Naila terkejut dan menoleh kearah suara itu. "Dokter Yuda, bikin saya kaget saja, gak kedengaran langkahnya tiba-tiba saja ada suara," jawab Naila.
"Itu karena Mbak sedang melamun makanya gak dengar suara langkah kaki saya," jawab Yuda dan Naila hanya bisa tersenyum saja."Sudah selesai, 'kan Mbak," tanya Yuda lagi."Iya, sudah selesai, " jawabnya."Ayo, urusan saya juga sudah selesai," jawabnya sambil mendahului mereka.Naila sebenarnya merasa tidak enak hati kalau selalu merepotkan dokter Yuda, karena bagaimana pun juga ia adalah seorang istri yang harus bisa menjaga batasannya.Mau tidak mau akhirnya Naila pun mengikutinya.Mereka berjalan keluar dari rumah sakit lalu masuk ke dalam mobil kemudian berjalan meninggalkan rumah sakit.Tak ada percakapan apa pun di dalam mobil hingga sampai di villa yang di tempati Naila. Dua wanita berbeda usia itu pun keluar dari mobil Dokter Yuda."Trimakasih Dokter Yuda," ucaLinda terkejut mendengar jawaban suaminya itu. Dia mendorong pria itu ke belakang, "Hanya alasan itu kau ingin menggugurkan janin ini. Ceraikan aku Mas! Kau sudah punya mbak Ratna dan Mawar dan mungkin saat ini kau mengincar gadis lagi untuk kau jadikan seperti kami!" teriaknya histeris."Baiklah, akan ku kabulkan tetapi dengan syarat kau harus segera memulihkan tubuhmu setelah melahirkan dan waktuku tidak boleh terganggu oleh anakmu, kalau tidak akan ku ambil kembali aset orang tuamu itu dan pergilah tanpa membawa apa-apa tapi aku tidak akan pernah menceraikanmu dan kau tidak akan bisa menggugatku cerai berapa pun uang yang kau punya," jelas pria itu."Aku setuju!" jawabnya lemas.Ok! Sini baby manjakan papi lagi sebelum perutmu buncit dan kau tidak menarik lagi buat ku," pintanya Linda pun berjalan mendekati suami yang menyebalkan itu. ia melayani lelaki paruh baya itu dengan berbagai gaya yang ia minta, entah Linda tidak tahu kenapa lelaki itu
Di ruangan kerjanya Bayu senyum-senyum sendiri bahagia. Ia akan menjadi ayah sayangnya ia tidak bisa mendapingi sang istri dalam proses kehamilannya."Siapa sebenarnya yang menjadi pengganggu kehidupan Istrinya itu. Hal itu menjadi ganjalan dalam.hidupnya sebab pria itu begitu tersembunyi identitasnya, dia pun belum mendapatkan kabar dari Hugo sahabat.Sementara itu Hugo menatap nanar pria yang di duga mengejar Naila. Pria yang sama yang telah meruda paksa sang Mama. Masa kelam itu terlintas dalam benaknya. Saat setelah pemakaman sang Ayah pria itu datang ke rumah di tengah malam buta. Hugo kecil terbangun dari tidurnya karena jeritan sang Mama.Hugo mencoba membuka pintu itu tetapi tidak bisa lalu ia pun menunggu hingga satu jam lamanya lalu lelaki itu keluar sambil mengancingkan resleting celananya. Pria itu menatap Hugo sambil tersenyum menyeringai kemudian pergi begitu saja dengan cepat ia masuk kedalam dan dilihat baju mamanya begitu beranta
Motor Hugo oleng ia mencoba mengurangi kecepatan lalu dengan sambil mengendalikan motor hingga berada kemiringan yang sangat tajam, kakinya mencoba menjejak tanah untuk menahan laju motornya hingga berhenti dengan sempurna, ia tidak apa-apa tapi jantungnya berdegup sangat kencang lalu berhenti seolah mau lepas dari raganya.Hugo menelpon anak buahnya untuk datang di lokasi di mana ia mendapatkan accident lalu menelpon Bayu untuk menjemputnya.Tak lama kemudian datang dua anak buahnya yang berboncengan lalu salah satu turun menghampirinya."Anda tidak apa-apa, Pak," tanyanya pada atasan itu."Tidak apa, tolong bawa pulang ke rumah!" perintahnya pada anak buahnya."Saya tidak apa-apa, cuma terkejut saja," jawab Hugo"Bagaimana kalau Bapak saya antar dulu ketempat tujuan?" tawar anak buahnya."Tidak usa teman saya akan menjemput saya di sini," jawab Hugo"Baik, Tuan," jawabnya lalu ia mengambil motor yang masih tergeletak di trotoar dan menaikinya kemudian pergi meninggalkan Hugo berdiri
Lelaki paruh baya itu menatap tajam pada putrinya. "Kau sekarang tidak sopan sekali pada Daddy. Ingat kau masih hidup dengan harta Deddy, jika kau masih ingin menikmati kenyamananmu maka teruti apa kemauan Daddy!" tekan pria itu April mendengus, ia sadar bahwa tidak ada yang bisa ia lakukan selain Menuruti apa kata sang Daddy."Apa yang harus aku lakukan agar Daddy senang?" katanya dangan mimik wajah kecewa. Sebagai seorang anak perempuan Daddynya adalah cinta pertamanya tetapi cinta itu Terenggut oleh kelakuan sang daddy yang membuatnya muak."Nah begitu, itu baru namanya anak Daddy, kemarilah akan kuberikan tahu apa yang harus kau lakukan!" perintah lelaki paruh baya itu kepada putrinya.April bejalan dengan sangat malas ke arah meja kerja sang Ayah. Apa sebenarnya yang diinginkan daddynya itu. Bagi dia kebagian anak-anaknya bukanlah prioritasnya."Lihatlah pria ini, tampan bukan?" tanya sang daddy "Iya, memangnya kenapa aku
