Share

Bocor

last update Terakhir Diperbarui: 2024-04-03 04:32:22

“Sampai kapan kita harus sembunyi-sembunyi?” tanya Ansel yang sore itu menemui Aruna.

Ini sudah seminggu setelah Bintang setuju membatalkan pertunangan Aruna dan Bumi. Sore itu Aruna dan Ansel bertemu di taman, bahkan pria itu berbaring menggunakan paha Aruna sebagai bantal.

“Kita tidak bisa memberondong Mommy dengan kabar hubungan Bumi lalu kita secara bersamaan. Mungkin Mommy tidak terlalu syok dengan hubungan antara Bumi dan Winnie, tapi aku tidak yakin dengan hubungan kita,” ujar Aruna menjawab pertanyaan Ansel.

Ansel menatap Aruna yang menunduk memandangnya. Jemari wanita itu menyentuh rambutnya dengan sesekali membelai lembut.

Ansel menghela napas kasar. Dia tidak sabar, juga tak bisa terus sembunyi-sembunyi seperti ini.

“Aku tahu, hanya saja kita tidak bisa terus menerus menyembunyikan hubungan kita, juga bertemu secara sembunyi-sembunyi seperti ini,” ujar Ansel menjelaskan.

Ansel hanya cemas jika tiba-tiba Bintang menjodohkan Aruna dengan pria lain.

“Aku hanya takut, An
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (10)
goodnovel comment avatar
Siti Nur janah
wah bintang pasti syok ini.....
goodnovel comment avatar
wardah
emak syook kaga ini
goodnovel comment avatar
fathimah
pak Pengacara jujur syekalliii....qiqiqii
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Kakak Cantik, Jadi Mamiku!   Cerita Tapi Tidak Semua

    Langit baru saja keluar dari kamar mandi. Dia terkejut mendengar Bintang menyebut penyerangan, hingga dia meminta ponselnya lantas melihat siapa yang menghubungi.“Nanti aku hubungi lagi,” ucap Langit bicara ke pengacaranya, kemudian mengakhiri panggilan.Bintang terkejut dengan sikap Langit. Dia menatap suaminya yang terlihat menyembunyikan sesuatu.“Apa ini? Penyerangan apa?” tanya Bintang masih dengan wajah syok.Langit melihat kepanikan di dalam mata Bintang. Dia pun berusaha untuk menenangkan.“Duduk dulu, ya.” Langit mencoba mengajak Bintang duduk.“El, ada apa ini, hah? Apa yang kamu sembunyikan dariku? Penyerangan apa? Siapa yang diserang? Kenapa kamu diam?” tanya Bintang dengan emosi.Langit menghela napas kasar, lantas mencoba menjelaskan pelan-pelan.“Duduk dulu, akan aku jelaskan tapi janji kamu tetap tenang karena semuanya baik-baik saja,” ujar Langit mencoba menenangkan dulu karena tak mungkin menceritakan ke Bintang yang sedang dalam kondisi emosi.Bintang mau duduk, ta

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-03
  • Kakak Cantik, Jadi Mamiku!   Tak Punya Mami

    Bintang menatap kotak penyimpanan makanan yang ditentengnya. Pagi ini dia sudah meminta Aruna untuk membawa kue itu ke Emi, tapi ternyata Aruna lupa karena buru-buru saat berangkat.Akhirnya sekarang Bintang mendatangi sekolah Emily sendiri untuk mengantar kue itu. Dia tahu sekolah Emily karena gadis kecil itu menyebut nama sekolahnya.“Permisi, apa Anda tahu di mana kelas Emily. Dia di kelas TK Besar?” tanya Bintang saat bertemu dengan salah seorang guru.“Oh, Emi. Dia sedang ikut pelajaran olahraga di halaman samping,” jawab guru itu sambil menunjuk ke halaman yang dimaksud.“Terima kasih,” ucap Bintang lantas hendak beranjak menyusul Emily.“Tapi maaf. Anda siapa, ya? Sekolah memiliki peraturan jika tidak boleh ada orang asing yang menemui murid demi keselamatan murid,” ucap guru itu menjelaskan.Bintang gelagapan mendengar pertanyaan guru itu. Dia tidak mungkin berkata kalau hanya kenal Emily saja.“Saya omanya,” jawab Bintang sekenanya.“Oma? Ah, saya belum pernah melihat Anda, s

