila, mereka pun berencana pulang. Bayu menggendong Naila yang masih sangat lemas karena ulahnya.
Dia mendudukkan istrinya di kursi lalu memasangkan sabuk pengaman dan berjalan memutar kemudian membuka pintu serta duduk dibelakang kemudi. Setelah itu ia melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang.
"Nai, tidur saja jika lelah, nanti kalau sudah sampai akan kubangunkan!" titahnya.
"Hemm," jawab Naila. Bayu tersenyum dan kembali fokus. Dua jam kemudian, mereka sampai tetapi Naila masih belum bangun juga. Akhirnya pria itu kembali menggendong istrinya hingga sampai ke kamarnya dan membaringkan di ranjangnya.
"Sebentar, sayang, aku masih ada rapat mungkin agak malam," bisik Bayu pada Naila lalu keluar kamarnya tanpa dikunci. Bayu pun pergi meninggalkan rumah dengan mengendarai mobilnya menuju kantornya.
Ketika mendengar suara deru mobil yang mulai menjauh, Naila membuka matanya. Dia segera pergi ke kamarnya, mengemasi semua pakaiannya.
"Ahh ... kemana semua surat-surat berhargaku? Ck, dia menyimpannya dan aku tidak tahu di mana letaknya. Jika begini caranya, aku tidak bisa kembali ke Jerman." gerutunya sambil terus berpikir.
Naila menemukan handphonenya, dia bersyukur suaminya tidak menyimpannya lalu menghubungi seseorang. Setelah itu, memasang masker di wajahnya kemudian berjalan keluar. Sesampainya di pintu, dia melihat ke arah pos gardu jaga yang terlihat lengang, Naila segera berjalan melewati gerbang dan masuk kedalam mobil yang menunggunya di seberang jalan. Tak lama kemudian, berjalan meninggalkan rumah itu.
----------------
di tempat lain di ruang rapat, ponsel Bayu berdering berulang kali dan terlihat di layar monitor, nama Jelita memanggil. Dia pun meminta ijin pada jajaran direksi untuk menerima panggilan sebentar.
Ketika mendengar penuturan adiknya, dia mulai panik dan cemas, dia menghampiri asistennya. "Frans, Naila hilang, tolong kau lanjutkan rapatnya aku harus segera menemui Jelita!" perintahnya dan langsung pergi tanpa mendengar jawaban Frans.
Bayu mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Beberapa kali dia hampir menyerempet pengendara lain, pikiran begitu kalut ke mana sebenarnya istrinya itu.
Pikirannya berkecamuk hingga tidak menyadari ada mobil di depan berhenti tiba-tiba, dengan cepat ia menginjak rem lalu terdengar suara deritan panjang dan berganti dengan benturan keras.
