Efek ledakan yang ditimbulkan oleh energi murni yang dilontarkan Naga Petir Kekacauan kepada Mo Tian akhirnya mulai mereda setelah hampir 20 menitan berlalu.Debu-debu yang beterbangan terlihat semakin menipis karena tersapu oleh sepoi-sepoi angin di siang hari yang kini telah kembali menjadi cerah tersebut.Sebuah raksasa dengan lebar hampir 5 mil dan dalamnya kurang lebih satu mil terlihat begitu mencengangkan bagi siapapun yang melihatnya. Di tengah-tengah parit super besar itu terlihat satu sosok pemuda tampan yang pakaiannya compang-camping dan penuh dengan berkas darah.Pemuda itu tidak lain adalah Mo Tian yang hampir kehilangan kesadarannya dan kini hanya bisa tergeletak tidak berdaya.'Ugh! Sialan! Niat hati ingin bermain-main terlebih dahulu kepada Naga Petir Kekacauan, tapi malah jadinya begini. Sial! Sepertinya dia telah mengetahui identitasku hingga membalas dendam dan buru-buru kabur setelahnya. Huh! Awas saja nanti saat ketemu lagi, aku pastikan kamu akan babak belur!' G
Seminggu kemudian, Mo Tian akhirnya selesai berkualifikasi dan mulai membuka matanya. Pemuda itu mulai meregangkan tubuhnya agar urat-urat yang kaku akibat duduk lama tanpa sedikitpun bergerak tidak lagi kaku."Ugh.. Akhirnya selesai juga!" Ujar Mo Tian seraya menghela nafas panjangnya.Pusaran angin berwarna hitam yang merupakan manifestasi dari manual kultivasi pelahap miliknya juga telah tiada sehingga tidak ada lagi yang namanya penyedotan energi serta vitalitas kehidupan yang mengerikan itu.Kekuatan Mo Tian sekarang telah benar-benar mumpuni dan kondisi pondasi kultivasinya juga sangat kokoh. Dia sudah berada di puncak Ranah Dewa Raja yang mampu mengimbangi Ranah Dewa Kaisar Tahap Menengah dalam hal pertarungan.Setelah beberapa saat dan membersihkan pakaiannya dari debu-debu yang menempel, Mo Tian berdiri. Dia mengeluarkan topeng separuh wajah di dalam cincin penyimpanannya sebagai ciri khas yang sangat dia sukai.Tidak lupa juga Mo Tian mengeluarkan pedang pemutus siklus dan m
Booommmm...Booommmm... Booommmm...Ledakan demi ledakan terus terjadi di tempat di mana terlihat tiga orang pemuda dan dua wanita cantik sedang bertarung melawan segerombolan hewan iblis.Kelompok 5 orang itu memiliki pakaian sama yang menunjukkan bahwa mereka berasal dari satu tempat yang sama pula.Mereka berlima terlihat sangat kewalahan ketika menghadapi segerombolan hewan iblis tersebut dan beberapa luka akibat cakaran kuku dan gigitan taring yang cukup dalam juga telah menghiasi sekujur tubuh kelimanya.Keadaan mereka sungguh telah mencapai batas frustasi karena benar-benar tidak berdaya sama sekali. Belum lagi pimpinan para hewan iblis yang terlihat seperti seekor harimau berwarna merah darah dengan belang hitam masih terlihat begitu santai menatap para keroconya sedang menghadapi sekumpulan iblis muda-mudi yang berani masuk ke kedalaman Hutan Xianghou.Meski kultivasi mereka berlima telah mencapai Ranah Dewa Langit Tahap Akhir dan bisa dikatakan sebagai jenius, namun menghada
