Share

Part 47C

last update Last Updated: 2022-10-03 02:10:48

Aku berpikir sejenak lalu menghela napas. Kuajak pun Ririn bertekak pasti ini maunya. Akhirnya aku memilih diam daripada marah buang-buang energi.

"Kenapa kamu diam? Apakah kamu mati kamus? Atau menyerah begitu saja?"

Ririn melangkah menghampiri brangkar. Dia menunduk lalu berbisik ke daun telinga Bu Aisyah.

"Apakah kamu sudah menanda tangani surat itu?"

Aku terkejut, syarat apa yang diberikan Ririn kepada ibu mertuaku? Aku menarik tubuhnya, Ririn. Dia menatap wajahku lalu menamparnya dengan keras dan membabi buta.

Aku mengelus pipiku yang panas akibat tamparan yang diberikan Ririn. Aku diam sebentar untuk mencari celah dan dia seolah merasa menang dan tidak ada sama sekali menghindar. Setelah semua aman, Kubalas tamparannya dengan sekuat kuat tenaga dan tidak ada ampun.

"Hentikan!" ucapnya lirih.

Aku tidak peduli. Kutampar kembali sampai dia benar-benar lumpuh tidak berdaya. Tidak lama kemudian, tubuhnya ambruk ke lantai dengan wajah merah dan dibanjiri darah segar dari tepi bibir d
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Kain Basahan Basah Di Kamar Mandi   Part 47D

    'Ya Allah, maafkan aku sudah mengajari anak orang ke jalan yang sesat.'Aku mengelus dada sambil mengucap istighfar. Niat hati untuk membalaskan rasa kesal. Namun, hati kecil berkata. Tidak boleh menyesatkan manusia."Kamu kira aku bodoh. Jangan ajari burung terbang dan ikan berenang. Tidak mungkin lebih pandai daripada kamu."Aku mengedarkan pandangan ke arah jendela. Satu sisi aku merasa senang, kalau Ririn masih sadar kalau aku mengajarinya ke jalan yang salah."Baguslah kalau kamu masih sadar dan masih ingat Tuhan.""Nesya, Nesya! Ternyata kamu masih dangkal pikirannya. Aku ini sudah menelaah apa yang kamu katakan tidak benar untuk kulakukan."Ririn kembali menghampiri Bu Aisyah. Dia menatap nanar wajah Bu Aisyah yang semakin pucat."Ibu ... Aku mohon tanda tangani surat surat itu, sebelum ibu pergi menghadap sang Maha Kuasa."Ririn mengusap bulir bening yang mengalir dari sudut netra Bu Aisyah. Tidak sedikitpun bu Aisyah merespon apa yang dikatakan Ririn. Air matanya semakin dera

    Last Updated : 2022-10-03
  • Kain Basahan Basah Di Kamar Mandi   Part 49A

    Kain Basahan Basah di Kamar MandiPart 49: Tidak TahanPagi telah menyapa bumi. Ririn menyibak tirai jendela. Udara pagi ini sangat dingin menusuk sampai tulang. Dia menggeliat dan menguap. Ternyata di luar sana gerimis manja. Pantas saja dirinya enggan bangun.Ririn mengedarkan pandangan ke arah ranjang. Rusli masih seonggok bangkai hanya dengkuran nafasnya sangat jelas terdengar."Sayang, bangun dong! Sudah siang," bisik Ririn ke daun telinga Rusly.Rusly menggeliat dan tidak mau bangun. Malah dia menarik selimut untuk tidur kembali."Sayang bangun dong!" ucapnya kembali."Argh ...!" amuk Rusly langsung duduk.Ririn terkejut melihat tingkah suaminya yang arogan pada saat itu."Kamu itu ya ... nggak ada sama sekali mengerti perasaanku. Aku sedang enak-enak tidur. Malah kamu datang mengganggu.""Ini sudah siang, Bang!" jawab Ririn sambil memejamkan mata sebentar."Kalau sudah siang kenapa?!" jawab Rusly dengan sorot mata menyalang.Ririn diam sambil meneguk salivanya. Wajahnya kelihat

