Kyrena berbaring di rerumputan, kira -kira sudah berapa lama sejak saat Aron mengucapkan kalimat itu ya?
Hari itu setelah Aron mengucapkan kalimat tersebut membuat harapan Kyrena semakin besar pada pria itu. Seakan Aron memberikannya lampu hijau untuk bisa memiliki hubungan spesial diantara keduanya.
Gadis malang ini hanya tidak tahu kalau Aron sungguh ingin mengorok leher nya sambil membantai seluruh keluarga kerajaan Drystan. Aron mengamati gadis tersebut dari lantai atas salah satu menara kerajaan Alvah, dengan mata biru seperti laut yang tenang sebelum datangnya badai.
"Tampaknya kita benar-benar telah mengecoh putri Kyrena, Yang Mulia."
Aron sama sekali tidak menanggapi kalimat Jason, mata dan pikiran dia hanya terpatri pada gadis bersurai hitam di bawah sana.Tentu saja melarikan diri dari kerajaan tidak semudah membalikkan telapak tangan, apalagi dengan cara terus terang dan menerobos barisan prajurit seperti yang mereka lakukan.Adegan para prajurit dan pelayan yang mengejar mereka berdua pun terjadi, tapi pria berambut pirang ini bahkan dengan santai bisa tertawa lebar padahal Kyrena sudah kesulitan mengimbangi langkah kaki Asteria. Tenaganya pun perlahan-lahan habis dan Kyrena sudah tidak sanggup untuk berlari lagi, dia lebih memilih untuk melepaskan genggaman tangannya dari Asteria dan dengan rakus mengambil oksigen di sekeliling nya."Hah... Aku sudah tidak kuat," jujur nya dengan nafas tersegal-segal.Asteria melirik ke arah kastil dan masih ada beberapa prajurit yang mengejar mereka berdua, tampaknya mereka tidak ingin menyerah.
Rafael menggaruk sebelah telinga dengan gusar, entah sudah berapa lama dia mendengar ocehan pria yang diikatkan di batang pohon ini. Kalau saja Asteria tidak melarangnya, dia pasti sudah memberikan sedikit arsenik pada pria berambut merah tersebut agar tertidur pulas."Katakan padaku bangsat! Kemana dia membawa putri Kyrena!?" cecar Lucien yang mencoba melonggarkan ikatan talinya. Rafael masih tidak memperdulikan ocehan pemuda itu, dia sibuk dengan belati yang sedang diasah. Rafael sudah seperti algojo yang menyiapkan pedangnya agar lebih tajam, mengerikan namun Lucien sama sekali tidak takut."Hei! Apa kau tuli, katakan padaku!?" peringat Lucien sekali lagi.Rafael mulai memanas, dia sungguh terusik dengan suara cempreng milik pria berambut merah ini. Dia mulai bertanya
Tiga pemuda yang berbeda usia duduk di kursi tanpa memulai percakapan sama sekali. Salah satu dari mereka terus mengoceh kesal karena dirinya diikat pada sebatang pohon selama hampir satu hari ini, siapa lagi kalau bukan Lucien si pria pendiam. Entah bagaimana pemuda ini mendapatkan julukan pria pendiam tapi yang jelas, dia sama sekali tidak cocok dengan image yang ditempel orang-orang kepadanya."Lama tidak berjumpa William," sapa Asteria dengan bibirnya yang sedikit miring. Lucien memandang bocah di hadapannya dengan tajam, sapaan seperti itu sudah sangat lama tidak dia dengar semenjak identitas nya diganti. "Aku buka William lagi, Yang Mulia." Lucien yang menolak di panggil William hanya melipat kedua tangannya menantang."Meskipun kau bukan William tapi gaya bicaramu tetap saja informal padaku," sindir Asteria. Sejak awal