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-03
  • Kakak Cantik, Jadi Mamiku!   Kecurigaan

    “Itu, saya tidak bisa memberitahu Anda.” “Kenapa? Kenapa tidak bisa?” “Maaf, Bu. Saya benar-benar tidak bisa memberitahu.” Bintang mengingat ucapan pengasuh Emily. Dia pun penasaran, kenapa wanita itu tak mau menyebut nama ayah Emily. Apalagi saat Bintang bertanya ke Emily langsung, gadis kecil itu hanya menatapnya dengan rasa takut, membuat Bintang memutuskan untuk pergi. Kini Bintang pergi ke perusahaan menemui Aruna untuk menanyakan langsung. Dia benar-benar merasa jika ada sesuatu yang tidak beres. “Mom.” Aruna terkejut melihat kedatangan ibunya. Dia pun berdiri untuk menyambut wanita itu. Bintang tak langsung membalas sapaan Aruna. Dia merasa jika ada sesuatu yang disembunyikan oleh Aruna. “Mom, apa ada masalah?” tanya Aruna karena melihat sang mommy yang terlihat sedang kesal. “Apa ada yang kamu sembunyikan dari mommy, Run?” tanya Bintang sambil menatap Aruna tanpa senyum. Aruna terkejut mendengar pertanyaan Bintang. Jika diminta menjawab, pasti banyak hal yang dia semb

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-04
  • Kakak Cantik, Jadi Mamiku!   Merasa Bersalah

    Saat ketegangan terjadi di ruangan itu. Pintu ruangan Aruna kembali terbuka, membuat semua orang menoleh ke pintu. Bintang sangat syok saat melihat Ansel datang. Dia sampai menoleh Aruna lantas ke Ansel secara bergantian. “Apa yang kamu lakukan di sini?” Bintang langsung emosi melihat Ansel. Ansel menatap semua orang yang ada di ruangan itu, hingga berakhir menatap Aruna yang terlihat takut. Dia tak langsung membalas pertanyaan Bintang. Ansel memilih mendekat ke Aruna sebelum menjelaskan. “Ada apa sebenarnya ini, hah?” tanya Bintang benar-benar tak bisa mengendalikan emosinya. Aruna menatap Ansel, ketakutannya semakin menjadi-jadi saat melihat Bintang yang sudah marah. “Bin, kita duduk dulu dan bicarakan masalah yang terjadi dengan tenang,” ucap Langit mencoba menenangkan. “Bagaimana bisa aku tenang melihat pria itu di sini?” Bintang membalas ucapan Langit dengan sebuah bentakkan sambil menunjuk ke Ansel. Langit tak bisa mengatasi Bintang jika kondisi sang istri sudah seperti

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-04
  • Kakak Cantik, Jadi Mamiku!   Sama-sama Keras

    “Kalau kamu masih sayang sama mommy, tinggalkan dia. Mommy tidak mau kamu berhubungan lagi dengannya!” Begitu sadar, Bintang langsung membahas soal hubungan Aruna dan Ansel, padahal Sashi sudah memberi pesan agar Aruna tak membahas hal itu lebih dulu, tapi karena Bintang yang memulai, tampaknya mau tak mau Aruna harus bicara. Aruna sangat syok mendengar ucapan Bintang. Dia benar-benar tidak tahu, kenapa Bintang harus sekeras kepala ini. “Tapi bagaimana kalau aku tak bisa? Meski aku menyayangi Mommy, tapi aku juga menyayangi Ansel. Apa Mommy tidak bisa memikirkan perasaanku?” Aruna tak terima dengan ucapan Bintang. “Runa, tenang dulu.” Sashi mencoba menenangkan sang adik agar masalah yang terjadi tak semakin runyam. “Bagaimana bisa kamu ingin hidup dengan pria yang bahkan tak mau mengerti perasaanmu? Jika kamu tidak mau meninggalkannya, jangan anggap aku mommymu lagi!” ancam Bintang. “Mom! “Bin!” Sashi dan Langit berteriak bersamaan mendengar ucapan Bintang. “Kalau Mommy tidak

