"Nggak, Mas. Dia bukan calon aku. Iya, kan?" Gus Hanan menatap istrinya yang langsung mengangguk."Calon guruku maksudnya, Ustadz." Cybele tersenyum manis. "Ustadz ini sudah punya anak?""Iya.""Istrinya mana?""Meninggal. Mohon doanya.""Aku mau ndaftar soalnya anaknya cantik, cuman udah kepincut duluan sama Ustadz Hanan. Maaf ya, Ustadz kalau aku gak tertarik.""Terimakasih karena aku tidak perlu repot untuk menolak." Gus Qabil tidak tersenyum, dia lalu mengajak mereka pulang meski dengan kendaraan sendiri.Cybele menatap kesal pada Gus Hanan karena tidak mengakuinya sebagai calon. Dia juga marah pada lelaki yang mirip dengan Gus Hanan itu. Jika mereka kembar pun hati Cybele tidak akan berpaling dengan mudah.Dia menyusul ke rumah Yumna dengan berjalan kaki melewati semua murid yang sudah tahu kebiasaan Cybele. Dia telah menjadi buah bibir, tetapj tidak pernah peduli asalkan Gus Hanan bisa jatuh dalam pelukannya.Dalam kekesalan Cybele, Gus Hanan malah tertawa riang mengikuti sang i
Malam yang dinanti telah tiba, Mas Dika sudah duduk di depan rumahnya sambil berbalas pesan dengan Kevin. Dia sudah memberitahu hal itu pada temannya dan bersedia untuk membantu. Sayang sekali malam itu Amel tidak bisa turut membantu karena Ozil selalu minta ditemani oleh bundanya.Pukul delapan lewat, tetapi belum ada tanda-tanda seseorang yang mengintai dari jauh atau mobil yang berhenti di depan rumah. Mas Dika jadi curiga kalau semua hanya sekadar ancaman.Lelaki itu menggaruk jenggot tipisnya karena mulai jenuh apalagi suasana malam yang begitu dingin oleh embusan angin sepoi yang selembut bahasa cinta. Untung saja mereka sudah sepakat untuk makan malam selepas sholat magrib atau Mas Dika akan kelaparan."Di sini, Oma." Tunjuk Cybele yang suaranya kedengaran oleh Mas Dika.Cybele tidak menoleh sama sekali pada lelaki yang sedang duduk di depan rumah itu karena tujuannya saat ini adalah mendatangi Gus Hanan. Pintu rumah itu diketuk perlahan sampai empat kali sambil mengucapkan sal
“Jangan membenci siang yang terik karena di sore hari langit menunjukkan pesona senja yang indah.”***Pagi ini, Yumna sekeluarga baru saja pulang dari makam Syahdu. Itu semua atas permintaan Fatimah dan sudah menjadi aktivitas rutin untuk mereka terutama makamnya berada tidak jauh dari makam almarhum ayah.Yumna sempat menitikkan air mata saat menyentuh nisan bertuliskan nama ayahnya. Secepat itu luka datang memeluk hatinya yang memang sudah rapuh. Yumna menamainya tahun kesedihan karena terlalu banyak menghabiskan air mata.Gadis itu menghela napas sambil terus melangkah masuk rumah. Pada hari jumat, biasanya Gus Hanan memang meliburkan murid-muridnya, jadi memiliki waktu untuk keluarga."Abah, kita jalan-jalan, yuk!""Ke mana?""Motor-motoran ke mana saja. Fatimah bosan kalau di rumah terus, jadinya gak beda sama tinggal di pondok."Gus Hanan tersenyum. Tentu saja lelaki itu akan menuruti apa pun keinginan keponakan satu-satunya. Dia segera menemui Yumna yang baru saja berganti pak