"Sudah-sudah jangan menangis aku paling tidak suka melihat wanita menangis, kamu diterima bekerja di perasaanku tanpa wawancara tapi aku belum tahu kau harus ditempatkan di mana ya? Apa keahlianmu?" tanya sambil menatap tajam."Aku lulusan desain tapi aku tidak pernah bekerja setelah aku lulus keahlianku adalah balapan liar dan resmi motor yang ku pakai itu hasil balapan," jawabnya terkekeh"Apa? Lalu aku menepatkanmu dimana?" tanyanya sambil memukul jidatnya."Dimana saja di hatimu pun boleh," jawabnya terkekeh."Nona aku serius, ini termasuk wawancara, jika kau tidak lulus kau tidak bisa di tempat di divisi manapun, dan aku tidak menempatkanmu di office girl," jawab Hugo panjang lebar."Taruh aku di desain aku bisa menggambar taruh saja di karyawan biasa. Apa di kantormu ada jatah makan siang aku harus berhemat. karena aku harus menyewa rumah karena ku yakin sekarang apartemenku tidak bisa di buka," jawabnya dan masih menyuap makanan."Ada kalau untuk makan siang," jawab Hugo sambil
Bayu menoleh dan menatap tajam, "Tidak akan!" jawab mereka berdua."Tidak seperti yang kalian pikirkan Bayu, akan ku jelaskan pelan-pelan jalankan mobilmu dulu. kendaraan yang di belakang sudah tidak sabar lagi," jawab Hugo sambil tersenyum.Bayu menjalankan mobilnya. "Awas kau jangan macam-macam!" ancam Bayu sambil menoleh dan menatap tajam kembali pada Hugo.Oh,ya aku sampai lupa Bertanya padamu, siapa namamu gadis tomboy?" tanya Hugo sambil menoleh ke belakang."April!" jawab gadis itu singkat."Hanya itu, pendek sekali, begitu pelitnya ayahmu memberikan nama, " gerutu Hugo"Regan Putri," jawab April akhirnya.Hugo menyenggol kaki Bayu dan pria itu memberi isyarat mengerti. Hugo kembali menoleh ke arah April. "Yakin tidak mau menerima pekerjaan ini?" tanyanya pada gadis itu."Sangat yakin berilah pekerjaan yang lain, aku janji akan bekerja keras," jawabnya memohon."Sayangnya hanya pekerjaan itu yang kau berikan padamu," jawab Hugo sambil tersenyum menyeringai."Ya sudah antarkan a
Waktu berjalan dengan sangat cepat, keadaan Naila semakin memburuk, ngidam yang begitu parah membuatnya lemas. Bayu yang memantau istri menjadi sangat cemas, ingin sekali melajukan mobilnya menuju kesana. Namun keinginan hatinya dicegah oleh buku sahabatnya secara otomatis dia merasa kesal."Aku ini lelaki apa yang tak bisa siaga pada saat sedang hamil muda dan lihatlah dia lemah sekali, Hugo! Kenapa melarangku untuk ke sana?" tanya Bayu dengan frustasi."kok ingin dia pergi sejauh yang tidak kau inginkan agar kau tidak bisa lagi melihatnya, jika yang kau mau lakukanlah!" perintah Hugo.Bayu duduk di sofa setelah ia berjalan mondar-mandir karena kecemasannya itu yang tidak bisa dihentikan, tatapan matanya tak berhenti di layar handphonenya setiap kali memandang sang istri begitu pucatnya ia merasa menjadi lelaki yang tidak berguna yang tidak bisa berbuat apa-apa untuk melindungi istrinya.Bayu merawat wajahnya dengan kasar. "Aku ingin membunuh lelaki itu yang membuat kami berpisah!" t
Perjalanan membutuhkan waktu enam jam, mereka berhenti sesaat di masjid atau di restoran untuk mengisi perutnya. Sekitar Jam delapan malam mereka sampai, Hugo memencet bel, di sebuah villa yang cukup besar dengan halaman yang begitu luas.Seorang pria paruh baya tergopoh-gopoh membuka pintu pagarnya. "Anda siapa dan ada keperluan apa?" tanyanya."Begini, kami ingin menyewa rumah sebelah untuk beberapa hari dan katanya harus menghubungi anda," jelas Hugo."Untuk beberapa hari saja ya Nak, kalau untuk saya tanya dulu pada keponakan Bapak ya, mari masuk dulu, berbincang-bincang di dalam," ajak pria paruh baya itu. Bayu pun akhirnya keluar dengan menutup masker di wajahnya, berjalan masuk kedalam villa mengikuti Hugo. "Maaf, Pak, teman saya ini habis operasi tenggorokan dan dalam masa pemulihan jadi, belum bisa di ajak berbicara," jelas Hugo."Oh, begitu, ya, tidak apa-apa saya bicara dengan kamu saja, nama kamu siapa, Nak?" tanya pak Sofyan."Nama saya Hugo dan teman saya ininya namanya