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-04
  • Kakak Cantik, Jadi Mamiku!   Pernah Membuat Kesalahan

    Ansel berada di luar kamar inap Bintang. Dia memang tidak diperbolehkan masuk karena takut jika semakin membuat kondisi Bintang memburuk.Ansel mendengar suara perdebatan di dalam. Dia mendengar suara isakan Aruna, tapi tak bisa berbuat apa-apa. Ansel sendiri merasa bersalah karena tak bisa menemani Aruna yang sedang mempertahankan hubungan mereka.Hingga beberapa saat kemudian, pintu kamar inap terbuka. Aruna keluar bersama Sashi, terlihat jelas wajah Aruna yang merah karena baru saja menangis.Ansel menatap nanar ke Aruna yang terlihat sedih.“Kondisi Mommy sedang tidak stabil. Lebih baik kalian menunggu sampai Mommy benar-benar tenang,” ujar Sashi.Sashi sengaja mengajak keluar Aruna agar tak terjadi hal-hal yang tak diinginkan.“Aku akan memantau kondisi Mommy. Nanti akan kukabari jika ada perkembangan,” ucap Sashi lagi lantas menatap Ansel.Tatapan Sashi seperti meminta agar Ansel membawa Aruna supaya lebih tenang.Ansel mengulurkan tangan untuk mengajak Aruna pergi menenangkan d

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-04
  • Kakak Cantik, Jadi Mamiku!   Mengajak Kabur

    “Minumlah dulu,” ucap Ansel sambil memberikan sebotol air untuk Aruna. Aruna tak mau pergi dari rumah sakit, hingga akhirnya Ansel mengajak Aruna di taman yang ada di samping gedung rumah sakit. “Terima kasih,” ucap Aruna sambil menerima botol minum dari Ansel, lantas menenggak perlahan. Ansel sendiri tidak tega melihat Aruna yang seperti ini. Terlihat sedih, kosong, juga seperti putus asa. “Semua akan baik-baik saja, seperti yang kamu katakan kepadaku dulu,” ucap Ansel sambil menggenggam telapak tangan Aruna. Aruna diam memandang botol air mineral itu. Dia menyesal berdebat dengan Bintang, tapi juga kesal karena Bintang tak mau memahami perasaannya. “Aku tidak tahu lagi cara meyakinkan Mommy,” ucap Aruna setelah minum. “Mommymu sedang dalam kondisi syok, karena itu tak bisa diajak bicara dengan baik. Mungkin kita harus lebih bersabar lagi, takutnya jika terlalu memaksa, akan semakin membuat kondisi kesehatannya buruk,” balas Ansel agar Aruna tidak sedih. Aruna diam karena fru

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-05
  • Kakak Cantik, Jadi Mamiku!   Emily Minta Maaf

    “Papi, Oma Bintang marah, ya?” Emily sedang bersama Ansel di kamar. Gadis kecil itu pergi ke kamar ayahnya karena cemas dan takut dengan sikap Bintang siang tadi. Ansel menatap Emily yang sedang sedih. Dia pun berusaha tersenyum agar Emily tidak semakin merasa terbebani. “Papi juga belum tahu, tapi yang jelas Oma Bintang sedang sakit sekarang. Emi jangan merasa bersalah karena ini bukan salah Emi,” ucap Ansel menjelaskan. “Iya, tapi karena aku tidak jawab, Oma Bintang jadi pergi begitu saja. Bahkan wajah Oma Bintang seperti saat Papi atau Oma marah,” balas Emily yang benar-benar memperhatikan bagaimana ekspresi wajah Bintang. Ansel mengangkat tubuh Emily lantas mendudukkan di pangkuannya. “Sudah, Emi jangan terlalu memikirkan itu,” ucap Ansel mencoba menenangkan, meski dirinya sendiri pun gelisah dengan nasib hubungan antara dirinya dan Aruna. Emily memeluk Ansel, lantas berkata, “Semoga Oma Bintang tidak marah, biar Kakak Cantik bisa jadi mamiku.” Ansel hanya bisa mengamini s