Bayu terkejut ia termangu sesat, mobil di depan terdorong maju hingga beberapa meter dan Bumper belakang mengalami kerusakan begitu pula bumper depan mobilnya. Ia segera keluar dan menghampiri pemilik mobil itu."Maaf, Pak. Mari kita lihat apa yang rusak dari mobil Bapak, mohon maaf saya tadi buru-buru," ucap BayuBayu bernegosiasi sebentar dengan pemilik mobil itu lalu ia kembali melajukan mobilnya dengan sangat kencang, hingga hanya beberapa menit saja sampai di rumahnya.Bayu berjalan menuju kamarnya yang terlihat kosong dan hanya ada secarik kertas yang berada dia atas bantal lalu ia membaca serta meremasnya dengan sangat kuat. Dia tidak menyangka wanita yang begitu ia cintai meninggalkannya lagi. Setelah, menorehkan lukisan indah di hatinya, yang mungkin tidak akan pernah luntur sampai kapan pun.Pria itu luruh dan terduduk serta memukulkan tangannya ke lantai berulang kali. Jelita yang dari tadi berdiri hanya bisa terpaku melihat kepanikan dan kegusaran kakaknya, langsung menang
Naila terkejut saat tiba-tiba saja gelas air minum yang di pegangnya meluncur jatuh dan pecah berserakan di lantai dan saat ia memunguti pecahan kacanya ia tertusuk dan berdarah."Auw," teriaknya saat jemarinya terluka.Bik Darmi tergopoh-gopoh menghampiri majikannya itu. "Ada apa Nona?"Ia melebarkan matanya saat melihat tangan sang majikan berdarah dan pecahan kaca berserakan tidak jauh dari kaki majikannya."Nona, kemari lewat sini biar saya obati dan setelah itu saya bersihkan lantainya," kata bik Darmi."Maaf entah kenapa tangan saya itu licin dan hati saya juga merasa tidak enak, sebenarnya saya sudah menikah, Bik, tetapi karena saya takut suami saya terkena imbas dari masalah saya jadi saya pergi dari rumah meninggalkan suami saya, sebab lelaki itu selalu menteror saya setiap hari," jelas Naila."Ya, Allah, Nona. Maaf bukannya saya kurang ajar, tetapi sebaiknya ini dibicarakan dulu sama suami Nona, tetapi kalau itu keputusan Nona, saya dan suami saya akan berusaha menjaga Nona,
Lelaki yang berumur 55 tahun itu menatap nyalang kepada anak buahnya ia begitu kecewa karena mereka tidak mendapatkan Naila, padahal sudah hampir seminggu mereka semua mengintai rumah itu tetapi tidak membuahkan hasil."Apa sebenarnya kerja kalian! Cari sampai dapat, bagaimana pun caranya gadis itu harus kalian dapatkan!" teriaknya."Maaf, Tuan. Kami akan segera mencarinya," jawab salah satu dari anak buahnya itu."Pergi, Kalian!" hardiknya pada anak buahnya.Mereka pun dengan cepat keluar dari ruangan tuannya itu sebelum . Pria itu mengepalkan tangannya sangat kuat, ia begitu terobsesi gadis cantik nan cerdas itu. Pria itu tertarik pada Naila pada saat ia menghadiri pertemuan dengan kliennya di Jerman, Gadis itulah yang menjadi penggagas proyek Megah Bintang bersama dengan kliennya itu. Naila mewakili atasannya untuk mempresentasikan dengan sangat piawai dan lugas, membuat hati lelaki itu berdetak sangat cepat padahal dia sudah memiliki tiga orang istri yang sangat cantik -cantik.Po
