Share

BAB 3-HUTAN

last update Last Updated: 2022-04-08 15:10:42

Kampung Sepuh, sebuah kampung yang berada di pegunungan di daerah Selatan Jawa Barat. Kampung kecil yang dihuni oleh beberapa puluh rumah dengan akses jalan yang sangat sulit untuk dilalui.

Meskipun di tahun ini Kampung Sepuh sudah mulai berbenah diri, namun pada tahun 1980 an. Kampung ini sangatlah terisolir, tidak ada listrik di tiap rumah, jalanan yang masih berbatu, juga Akses yang sangat sulit dicapai.

Bahkan para warga Kampung Sepuh, harus rela berjalan beberapa kilometer hanya untuk pergi ke pasar atau ke Kantor Desa yang berada di Kampung sebelah.

Untuk ke kota saja, para warga kampung harus menempuh waktu selama delapan jam lamanya, dengan jalanan yang cukup terjal dengan banyak hutan dan gunung yang harus dilewati agar bisa sampai ke kota besar.

Namun pesona Kampung Sepuh di mata beberapa orang adalah suatu tempat yang harus mereka tuju, terutama bagi orang-orang yang mempunyai kesulitan dalam hidupnya. Dan ingin memakai cara yang mungkin saja bisa membantunya agar dia bisa keluar dari masalah yang dihadapinya pada saat ini.

Meskipun jalan yang berbatu dan akan becek dan berlumpur ketika hujan tiba, juga jarak yang bisa dibilang sangat jauh dari kota besar, mereka rela untuk menempuh medan tersebut dengan susah payah.

Mereka sengaja datang ke Kampung Sepuh dengan satu tujuan, yaitu masuk ke dalam salah satu gunung yang letaknya tepat berada di ujung kampung. Salah satu gunung yang dikeramatkan oleh banyak orang, bahkan mereka tak segan-segan untuk menyembah gunung tersebut untuk membantu menyelesaikan masalah yang dihadapinya.

Mereka datang untuk melakukan ritual, sebuah ritual yang terlarang dengan para makhluk yang ada di dalam gunung. Sebuah ritual perjanjian dengan para makhluk untuk bisa membantu mereka mencapai tujuannya.

Kekayaan, kekuasaan, kemakmuran, bahkan keilmuan. Semuanya bisa dilakukan oleh para makhluk yang berdiam diri di Gunung Sepuh. Sehingga bagi masyarakat tertentu, Gunung Sepuh adalah tempat yang ideal bagi mereka yang ingin mendapatkan kekayaan dengan cara yang instan.

kini,

Aku berada di tengah-tengah hutan Gunung Sepuh pada malam ini. Dan hanya berbekal secarik kertas dari bapak tanpa sedikitpun memberi tahu tujuan dari apa yang sudah dia lakukan kepadaku pada saat itu.

“Aku sekarang harus bagaimana? ” Pikirku.

Aku hanya terduduk lemas di bawah sebuah pohon besar di dekatku. Tak terasa, mataku tiba-tiba berkunang-kunang, aku bingung harus melakukan apa sekarang.

Cerita-cerita tentang para makhluk Gunung Sepuh yang sering Ibu ceritakan ketika aku kecil, kini terbayang-bayang kembali olehku. Meskipun aku kini sudah beranjak dewasa, namun tetap saja. Hal itu bisa membuatku ketakutan.

Kukkkkk, Kukkkk, kukkkkk,

Aku tiba-tiba kaget dengan suara yang tiba-tiba terdengar oleh kedua telingaku. Di saat-saat seperti ini, telingaku kini jadi semakin waspada. Apa lagi hutan di Gunung Sepuh pada malam hari seperti ini sangatlah sepi.

Suara-suara hewan malam secara bergantian kini muncul dan terdengar olehku, terutama suara burung hantu yang mengagetkanku pada saat itu.

Aku semakin bergidik ketakutan, aku mendekatkan kakiku dan memegangnya dengan kedua tanganku. Wajahku menunduk, karena aku sangat takut melihat keadaan sekitar yang kini gelap gulita.