    Last Updated : 2022-11-02
  • Kain Basahan Basah Di Kamar Mandi   Part 49B

    "Kamu itu istriku!" jawab Rusly menyeringai."Aku lagi datang bulan!" pekik Ririn."Aku tidak peduli. Kamu harus nurut dan tidak boleh membantah. Jadi, terima saja apa yang akan kulakukan."Rusly terus memaksa Ririn agar mengikuti ritme yang ada. Sementara Ririn merasa dizolimi oleh suami sendiri.Tidak berapa lama, akhirnya selesai juga."Terima kasih telah menafkahiku," ucap Rusly sambil memeluk tubuh Ririn dibatas ranjang.Ririn meratapi nasibnya. Semua impiannya menikah dengan Rusly sangat bertolak belakang. Padahal dia penuh harap untuk mencicipi sakinah, mawaddah warahmah. Ternyata itu semua hanya impian yang tidak hadir dalam bahtera rumah tangganya.Sesekali Rusly mencium kening istrinya sambil mengusap pucuk kepalanya. Ririn terus terisak tiada henti."Maafkan aku sayang. Aku sudah tidak mengontrol semuanya."Ririn diam seribu bahasa. Dia terus menatap dinding kamar sambil memilin ujung selimut."Semoga apa yang kita lakukan tadi menjadi dedek bayi. Aku sudah rindu mendengar

    Last Updated : 2022-11-03
  • Kain Basahan Basah Di Kamar Mandi   part 49C

    Pilihan yang sangat berat bagiku. Aku sudah tidak mau rujuk lagi dengan Rusly. Aku juga punya harga diri. Kenapa mesti harus kembali lagi ke dalam pelukannya? "Mohon maaf ibu. Tanpa mengurangi rasa hormat. Aku tidak bisa mengabulkan permintaanmu. Masih banyak jalan lain untuk mengabdi dan berbakti kepadamu, ibu. Lagi pula, tidak itu saja kok untuk jadi ladang ibadah.""Hentikan! Aku tidak mau mendengar perkataanmu lagi! Pergi dari sini!" racau Bu Aisyah sambil melempar gelas kaca berisi air putih yang ada di atas nakas. Aku tersentak kaget mendengar larva emosi yang keluar begitu saja. Tidak pernah mertuaku merah padam seperti ini."Dokter sudah memvonis usiaku. Aku harap tolong kabulkan permintaanku. Aku tidak mau meninggal seperti bersalah dalam hal mendidik anak! Aku tahu kamu pasti bisa membuat Rusly kembali ke jalan yang lebih diridhoi sang penguasa alam ketimbang Lala dan Ririn.""Kenapa harus aku yang jadi tumbalnya Bu?! Lagi pula aku sudah cukup sabar dan terlalu diam selama

    Last Updated : 2022-12-19
  • Kain Basahan Basah Di Kamar Mandi   part 50A

    Part 50: Minta Rujuk Kembali'Kalau ini jalan takdir yang harus aku tempuh. Kenapa ada hati dan jiwa yang tersakiti?' tanyaku dalam hati.Aku merenung sejenak. Untung saja dokter dan tenaga medis cepat tanggap menolong ibu mertuaku."Bagaimana kabar ibu, sayang?" tanya seseorang.Aku mendongak. Sesekali kuusap mataku untuk memperjelas tatapnku. Aku takut salah lihat. Setelah pandanganku jelas. Aku langsung menunduk kembali. Soalnya dia dan diriku sudah tidak mahram lagi.Aku diam seribu bahasa sambil memilin ujung jilbab yang kupakai. Ada rasa dag dig dug ser di dalam dada. Aku juga tidak tahu kenapa diri ini seperti itu. Aku tidak mau kalau ada benih cinta tumbuh kembali."Kenapa kamu diam? Maaf kalau aku sudah lancang menyapa kamu dengan ucapan sayang," ucapnya lagi sambil duduk tepat di sampingku.Aku semakin salah tingkah. Mencoba bergeser agar tidak terlalu dekat. Aku juga tidak mau menimbulkan fitnah."Tolong jangan terlalu dekat duduknya! Jangan membuatku merasa risih atas keha