"Sudah sepekan kamu ke sini untuk ngebujuk aku. Kamu pikir aku gak capek?!" Suara Yumna mulai meninggi.Dia juga manusia biasa yang terkadang sulit menahan amarah apalagi jika sabar dan ikhlas sedang tidak bersamanya. Cybele yang mendengar hanya menatap jengkel."Mbak, kan aku sudah ngomong baik-baik selama ini, ngasih kamu waktu. Hasilnya, Mbak gak ada nyampein perasaan aku ke Ustadz Hanan, kan?"Wuih, keren sekali calon pelakor zaman sekarang. Tidak bisa mendekati lelaki yang menjadi target, malah mendatangi istrinya langsung. Yumna tidak habis pikir dengan tingkah laku Cybele. Apa dia tidak punya rasa malu?Yumna menghela napas setelah tadi terlalu sibuk memijit kening. Dia berusaha tersenyum di depan Cybele. "Aku sudah nyampein ke Gus Hanan tentang perasaan kamu. Kalau ditolak mau bagaimana lagi? Kamu pikir aku gak kena marahnya?"Gadis di hadapannya sangat berbeda dengan Syahdu. Baik dari segi penampilan, sikap bahkan tutur kata. Dulu, Yumna memberi izin untuk gadis itu karena ta
Acaranya nanti malam sehingga mereka sudah pada sibuk. Acara tabligh akbar yang dihadiri langsung oleh ulama dari Hadhromaut, Yaman. Yumna bahagia, air matanya menetes membasahi pipi karena kerinduan pada kota kecil itu.Kaki Yumna terus melangkah menikmati indahnya suasana di pesantren. Kenapa dia tidak masuk ke penjara suci itu dulu alasannya masih belum bisa Yumna ingat dengan jelas."Umi, nanti malam kita tidur bareng ya?""Nggak, nanti umi maunya tidur sendiri."Fatimah hanya tertawa karena tahu kalau perempuan yang dianggap umi itu sedang bercanda. Dia kembali menarik tangan Yumna membawanya pada seorang santri ndalem yang sedang sibuk mencatat di sebuah buku kecil."Kang, sibuk nggak?""Maaf, Kang. Kami permisi!" seru Yumna membuat Kang Santri itu sedikit bingung.Meskipun pertanyaan Fatimah terdengar serius, tetapi Yumna bisa tahu kalau gadis kecilnya ingin mengganggu orang yang sibuk lagi. Mereka kembali menyusuri jalan sampai bertemu dengan Gus Qabil.Yumna jadi salah tingka
Acara tabligh Akbar selesai pukul dua malam dan Yumna langsung masuk kamar untuk tidur karena kepalanya lumayan sakit. Perutnya juga terasa sedikit nyeri sehingga malas untuk banyak bergerak.Seja magrib tadi dia ikut turun tangan membantu para santri, makanya sedikit merasa lelah. Baru saja ingin memejamkan mata ketika Gus Hanan muncul di balik pintu."Kamu capek, Dek?""Lumayan, Mas. Kenapa?" Yumna langsung bangun dan bersandar pada kepala ranjang. Kantuknya sudah hilang, dia berusaha untuk tersenyum pada suami yang minta dipijat.Yumna tiba-tiba memeluk suaminya dari belakang sambil menitikkan air mata. Gus Hanan yang menyadari langsung membalik badan menghadap istrinya. Dia membawa Yumna bersandar pada dada bidang itu."Kenapa, Dek? Ada masalah?""Mas, aku gak mau kalau kamu nikah lagi. Entah itu dengan siapa, dan apapun alasannya. Mas, aku emang gak menyesal kamu pernah menikah sama Syahdu karena itulah pilihanku, tetapi untuk Cybele aku gak bisa, Mas.""Emang Cybele bikin masala
Pukul empat sore Yumna menemui Cybele di pelataran masjid karena kebetulan hari ini tidak ada jadwal pengajian. Dia sengaja meminta gadis itu untuk bertemu karena mau menjalankan misi yang sudah diatur oleh Amel.Mereka semua akan menjalankan tugasnya masing-masing. Yumna, Gus Hanan, Mas Dika dan Amel sementara Kevin memantau di belakang bersama seorang lainnya yang Amel rahasiakan."Mbak? Ada kabar baik nih kayaknya?" sapa Cybele begitu Yumna tiba dengan senyum yang merekar indah."Iya, ada kabar baik dong. Kamu mau tahu, kan?" Yumna menarik napas panjang. "Aku sudah setuju kalau kamu akan menikah dengan Gus Hanan.""Terus, Mbak?""Gus Hanan nggak marah waktu aku bujuk siang tadi buat nikahin kamu. Katanya gini, 'oke, mas akan memikirkannya lagi. Kamu harus dekat dulu sama Cybele. Selain kamu, harus akrab ke Mas Dika dan Amel. Kalau dia berhasil, maka mas akan memberi peluang itu.' .... Gimana, senang gak?""Senang banget aku, Mbak. Akhirnya ada ustadz yang mau memberi kesempatan itu
