Papa!" teriak bocah itu lagi lalu ia memejamkan matanya dan membuka matanya lagi"Apa aku bermimpi? Tetapi mataku sudah terbuka," ucapnya lucu.Bayu terkekeh. "Papa sudah datang, Boy, ternyata anak Papa tampan sekali, Bagaimana keadaanmu saat ini? Mana yang sakit, boleh papa tahu?" tanya Bayu pada putranya."Sebenarnya tadi aku cuma takut, karena helikopternya mau jatuh lalu Satria tidak ingat lagi. Benar ini papa? Aku tidak bermimpi, 'kan?" tanyanya lagi."Tidak, kamu tidak bermimpi. Ini, Papa. Coba lihat di sana itu mama, tadi mama keluar dari persembunyiannya. Sudah lama papa cari dan gak ketemu," jawab Bayu dengan tersenyum."Mama sembunyinya jauh, Pa. Nanti bilangnya sama Mama jangan sembunyi jauh-jauh biar papa mudah cari mama sama aku," jawab bocah itu dengan sangat lugunya "Ayo , apa yang kalian bicarakan! Kenapa kalian tidak mengajak Mama?" protes Naila pura-pura cemberut."Trimakasih, Mama. Sudah bawa Papa ke sini," ucap Satria membuat Naila menangis terharu.Bayu memeluk
Dokter Rizal sampai ke apartemen yang telah lama di tinggalkan, bulat hatinya untuk mengajukan mutasi ke rumah sakit pusat Jakarta, tak ada lagi yang menjadi alasan untuk tinggal di sana. Rosmala wanita itu ternyata bernama Naila itu adalah istri dari sahabatnya. Dia tidak mungkin mencintai istri sahabatnya itu.Ada yang di liriknya saat ini yaitu Firda, sekertaris Bayu itu, mirip dengan Dinda Nilam sari Istrinya. Dulu ia tidak mau memangilnya Nilam karena Bayu juga sama memanggil nama itu. Saat ini dia sedang melepas semua masa lalunya dan rasa sedihnya. 'Aku akan kembali memanggilmu Nilam karena kau sudah bisa mencintaiku di napas terakhirmu Dinda. Kau pasti tidak keberatan, 'kan?' batinnya. Dokter Rizal tidak tahu apa ini sebuah pelarian ataukah bukan, Nyatanya dulu Nilam bisa mengubah cintanya pada Linda ke wanita yang menjadi ibu dari anaknya itu. Walau dia tahu wanita itu belum bisa mengikis cintanya pada Bayu sahabatnya yang bertepuk sebelah tangan itu. Mas
Dokter Rizal dan Nara keluar dari lift dan masuk kedalam mobil. "Dad, kenapa kita tidak tidur di tempat nenek?" tanya Nara pada ayahnya."Hem ... karena Daddy mau mengenalkan kamu dengan seseorang," jawab Dokter Rizal pada putrinya."Siapa?"tanya Nara."Nanti Kamu lihat sendiri ya siapa dia," jawab Dokter Riza."Daddy Kenapa main rahasia-rahasiaan? Nara, 'kan jadi penasaran," jawab gadis itu."Hem ... kejutan," jawab Dokter Rizal tersenyum sambil mengemudi.mobil itu berjalan dengan kecepatan sedang menuju gedung perkantoran. Setelah sampai ia pun keluar bersama putrinya berjalan menuju lift dan masuk ke dalam. Tak lama kemudian, pintu terbuka ia dan putrinya melangkah kesebuah ruangan sekertaris."Assalamualaikum, Mbak Firda, saya nagih janji sama mbak Firda, tadi katanya bersedia bekerja paruh waktu sama saya," ucap Dokter ketika sampai di ruangan Firda."Waalaikumsalam, Pak Dokter, Saya sudah selesai, Pak dan siap mengemban tugas selanjutnya," jawab Firda sambil mencangklong tas ke
Firda merasa kecewa, karena Dokter Rizal tidak membicarakan ini sebelumnya, ia terdiam tidak tahu apa yang harus dilakukan selanjutnya, ia menundukkan kepala dan memainkan kakinya mencoba memutuskan yang terbaik."Jika kamu keberatan menerima tawaran saya, kamu boleh menolak dan akan saya antar kamu pulang sekarang," papar Dokter Rizal.Firda mendongak menatap lelaki itu, ia melihat kekecewaan diraut wajah itu sehingga ia tidak tega untuk menolak permintaan Dokter Rizal. "Saya akan terima pekerjaan ini, sesuai dengan perjanjian bukan? Yaitu tiga kali lipat dari gaji saya. Tuan Bayu menggaji saya sebesar 25 juta satu bulan, Dokter Rizal," tanya Firda dengan serius, ia tidak ingin mundur karena ini kesempatan untuk menampar sang kekasih yang telah meremehkannya."Ok, 75 juta perbulan. Deal!" ucap Dokter Rizal sambil menjabat tangan Firda."Deal!" ucap Firda setuju.Sekarang saya tunjukkan kamar di mana kamu bisa membersihkan