Ditengah kebingunganku, aku terus-menerus berpikir tentang segala hal pada situasi seperti ini. Aku tidak bisa berteriak meminta tolong karena tidak mungkin ada warga kampung yang berkeliaran di hutan ini sekarang, kecuali ada manusia yang sedang melakukan perjanjian di suatu tempat di hutan ini.

Aku kembali melihat catatan bapakku, setelah aku berpikir lama dan belum menemukan jawaban.

PULANGLAH KE KAMPUNG SECEPAT MUNGKIN, ATAU BERTAHANLAH HINGGA PAGI TIBA DI HUTAN INI.

KARENA KAMU TIDAK AKAN TAU, APA YANG AKAN TERJADI APABILA KAMU TERLALU LAMA BERDIAM DIRI DI TEMPAT INI.

Aku akhirnya memberanikan diriku, mencoba untuk keluar dari tempat ini dan pulang ke kampung untuk beristirahat. Karena apabila aku bertahan hingga pagi tiba, aku yakin aku tidak akan sanggup, dengan banyaknya cerita-cerita menyeramkan di hutan ini yang selalu terbayang olehku pada saat ini.

Krosak, krosak,

Tiba-tiba kembali terdengar sebuah suara di dalam kegelapan, seperti suara seseorang yang sedang berjalan dan menyeret kakinya di antara daun-daun kering di tengah hutan.

Krosak, krosak,

Suara tersebut kembali terdengar olehku, bahkan suara tersebut semakin jelas terdengar oleh kedua telingaku. Dan suara itu membuatku sangat yakin bahwa itu bukan lah suara hewan malam seperti babi hutan yang datang kepadaku untuk mencari makan.

Tapi itu adalah suara langkah kaki manusia yang sengaja menyeret kakinya di antara daun-daun kering secara perlahan.

Aku yang sedang duduk pun seketika berdiri, hatiku berkata bahwa aku harus menjauhi tempat itu. Tanpa penerangan sama sekali, aku akhirnya berjalan melewati pepohonan yang menjulang tinggi dengan meraba pepohonan yang disekitarnya.

Aku melakukan hal itu agar aku tidak terjatuh akibat jalanan yang aku lewati ini penuh lumut dan berlumpur, apa lagi sinar bulan tidak sepenuhnya mampu menerangi jalanku, karena lebatnya vegetasi hutan Gunung Sepuh dengan pepohonan yang sudah berumur ratusan tahun lamanya.

Pikiranku kacau, hatiku tidak karuan. Aku terus-terusan berpikir yang tidak-tidak selama di hutan ini, namun aku harus tetap bergerak. Karena aku harus bisa keluar dari hutan ini dengan segera.

Tak lama aku berjalan melewati pepohonan, akhirnya aku menemui jalanan setapak. Dan akhirnya aku pun bisa berlari dengan mengikuti arah jalan itu yang aku yakini bahwa jalanan tersebut adalah jalanan setapak yang bisa menembus hutan dan sampai di kampung. Dengan rasa takut yang aku rasakan, aku terus-terusan berlari melewati jalanan setapak yang becek dan berlumpur tersebut tanpa henti.

Keringat dingin kini membasahi tubuhku, tanganku tidak henti-hentinya bergetar karena ketakutan. Bahkan beberapa kali aku menutup telingaku karena suara-suara malam di dalam hutan membuat jantungku berdetak sangat kencang.

Hingga,

Langkahku mendadak terhenti, di tengah-tengah jalanan setapak yang aku lalui saat ini.

Karena, sepasang mata merah tiba-tiba muncul tak jauh di depanku, bersamaan dengan bayangan hitam yang bercampur dengan gelapnya hutan pada malam itu.

‘Naon eta? (Apa itu? )” Mulutku mengeluarkan suara dengan sedikit bergetar.

Tubuhku tiba-tiba terasa terhenti, ketika ada sesuatu di depanku yang menghalangiku ketika aku berlari melewati jalanan setapak ini.

Aku kini hanya bisa terdiam dan tidak bisa menggerakan tubuhku karena tekanan yang dikeluarkan oleh sesuatu yang tiba-tiba muncul dengan mata merahnya yang menyala di depanku.