Dengan tubuh gemetar dan tergopoh-gopoh, ia keluar dari mobil dan menghampiri orang yang ditabraknya. "Apa anda tidak apa-apa?" tanyanya."Ti--tidak, Nona. Saya tidak apa-apa saya yang salah," jawab pria itu."Ayo ikut saya ke dokter! Takutnya Anda terluka parah," jawab Jelita.Lelaki itu mendongak menatap gadis itu dan Jelita pun terkejut."Kau Dron, 'kan?" tanya Jelita."Kamu, Jelita?" tanya lelaki itu padanyaJelita pun menarik lengan pria itu. "Ayo ke rumah sakit jangan membantah lagi!" ajaknya pada gadis itu.Pria itu tidak dapat membantah, ia pun mengikuti gadis itu masuk ke dalam mobil dan duduk di sebelah gadis itu. Jelita pun memutar arah mobilnya kembali kearah rumah sakit."Jelita, sudah tidak perlu ke rumah sakit, aku benar-benar tidak apa-apa," bantahannya."Bagaimana tidak apa-apa? Mobilku menyenggol tubuhmu, Kau sungguh memprihatinkan. Kenapa dengan dirimu? Apa yang terjadi?" tanya Jelita beruntun."Mana yang harus kujawab? Terlalu banyak pertanyaanmu, Jelita," jawabnya
Naila keluar dari kamarnya ia mencari bik Darmi. Namun tidak menemukannya.Dia memandang handponenya yang berdering dari tadi dan tidak berhenti. 'Siapa dia? Aku hanya punya nomer pak Nurhan,' pikirnya mulai gelisah.Dalam keadaan seperti ini dia sebenernya membutuhkan Bayu untuk bisa memeluknya erat, dan membawanya ke dalam dada dekapan pria itu.Dengan tangan gemetar, ia menerima panggilan nomer tersebut tanpa bersuara ia menerimanya."Hello, sayang. Berapa kali pun kamu mengganti nomormu, aku akan bisa menemukanmu," terdengar suara seseorang dari seberang membuatnya terkejut dan terpaku. Tangannya begitu lemas hingga tak sanggup memegang handphone dan akhirnya jatuh di lantai.Suara jatuhan yang keras membuat bik Dar yang baru saja masuk terkejut dan segera menghampiri majikannya."Ada apa, Nona?" teriaknya.Bik Dar melihat sang nona terduduk dengan lemas di lantai lalu ia menghampirinya."Apa Nona baik-baik
Dengan hati berdebar, dan penuh rasa ketakutan ia mengambil handphone tersebut mulai menerima panggilan tersebut yang ternyata panggilan video."Hello Nona, ini bibi dan memakai nomernya Bang Sofyan," sahutnya saat Video call telah tersambung sambil tertawa saat melihat wajah pucat pasih majikannya."Ya, Allah Bibi, kamu mengagetkan saja, jantung saya rasanya mau lepas karena ketakutan," jawabnya kemudian."Maaf, Nona. Saya belum menyimpan nomer suami di handphone saya soalnya saya jarang nelpon dia dan dia memang gak pernah ke mana-mana selain merawat taman di vila dan kebun tuan, Nona," jawabnya terkekeh."Iya, saya mengerti, saya simpankan ya Bi, kasih nama siapa nih? Sayangku, suamiku atau siapa?" tanya Naila menggoda."Nama biasa saja Non, Bang Sofyan," jawabnya tertawa.Iya, Baik nanti aku simpankan, lalu kenapa bibi kok telpon saya apa uangnya kurang," tanyanya pada Bik Darmi.Ini Nona saya bingung mau pilihkan ba
Waktu merambat sering dengan kegelisahan dua insan yang saling berjauhan, dinginnya malam semakin membawa nelangsa. Kilas-kilasan peristiwa tak pernah berhenti berputar dalam benaknya terkadang sengaja memutar ingatan untuk melepaskan rasa rindu semakin membara.Bayu di ranjang rumah sakit yang meratapi kisahnya dan Naila yang meringkuk di ranjang di vila desa terpencil itu memeluk tubuhnya sendiri. Merangkai potongan-potongan Romansyah indahnya dengan suaminya Bayu, kadang tersenyum dan kadang menangis.Malam semakin larut Naila menarik selimutnya merapatkannya pada tubuhnya mencoba memejamkan matanya tetapi tidak kunjung bisa terpejam.Begitu juga Bayu, badannya terasa sakit semua bahkan untuk makan pun rasanya enggan jika saja Frans atau jelita yang membujuknya makan ia tidak akan makan.Ia pejamkan matanya, malam ini dia sendirian di kamar VIP itu sebab dia menyuruh Frans untuk pulang ia tak tegah melihat pria itu kelelahan mengurus dia dan pe