Sama sekali tidak pernah terpikirkan olehnya kalau mereka akan bertemu lagi, di waktu yang tidak terduga. Dia masih ingat jelas bagaimana gadis itu tersenyum lebar bermain bersama dengannya saat mereka masih kecil, tanpa beban dan rasa sakit. Bahagia selalu terpancar di wajah tampan nya saat mengingat kenangan-kenangan manis mereka, mengelus lembut pipinya hingga bersemu menjadi merah muda. Perasaan lembut itu tumbuh bersama dia seiring waktu, meskipun dia sudah tahu kalau sejak dahulu dia tidak bisa memenangkan hati gadis tersebut. Hati dan pikirannya sudah milik pria lain, dan dia hanya bisa mencintai di dalam diam. Menyakitkan? Tentu saja. Asteria menatap wajah tidur Kyrena dengan sendu, di tangannya terdapat
"Dari data yang saya kumpulkan, Yang Mulia Aron telah berhasil mengumpulkan sekitar 500 prajurit yang sudah menyebar di area kerajaan Drystan. Beliau juga sudah menjalin hubungan dengan beberapa fraksi yang menentang kerajaan Drystan dari 3 keluarga. Salah satunya adalah tetua dari klan monster tapi sampai sekarang kami belum bisa dengan pasti menyebutkan klan mana, sementara dua keluarga yang lain adalah Count Havardur dan saudara kandung raja Khrysaor yaitu Grand Duke Khattan Conrad." Rafael selesai membacakan laporan yang berhasil di kumpulkan oleh anak buahnya di Drystan. Asteria mendelik saat mendengarkan bahwa saudara kandung raja sendiri bahkan ingin menggulingkan kakaknya, sungguh kehidupan yang menyedihkan.Asteria percaya bahwa tidak ada satupun mulut dari para bangsawan yang dapat di percaya, semua hanya bualan semata dengan pedang bermata dua
Apakah seperti ini rasanya menjadi spesial bagi orang lain? Rasanya nikmat dan bahagia tiap detik seperti hujan yang turun di padang gurun. Hanya bersenggol tangan, berpapasan di jalan, atau mata mereka yang saling bertemu. Kyrena sudah tidak bisa membedakan yang mana dunia nyata dan imajinasi, kepalanya di penuhi oleh sosok Aron saja.Mungkin bumi akan terpecah bila Aron menghilang dari pandangannya, cinta memang sangat ironis. Gadis ini masih mengingat betul bagaimana teman-teman perempuan di akademik nya saat membicarakan pria idaman mereka. Penuh dengan tatapan binar, dan cinta mereka terasa sangat tulus juga naif. Kyrena tidak pernah menyangka kalau dia juga akan mengalami fase yang sama, akan sangat menyakitkan jika pria itu lebih dulu meninggalkan nya. Sejujurnya Aron tidak pernah secara gamblang mengajak dia untuk menjalin hubungan, tapi sikap putra mahkota Alvah men
"Gagak Hitam." Langkah Kyrena terhenti saat mendengar suara kecil Asteria. Alis nya bertaut untuk memastikan indera pendengaran nya, sebutan itu sangat familiar. Kyrena mencoba berpikir keras tapi kepalanya terasa sakit saat mencoba mengingat panggilan itu, kemudian Asteria menepuk bahunya. Gadis itu terserap kedalam netra biru langit indah milik Asteria, mata itu selalu berhasil membuat dia tertegun."Hei? Apa kau baik-baik saja?" tanya Asteria terdengar khawatir. Pria itu melihat Kyrena yang memegang erat kepalanya, tangan gadis itu mengepal di pinggir gaunnya. Kyrena seperti menahan rasa sakit."Aku baik-baik saja""Begitu kah? Baiklah aku akan mengantarmu ke sana," tawar Asteria, tapi ditolak oleh Kyrena."Tidak