Eughhh

Aku berusaha membuat tubuhku bergerak kembali. Dengan rasa takut yang kini mulai memuncak, aku mau tidak mau harus kembali berlari ke arah sebaliknya. Dan mencari jalan lain agar aku bisa melewati sepasang mata yang berdiri di jalanan setapak tersebut.

Namun,

Krosak, krosak,

Dari arah belakang, terdengar kembali suara orang yang berjalan, suara yang tadi terdengar di dalam hutan yang rupanya terus-menerus mengikutiku dengan kaki yang terus-menerus di seret melewati daun-daun kering agar suaranya terdengar olehku.

Rasa panik dan bingung kini terasa olehku. Di ujung sana ada sepasang mata dengan bayangan hitam yang besar yang menutup jalanan setapak tempat aku berlari pada saat ini, dan di belakang sana, terdengar sebuah suara langkah kaki yang mengikutiku dari belakang secara perlahan.

Aku terjebak di antara keduanya, di mana di kiri dan kanan jalanan setapak itu hanyalah semak-semak berduri di antara pepohonan besar yang gelap gulita.

“Bapak, kenapa kamu melakukan hal ini,” Gumamku sambil sedikit kesal.

Tes

Sebuah tetesan kecil air mata tiba-tiba keluar dari mataku pada saat itu, aku tidak mengerti kenapa Bapak melakukan hal yang seperti ini. Perasaanku kini bercampur menjadi satu, bahkan aku sendiri tidak tahu perasaan ku sekarang saking paniknya aku pada saat ini.

Di saat kebingunganku pada saat itu, aku akhirnya melakukan hal yang menurutku sangatlah bodoh untuk dilakukan. Karena aku sudah tidak tahu harus berbuat apa lagi pada kondisi seperti ini.

Krosak

Aku akhirnya berlari ke arah semak-semak hutan, dan membiarkan tubuhku terkena duri-duri tajam yang melukai ku pada saat itu.

Rasa perih mulai terasa di sekitar tanganku, aku hanya merenyit kesakitan ketika aku sengaja membiarkan tubuhku melewati semak-semak hutan yang berduri itu, karena tidak ada cara lain yang bisa aku lakukan ketika berada di situasi sekarang.

Aku terus-menerus berlari, melewati beberapa semak-semak yang menghalangi jalanku. Kaki, tangan bahkan wajah kini terasa perih akibat luka yang disebabkan duri dari semak-semak tersebut.

Aku mencoba bertahan dari rasa perih yang aku rasakan agar aku bisa terhindar dari sesuatu yang aku lihat tadi.

Namun,

Ketika aku keluar dari semak-semak hutan dengan luka yang memenuhi tubuhku. Aku menemukan sebuah tempat kecil yang dikelilingi oleh pepohonan hutan.

Hosh hosh hosh

Nafasku terengah-engah. Aku sedikit membungkukkan badanku untuk menahan kedua kakiku agar aku tidak terjatuh. Dan ketika aku berjalan kembali melewati tempat tersebut.

Aku kembali dikejutkan oleh sesuatu yang membuatku putus asa. Karena aku melihat sebuah kertas yang aku tinggalkan ketika aku berjalan dan berlari di jalanan setapak di tengah hutan.

Sebuah kertas berisi catatan bapak yang berada di tanah dan bercampur dengan daun-daun kering di bawah sana.

Rupanya apa yang aku lakukan ini ternyata sia-sia, karena aku kini kembali ke tempat di mana aku berada, dan aku kini bingung harus melakukan apa.

“Aku harus bagaimana sekarang?” Kataku sambil kembali terduduk di bawah pohon dengan rasa sedih dan menunduk di tengah hutan Gunung Sepuh yang gelap gulita pada malam itu.