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-05

Bab terbaru

  • Kakak Cantik, Jadi Mamiku!   S2 : Akhir

    Aruna dan yang lain buru-buru pergi ke rumah sakit setelah mendapat kabar jika Winnie mau melahirkan, tapi siapa sangka saat masuk ruangan malah melihat Hanzel juga, membuat semua orang bingung.“Hanz, kenapa kamu di sini?” tanya Aruna bingung.“Milea melahirkan,” jawab Hanzel.“Lah, bukannya ini kamar Winnie?” tanya Aruna bingung.“Ya, mereka berdua di sini. tuh!” Hanzel menunjuk ke dalam.Ternyata Bumi dan Hanzel setuju jika istri mereka satu kamar agar bisa saling bantu menjaga.Aruna, Ansel, dan kedua orang tuanya terkejut mendengar ucapan Hanzel. Mereka buru-buru masuk untuk melihat apakah yang dikatakan Hanzel benar.“Kalian benar-benar janjian. Hamil dan melahirkan bisa barengan,” cerocos Aruna sangat tak menyangka.“Kebetulan saja, aku masuk duluan baru Winnie,” balas Milea.Semua orang yang ada di sana terlihat sangat bahagia, belum lagi setelah itu datang keluarga Hanzel dan Milea karena ingin menyambut cucu mereka.“Anak kalian seperti kembar.” Aruna dan yang lain memandang

  • Kakak Cantik, Jadi Mamiku!   S2 : Milea & Winnie

    “Mama, tadi Emily bantu gambar ini, lho.” Kai memperlihatkan gambar yang dibawanya.“Mana coba lihat.” Milea mengambil buku gambar dari tangan Kai.Milea sudah ambil cuti melahirkan karena usia kandungannya memasuki sembilan bulan. Dia fokus dengan kesehatan kehamilan dan Kai yang sekarang sudah duduk di bangku sekolah dasar.“Yang mewarnai siapa?” tanya Milea sambil memperhatikan gambar itu.“Kai dong. Kai pintar ‘kan?” Kai menjawab dengan bangga.“Iya, pintar,” balas Milea.Kai sangat bangga dapat pujian dari sang mama, hingga melihat Milea yang meringis.“Mama kenapa?” tanya Kai sambil menggenggam telapak tangan Milea.“Tidak kenapa-napa,” ucap Milea sambil tersenyum meski perutnya mendadak kencang.“Mama yakin?” tanya Kai yang cemas.Belum juga Milea menjawab, dia merasa kalau perutnya semakin sakit seperti mengalami kontraksi, tentu saja hal itu membuat Kai cemas.“Bibi! Mama sakit!” teriak Kai karena di rumah itu hanya ada dirinya, kedua orang tuanya, dan pembantu.Milea dan Han

  • Kakak Cantik, Jadi Mamiku!   S2 : Aku Terima

    “Pernyataanmu tadi, apa bisa aku anggap benar?”Jean tertegun hingga menoleh Raja yang duduk di belakang stir. Dia mengulum bibir menunjukkan kalau sedang dalam kondisi panik dan bingung.“Aku tidak tahu harus menyebutmu apa? Adik tidak mungkin, teman terlalu aneh.”Jean mencoba sedikit mengelak dari pengakuannya ke Milea.“Berarti memang bagus pacar. Jadi, apa bisa jadi pengakuan untuk seterusnya?” tanya Raja lantas menoleh Jean.Jean benar-benar salah tingkah mendengar pertanyaan Raja. Dia memberanikan diri menoleh ke pemuda itu.“Jangan berharap banyak kepadaku. Aku memiliki banyak kekurangan termasuk mungkin takkan bisa memberikan cinta yang sempurna untukmu,” ucap Jean takut Raja kecewa.“Kamu tahu, tidak ada yang namanya cinta sempurna. Yang ada, saling melengkapi kekurangan masing-masing. Asal kamu mengizinkan, aku akan menerima semua kekurangan itu.”Raja menatap Jean penuh harap. Dia menyadari jika Jean seperti tidak tertarik dengan sebuah hubungan percintaan, tapi dia pun ta