Hari ini seluruh keluarga kerajaan Alvah lengkap berkumpul di ruang makan dengan Kyrena. Allerick duduk di kursi kebersarannya dengan Kyrena yang berada di seberang meja panjang. Kyrena adalah tamu spesial, dan tentu saja dia akan terus di perlakukan spesial sampai purtri itu keluar meninggalkan kerajaannya."Bagaimana hidangannya putri? apa kamu menyukainya?" tanya Allerick selaku pemilik rumah. "Tentu saja sangat lezat Yang Mulia, para koki kerajaan menyiapkan hidangan yang luar biasa setiap harinya,"jawab Kyrena tulus."Syukurlah kalau kamu menyukainya. Ini pertama kalinya kita menyantap makanan dimeja yang sama, saya beraharap kamu merasa nyaman dengan kehadian saya.""Tentu saja Yang Mulia, ini suatu kehormatan bagi saya bisa makan semeja dengan Yang Mulia raja. Mohon anda untuk tidak sungkan kepada saya," ujar Kyrena dengan senyuman tipis. Tanpa disadari oleh siapapun Aron memperhatikan Kyrena dengan seksama, tatapannya sangat lembut dan
Asteria melangkahkan kakinya di tanah licin yang ada di Drystan. Kepalanya menengadah ke atas langit, ribuan bintang-bintang ada disana bagaikan hujan berkelap-kelip. Asteria takjub dengan Drystan, negara ini bahkan lebih maju dari Alvah. Ada butiran cahaya yang melayang-layang di seluruh kota, bila disentuh mereka akan bertambah banyak. Kota yang saat ini di injak oleh Asteria berada di atas danau, orang-orang di sekitar Asteria juga tambak berbeda dan terlihat unik. Ada orang-orang yang berterbangan di atas jalan setapak dengan sapu terbang maupun karpet ajaib. Orang-orang yang menaiki benda-benda ajaib itu berjalan teratur layaknya lalu lintas. Kebanyakan yang mengunakan benda itu adalah para penyihir tingkat menengah hinga para bangsawan baru. Bangsawan lainnya menggunakan naga sebagai transportasi.Orang-orang yang masih berjalan juga tidak kalah menakjubkan. Anak-anak bermain dengan naga yang memang punya ukuran kecil, ada juga yang terlihat sedang belajar menggunakan sihir. Par
Aron adalah orang yang paling menyesal membuat rencana berbahaya seperti ini. Tidak pernah terpikirkan olehnya jika Kyrena yang melawan Cerberus sendirian, entah apa yang akan terjadi padanya. Bahkan Aron sendiri mengalami luka yang dalam dari Cerberus itu. Yang lebih menyakitkan, dia merencanakan hal ini dengan kepalanya sendiri. Bagaimana bisa dia meletekkan Kyrena pad posisi yang mengerikan? Untung saja Aron ada disini. Meskipun samar, Aron masih sempat melihat wajah khawatir Kyrena. Sebenarnya tujuan Arom meletakkan Cerberus disitu untuk memastikan seberapa kuat sihir dari Kyrena. Seberapa pintarnya Kyrena dalam menyusun strategi, melakukan perlawanan, dan memimpin negaranya. Tapi dia tidak bisa. Apalagi mengingat Kyrena yang terluka saat di hutan, Aron tidak bisa lagi melihat Kyrena terluka secuilpun. Perasaan bersalah membuncah dari hatinya, ketika melihat gambaran Kyrena yang terbaring lemah di atas kasur hingga berhari-hari. Aron mengeluarkan seluruh tenagannya untuk bangki