Related chapters

  • KUTUKAN LELUHUR   BAB 4-MAAF

    Gelap dan sunyi, itulah gambaran Kampung Sepuh pada tahun 1980 an. Tidak ada listrik sama sekali di kampung sepuh pada tahun itu. Sehingga, hanya lampu minyak, lilin dan petromax yang menemani malam para warga kampung seumur hidupnya.Tidak ada gemerlap lampu-lampu yang berjejer di depan rumah, tidak ada suara lalu lalang kendaraan dengan lampu-lampunya yang menyilaukan mata, juga tidak ada lampu senter yang setia menemani para warga ketika akan bepergian.Sehingga Kampung Sepuh terlalu sunyi dan sepi. Hanya cahaya bulan dan bintang-bintang saja yang menemani suasana malam mereka, dan itu terus-menerus berlanjut hingga pagi tiba.Meskipun begitu, tampaknya ada satu titik cahaya kecil. yang menerangi tempatnya setiap malam, sebuah titik cahaya yang terang dari lampu minyak yang disimpan di luar. Sehingga cahaya tersebut terlihat dari kejauhan, di mana rumah di sekitar mereka gelap gulita. Dan hanya ada cahaya yang terlihat dari sela-sela bilik bambu dan kayu yang

    Last Updated : 2022-04-08
  • KUTUKAN LELUHUR   BAB 5-MAIN

    Hah hah hahJantungku berdegup sangat kencang, keringat dingin membasahi tubuhku hingga membuat pakaianku basah kuyup akibat keringat yang keluar dari tubuhku pada malam itu.Sudah lima kali aku berlari, mencoba menjauhi tempat yang aku tempati sekarang. Namun, aku kembali lagi ke tempat ini dengan perasaan takut terus-menerus menghantuiku saat ini.Hutan Gunung Sepuh semakin malam semakin gaduh, suara-suara hewan malam kini saling bersahutan. Mereka saling berirama satu sama lain, memainkan simponi yang mencekam apabila di dengarkan oleh manusia yang terjebak di dalamnya.Angin malam yang entah dari mana seringkali berhembus ke arahku, menerbangkan daun-daun kering yang berjatuhan di tanah di sekitar pepohonan hutan yang gelap dan menyeramkan itu.Disaat orang-orang sedang terlelap tidur dengan hangat nya selimut mereka, aku harus merasakan kedinginan dan rasa putus asa yang semakin membuat aku bingung dan sedih di tempat ini."Apa mungkin

    Last Updated : 2022-04-11
  • KUTUKAN LELUHUR   BAB 6-OBOR

    Apabila kita sedang tersesat di dalam hutan ketika malam hari, kita biasanya melihat beberapa titik-titik cahaya. Sebuah titik-titik cahaya suatu kampung dari kejauhan, yang bisa menjadi petunjuk arah ketika kita sedang tersesat.Namun berbeda dengan hutan Gunung Sepuh, satu-satunya kampung yang paling dekat dengan hutan tersebut adalah Kampung Sepuh. Yang di mana, kampung tersebut sangatlah gelap pada malam hari.Tidak ada satu pun manusia yang sengaja menyalakan lampu minyaknya di depan rumah, juga menyalakan obor-obor di pinggir jalan untuk menerangi jalanan.Mereka hanya menyalakan lampu minyak dan petromak di dalam rumah, dan tidak sekalipun berani untuk menyalakan cahaya-cahaya itu di luar rumahnya.Apalagi cahaya-cahaya yang muncul di Gunung Sepuh selain cahaya bulan yang muncul secara tiba-tiba di tengah gelapnya hutan Gunung Sepuh ketika malam tiba.Hanya ada dua kemungkinan, yang pertama adalah cahaya tersebut muncul dari senter-senter ma

    Last Updated : 2022-04-11
  • KUTUKAN LELUHUR   BAB 7-JALAN

    Srak srak srakSuara-suara langkah kaki kini terdengar dengan cahaya obor yang menjadi satu-satunya penerang jalan di dalam hutan tersebut, dengan yang dipenuhi oleh pepohonan dan semak-semak hutan di sisi dan kanan jalan.Semakin aku berjalan, semakin banyak daun-daun kering yang menutupi jalanan setapak itu. Karena mungkin saja, jalanan tersebut jarang sekali dilewati oleh manusia.Aku berjalan bersama seorang nenek tua yang kini berjalan pelan di depan ku, seorang nenek dengan senyumnya setiap kali dia berkata kepadaku, sehingga membuatku tidak lagi merasa ketakutan ketika dia berada di dekatku.Dengan santainya nenek tersebut berjalan di tengah-tengah hutan, tanpa ada rasa takut dengan para makhluk yang sering menampakan dirinya di hutan Gunung Sepuh ini ketika malam tiba.Aku memang sempat ragu dengannya, aku seperti tidak mempercayai nenek yang ada di depanku itu. Karena aku berpikir, bahwa dia adalah makhluk yang sama dengan apa yang a

