Bayu menoleh dan menatap tajam, "Tidak akan!" jawab mereka berdua."Tidak seperti yang kalian pikirkan Bayu, akan ku jelaskan pelan-pelan jalankan mobilmu dulu. kendaraan yang di belakang sudah tidak sabar lagi," jawab Hugo sambil tersenyum.Bayu menjalankan mobilnya. "Awas kau jangan macam-macam!" ancam Bayu sambil menoleh dan menatap tajam kembali pada Hugo.Oh,ya aku sampai lupa Bertanya padamu, siapa namamu gadis tomboy?" tanya Hugo sambil menoleh ke belakang."April!" jawab gadis itu singkat."Hanya itu, pendek sekali, begitu pelitnya ayahmu memberikan nama, " gerutu Hugo"Regan Putri," jawab April akhirnya.Hugo menyenggol kaki Bayu dan pria itu memberi isyarat mengerti. Hugo kembali menoleh ke arah April. "Yakin tidak mau menerima pekerjaan ini?" tanyanya pada gadis itu."Sangat yakin berilah pekerjaan yang lain, aku janji akan bekerja keras," jawabnya memohon."Sayangnya hanya pekerjaan itu yang kau berikan padamu," jawab Hugo sambil tersenyum menyeringai."Ya sudah antarkan a
Waktu berjalan dengan sangat cepat, keadaan Naila semakin memburuk, ngidam yang begitu parah membuatnya lemas. Bayu yang memantau istri menjadi sangat cemas, ingin sekali melajukan mobilnya menuju kesana. Namun keinginan hatinya dicegah oleh buku sahabatnya secara otomatis dia merasa kesal."Aku ini lelaki apa yang tak bisa siaga pada saat sedang hamil muda dan lihatlah dia lemah sekali, Hugo! Kenapa melarangku untuk ke sana?" tanya Bayu dengan frustasi."kok ingin dia pergi sejauh yang tidak kau inginkan agar kau tidak bisa lagi melihatnya, jika yang kau mau lakukanlah!" perintah Hugo.Bayu duduk di sofa setelah ia berjalan mondar-mandir karena kecemasannya itu yang tidak bisa dihentikan, tatapan matanya tak berhenti di layar handphonenya setiap kali memandang sang istri begitu pucatnya ia merasa menjadi lelaki yang tidak berguna yang tidak bisa berbuat apa-apa untuk melindungi istrinya.Bayu merawat wajahnya dengan kasar. "Aku ingin membunuh lelaki itu yang membuat kami berpisah!" t
Perjalanan membutuhkan waktu enam jam, mereka berhenti sesaat di masjid atau di restoran untuk mengisi perutnya. Sekitar Jam delapan malam mereka sampai, Hugo memencet bel, di sebuah villa yang cukup besar dengan halaman yang begitu luas.Seorang pria paruh baya tergopoh-gopoh membuka pintu pagarnya. "Anda siapa dan ada keperluan apa?" tanyanya."Begini, kami ingin menyewa rumah sebelah untuk beberapa hari dan katanya harus menghubungi anda," jelas Hugo."Untuk beberapa hari saja ya Nak, kalau untuk saya tanya dulu pada keponakan Bapak ya, mari masuk dulu, berbincang-bincang di dalam," ajak pria paruh baya itu. Bayu pun akhirnya keluar dengan menutup masker di wajahnya, berjalan masuk kedalam villa mengikuti Hugo. "Maaf, Pak, teman saya ini habis operasi tenggorokan dan dalam masa pemulihan jadi, belum bisa di ajak berbicara," jelas Hugo."Oh, begitu, ya, tidak apa-apa saya bicara dengan kamu saja, nama kamu siapa, Nak?" tanya pak Sofyan."Nama saya Hugo dan teman saya ininya namanya
Bayu berjalan mondar-mandir di kamar dia begitu cemas, bagaimana tidak tuan rumah mengundang makan malam bersama sementara ia harus menyembunyikan identitasnya dari Naila agar bisa bertemu dengan wanita itu."Bay, apa kau tidak bisa duduk tenang, kepalaku pusing melihat kamu mondar-mandir begitu," ucap Hugo yang duduk di sofa sambil memainkan handphonenya itu terusik dengan keresahan Bayu."Bagaimana, aku tidak resah mereka mengajak kita makan dan kenapa tadi kau menerimanya?" protes Bayu."Sebab aku lapar, kita tadi tidak berhenti untuk makan karena kamu takut kemalaman sampai sini," kata Hugo sambil berjalan mendekati Bayu lalu menarik baju pria itu dari belakang hingga terjerembab di atas tempat tidur dengan terlentang dan kaki menjulur ke bawah menjejak lantai."Ahh ... kau ini apa-apaan sih, Go?" tanyanya marah."Istirahatlah sebentar saja kamu pasti lelah masalah itu nanti aja kita pikirkan," jawab Hugo seenaknya.