Para hewan iblis khususnya Harimau Darah Tentu saja sangat marah dengan apa yang dikatakan oleh Mo Tian. Itu merupakan penghinaan besar karena saat ini mereka sedang berada di Hutan Xianghou yang mana merupakan kandang mereka.Lalu bagaimana mungkin seorang iblis muda yang mengenakan topeng separuh wajah berani berkata seperti itu? Mereka tidak akan pernah membiarkan hal ini terlewat begitu saja atau kehormatan mereka sebagai tuan rumah akan benar-benar hancur. Tidak ada hukuman yang lebih ringan untuk iblis tersebut kecuali mereka harus membunuhnya!"GROOAAAAARRR.. Beraninya kau, iblis sialan!" Harimau Darah meraung dengan marah."Kalian semua, habisi iblis badjingan itu!" Lanjutnya.Para hewan iblis yang terdiri dari jenis serigala, Godzilla atau landak raksasa yang dapat berdiri dan beberapa jenis lainnya segera mengangguk dan mengepung Mo Tian.Pemuda bertopeng separuh wajah itu masih saja tetap tenang tanpa terdapat sedikitpun sebuah ketegangan. Dia justru tetap berdiri di tempat
Mo Tian menghentikan laju tangannya yang akan menampar komandan Harimau Darah sampai mati lalu melihat ke arah sumber suara. Dia mendapati sosok burung elang raksasa berwarna putih sedang bergerak dengan kecepatan tinggi mendekatinya.Mo Tian berhenti bertindak bukan karena dia takut dengan ancaman burung elang raksasa berwarna putih itu dan menjadi musuh seluruh penghuni Hutan Xianghou. Namun dia ingin tahu siapa sebenarnya identitas unggas besar itu, melihat kekuatannya telah mencapai Ranah Dewa Kaisar Tahap Awal.Namun, keberhentian Mo Tian untuk menampar diartikan lain oleh Komandan Harimau Darah, dia mengira bahwa iblis muda bertopeng separuh wajah itu sedang ketakutan setengah mati ketika melihat salah satu sosok jenderal besar yang menjadi bawahan langsung Penguasa Hutan Xianghou.Oleh karenanya, Komandan Harimau Darah segera berujar dengan senyum penuh ejekan, "Mengapa kau berhenti dari hendak membunuhku? Apa sekarang kau telah ketakutan?""Hah?" Mo Tian mengerutkan keningnya
Booommmm... Swush! "Siapa kau sebenarnya? Mengapa kau membuat masalah di wilayah Hutan Xianghou?" Jenderal Elang Putih bertanya kepada Mo Tian setelah keduanya saling menjaga jarak satu sama lain. Jenderal Elang Putih tidak bisa untuk tidak bertanya kepada pemuda bertopeng separuh wajah ini melihat setelah dia mengerahkan segenap kekuatannya sekalipun, tidak dapat menggoyahkannya. Mungkinkah kekuatannya setara dengan penguasa Hutan Xianghou yang telah mencapai kultivasi Ranah Dewa Kaisar Tahap Menengah? Ini terdengar sangat mustahil sekali, namun begitulah kenyataannya yang dia rasakan. "Sebenarnya aku hanyalah orang yang sedang lewat saja di tempat ini, namun aku melihat beberapa dari para iblis generasi muda yang cukup jenius sedang dibully habis-habisan oleh ras kalian. Tentu saja aku tidak akan menerimnya begitu saja, bukan?" Ujar Mo Tian dengan santai. "Bahkan kucing merah kecil sebelumnya ingin menjadikan para iblis itu menjadi makanannya!" Lanjutnya. "Bukankah itu s
"Salam, senior!" gadis iblis yang ditolong oleh Mo Tian langsung memberikan penyambutan hangat dengan menangkupkan kedua tangannya seraya tersenyum manis ketika melihat dermawannya telah tiba, yang artinya dalam pertarungan tingkat tinggi sebelumnya dialah sang pemenangnya.Hal yang sama juga dilakukan oleh para iblis generasi muda lainnya yang ikut bersama dengan gadis iblis tersebut. Mereka Tentu saja tidak ingin menyinggung sosok yang begitu mengerikan ini meskipun sebelumnya sosok tersebut merupakan penolong mereka."Ya, tidak perlu terlalu sungkan! Bagaimana kondisi kalian semua?" Mo Tian menjawab seraya melambaikan tangan agar mereka tidak bersikap begitu formal."Kami semua telah baik-baik saja, senior! Hanya Tuan Muda kami saja yang masih belum sadarkan diri. Luka yang dideritanya sangatlah parah," gadis iblis tersebut berkata dengan sedih."Hmm.. Jadi begitu.. Lalu, ke mana tujuan kalian selanjutnya dan sebenarnya dari mana asal kalian semua? Mengapa bisa terjebak di kedalama