    Last Updated : 2022-12-20
  • Kain Basahan Basah Di Kamar Mandi   Part 50B

    Aku tidak peduli atas teriakannya. Sudah cukup selama ini diriku disakiti. Kupacu langkah kaki dengan cepat agar tidak bisa dikejarnya."Kamu mau ke mana? Aku belum selesai bicara kepadamu. Kenapa kamu malah angkat kaki! Mana dirimu yang aku kenal selama ini?!" cecarnya sambil menghalangi langkah kakiku.Aku menepis tangannya. Rasa jijik kini lahir dalam diriku. Tidak tahu kenapa aku sudah muak dan tidak mau memandang wajahnya. Walaupun dia pernah memberi warna dalam hidupku selama dua belas tahun."Aku bersumpah dan berjanji akan berubah dan tidak pernah meneteskan air matamu lagi. Aku mohon dengan sangat, tolong beri aku kesempatan kedua," ucapnya lirih sambil bersembah sujud di hadapanku.Aku memutar tubuhku seolah tidak mau menjadi dewa di dalam hidupnya.Suara derit pintu terdengar jelas mengalihkan perhatianku. Seorang dokter keluar dari dalam ruang ICU dengan seragam yang biasa dipakai ketika dinas."Bagaimana keadaan mertuaku, Dok?" tanyaku sambil berlari menghampirinya.Aku t

    Last Updated : 2022-12-20
  • Kain Basahan Basah Di Kamar Mandi   Part 50C

    "Bu Aisyah belum sadar. Kemungkinan beliau tidak bisa diselamatkan. Itu makanya beliau menitip pesan kepada kamu, Bu!" ucap dokter."Kenapa dokter tidak memberikan pelayanan yang terbaik buat pasien? Di mana letak sumpah janji seorang dokter?! Aku akan menuntut kalian atas kelalaian dalam mengemban tugas yang mulia," jawabku sambil memukul kedua bahu dokter. Dokter itu hanya diam seribu bahasa dan pasrah dengan keadaan yang ada.Aku terus terisak sambil memukul dada bidangnya. Tidak ada sama sekali kata yang terucap dari bibirnya."Sekuat apapun ibu menangis, tidak akan merubah nasib. Aku dan tim medis sudah melakukan yang terbaik. Namun, penguasa alam berkata lain. Lantas, apakah ibu masih menuntut kami tim medis dan tidak percaya akan takdir yang maha kuasa?"Dokter mencoba menenangkanku. Aku menutup mulutku dengan telapak tangan sebelah kanan. Menangis pun aku sampai air mata kering tidak akan merubah keadaan. Aku hanya bisa berdoa kepada Sang Maha Pencipta.'Ya Allah! Aku mohon b

    Last Updated : 2022-12-25
  • Kain Basahan Basah Di Kamar Mandi   Part 51A

    Part 51: Terkulai Layu[Bagaimana hasilnya kemarin, sayang?]Aku menajamkan pendengaran.Di pojok sana aku melihat seorang pria. Kata hatiku, laki-laki itu Rusly. Namun, aku ingin mengetahui dengan siapa dirinya berbicara.[Semua aman. Aku sudah memaksa ibu agar menanda tangani surat itu,] jawab Rusly dengan lantang. Dia mengukir senyum tipis sambil sesekali mengusap wajah kasarnya.Aku masih saja memantau gerak-gerik yang dilakukan Rusly bersama wanita lawan bicara.Di ujung belahan bumi lain, Ririn sudah membayangkan rencananya akan berhasil. Sebentar lagi dirinya bakalan kaya bergelimang harta.[Pokoknya jangan sempat gagal. Aku tidak mau menjadi hidup susah seperti dulu!][Kamu tenang saja. Begitu surat itu sudah ditandatangani oleh orang tua yang sudah kuanggap bangkai. Kita akan pergi terbang ke luar negeri.][Kenapa kamu tidak membunuh Bu Aisyah sekalian?]Rusly bergeming lalu memutar bola matanya berpikir.[Hallo ...,]Ririn sudah mulai panik. Dia melihat layar ponsel miliknya