  • Kakak Cantik, Jadi Mamiku!   S2 : Berkumpul Bersama

    “Apa kamu tidak merasa aneh jalan denganku?”Jean mengamati sekitar, banyak remaja memperhatikannya yang sedang jalan dengan Raja.“Kenapa aku harus merasa aneh?” tanya Raja balik dengan santai.“Karena kamu jalan dengan wanita yang layak jadi kakak, tante, mungkin mama.”Jean menjawab sambil menoleh Raja.Raja tertawa mendengar ucapan Jean, lantas membalas, “Untuk apa memikirkan pandangan orang yang tidak ada habisnya. Yang menjalani aku, kenapa mereka yang repot?”“Lagi pula sekarang kita hanya jalan, kalau kamu menerima perasaanku, aku malah akan menggandeng tanganmu lantas memberitahu mereka kalau kamu kekasihku, bukan kakakku, tanteku, atau mamaku,” ujar Raja lagi memberi clue ke Jean untuk merepon perasaan yang diungkapkan sebelumnya.Jean langsung berdeham mendengar ucapan Raja, bahkan mengulum bibir sambil memalingkan muka.Raja menoleh Jean yang memalingkan muka darinya, dia pun lantas kembali berkata, “Apa kamu yakin belum mau memutuskan? Tapi kalau belum juga tidak apa, aku

  • Kakak Cantik, Jadi Mamiku!   S2 : Restu Tanpa Minta

    “Jean,” panggil Ive saat melihat putrinya sedang menuruni anak tangga.Jean yang sedang ingin ke dapur mengambil minum, akhirnya berbelok ke ruang keluarga untuk menghampiri sang mama dan papa.“Ada apa, Ma?” tanya Jean.“Duduklah sini,” pinta Ive sambil menepuk sofa di sampingnya.Jean menuruti ucapan sang mama, lantas menatap kedua orang tuanya bergantian.“Apa ada masalah, Ma?” tanya Jean agak cemas karena tak biasanya kedua orang tuanya memanggil sambil memperlihatkan ekspresi serius seperti itu.“Apa kamu sebelumnya menolak kencan buta karena sudah punya pacar dan pacarmu itu yang tadi pagi jemput?” tanya Ive memastikan sebelum bicara ke pembahasan lebih lanjut.Jean sangat terkejut mendengar pertanyaan Ive, membuatnya gelagapan karena bingung harus menjawab apa.Ive dan Alex saling tatap, mereka pun semakin yakin kalau memang benar pria yang menjemput Jean adalah pacar putrinya.“Sebenarnya, asal kamu suka, tidak masalah kamu mau pacaran sama siapa, mau nikah sama siapa. Mama da

  • Kakak Cantik, Jadi Mamiku!   S2 : Jean Untukku

    “Lain kali jangan mendatanginya dengan alasan kamu merasa bersalah! Bukankah kamu seharusnya merasa bersalah karena mendekati kekasih adikmu sendiri.”Raja baru saja sampai rumah saat sang kakak juga sampai di rumah. Dia memperingatkan kakaknya itu agar tak mendekati Jean lagi.Saat Arthur hendak membalas ucapan Raja, Amanda sudah lebih menegur mereka berdua.“Kenapa kalian bersitegang lagi?” tanya Amanda sambil menatap kedua putranya itu.Raja dan Arthur menoleh bersamaan ke Amanda. Raja terlihat tak senang karena menyadari jika sang mama pasti akan membela kakaknya.Amanda menatap Arthur yang hanya diam, hingga tatapannya tertuju ke Raja.“Raja, mama mau bicara denganmu sebentar, bisa?” tanya Amanda dengan suara halus agar putranya tak salah paham kepadanya.Raja menatap sang mama, lantas mengangguk karena tak bisa menolak permintaan wanita itu.Raja pun mengikuti sang mama yang berjalan lebih dulu di depannya. Dia mengikuti hingga sang mama masuk ke ruang kerja ayahnya.“Mama mau b