Namun, jika saja Mo Tian apa yang saat ini sedang dipikirkan dan direncanakan oleh Yui Gong, ia pasti akan muntah darah Karena tidak tahan dengan kepercayaan dirinya yang begitu berlebihan.Hanya memiliki kultivasi Ranah Dewa Langit Tahap Akhir, namun berkata seolah-olah Dia dapat mengendalikan semuanya. Padahal, bagi Mo Tian hanya membutuhkan satu kibasan tangan saja Yui Gong sudah pasti akan menjadi bubur daging."Kheuk!"Yui Li tidak bisa lagi untuk tidak muntah darah oleh ucapan yang dilontarkan dari teman satu klannya tersebut. Dia lalu menatap Mo Tian dengan hati-hati dan berharap pemuda bertopeng separuh wajah itu tidak akan murka."Kau.. Kau Yui Gong sialan!" Yui Li mengutuki Yui Gong ribuan kali dalam hatinya."Uhuk-uhuk!"Mo Tian ingin memberikan sedikit pelajaran kepada iblis generasi muda yang berasal dari Klan Yui Kota Yunluo tersebut. Namun sebelum rencananya tercapai, iblis muda yang dipanggil Tuan Muda oleh keempat orang tersebut tiba-tiba terbatuk-batuk lalu kesadaran
Tuan Muda Yui Cheng hanya bisa menggelengkan kepala serta menghela nafas panjangnya ketika melihat ekspresi wajah dari iblis muda yang mengenakan topeng separuh wajah di hadapannya.Dia mungkin bisa menganggap bahwa pemuda itu benar-benar telah gila karena ingin menuju suatu tempat di mana tempat tersebut justru hanya akan menjadi kuburannya. Setor mati saja, jika dalam pembahasaan gampangnya. Tuan Muda Yui Cheng tidak lagi membicarakan hal-hal yang berkenaan dengan Makam Sejuta Pedang ataupun membujuk iblis muda di depannya agar tidak mendatanginya. Dia merasa akan sangat sia-sia saja. Namun dalam hatinya ada sedikit harapan yang timbul agar pemuda gila ini akan selamat seperti halnya sang jenius sejati di seluruh Alam Neraka alias Yang Mulia Kaisar Iblis, Mogui Tufui.Selesai dengan hidangan yang disajikan, Mo Tian kemudian pamit undur diri kepada Yui Cheng dengan alasan ingin beristirahat, karena merasakan sedikit kelelahan akibat melakukan latihan bersama dengan Patriark Yui Qui
Di Klan Yui.Mo Tian yang tidak tahu dengan rencana Patriark Klan Wen serta putranya Wen Danye yang akan melakukan hal sama dengan apa yang dilakukan oleh Patriark Yui Qui ketika dirinya berkunjung ke Klan Wen suatu hari nanti saat ini sedang menikmati jamuan mewah yang disuguhkan oleh Tuan Muda Yui Cheng.Mo Tian sama sekali tidak sungkan dan memakan semua jamuan itu dengan sangat lahap. Baginya, makan-makan merupakan hal penting sekaligus menyenangkan, meski sebenarnya bagi tingkatan kultivator yang telah mencapai Ranah Dewa Raja Tahap Akhir sepertinya dapat tidak makan sampai waktu tak terbatas lagi masih ada energi Qi di tempat yang dia pijaki."Senior Mo Tian, jika saya boleh tahu, ke manakah senior akan pergi setelah dari klan kami?" Tuan Muda Yui Cheng mencoba bertanya dan mengakrabkan diri dengan iblis muda yang begitu kuat di depannya itu."Emm.. Sebenarnya aku sedang dalam perjalanan menuju ke Kekaisaran Iblis atau lebih tepatnya Makam Sejuta Pedang. Jadi, aku hanya ingin me