    Last Updated : 2023-01-31

Latest chapter

  • Kain Basahan Basah Di Kamar Mandi   Season 2: Part 101: Pengantin Batu Stok Lama

    "Apa?!" tanya Rusly tidak sabaran. "Jangan sesekali memberikan harapan palsu kepadaku," imbuhnya dengan menahan emosi."Siapa juga yang memberikan harapan palsu?" ucapku dengan sedikit menaikkan nada. Aku pergi melangkah. Walaupun sebenarnya aku sok jual mahal. Itu semua aku lakukan agar dia merasa sadar dan terpukul."Kamu mau ke mana?!" tanyanya mendongak. Fokusnya gagal mengirim doa. Dia bangkit lalu berlari mengejarku."Itu bukan urusanmu!" jawabku membentak. "Lepaskan tanganku!" jelasku kembali.Aku pergi begitu saja. Cuaca hari ini sangat panas sehingga aku takut hitam terbakar oleh sinar sang mentari."Lebih baik aku mati bunuh diri daripada lama-lama mati tersiksa untuk mendapatkan cinta dan kasihmu yang ke dua kali.""Silakan kalau kamu tidak punya iman dan Tuhan!" jawabku datar. Walaupun aku sudah jauh dari tempat dia berpijak.Argh!Rusly mengacak-acak rambutnya kembali. Lelah?! jelas dirinya pasti lelah. Kecewa?! Jelas sekali. Sudah berulang kali dia menelan kekecewaan. Na

  • Kain Basahan Basah Di Kamar Mandi   Season 2: Part 100B: Ziarah

    Wajahnya Rusly berubah masam mendengar perkataanku. Aku tersenyum bahagia setelah dia berubah pias."Sungguh terlalu kamu, Nesya!" rutuknya tidak terima. Aku ini mantan suamimu dan akan menjadi suamimu lagi sebentar lagi," imbuhnya menjelaskan. Dia mengepalkan tangan hendak menamparku. Namun, tangannya hanya mengambang di udara."Kenapa tidak jadi memukulku!" bentakku dengan menatapnya menyalang. "Ayo pukul sebelum Pencipta Alam Semesta mengutuk kamu benar-benar seonggok bangkai," imbuhku kembali."Kalau bukan kamu itu perempuan yang hendak akan kuperjuangkan, tangan ini pasti sudah landing di wajahmu itu," jawab Rusly dengan nada kesal. Dia berkacak pinggang lalu membuang napas kasar. "Aku tidak habis pikir kamu bisa berkata seperti itu," jelasnya dengan memijit kening yang tidak gatal."Maaf aku harus pergi dari sini." Aku melangkah meninggalkan dia sendiri di plataran parkiran.Silakan!" balasnya dengan kesal. Sangking kesalnya, dia memukul udara begitu saja. Argh! Dia berpikir s

  • Kain Basahan Basah Di Kamar Mandi   Season 2: Part 100: Kapan Aku Menandatanganinya

    "Tolong bebaskan aku dari sini, Nesya!" rengek Lala ketika aku sedang membesuknya di kantor polisi. Aku merasa kasihan setelah melihat keadaannya. Padahal baru tiga hari dia dikurung penampilannya sudah tidak terurus laksana orang gila."Hukum tetap berlaku. Aku tidak akan mengeluarkanmu dari sini sebelum jatuh tempo." Aku harus berkata sejujurnya. Tidak ada manusia yang rela anaknya mati tanpa salah. Apalagi kepergian Dhea masih membekas di dalam ingatan. "Belum lagi bahtera rumah tangga yang selama ini aku idamkan hancur karena kedatanganku ke dalam istana surgaku," jelasku dengan nada datar. "Aku berkata jujur atas semua perbuatanku," serunya dengan mengeluarkan cairan bening dari sudut retinanya. "Aku tidak mau berakhir usiaku di sini, Nesya," imbuhnya menjelaskan dengan raut wajah menyesal. Suasana di ruang besuk hening. Hanya dentuman jarum jam dinding yang terdengar."Aku mohon, Nesya!" pintanya mengiba. Aku tidak merasa kasihan apa yang yang terjadi kepada dirinya. Selama in