    Last Updated : 2022-04-11
  • KUTUKAN LELUHUR   BAB 8-GUBUK

    Sebuah gubuk kecil di dekat tebing yang menjulang tinggi di tengah hutan, gubuk yang sepertinya sudah lama dibangun dan ditinggalkan oleh penghuninya, yang tak lain adalah para manusia yang melakukan perjanjian di hutan ini dan mengharuskan dirinya untuk menginap. Bekas gubuk tua tersebut akhirnya dipakai oleh nenek yang ada di depanku untuk dijadikan tempat tinggal, dia sendirian di hutan belantara, tanpa sedikitpun berinteraksi dengan para warga kampung yang mungkin saja akan membantunya apabila dia muncul dari hutan dan meminta pertolongan. “Geus ulah dipikiran Cu, keun bae, maranehna mah moal wani ngadeketan Nini, (Sudah jangan dipikirkan Cu, biarkan saja, mereka tidak akan berani mendekati Nenek, )” Kata nenek tersebut sambil naik ke depan gubuk itu dengan obor yang masih menyala di tangannya. Aku yang berhenti sejenak di depan gubuk, karena aku merasa seperti ada banyak sekali yang mengawasiku di tengah hutan, membuat nenek itu tiba-tiba berbicara dan m

    Last Updated : 2022-04-11
  • KUTUKAN LELUHUR   BAB 9-BUAH

    Sebuah lampu minyak yang menyala terang dengan cahayanya yang kemerah-merahan membuat suasana di dalam gubuk itu terasa seperti rumah-rumah di Kampung Sepuh pada umumnya.Kini, aku terlihat sedang lahap memasukan potongan-potongan daging ke dalam mulutku. Dengan lahap aku terus-menerus memakan makanan yang disajikan oleh nenek tersebut, seorang nenek yang baik yang mengajakku untuk beristirahat dari gelapnya hutan Gunung Sepuh ketika malam tiba.Suara barang-barang yang saling beradu terdengar olehku dari ruangan belakang, sepertinya nenek tersebut sedang menyiapkan sesuatu lagi untukku. Dan di dalam hatiku, aku pasti akan kembali ketempat ini ketika sudah bisa pulang ke rumahku, dan membawa bahan makanan serta selimut hangat untuk nenek itu sebagai tanda terima kasih karena sudah menampungku pada malam ini.Makanan yang nenek itu sajikan terlihat sangatlah lezat, dengan kepulan asap kecil yang terlihat oleh lampu minyak yang ada di tengah-tengah ruangan tersebu

    Last Updated : 2022-04-11
  • KUTUKAN LELUHUR   BAB 10-TULANG

    Hoeek Hoeeek HoeeekAku kini terus-menerus memuntahkan semua makanan yang telah aku makan, meskipun tidak semuanya keluar karena sebagian dari makanan itu tampaknya sudah sampai ke dalam perutku.Tikar yang menjadi alas dari ruangan itu kini penuh dengan muntahan-muntahan makanan yang bercampur dengan darah yang berwarna merah tua yang dikeluarkan kembali dari dalam mulutku.Ketika semua makanan yang kini tersinari oleh cahaya lampu minyak dari dekat, seakan-akan makanan dan minuman itu berubah sepenuhnya.Buah-buahan seperti apel, pir, dan pisang kini terlihat busuk, dengan banyaknya titik hitam di sekitar buah-buahan tersebut. Bahkan sebagian dari buah-buahan itu terlihat berjamur, saking lamanya buah-buahan itu tersimpan dan tidak tersentuh satu kalipun oleh manusia.Juga minuman yang aku minum kini seketika berubah, menjadi cairan darah kental yang dituangkan di dalam gelas, dan aku sudah meminum setengahnya dari gelas tersebut.“J