Herlan beranjak dari duduknya menyusul sang istri yang sudah keluar duluan dan Jelita pun juga menyusul. Bayu hanya menghela nafas."Frans antar mereka ke rumah biar beristirahat dulu, jangan biarkan mereka pulang!" perintah Bayu."Mana bisa, saya itu siapa? Kalau, tuan yang melarang mungkin bisa," jawab Frans sambil berjalan keluar kamar.Bayu hanya terdiam, dia menatap sendu pintu dan ruang kosong. Jelita berlari menyusul sang Mama."Mama jangan gitu, dong, baru sampai loh, papa juga capek loh, Ma! Nyuruh kita nikah ya gak langsung bisa dong, Ma!" gerutu Jelita."Mama gak peduli, kalian semua gak sayang sama Mama," jawab Melati pada anaknya."Ma, tunggu! Kalau Mama gak mau pulang ke rumah kita hotel saja, besok baru pulang, sekalian kita bikin anak lagi, ya. Sebab anak-anak kita tidak bisa menuruti kemauan kita, jadi bikin lagi saja," rayu Herlan.Melati menghentikan langkahnya dan menatap suaminya dengan tajam lalu me
Setelah beberapa saat pemakaman sudah sepi, tinggal Yuda dan Dara berdiri di pusara itu, Dara, menghampiri Yuda. "Daddy memberikanmu Amplop besar dan surat ini padamu. Aku hanya boleh memberikan saat dia sudah tiada," ucap Dara dan Yuda mengangguk."Maafkan Dia adikku," ucap Dara lalu pergi meninggalkan pria itu. Setelah Kepergian Dara, Yuda membuka Surat hanya dua baris kalimat kalimat yang terdapat didalamnya [Ibumu adalah wanita yang ada di hatiku tetapi aku tidak pernah ada di hatinya. Maaf telah membuatmu ada Dunia, your Dadd]Yuda menghembuskan napasnya. Ia membuka amplop besar ternyata berisi sebuah sertifikat atas nama dirinya sebuah rumah sakit besar yang di bangun di sebuah desa di mana Naila tinggal dalam persembunyiannya duluh.Dia menatap pusara itu. "Aku tak menginginkan semua ini, Dadd. Aku hanya mendambakan hidup dengan keluarga utuh yang diawali dengan benar.Seseorang menepuk punggungnya dari belakang, ia menoleh. "Mas Hugo, Bu!"Pria yang memeluk wanita paruh baya
Satu minggu kemudian Satria sudah diijinkan pulang tetapi masih harus bed rest selama satu bulan.Regan semakin hari kesehatan semakin menurun, sebelum menyadari itu ia meminta Dara, untuk mengantarkan pada wanita-wanita yang disakitinya pertama ia mendatangi ibunya Hugo seorang wanita yang ia kagumi. Namun justru menikah dengan sahabatnya. Lalu ia pergi ke rumah penampungan wanita korban pelecehan dirinya. Matanya sembab, inikah jejak kenakalan, ia benar-benar merasa menyesal, bahkan andai mereka tidak memaafkannya dia akan ikhlas.Setelah meminta maaf kepada keempat wanita yang ada di sana ia pun pulang ke rumah di antar oleh Dara."Dara, Daddy, mau menitipkan sesuatu padamu dan tolong berikan pada Yuda setelah Daddy tidak ada," ucap Regan sambil meminta Dara mendorong kursi rodanya ke ruangan kerjanya.Ia membuka laci lalu mengambil surat dan diberikan pada Dara, "Berikan itu pada Yuda saat aku sudah tidak ada lagi dan sampaikan maafku padanya," pintanya sambil tersenyum."Dad,