  • Kakak Cantik, Jadi Mamiku!   S2 : Tak Senang

    “Yang ini nanti kamu kirim ke bagian marketing. Jangan lupa minta untuk dicek ulang,” perintah Jean ke sekretarisnya.“Baik, Bu.” Sekretaris Jean mengangguk.Jean memberikan berkas yang baru dicek. Dia lantas kembali mengurus berkas lainnya yang bertumpuk di mejanya.Saat sedang fokus ke berkas, tiba-tiba saja telepon kabel di mejanya berdering, membuat Jean menjawab panggilan itu lebih dulu.“Selamat siang Bu Jean, ada seseorang yang ingin menemui Anda tapi belum membuat janji. Anda ingin menemuinya atau tidak?” tanya staff resepsionis dari seberang panggilan.Jean mengerutkan alis mendengar pertanyaan resepsionis.“Siapa?” tanya Jean penasaran hingga dia terdiam mendengar nama yang disebutkan resepsionis.Jean menutup panggilan itu, lantas memilih keluar dari ruangannya untuk menemui orang yang mencarinya.Jean pergi ke lobi, hingga melihat pria yang berdiri membawa sebuah paper bag.“Mau apa kamu menemuiku?” tanya Jean sambil menatap Arthur yang datang menemuinya.Arthur membalikka

  • Kakak Cantik, Jadi Mamiku!   S2 : Hanya Memastikan

    Raja tersenyum melihat Jean keluar memakai celana. Dia tidak menyangka kalau wanita itu mau berganti pakaian hanya karena dirinya memaksa ingin mengantar.“Besok aku akan membawa mobil,” ucap Raja sambil menyodorkan helm ke Jean.“Kamu tidak perlu menjemputku setiap hari,” balas Jean sambil menerima helm dari Raja lantas memakainya.Siapa sangka Raja mendekat ke Jean, lantas membantu memasang tali pengaman helm.Jean cukup terkejut dengan apa yang dilakukan Raja, tapi dia berusaha untuk tenang.“Aku suka melakukannya,” balas Raja setelah selesai memasang tali helm sambil menatap Jean.Jean mengalihkan pandangan dari pemuda itu, bahkan menggeser posisi agar tak terlalu dekat dengan Raja.“Bisa kita berangkat sekarang?” tanya Jean karena mulai salah tingkah melihat tatapan Raja.Raja hanya mengulum senyum, lantas naik ke motor disusul Jean. Pemuda itu pun melajukan motor meninggalkan rumah Jean.Di rumah, ayah Jean keheranan karena mobil putrinya masih di garasi.“Jean ke kantor naik ap

  • Kakak Cantik, Jadi Mamiku!   S2 : Menepati Ucapan

    [Jill, jika ada yang menyukaiku, tapi tak sesuai ekspektasiku. Apa yang harus aku lakukan?]Jean mengirimkan pesan ke Jill karena tak tahu harus bagaimana mengatasi masalah yang sedang dialaminya.Jean duduk di kasur sambil menatap pesan yang baru saja dikirimkan ke Jill. Hingga beberapa saat kemudian pesan itu dibaca sepupunya itu.[Fokus pada keinginan awalmu, Jean. Baru kamu bisa memutuskan apa yang kamu inginkan.]Jean membaca pesan dari Jill, memang tak banyak membantu tapi setidaknya itu bisa membuatnya tenang. Dia pun mengirimkan balasan terima kasih ke sepupunya itu, lantas mengembuskan napas kasar.Hari berikutnya, Jean sarapan bersama kedua orang tuanya seperti biasa.Ive terlihat menatap Jean yang makan tanpa bicara, banyak perubahan yang membuat wanita paruh baya itu sedih.“Akhir minggu ini, bagaimana kalau kita Me Time bersama, Jean?” tanya sang mama ingin kembali mempererat hubungan keduanya.Jean memandang sang mama, lantas menganggukkan kepala sambil tersenyum tipis.

DMCA.com Protection Status