Jelita yang masih di kantor buru-buru menghampiri suaminya di ruangannya. "Mas Frans, Mas Bayu tadi menelpon katanya Naila sudah kembali bersama anaknya," jelasnya pada suamiFrans terkejut dan menatap istrinya itu. "Benarkah? Di manakah mereka sekarang?" tanya Frans."Di rumah sakit Dharmais kata Mas Bayu," jawab jelita."Hem ... baiklah kita kesana sekarang, tolong jangan sampai terdengar karyawan lain! Kau mengerti, 'kan sayang," jelas Frans. "Ya, aku mengerti!" jawab Jelita.Mereka pun meninggal ruangan itu dengan segera sesampainya di lantai dasar mereka masuk kedalam mobil."Apa kau tahu sayang siapa yang sakit, Naila ataukah anaknya?" tanya Frans."Aku tidak tahu Mas Bayu hanya bilang dia di sana dan minta dibelikan nasi kotak dan si kecil minta ayam panggang madu," jawab Jelita."Hem ... ok! kita samakan saja," jawab Frans mengalihkan arah untuk mencari makanan buat mereka."Di sana ada empat orang jadi kita beli enam," jawab Jelita "Iya, sayang," jawab Frans.Mereka pun men
Frans menatap bocah kecil itu tidak mengira justru yang sakit ada anak sang bos kakak iparnya itu."Trimakasih, Frans," ucap Bayu "Sama-sama Mas," jawabnya "Frans tolong tinggikan tempat tidurnya," pinta Bayu sambil mengambil satu kotak makanan."Iya, Mas," ucap Frans Bayu menghampiri putranya itu, "Ayo makan setelah itu minum obatnya biar lekas sembuh, jika sembuh kita bermain bersama, Hem ...?" ucap Bayu sambil menyuapi sang putra.Satria menatap Bayu, hatinya sangat bahagia apa yang di inginkan selama ini sudah terkabulkan. "Papa aku sangat senang bertemu denganmu Papa." "Papa juga, Boy," jawab Bayu tersenyum."Jangan tinggalkan Satria, Pa," pinta bocah itu."Tidak, sayang. Papa tidak pernah meninggalkanmu. Pintalah Mama untuk tidak meninggalkan Papa," jawab Bayu dan bocah itu mengangguk.Makan siang di sore itu pun sudah tandas, Satria hampir separuh menghabiskannya. Dua lelaki berbeda usia itu maka bersama sambil bercanda.Bayu mengambilkan air minum dan juga obatnya."Pa, Sa
Di apartemen Dokter Rizal, Firda mulai memberikan pengertian pada Nara bahwa dirinya bukanlah Mama, tetapi Nara tetap boleh memanggilnya Mama dan tetap harus mendoakan Mamanya yang telah meninggal."Jadi, Mama tidak kembali dan tante bukan Mama," ucap gadis kecil itu."Hem, tetapi Nara boleh panggil tante dengan sebutan Mama atau bunda," jelas firda sambi tersenyum."Kalau begitu Nara panggil tante dengan sebutan bunda, ya," jawab Nara."Boleh," jawab Firda.Pintu di buka dengan pelan dua wanita berbeda usia itu menoleh ke arah pintu, Dokter Rizal masuk kedalam. "Daddy!" teriak bocah perempuan itu.Dokter Rizal menghampiri putrinya dan menggendongnya duduk di pangkuannya. "Daddy mau bilang bahwa besok Daddy akan kembali ke desa untuk mengurus kepindahan kita ke sini jadi besok kamu tinggal sama Nenek, dan Mbak Firda, besok libur dulu ya, dua atau tiga hari," jelas Dokter Rizal sambil menatap Firda."Baik Dok," jawab Firda menunduk."Ya, Nara jadi gak bisa bertemu dengan Bunda, dong,"
Pagi harinya Hatan menemui Bayu bersama seseorang, dan menyampaikan kalau hari ini akan kembali ke desa bersama dengan Dokter Rizal."Pak Bayu, perkenalkan ini Doni, anak buah yang menyamar juga sebagai anak buah Tuan Regan, jadi Anda tidak perlu kawatir terjadi sesuatu pada istri Anda, karena dia pasti tahu betul bagaimana sepak terjang bosnya itu," papar Hatan.Bayu menatap lelaki itu, dan mengeryitkan dahinya. "Bukankah kau yang menawarkan, Rasyid Crop milik nyonya Mawar pada saya saat itu?" "Betul, Tuan!" ucap Doni dengan hormat."Hem ... apa waktu itu kamu juga sudah tahu, di mana istri saya berada?" tanya Bayu pada pria itu."Tidak Tuan, pasalnya Mas Hatan juga baru mengabari saya bahwa dia ada di jakarta hari ini. Saya di pekerjakan oleh Nyonya Ratna Tuan," jawab Doni."Ok, baiklah ku percayakan keselamatan istriku padamu, selama Mas Hatan tidak ada di sini," jawab Bayu."Baik, Tuan. Saya siap untuk menjalankan,