Hugo meringis saat Rizal menatap horor padanya. "Kali ini aku serius, enggak main-main," ucapnya"Apa dulu kita tertukar ya, harusnya kamu anak Daddy," ucap Rizal seenaknya."Enggaklah bedah, aku gak pernah menghamili anak orang, aku cuma cium-cium doang kalau dia mau, kalau gak mau, ya engak," ucapnya cuek."Hogu, aku tanya siapa?" teriak Rizal"Aduh, jangan teriak-teriak telinga aku sakit lagian ini di rumah sakit Dokter Rizal," ucap Hugo sambil menutup telinganya lalu ia berjalan menghampiri Rizal."Ayo, ike kasih tahu siapa yang ike suka dari adik-adik elo," ucap sambil menggamit lengan Rizal sambil berjalan berlenggang-lenggok."Ogah, najis tahu, Aduh ... Gusti adikku yang mana suka sama kamu, Go," ucap Rizal mengusap wajahnyq dengan kasar.Semua yang ada di ruangan itu tertawa. "Memang kenapa aku, 'kan tampan," ucapnya sambil berdiri tegak dan berwibawa.Mereka kembali tertawa yang paling keras sendiri adalah Satria. "Waduh, sudah sembuh nih, karena om Hugo ke sini," timpal Hugo
Beberapa hari dipenuhi suka cita akan kehadiran anggota baru yaitu bayi perempuan bernama Ayana itu.Seminggu kemudian operasi transplantasi punca dilaksanakan. Bocah berusia lima tahun itu berbaring diruang operasi.Lima jam menunggu akhirnya pintu kamar operasi terbuka dan Dokter mengatakan bahwa operasi transplantasi punca telah berhasil dan pasien akan di pindahkan di ruang ICU setelah pemeriksaan lebih lanjut.Naila dan Bayu masih belum bisa lega ia harus menunggu kondisi Satria benar-benar stabil."Sayang, jangan terlalu dipikirkan, kamu sedang menyusui, biar soal Satria aku dan Daddy yang urus. Ayo aku antar pulang sama Mama ya?" tanyanya sambil menoleh ke Melati."Mama di sini saja, Bay sama Daddymu. Kamu antar saja istrimu kasihan Ayana nanti," ucap Melati pada putranya itu."Ayo kasian Ayana loh, kalau di tinggal lama-lama, yang," ucap Bayu sambil beranjak dari duduknya."Iya," jawab Naila yang dengan engan berdiri, ia begitu dilema bayinya ada di rumah sedang anak pertamany
Saat mendengar sang cucu kedua sudah lahir, Melati membujuk Herlan untuk segera terbang ke Indonesia. Herlan tak mampu menolak keinginan sang istri detik itu juga yang memesan tiket pesawat ke Indonesia.Tak banyak yang dibawa tetapi hadiah untuk menantunya tidak boleh ketinggalan. hari itu juga mereka berangkat tanpa memberi tahu anak dan menantunya ia ingin membuat kejutan. Apalagi ia juga sangat merindukan cucu lelakinya itu yang hanya bisa ditemui lewat video call.Saat cucunya jatuh sakit lagi ia ingin langsung terbang ke Indonesia untuk melihat pria kecilnya itu tetapi suami masih harus menangani masalah perusahaannya di Jepang.Sebenarnya Mereka ingin Frans yang mengurus perusahaan di Jepang tetapi untuk saat ini Frans dan Jelita belum bisa terbang ke Jepang karena kondisi Jelita sedang hamil, Jika sudah melahirkan Herlan ingin mereka segera terbang ke Jepang lalu dia dan istrinya ingin menikmati hari tua dengan hanya berkumpul dengan anak dan cucunya.Ia ingin satu bulan ke In
Setengah jam kemudian Dokter Dara kembali masuk ke ruangan bersama dokter Raka dan seorang perawat lalu Dokter Raka berdiskusi sebentar dengan Dokter Dara kemudian pria itu pun keluar.Detik berikutnya Naila merasakan sakit kembali, sang suster kembali memeriksa jalan lahir, dan sudah pembukaan lengkap.Dua jam berjuang akhirnya lahir bayi cantik yang sehat lalu bayi melakukan IMD. Naila merasa sangat legah, terlihat dari wajahnya.Bayu memeluk istrinya baru kali ini dia menemani sang istri melahirkan, rasanya tidak melihat perjuangan istri dalam melahirkan. "Trimakasih, sayang," ucapnya pada sang istri."Sama-sama, Mas, aku sangat bahagia kau ada di sampingku, dulu waktu melahirkan Satria gak sesakit ini," ucap Naila Bayu terkekeh karena teringat peristiwa saat dia mengalami sakit perut yang luar biasa hingga dia pingsan dan dilarikan ke rumah sakit."Kenapa tertawa?" tanya Naila menatap Bayu penuh dengan pertany