    Last Updated : 2022-04-12
  • KUTUKAN LELUHUR   BAB 11-NANAH

    Keh keh keh Nenek tersebut kembali terkekeh-kekeh di depanku. Aku yang sudah mengetahui bahwa sosok di depanku ini bukanlah manusia, melainkan wujud dari salah satu makhluk yang menyerupai nenek yang sudah meninggal di dalam gubuk. Aku hanya berdiri dan terdiam karena nenek itu menghalangi jalanku, dengan tangan yang kini sedang memegang obor dan ranting-ranting pohon yang dia bawa di tangan kanannya. Dia hanya terus-menerus tertawa dan menyuruhku untuk berdiam diri di dalam gubuk. “Naha cicing Cu, ulah kaluar bahaya, mendingan cicing we didieu maturan Nini,(Kenapa diam Cu, jangan keluar bahaya, mendingan di sini aja nemenin Nenek,)” Kata sosok nenek tersebut sambil berjalan secara perlahan mendekatiku. “Gak, ini gak bener, aku harus mencari jalan lain agar bisa keluar dan menjauh dari gubuk ini, ” Pikirku. Nenek tersebut kini semakin mendekatiku, langkah kakinya berjalan sangat pelan karena mungkin ranting-ranting pohon yang dia bawa untuk di

    Last Updated : 2022-04-14

Latest chapter

  • KUTUKAN LELUHUR   Extra bab-TAMAT

    Pemakaman Kampung Sepuh kini lebih ramai daripada biasa, meskipun sekarang sudah masuk hari kedua lebaran di tahun 2022. Namun masih banyak orang-orang yang berdatangan dan berziarah ke makam keluarga dan teman mereka di kampung ini. Kampung Sepuh yang awalnya sepi tiba-tiba mendadak ramai, para warga yang bekerja di kota-kota besar kini kembali pulang untuk menikmati suasana lebaran yang kini lebih bebas dari dua tahun sebelumnya, sehingga para warga yang dulu tidak bisa mudik akibat pandemi kini bisa pulang ke rumah dan berkumpul kembali dengan keluarga mereka yang menunggunya di kampung. Sedangkan aku (penulis), kini sedang duduk di samping makam Bu Esih, Pak Amat, juga Pak Darsa dan leluhurnya di pemakaman Kampung Sepuh. Ku lihat pula beringin yang di dalam cerita Warung Tengah Malam terbakar habis kini sudah mulai tumbuh daun-daun baru, dan mungkin saja beberapa tahun lagi beringin yang ada di pemakaman itu sudah kembali tumbuh dan rindang seperti sedia kala. “Oh jadi begitu Ma

  • KUTUKAN LELUHUR   BAB 283-WARUNG TENGAH MALAM

    Beberapa kali aku mengalami kejadian yang seperti ini, batuk-batuk dan muntah darah, lalu dibarengi oleh mata yang berkunang-kunang dan akhirnya aku terjatuh dan tidak sadarkan diri di tanah.Tubuhku semakin menua, staminaku tidak lagi seperti dulu, mungkin inilah kekurangan dari manusia. Mereka tidak bisa mempertahankan stamina ketika umurnya sudah semakin tua. Sehingga, sehebat apapun mereka, tetap saja apabila stamina mereka di kuras habis maka akan ambruk juga.Esih yang curiga dengan keadaanku kini semakin khawatir akan keadaanku menyarankan aku untuk tidak terus-menerus mencari jawaban dari misteri ini ke Gunung Sepuh.Namun, meskipun aku sudah melepas Ujang untuk tinggal di kota besar dan tidak mengharapkan dia pulang kembali ke Kampung Sepuh ini. Tetap saja, rasa khawatir akan kutukan ini masih saja memenuhi pikiranku pada saat itu.Meskipun kondisiku semakin melemah, tapi aku tidak putus asa. Apalagi kini aku mempunyai teman sekaligus sahabat, yaitu Aki Karma. Pemimpin sebuah