  • Kain Basahan Basah Di Kamar Mandi   Season 2: Part 98C

    Suasana mulai reda. Dia melihatku dengan sorot mata tajam. Namun, aku mencoba santai dan terus memperhatikan setiap gerak yang dia lakukan. Aku tidak boleh lengah apalagi jatuh ke dalam perangkapnya."Jangan kamu merasa menang dalam pergulatan ini!" ucapnya menyindir. Ekor retinanya terus memantau."Mau kalah, mau menang itu urusan Allah." Aku menjawab begitu saja. Kulirik ke arah sekitar tidak ada sama sekali yang mau melerai. Padahal sudah adu mulut dengan nada tinggi. Bahkan hampir saja jambak-jambakan. "Apa aku harus menguburmu hidup-hidup biar kamu tidak bisa lagi menggangguku?" imbuhku menyindirnya."Apa aku tidak salah dengar?!" jawabnya sinis. Dia merasa menang. Idenya kini muncul. "Buktinya saja, aku mampu mengirim Dhea ke alam kubur dalam durasi satu bulan."Deg!Hatiku merasa tersayat bahkan teriris."Apakah kamu tidak curiga atas kepergian buah hatimu dengan Rusly?"Aku berpikir sejenak. Dan ingin menjebaknya kembali."Aa-apa?" tanyaku terbata pura-pura. Aku merogoh ponsel

  • Kain Basahan Basah Di Kamar Mandi   Season 2:

    Hari terus berlalu. Aku merenungi nasib malang yang tidak pernah aku bayangkan. 'Apakah aku harus menerima Rusly kembali? Atau menjanda selamanya?'Tidak tahu harus berbuat apa. Aku semakin bingung dan frustasi. Aku memejamkan mata sejenak untuk sekedar menghilangkan rasa resah dan gelisah."Mau sampai kapan kamu menjanda, Nesya?" tanya Rusly setengah membentak. Pertanyaannya sangat tidak enak didengar telingaku. Aku hanya bisa diam dan membisu dikala pertanyaan saat itu terlontar dari tepi bibirnya.Sakit, perih dan bahkan ngilu begitu kentara ketika aku mengingat semua sifat buruk mantan suamiku.Daripada aku takut putus asa membuat otak tidak bisa mencerna mana yang baik dan mana yang buruk. Aku beranjak dari atas dipan lalu menaut wajah di depan cermin lemari hias."Aku butuh healing sepertinya," ucapku setelah melihat rias wajahku sudah pas dan netral. Aku mengambil nakas di atas nakas yang sedang di cas. Kucopot chatger-nya lalu memesan transportasi online dengan semangat. Ti

  • Kain Basahan Basah Di Kamar Mandi   Season 2: Part 99A: Berakhir di KUA

    "Seharusnya kamu tidak berbuat seperti itu, Rusly!" sindirku dengan nada naik dua oktaf."Rasa empati dan simpatiku sudah hilang semenjak kamu bermesraan dengan pria lain dan disaksikan oleh kedua bola mataku!" kilahnya seolah mau menang sendiri. Aku saja muak mendengar ucapannya. Seolah-olah dirinya lah yang paling suci di atas muka bumi ini."Kalau kamu hilang rasa empati ataupun simpati. Kenapa masih berdiri di situ!" ejekku dengan melipat ke dua tangan lalu diletak sejajar dengan dada. "Bilang saja kamu masih kangen dan ingin berusaha agar kembali ke dalam pelukanmu," imbuhku menyindir.Kepalanya mulai nyut-nyutan dan tidak bisa diajak kompromi untuk mencari jawaban. 'Sial! Bisa saja dia mengetahui apa yang sedang aku alami,' ucapnya bermonolog."Kalau kamu memang tidak suka dan merasa jijik melihatku. Aku rasa kamu tidak akan kembali menemui ku laksana seperti sekarang ini," kilahku sembari mengejek dirinya.Aku memastikan kalau dirinya pasti sudah mati kutu. Buktinya saja, dia