Patriark Yui Qui sadar betul dengan kekuatan yang dimiliki oleh iblis muda bertopeng separuh wajah di sampingnya ini. Bahkan, setelah dia mengerahkan seluruh kekuatannya yang telah mencapai kultivasi Ranah Dewa Kaisar Tahap Menengah, pemuda ini masih saja sanggup mengimbanginya serta teknik pedang yang dimilikinya benar-benar terlalu mengerikan. Patriark Yui Qui masih ingat dengan jelas ketika pemuda ini hendak menebaskan pedangnya ke arah lehernya dibatalkannya sehingga pria paruh baya yang menjadi salah satu entitas terkuat di Kota Yunluo terselamatkan. Lalu bagaimana mungkin para tertuanya yang hanya berada di tingkatan di bawah kultivasinya dapat mengalahkan sosok semengerikan ini? Itu benar-benar sangat mustahil di dalam penilaian Patriark Yui Qui. Yang ada, mereka semua pasti akan dibantai habis oleh Mo Tian jika dirinya merasa tersinggung. Beruntungnya ayah Yui Cheng atau Patriark Yui Qui tidak bertindak impulsif sejak awal kepada pemuda ini sehingga menghindarkan dari sesuat
Wush!Bammmm!Bammmm!Mo Tian dan Patriark Yui Qui sama-sama terpental mundur akibat ledakan pertemuan antara dua jurus terkuat. Keduanya terlihat imbang dalam segala aspek dan hal ini tentu saja mengejutkan salah satu orang paling kuat di Kota Yunluo itu."Cukup, temanku!" Patriark Yui Qui dengan cepat berbicara seraya mengangkat tangannya menghentikan Mo Tian yang telah bersiap untuk melakukan serangan selanjutnya menggunakan jurus terkuat lainnya."Oh..? Apakah disini anda menyerah, Patriark Yui?" Mo Tian bertanya dengan seringai tipis terpancar dari sudut bibirnya."Ha-ha-ha.. Tentu saja tidak, teman Mo Tian! Aku tidak mungkin kalah darimu yang hanya memiliki kekuatan Ranah Dewa Raja Tahap Akhir!" Patriark Yui Qui menjawab sembari tertawa terbahak-bahak. Namun dalam hatinya dia mengakui bahwa kekuatan pemuda bertopeng di hadapannya ini benar-benar sangat luar biasa menakutkan karena dapat mengimbangi dua tahapan tingkatan kultivasi. Hanya mereka yang dianggap sebagai monster atau
Tempat latih tanding antara Mo Tian dan Patriark Yui Qui memang telah dilindungi oleh susunan formasi array yang sangat kuat. Namun, hal itu masih saja tidak dapat menyamarkan dari suara dentuman yang sangat keras disertai sebuah getaran yang melingkupi dihampir keseluruhan wilayah mansion Klan Yui.Kepanikan tentu saja terjadi dan semua orang mengira bahwa terjadi sebuah penyerangan di kediaman keluarga Yui. Bahkan Yui Cheng yang sebelumnya mengantarkan Mo Tian untuk menghadap kepada sang ayah ayahnya melakukan suatu hal yang sependapat dengan Yui Gong hingga terpantik lah sebuah perseteruan yang berujung pada pertarungan.'Apa ayah lebih memilih mengambil pendapat iblis tidak masuk akal itu daripada putranya sendiri?' Yui Cheng bergumam dalam hatinya dan merasakan kekecewaan kepada sang ayah karena setelah menyerang dermawannya.Di tempat salah satu Tetua Klan Yui, Yui Zo dan Yui Gong yang sedang berbicara beberapa hal di kejutkan dengan suara dentuman keras dan getaran hebat. Kedua
"Salam, ayah!" Yui Cheng memberikan salam sembari menangkupkan kedua tangan dan membungkukkan badan kepada sosok pria paruh baya yang sedang duduk di gazebo taman belakang kediaman Patriark."Salam, Patriark Yui!" Mo Tian juga melakukan hal sama namun sama sekali tidak membungkukkan badannya."Hmm.. Yui Cheng, kau boleh pergi! Ayah ingin berbicara empat mata dengan dermawan mu ini. Tuan Muda Mo Tian, silakan duduk bersamaku! Aku telah menyiapkan teh galaxy untuk kita nikmati bersama!" Patriark Yui Qui berkata dengan sangat ramah."Baik, ayah!" Yui Cheng menurut dan pergi."Terima kasih, Patriark Yui!" Sedangkan Mo Tian dengan tanpa sungkan langsung duduk di tempat yang dipersilahkan oleh sang Patriark Yui.Mo Tian dengan santai menyeruput teh galaxy itu hingga sudut bibir Patriark Yui Qui terangkat sedikit. Dia cukup kagum dengan pemuda bertopeng separuh wajah ini karena masih begitu tenang meskipun sebenarnya sejak awal dia telah mengumbarkan aura kultivasi Ranah Dewa Kaisar Tahap Me