  • KUTUKAN LELUHUR   BAB 282-BEKERJA KERAS

    Tak terasa, obrolan yang terjadi di warung itu kini aku simpan dalam pikiranku. Rasa ingin menyelesaikan sesuatu yang seharusnya aku selesaikan dengan segera akhirnya membuatku semakin memaksakan diriku untuk masuk ke dalam Gunung Sepuh di setiap harinya. Bahkan saking seringnya, ketika ada tamu yang meminta bantuan untuk permasalahan yang dia miliki, dia harus menungguku pulang terlebih dahulu atau nanti aku akan mendatangi rumahnya ketika mereka tidak menemukanku di warung atau dirumah pada saat itu. Hari demi hari, bulan demi bulan, bahkan tahun demi tahun tak terasa aku lewati. Aku sudah mencoba berbagai cara, bahkan kini warung seringkali aku tinggalkan dan ketika aku pulang ketika pagi tiba, aku melihat warung tampak berantakan, karena mungkin para makhluk yang datang tidak menemukan ku di dalam warung untuk aku layani pada malam itu. Aku yang kini lebih bisa menerima para makhluk yang ada tinggal di luar Gunung Sepuh, aku seringkali bertanya kepada mereka tentang situasi Gunu

  • KUTUKAN LELUHUR   BAB 281-SEKOLAH

    Ujang, anak yang aku sayangi rupanya tumbuh dengan sehat dan kuat. Aku dan Esih sepakat untuk tidak memberitahu kepadanya tentang warung ini yang sebenarnya.Dia yang selalu bertanya setiap malam ketika dirinya tidak boleh ke warung ketika malam tiba, dan pertanyaan itu dijawab oleh Esih bahwa aku yang menjaga warung setiap malam harus berjuang keras untuk bisa menyekolahkan dirinya sehingga membuka warung di pagi dan siang hari pun tidaklah cukup untuk bisa menyekolahkan dia ke jenjang yang lebih tinggi.Apalagi, ketika malam tiba, Esih seringkali memberikan cerita pengantar tidur, mencoba memberinya cerita-cerita seram seperti tentang tuyul, genderuwo, pocong, kuntilanak, juga para makhluk-makhluk yang seringkali menculik manusia, ketika Ujang masih belum tidur di dalam rumah meskipun malam sudah larut.Esih tahu, bukannya dia menakut-nakuti Ujang, tapi Esih sengaja memberikan cerita itu agar Ujang bisa tertidur dan tidak menanyakan lagi tentang kondisi warung serta kejanggalan-keja

  • KUTUKAN LELUHUR   BAB 280-GELANG

    Malam ini, aku sengaja keluar meninggalkan warung dan membiarkannya tampak kosong. Aku sudah tidak tahu terakhir kali aku meninggalkan warung. Terakhir kali aku meninggalkan warung, ketika Wawan menghilang di persawahan ketika sedang bermain dengan teman-temannya, dan akhirnya aku menemukan tubuhnya yang tampak sedang di asuh oleh salah satu makhluk yang bernama kalong wewe yang menganggap Wawan adalah anaknya. Aku berusaha mengambilnya kembali, meskipun perjuangan tampak tidak mudah, karena aku harus melewati Leuwi Jurig yang dipenuhi oleh makhluk yang bernama lulun samak ketika malam tiba. Meskipun begitu, akhirnya Wawan selamat. Aku menggendongnya ke Kampung Sepuh tepat ketika pagi menjelang, ketika para kelelawar kembali ke Gunung Sepuh untuk beristirahat dan mentari pagi dengan sinarnya yang merah ke kuning-kuningan muncul di belakang Gunung Sepuh yang menjulang di pagi itu. Kini, aku kembali keluar. Mencoba sesuatu yang mungkin saja bisa membantuku untuk mencari keberadaan ma

  • KUTUKAN LELUHUR   BAB 279-BERTAHAN

    Kehidupan Kampung Sepuh akhirnya berjalan kembali seperti biasa, para warga kembali ke ladang dan sawahnya setiap pagi, dan akan mampir ke warung untuk mengobrol dan bercengkrama tentang apa yang terjadi di hari itu, pada sore harinya sepulang dari ladang dan sawah. Banyak hal yang mereka ceritakan, tentang kejadian-kejadian yang ada di sekitar mereka, tentang berita-berita politik yang susah sekali sampai ke tempat mereka, juga tentang gosip-gosip yang ada di sekitar mereka. Rokok dan kopi serta jajanan dan cemilan-cemilan menemani mereka ketika berkumpul di depan warung di sore itu. Rusdi, Darman , Parman, juga warga lainnya berkumpul dan saling bercengkrama satu sama lain. Sebuah hal yang jarang terjadi di kota-kota besar menurut Darman. Darman yang kembali lagi setelah bertahun-tahun tinggal di kota kini merasakan kembali kehangatan warga Kampung Sepuh yang masih akrab dengannya, Darman pun seringkali membicarakan situasi politik pada saat itu yang kacau balau, banyak pabrik ya