Malam yang indah bagi Mas Dika karena saat ini dia sedang mengerjai Cybele. Sejak tadi gadis itu terus bertanya tentang Gus Hanan dan Yumna, apakah hubungannya seharmonis yang dia lihat atau tidak.Mas Dika menjawab jujur kalau mereka berdua tidak pernah bertengkar hebat. Cybele langsung mengirim emotikon menangis mengaku sedikit harapan kalau memang keduanya selalu akur."Gak apa-apa, kamu kan cantik. Bahkan kalau mas lihat kamu jauh lebih cantik daripada Yumna," bohong Mas Dika lewat pesan suara.Semua orang yang dekat dengannya tahu kalau di mata Mas Dika, setelah ibu, tidak ada yang jauh lebih cantik dari Yumna. Sekalipun itu Amel yang pernah bertahta dalam hatinya.Cybele memang cantik, tetapi tidak mengalahkan Yumna. Siapa sangka, gadis itu malah salah tingkah dan mengirim stiker malu-malu. Wajahnya pasti bersemu merah mendapat pujian dari lelaki yang menjadi ipar gebetannya."Menurut Mas Dika, apa aku pantas jadi istri Gus Hanan? Secara dari cerita Mas itu mereka terlalu saling
EXTRA PART!!!____Cinta mengubah kekasaran menjadi kelembutan, mengubah orang tak berpendirian menjadi teguh berpendirian, mengubah pengecut menjadi pemberani, mengubah penderitaan menjadi kebahagiaan, dan cinta membawa perubahan-perubahan bagi siang dan malam.Ketahuilah, apapun yang menjadikanmu tergetar, itulah yang terbaik untukmu! Dan karena itulah, qalbu seorang pecinta-Nya lebih besar daripada Singgasana-Nya.Air berkata kepada yang kotor, "Kemarilah." Maka yang kotor akan berkata, "Aku sungguh malu." Air berkata, "Bagaimana malumu akan dapat dibersihkan tanpa aku?Singa terlihat paling tampan ketika sedang mencari mangsa. Jualah kepandaianmu dan belilah kebingunganmu. Jika Anda jengkel terhadap setiap gesekan, bagaimana cermin Anda akan dipoles.Anda dilahirkan memiliki sayap, mengapa lebih memilih hidup merangkak. Cinta dan kelembutan adalah sifat manusia, amarah dan gairah nafsu adalah sifat binatang. Kau harus hidup di dalam cinta, sebab manusia yang mati tidak dapat melak
Bu Wenda terus berjoget ria sambil berteriak kalau dia adalah fans Yumna. Tidak ada yang mau menghentikan Bu Wenda yang semakin kehilangan kendali itu bahkan anaknya saja sudah menjauh ketika Nurul memberi isyarat."Kalian tahu? Aku sudah memfitnah Yumna mengatakan dia hamil, makanya Ilham memutus lamaran itu. Aku bilang dia mandul sampai stres dan keguguran. Kira-kira Yumna mau maafin aku nggak, ya? Ada yang tahu jawabannya?"Lagi, dia tertawa keras."Di sini ada yang bernama Yumna? Ah, aku rindu setengah mati kepada Yumna. Sebenarnya aku mengakui semua kesalahan itu dan mau meminta maaf, tetapi sudah keburu gengsi duluan. Andai tidak ada yang berdiri di sisi Yumna, aku pasti bisa meminta maaf sama dia. Aku malu karena ada Nurul, Amel dan suaminya.Kalian tahu kalau suami Yumna itu putra Kyai Sholeh? Makanya aku tidak suka kalau Yumna bahagia. Sekarang saja aku mau mencekik lehernya biar dia mati atau kita bawa bermain-main di taman. Aduh, Syahdu kasihan sekali karena dia harus menin