  • Kain Basahan Basah Di Kamar Mandi   Season 2: Part 98B: Dituduh jadi Berang-berang

    Setelah Pak Bambang merogoh dompet guna untuk mencari tahu identitas korban, aku masih terus terisak dan tidak sabar menunggu hasil yang sesungguhnya. Tidak butuh waktu lama, Pak Bambang sudah mendapat dompet. Dia berdiri tegak lalu membuka dompet yang baru saja dia temukan di dalam kantong celana. "Apakah nama suami ibu bernama Anton?" tanyanya dengan sedikit menatap ke arahku.Aku tidak terlalu menyimak apa yang ditanyakan beliau. "Bo-boleh diulangi lagi?" tanyaku ragu dengan wajah mendongak. "Apakah nama suami ibu Anton?" tanyanya ke dua kalinya dengan nada sedikit kesal.Setelah kupertajam pedengaranku, aku sudah mendapat jawaban pasti. "Be-berarti ii-ini bukan suami saya," jawabku terbata. Aku baru sadar sudah menangisi jasad pria lain. Bisa saja itu suami wanita lain yang sedang menunggu kehadirannya di tengah istana syurga yang dibangun bersama wanita yang tidak lain ibu dari buah hatinya."Kalau nama suami ibu bukan Anton, berarti jasad yang sudah engkau tangis bukan suami at

  • Kain Basahan Basah Di Kamar Mandi   Season 2: Part 98: Kecelakaan Maut

    Dua hari setelah kejadian itu, aku selalu teringat kepada Rusly. Resah dan gelisah kini menghantui diriku. Habis main sosial media sambil rebahan aku bangkit lalu melangkah ke arah dapur. Lapar, tetapi tidak selera makan. Kembali lagi aku ayunkan telapak kaki ke arah teras sampai aku merasa bosan dan jenuh.Ponselku yang berdering tidak aku hiraukan sangking tidak enaknya perasaan dan badanku. 'Apakah Rusly sudah memeletku?' batinku sembari menautkan wajah di cermin. Aku memperhatikan pelan-pelan mukaku di kaca. Padahal kaca itu bukan cermin melainkan kaca jendela. 'Semoga saja tidak ada sangkut pautnya dengan Rusly.' Aku mencoba mengambil handuk yang di jemur di halaman belakang. Resah dan gelisah semakin tidak karuan membuatku ingin segera mandi.Setelah kuraih handuk. Kuayunkan langkah kaki menuju kamar. Di atas dipan layar ponselku sudah kedap-kedip dan nada dering sudah terdengar jelas. Segera aku meraih kotak persegi itu lalu lamat-lamat kuamati. 'Nomor baru memanggil,' ucapku

  • Kain Basahan Basah Di Kamar Mandi   Season 2:. Part 97B: Jalan Pintas

    "Maaf kalau aku sudah lancang menggendongmu dan membawa dirimu ke rumah kontrakanku," Aku terbangun dan ternyata aku hanya mimpi. Andai saja semua itu benar, aku sudah tidak tahu harus berbuat apa. Kusapu pandangan ke arah sekitar. Senyum simpul lahir di sudut bibirnya, Rusly."Apa yang terjadi kepadaku?! Kenapa aku ada di sini?!" amukku seolah tidak terima kalau pria yang tidak mahram itu menyentuhku."Tadi kamu pingsan di pusaranya, Dhea. Untung saja kunci mobilku ketinggalan di sana tepat di batu nisannya, Dhea." Rusly mencoba menjelaskan dengan berkata jujur. Walaupun sebenarnya dia ragu dengan kejujurannya tidak kuterima."Pasti itu semua akal busukmu 'kan?!" sergahku tidak terima."Aa-aku berkata jujur! Aku tidak ada maksud jahat walaupun terlintas di dalam otakku ide jahat untuk menjebakmu," selanya dengan spontan. Dia terkejut kenapa bisa berkata seperti itu."Maksud ide jahat itu apa?!" tanyaku mengintrogasi. Aku mulai duduk dan menyandrkan tubuh ke tepi ranjang.Rusly mulai

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status