  • KUTUKAN LELUHUR   BAB 278-PUAS

    Rasa dingin yang menusuk kulit kini aku rasakan kembali di depan warung yang sangat sunyi dan sepi ini, kejadian yang terjadi dalam seminggu yang lalu membuatku banyak berpikir tentang apa yang aku hadapi di dalam Gunung Sepuh yang gelap itu. Fuhhhhhhhh Asap tebal mengepul keluar dari mulutku, aku yang kembali beraktifitas seperti biasa kini duduk di depan warung seperti biasa. Menikmati suasana malam yang ada di depan warung ini sambil menghisap rokok kretek yang menjadi teman satu-satunya bagiku di setiap malamnya. Aku kembali banyak melamun atas kejadian yang menimpaku pada saat itu, keilmuan yang aku pelajari dan aku asah, rupanya masih belum cukup untuk menjaga keluargaku, bahkan untuk menjaga Kampung Sepuh yang sudah dipercayakan oleh leluhurku sewaktu dia mendapatkan kutukan ini. Apalagi, dibalik rasa senang dan haru ketika Ujang lahir di dunia ini, ada rasa khawatir yang semakin lama semakin besar, rasa yang muncul apabila dia harus menjadi seseorang yang sepertiku, terkeka

  • KUTUKAN LELUHUR   BAB 272-BUKAN MIMPI

    “Enggak, enggak, enggak, kamu bukan manusia, kamu bukan karyawanku!”“Mana karyawanku semua, karyawan yang shift malam yang seharusnya bekerja di tempat ini sekarang?”Doni benar-benar panik karena di depannya terlihat sebuah sosok yang tidak dia kenali, wajahnya yang tampak hancur kini terlihat jelas ketika cahaya dari korek apinya menyinari dirinya dari dekat.Doni beberapa kali berteriak memanggil karyawan yang seharusnya bekerja di shift malam pada malam ini, tubuhnya yang awalnya tidak bergerak kini mendadak kaku sehingga dia tidak melarikan diri dan keluar dari ruangan produksi tersebut.“Kenapa, Bapak tidak mengakui kami sebagai karyawan lagi?” Kata sosok itu yang kini tersenyum dengan giginya yang hancur dan menyisakan beberapa gigi yang masih tersisa di dalam wajahnya yang remuk dan tidak berbentuk itu.“Bapak tidak ingat, aku adalah orang yang terkena mesin ini Pak sehingga wajahku hancur, aku seperti didorong oleh sesuatu yang membuat kepalaku terkena mesin press dan mening

  • KUTUKAN LELUHUR   BAB 271-PABRIK

    Sudah beberapa hari ini, Doni termenung di meja kerjanya, surat-surat resign yang dia terima dari bagian HRD pabriknya kini berserakan di mejanya.Semenjak kejadian itu, karyawan Doni banyak sekali yang mengundurkan diri, tidak hanya karyawan produksi yang selama ini mengawasi mesin-mesin besar untuk pabriknya, namun banyak juga staf-staf di divisi tertentu yang tiba-tiba resign dengan berbagai alasan.Meja Doni kini tampak berantakan, kertas-kertas coretan yang bertumpuk dengan file-file berkas tentang laporan penjualan yang kini menurun akibat kekurangan staf dan pekerja kini memenuhi sebagian meja kerjanya pada saat itu.Alat-alat tulis yang awalnya rapi pun kini berserakan tidak karuan, Doni yang awalnya menyukai kerapihan dan kesempurnaan kini mendadak tidak peduli dengan ruangan kerjanya sendiri. Bahkan, dia lebih banyak termenung sekarang, menyesali semua perbuatannya yang dia lakukan beberapa hari yang lalu.Jujur, dia bukan menyesal karena dia melakukan hal itu, namun dia men

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status