"Aron berhenti disana, Cerberus bukan mosnter yang mudah untuk dibunuh," Tegas Kyrena. "Kita tidak punya pilihan selain bertahan, Kyrena." Kyrena menggertak gigi ketika matanya tidak sengaja bertemu dengan Cerberus di depan sana. Cerberus liar itu bergerak secara perlahan mendekati Aron dan prajurit yang lain. Kyrena segera melepas jubah yang dia pakai, kemudian bersiap dengan sihir yang dia punya. Aron jelas tidak akan bisa menahan serangan dari Cerberus liar, tidak ada harapan dengan alat tempur dan pedang laras panjang. Cerberus itu menegendus-ngendus, kemudian menggerakkan ketiga kepalanya secara bersamaan. "Arggh ... ," erang Cerberus, menunjukkan giginya yang tajam. Aron sama sekali tidak gentar dan tetap pada posisinya. Cerberus itu mulai merasa terancam dengan pedang para prajurit, dia berjalan memutari formasi bertahan itu. Berbeda dengan Aron, beberapa prajurit merasa takut bahkan beberapa dari mereka tampak bergetar ketakutan. Cerberus itu mendekat pada prajurit yang
"Apa? Kau bilang apa?" Tanya Kyrena sambil mendekatkan telinganya pada wajah Asteria. "Aku tidak bilang apa-apa nona? Apa anda sedang mabuk?" "Aku tidak mabuk!" sarkas Kyrena dengan kesal, kemudian menjauh dari Asteria. Kyrena jadi penasaran tentang siapa pria itu, mungkin saja mereka akan bertemu lagi di masa depan. Namun ketika Kyrena berbalik pria itu sudah menghilang lenyap di makan bumi. "Kyrena? Apa yang kau lakukan sendiri disini?" Aron menepuk bahu Kyrena hingga membuat gadis itu tesadar. Kyrena menggeleng, "Ayo kita kembali ke kereta." *** Kyrena sebenarnya sudah memaksa Aron untuk masuk ke dalam kereta karena mereka sebentar lagi akan tiba di wilayah Drystan, pasti ada banyak monster disana. Tapi Aron tidak mendengarkan dan masih tetap memilih untuk menunggangi kuda. Semakin lama, langit yang semula biru berubah menjadi oranye. Orang-orang bisa melihat langit di wilayah Drystan dari kejauhan, sementara hutan-hutan belantara mulai sedikit menjadi hamparan rumput dan
Bertemu orang-orang menyebalkan seperti pria ini adalah hal yang paling di benci oleh Kyrena. mengingat betapa keras pria itu menginginkan benda tersebut, sepertinya dia ingin memberikan anting-anting itu pada seseorang yang sangat berharga. "Padahal itu barang milik wanita, seharusnya pria mengalah!" ketus Kyrena tidak suka. Baru kali ini Asteria melihat sifat egois Kyrena, dia sungguh ingin berteriak di depan wajah Kyrena kalau benda itu hendak dia berikan padanya. Padahal Asteria sudah lebih dulu tiba di desa ini menggunakan portal, kalau saja dia tidak perlu berlama-lama pasti dia tidak akan sempat bertemu dengan Kyrena. Hal yang gawat bila penyamarannya terbongkar di depan Kyrena, apalagi gadis itu ahli dalam sihir. "Hei nona, barang ini milik wanita pun bila aku sudah menyukainya maka aku akan membelinya." Asteria menerima anting-anting itu dan memberikan satu koin emas kepada sang penjual. Asteria mengedarkan pandangannya ke sekeliling mereka, dia baru sadar kalau Kyrena munc
"Kita berhenti di desa terakhir sebelum tiba di perbatasan." Perintah Aron pada rombongan Kyrena. Begitu sampai di depan pintu desa, Kyrena yang tidak tahu apa-apa tentu saja bingung. Saat Kyrena menyibakkan gorden kereta, wajah Aron sudah terpampang jelas sedang menatap padanya. Aron tersenyum manis, kemudian membuka pintu kereta, "Mau turun?" tawar Aron sambil memberikan tangannya. Kyrena tidak mengerti mengapa dia harus turun, tapi menolak kebaikan Aron sangat tidak baik, jadi dia meraih tangan pria itu dan turun dari sana. Kyrena ingin bertanya lebih jelas, tapi seketika dia terpana dengan keramaian di desa itu. "Meskipun ibukota merayakan hari berkabung, desa ini mempunyai izin khusus untuk karnaval bintang tari." Ucap Aron melihat pemandangan yang sama dengan Kyrena. "Festival ini tidak selalu bisa di rayakan. Katanya bintang tari selalu membawakan keberuntungan ke desa ini setiap kali mereka muncul." Kyrena memang tahu soal bintang tari yang dimaksud Aron, itu adalah saat-saa