Tidak ada tanda jika tamunya masih terjaga. Naila ragu untuk kembali mengetuk pintunya, rasanya kurang patas jika meminta kemeja kotor dari dari Mas Wahyu, padahal dia bukan suaminya lalu bagaimana pandangan pria itu, apakah akan menganggapnya wanita murahan karena menginginkan baju kotornya.Naila mengurungkan diri untuk kembali mengetuk pintunya dengan langkah gontai, ia berjalan kembali menuju lantai atas belum sampai melangkah jauh pintu terbuka dua pria keluar dari kamar itu dan terdengar suara memanggilnya."Apa Mbak Amanda tadi yang mengetuk pintu kamar kami?" tanya Hugo.Naila berbalik arah dan tersenyum membuat tubuh Bayu membeku. "Iya, tadinya mau minta tolong Mas Wahyu, tapi ya sudahlah lupakan saja," jawab Naila berbalik arah meneruskan langkahnya menuju kamarnya."Tunggu Mbak, jika kami bisa bantu akan kami bantu," jawab Hugo.Naila berhenti dan berbalik arah kembali sambil berfikir sekali lagi, apa permintaannya ini tidak berlebihan? Sungguh ini di luar nalar sehat dan b
Dengan bantuan pak Sofyan, Bayu bisa mengungkapkan kerinduan pada istrinya di saat Naila telah terlelap, ia memeluk dengan erat di malam hari dan akan pergi sebelum pagi menjelang. Keadaan Naila pun semakin membaik, biasanya ia akan morning sickness dengan sangat para tetapi kali ini dia tidak mengalami itu bahkan nafsu makannya begitu sangat baik.Genap sudah Bayu tinggal di villa itu selama satu minggu dan selama itu pun Dia menghabiskan waktu malamnya sama dengan Nayla tanpa wanita itu tahu bahwa suaminya selalu mendekapnya ketika dia sedang tertidur lelap.Hari ini Ia meninggalkan villa itu dengan perasaan yang tidak bisa digambarkannya dan setelah itu dia tidak tahu apakah dia bisa hidup dengan baik ataukah tidak.Bayu menghembuskan napas panjangnya, tubuhnya pergi tetapi hatinya tertinggal di sini. Rasa sakit tak berdarah. Kebahagiaan yang dirasakan sebentar saja membuatnya tak sanggup untuk melepaskan.Di lain tempat Regan sudah menyusun rencana untuk mendapatkan Naila, dia su
Naila bingung, takut, cemas tidak tahu harus melakukan apa-apa melawan mereka semua adalah sesuatu yang mustahil di lakukan dan bi Darmi berteriak-teriak minta tolong tetapi tidak ada yang datang. Di saat dalam keadaan panik tiba-tiba sebuah mobil hitam melintas dan ada tangan yang menarik keras dan ia terseret masuk kedalam mobil yang kemudian berjalan dengan kecepatan penuh.Naila duduk di bangku tengah bersama seseorang yang menggunakan topeng meloncat ke tempat duduk belakang kemudi membuka bagasi dan melepaskan tembakan beruntun dan Naila tidak apa sasaran saat ini dia penuh dengan ketakutan.Segerombolan pemotor itu tidak bisa mengejar mobil itu karena ban motor pecah di tembak. Sedangkan bik Darmi duduk terkulai di tanah tubuhnya gemetar tak sanggup berbicara atau berbuat sesuatu suara tembakan yang beruntun tadi membuat jantung seperti berhenti berdetak."Telpon teman kita butuh angkutan dan juga bos, katakan kita gagal ada sabotase," ucap pimpinan
Lelaki itu menerima phonsel Naila dan menaruh kembali pistol di pinggangnya, sementara rekannya sudah kembali dengan membawa berbagai makanan kemudian menaruh di kursi tengah."Makan yang kau suka, jika kau tak mau makan akan kupecahkan kepalahmu, sebab aku tidak mau disalahkan jika terjadi apa-apa dengan kandunganmu itu."I-iya akan kumakan nanti," jawab Naila.Setelah rekannya sudah masuk ke dalam mobil dan duduk di bangku depan pria yang duduk di belakang kemudi itu membuang Ponsel Naila dengan membantingnya dengan sangat keras hingga Naila terkejut, hatinya berdenyut nyeri.Naila hanya bisa pasrah, alat komunikasi satu-satunya telah hancur dan ia sudah tidak punya harapan untuk masih bisa hidup.'Maafkan aku, Mas Bayu. Andai hari ini adalah hari terakhirku, maka mungkin ini yang terbaik bagi kita,' batinnya "Ini untukmu di situ hanya ada nomer saya dan majikan dan jangan pernah menyimpan nomer lain," pesan pria itu lalu menjelalankan mobilnya Kembali dengan kecepatan penuh.Dia t