Hari selasa yang cerah ketika Gus Hanan baru pulang mengajar di masjid, Yumna langsung menariknya masuk kamar dengan wajah berseri-seri."Mas, hari ini ingat hari apa?""Hari selasa?"Yumna menggeleng. Gus Hanan mencoba menebak bahkan hampir sepuluh kali tebakan, tetapi belum juga berhasil. Dengan sedikit kesal, Yumna memberi tahu kalau hari ini Gus Hanan genap berusia 27 tahun."Ah iya, mas udah 27 tahun hari ini. Aduh, kok sampai lupa ya?""Daaaan ... aku punya hadiah ulang tahun buat Mas Hanan.""Hadiah? Qur'an? Kitab? Atau kecupan lagi kayak tahun kemarin?"Sekali lagi Yumna menggeleng. Gus Hanan menyerah tidak mampu menebak. Dia akhirnya memeluk sang istri, berusaha membujuk untuk langsung menunjukkan hadiah itu saja.Yumna mengurai pelukan suaminya, dia merogoh saku gamis dan menunjukkan sebuah benda berwarna putih dan biru. "Aku hamil, Mas. Selamat, kamu akan menjadi ayah!""Alhamdulillah, kamu serius, Dek?"Yumna mengangguk, sesuatu yang sejuk mengalir membasahi pipinya. "Dan
Mereka sudah tiba, tetapi Amel tidak bisa singgah karena Ozil sudah mencarinya sejak tadi. Begitu mobil hitam itu sudah melaju pergi, seseorang kemudian menghampiri mereka berempat."Aku turut bahagia karena melihat Nurul kembali. Ternyata dia yang menyebar berita itu, tetapi aku yang harus diusir." Bu Wenda datang bersama anak gadisnya.Nurul melihat ponsel gadis itu menyalah, dia pun tersenyum tipis dan memberitahu Yumna lewat isyarat sementara Mas Dika dan Gus Hanan diminta masuk saja karena bisa menangani mereka berdua.Begitu tinggal mereka berempat saja di pinggir jalan, Nurul langsung mendekat ke gadis itu agar suaranya lebih jelas dalam rekaman. "Ya, aku yang menyebarkan berita itu. Gimana rasanya harus disalahkan padahal bukan kita yang melakukannya?""Kurang ajar!""Tidak, aku tidak kurang ajar Bu Wenda. Semua orang sudah tahu kalau dalang di balik semua masalah yang ada adalah Bu Wenda sendiri karena sangat iri pada Yumna. Kesalahan Bu Wenda kan bukan hanya gosip, tetapi su
Pada hari pernikahan Mas Ilham tepat hari sabtu, mereka semua berkumpul di rumah Yumna dengan baju seragam meskipun Amel dan Kevin beda motif asalkan warnanya sama. Mereka telat pesan atau mungkin sebut saja Nurul terlalu cepat memesan karena tidak mau ayahnya ingkar janji.Untuk ketiga perempuan itu semuanya membawa kado, sementara laki-laki mengantongi amplop saja. Mereka semua memakai baju yang hampir sama. Hari ini Nurul terlihat sangat cantik.Sebelum berangkat, dia meminum segelas air dulu untuk menenangkan diri. Luka dalam hatinya dibalut sedemikian rupa. Mereka berpasang-pasangan kecuali Mas Dika yang harus kembali memerankan perannya.Jika dulu dia pura-pura berpasangan dengan Yumna, sekarang bersama Nurul. Mas Dika tersenyum pada adiknya yang selama ini dia benci, tetapi kini mulai membuka hati untuk menerimanya."Nanti sama Mas Dika aja biar mereka mengira kamu juga punya pasangan. Pokoknya nanti jangan pernah masang muka sedih, harus mengalihkan pikiranmu dari Mas Ilham. J
Sesampainya di rumah, mereka berdua terkejut oleh kedatangan Amel. Sepertinya hari akan semakin panjang karena kedatangan Amel yang membawa banyak makanan. Sekalipun mereka sudah dewasa, tetapi yang namanya perempuan kadang bertingkah seperti anak-anak."Ozil mana, Mel?""Sama neneknya, dia gak mau ikut tadi karena keasyikan main sama sepupunya."Yumna mengangguk, dia senang sekali melihat banyak gorengan termasuk ayam geprek di depannya. Mereka kumpul di ruang tengah karena tidak mau diganggu oleh tamu. Hari yang menyenangkan setelah bertemu Mas Ilham.Masalah itu Yumna ceritakan pada Amel bukan untuk memancing amarahnya, tetapi seorang perempuan sangat sulit untuk menyimpan masalahnya sendiri apalagi jika sudah lama dan terbiasa saling berbagi cerita dengan sahabat."Mas Ilham kok bego banget, ya? Masa dia mau jatuh ke jurang yang sama?""Gak tahu tuh. Udah aku bilangin juga karena aku sebagai orang ketiga di masa lalu itu serius, nyeselnya sampe sekarang, nyeseknya sampe ke hati. A