Sehari berlalu dan di dalam Dunia Jiwa telah berlalu 3 hari disebabkan perbedaan waktu antara dimensi nyata dan juga dimensi milik Mo Tian.Selama itu pula Mo Tian menggunakannya untuk beristirahat sekaligus menemani Putri kecil serta muridnya untuk berlatih.Dan kini, tibalah waktu bagi Mo Tian berpisah dengan dua murid sekaligus saudara-saudarinya yang menghuni Dunia Jiwa."Ayah, sering-seringlah mengunjungi kami!" Rengek Tian Ru'er dengan manja karena merasa bahwa waktu 3 hari kebersamaannya dengan sang ayah masih begitu kurang. "Benar yang dikatakan saudari Ru'er, guru! Sering-seringlah guru mendatangi Dunia Jiwa. Latihanku dengan guru sangat terasa berbeda dan lebih mudah dipahami. Lain halnya jika dengan paman Ja Bu atau pun yang lainnya!" Muridnya, Ye Lan'er menambahkan."Baiklah-baiklah.. Aku akan berusaha sebisa mungkin untuk sering mengunjungi kalian. Tapi, ada satu syarat yang harus kalian tepati jika kita bertemu lagi,""Syarat?" Tian Ru'er dan Ye Lan'er berucap serentak.
Mo Tian berjalan santai memasuki Kota Yunluo dengan rombongan Tuan Muda dari Klan Yui. Tidak ada satupun masalah lagi yang menghampiri rombongan mereka karena beberapa orang telah melihat dengan jelas keberanian pemuda bertopeng separuh wajah yang mencekik Wen Danye bahkan hampir membunuhnya.Tidak ada orang waras yang mau berselisih dengan sosok seperti itu. Mereka yakin bahwa pemuda itu sangat kuat sekali karena dengan mudahnya dapat membuat tidak berdaya Tuan Muda Wen Danye padahal kultivasinya telah mencapai Ranah Dewa Raja Tahap Awal.Rombongan itu akhirnya sampai di sebuah mansion yang sangat besar dan megah di tengah-tengah kota."Selamat datang di kediaman keluarga Yui, senior!" Yui Cheng berkata kepada Mo Tian.Mo Tian hanya menganggukkan kepala saja untuk menanggapinya.Yui Cheng lalu membawa Mo Tian di salah satu bangunan megah guna mempersilahkannya beristirahat. Dia tahu bahwa pemuda bertopeng separuh wajah ini cukup kelelahan karena ketika dalam perjalanan menuju Kota Yu
Tuan Muda Wen Danye meraung-raung dengan marah seraya meledakkan Niat Membunuhnya yang sangat pekat ke arah Mo Tian. Zheep! Namun baru saja ketika dia selesai berbicara, pemuda bertopeng separuh wajah yang di cacinya tiba-tiba muncul tepat di depannya lalu dengan tanpa basa-basi mencekik lehernya dengan sangat kuat. Ugh! Tuan Muda Wen Danye terkejut bukan main saat tubuhnya tiba-tiba terangkat dan nafasnya susah untuk di tarik. Energi Qi di dalam tubuhnya juga terasa tersegel seketika itu juga. "Katakan sekali lagi padaku, kau ingin membunuhku? Apa kau layak di mataku?" Mo Tian berkata dengan nada dalam serta sorot matanya yang tajam memberikan perasaan menakutkan bagi Wen Danye. "Ugh! S-senior.. T-tolong lepaskan dan ampuni aku yang lemah ini.." Wen Danye berbicara memohon dengan terbata-bata. Dia bukanlah iblis bodoh seperti Yui Gong yang serta merta menyinggung sosok yang tidak takut sama sekali dengan identitasnya, padahal jelas-jelas dia sebelumnya telah meneriakkan dengan l