Asteria membenarkan letak masker kain yang melorot karena kerasnya hembusan angin. Siapapun tidak akan tahu kalau pria dengan baju lusuh itu adalah seorang pangeran, bahkan rambutnya yang pirang sudah berubah warna menjadi cokelat. Mereka berangkat dari istana saat matahari sudah terbenam. Dibelakang Asteria, ada Rafael yang mengekor menggunakan kuda hitam. "Bagaimana jika kita beristirahat Yang Mulia, lagi pula besok hari kita bisa menggunakan sihir portal untuk tiba di Drystan lebih dulu," Rafael tidak pernag setuju kalau Asteria turun tangan kedalam masalah seperti ini. Tentu saja sejak dulu majikannya itu tidak pernah mendengarkan apa yang dia katakan, angin badai bahkan juka dewa Zeus marah dan meluluh lantakkan bumi pun pangeran itu tidak akan mundur dari medan perang. Bukan hanya sekali Asteria mendapati luka yang parah, pria itu bahkan hampir merenggang nyawa karena berusaha menjadi penengah antar kedua suku di bagian barat, hampir mati saat melawan monster mitos, dan hampir
"Kenapa ibunda sangat menyukai bunga ini?" tanya Aron kecil sambil melirik bunga putih yang ada di genggaman ratu Faye. Aron tidak begitu tertarik tentang tumbuh-tumbuhan, dia juga tidak tertarik dengan hal-hal indah, dia hanya suka berkutat dengan banyak kertas dan mengurung diri di dalam perpustakaan berhari-hari. Aron kecil tidak bisa mengerti mengapa ibunya sangat menyukai bunga liar yang tumbuh di atas gunung, padahal ada lebih banyak bunga langkah dan unik yang di lingkungan kerajaan. "Kamu tahu kalau bunga ini memiliki arti kesetiaan. Mereka tidak mudah hancur dan abadi, hidupnya panjang dan warnanya indah." Ratu itu memberikan satu tangkai bunga tersebut pada Aron kecil. Aron terus mengekor kemanapun ibunya pergi, tapi dia masih tidak mengerti mengapa tumbuhan memiliki arti seperti itu. Terdengar seperti mitos di telinganya, dan Aron tidak menyukai kebahagiaan semu yang dihasilkan dari mitos, mungkin Asteria yang lebih mempercayainya. "Tapi aku tidak menyukai ini ibunda, ke
Kyrena akhirnya berhasil mendapat bross dengan ukiran Edelwiss itu dari Alice. Awalnya Alice tidak mengerti mengapa Kyrena meminta Bross itu seletah menolak membantu, namun Kyrena berkata kalau dia berubah pikiran. Hari ini adalah terakhir kalinya Kyrena bertemu dengan Aron, entah kapan dia bisa bertemu dengan pangeran itu lagi. Bisa saja di masa depan Aron sudah memiliki pasangan, tapi setidaknya pria itu akan mengingat dirinya saat melihat bross itu. Sejatinya Edelwiss memiliki arti kesetiaan. Kyrena tidak akan memberikannya sebagai hadiah ulang tahun, dia akan memberikannya sebagai hadiah perpisahan. Dengan perasaan ragu-ragu dia mengetuk pintu ruangan Aron dan membukanya. Aron yang semula sibuk dengan pikirannya kemudian merapikan posisi duduknya, "Apa aku mengganggu?" tanya Kyrena dari balik pintu. Aron mendekat dan membiarkan Kyrena masuk, "Untuk apa bertanya hal seperti itu? Bahkan jika aku sibuk, kau tidak akan menggangguku, lagipula hari ini terakhir kalinya aku bisa melih