"Ide apa, Mas?""Nah, sebagian perempuan kan kalau mendapat darah keluar lebih lima belas hari itu langsung menentukan bahwa 15 hari haid dan selebihnya istihadhoh, ya kan?"Yumna mengangguk."Nah, kamu adakan hari khusus untuk membahas masalah darah itu biar mereka yang tadinya bingung dan ragu, menjadi yakin dan tahu darah apa yang keluar itu. Mas tidak bisa ngejelasinnya karena nanti ada pertanyaan pasti malu untuk dipertanyakan. Nah kalau sesama perempuan kan enak. Gimana?""Ya boleh, Mas, tapi aku mau pahami ulang dulu dan latihan menjelaskan di depan kamu. Kalau ada salah-salah kan aku yang kena dosanya juga, Mas.""Woke siap, kalau gitu mas mau menyiapkan materi khutbah dulu buat hari jumat nanti. Kamu ngelakuin apa aja deh bebas."Yumna mengangguk cepat, dia lalu menemui Nurul di rumah ibunya karena merasa bosan dan jenuh sendirian. Makanya dia memiliki ide untuk menjual makanan saja daripada tidak ada kegiatan seperti sekarang toh lokasi di depan rumah lumayan luas apalagi ka
Di malam hari, Gus Hanan duduk dengan istrinya di meja makan padahal makanan sudah tidak terhidang lagi di sana. Lelaki itu menopang wajah dengan kedua tangannya karena merasa kurang komunikasi dengan para murid yang keluar begitu saja.Padahal seharusnya seorang guru harus menanyakan keadaan muridnya juga yang apabila tidak hadir atau malah memilih mengundurkan diri. Saat itu memang Gus Hanan bertanya, tetapi mereka hanya diam, lalu besoknya tidak ada kabar lagi."Mungkin bagusnya kala ngajar di rumah aja biar gak ada cerita miring lagi?""Jangan dulu, Mas. Kamu harus bicara sama panitia masjid dulu. Bisa jadi bukan mereka pelakunya, tetapi jamaah atau orang lain yang mau nama kamu buruk di mata semua orang, Mas. Baru satu orang, kan, yang ngomong kayak gitu?""Entah sejak kapan iuran pengajian itu diadakan. Mas jadi semaki kepikiran padahal selama ini ikhlas dan tidak pernah berpikir untuk memintai mereka bayaran walau sekali dalam setahun."Yumna juga bingung sendiri, ingin mencari
Pernyataan Cinta—Jalaluddin Rumi—Kau yang telah menutup rapat bibirku, tariklah misaiku ke dekat-MuApakah maksud-Mu? Mana kutahu?Aku hanya tahu bahwa aku siap dalam iringan ini selaluKukunyah lagi memamah kepedihan mengenang-MuBagai unta memamah biak makanannya, dan bagai unta yang geram mulutku berbusaMeskipun aku tinggal tersembunyi dan tidak bicara, di hadirat kasih aku jelas nyataAku bagai benih di bawah tanah, aku menanti tanda musim semiHingga tanpa nafasku sendiri aku dapat bernafas wangi***Nurul tersadar dari kesedihannya setelah Yumna mengingatkan kalau dia harus memperbaiki hubungan dengan Allah agar rasa kecewa dari berharap lebih itu beringsut hilang.Dia menyeka air matanya, menelan kesedihan itu dan mengganti dengan senyuman. Nurul kembali merasakan bagaimana menjadi Yumna ketika harus ditinggalkan oleh orang yang sudah lama ditunggu untuk bersatu.Karma itu tidak ada, tetapi balasan atas perbuatan selalu ada. Nurul menyesal dan sekali lagi merintih memohon ma