Beberapa hari kemudian semua aset sudah dikembalikan pada Naila, sekarang perusahaan itu dikelola oleh Bayu.Sementara itu Mawar yang sudah sehat setelah menggugurkan kandungannya itu kembali ke Korea dan Regan semakin hari semakin parah. Lelaki itu tidak mau di temani siapa-siapa selain perawat pria.hari berganti hari perusahaan Bayu semakin besar mempunyai banyak cabang dari dalam maupun luar negeri. Namun tidak membuatnya kehilangan waktu untuk keluarganya Usia Kandungan Naila sudah sembilan lebih, ia mulai merasakan ketidak nyamanan pada tabuhnya. Hingga siang hari ini Naila mulai mengalami kontraksi palsu Semakin lama kontraksi semakin sering, Satria yang baru saja sembuh karena kecapekan karena terlalu banyak beraktivitas melihat sang Mama meringis kesakitan pun menghampiri Mamanya."Ma, Mama kenapa? Tria panggilin Tante ya sepertinya tante sudah pulang. Apa telpon apa, Ma?" tanya Tria pada Mamanya."Panggilin Tante saja, Nak, bilang kalau Mama mau melahirkan. Biar Bik Narti
Rizal tertawa mendengar umpatan Bayu. "Sebenarnya aku kemari mencari Naila, bukan kamu.""Jangan bilang kau berubah kepribadian, gue getok kepala lo," ucap Bayu."Sebenarnya kalau ada dia lebih enak karena bisa ketemu dia langsung, kalau cuma Bapak-bapak rasanya mata kurang segar," ucap Rizal yang sedang menggoda bayu."Kamu mau Gelut ya sama aku?" tanyanya sambil tangannya mulai meraih kepala Rizal "Stop-stop aku tidak suka istrimu aku lebih suka Firda dari pada aku babak belur," ucapnya tertawa."Ya, sudah sekali lagi ku tanya kau mau apa?" tanya Bayu."Aku tadi kan sudah telpon dan bertanya kapan Naila siap dikukuhkan sebagai Presdir," protes Rizal."Presdir perusahaan mana? Kau benar-benar tidak jelas, telpon pun terburu-buru aku mau tanya sudah kau tutup," protesnya."Baiklah akan kuperjelas. Dulu Perusahaan Keluarga Naila dipegang Daddy dengan cara curang, dan sekarang dia ingin mengembalikan kepada pemil
Rizal sudah diberitahu oleh Dron, tentang keinginan Regan untuk mengembalikan aset milik orang tua Naila, dan meminta untuk diuruskan perceraiannya dengan Linda, Regan ingin Linda menikah kembali karena dia masih sangat muda.Rizal mengendarai mobilnya menuju perusahaan Naila yang selama ini dijalankan ayahnya.setengah jam kemudian dia sampai. Ia segera turun dari mobilnya dan berjalan melewati lobby dan masuk dalam lift. Pintu terbuka dan ia keluar lalu berjalan serta masuk keruangan Presdir.Ia mulai mempersiapkan surat-surat pengalihan kuasa dari Regan ke Naila, ia meminta sekertaris ayahnya segera memprosesnya. Setelah itu menelpon Bayu ia menanyakan kapan Naila siap untuk dikukuhkan sebagai Presdir. Setelah itu, ia keluar dari ruangan itu untuk kembali ke rumah sakit tempatnyabekerja.Beberapa hari ia sibuk dengan urusan ayahnya membuat ia belum bertemu dengan Firda. Dia ingin menjalin keseriusan dengan gadis itu.Mobil berjalan dengan sangat cepatnya menuju tempat berkerja.