Share

Pengkhianatan

Author: Freya
last update Last Updated: 2022-06-21 05:48:15

Setibanya di Kasatriyan Lembu Sora segera menyusun jadwal baru bagi pasukannya, Wirota dan Wiragati diperintahkan untuk berjaga ronda di kampung-kampung. Mulai jam 19.00 malam mereka sudah bertugas berkeliling memantau keamanan di kota.

Malam itu Wirota, Wiragati dan teman-temannya disebar berkeliling ke seluruh pelosok kota.

"Mengapa sedari tadi aku tidak melihat seorangpun perampok yang mencoba membobol rumah penduduk ya? Jangan-jangan mereka sudah tahu akan ada gerakan pengamanan oleh prajurit kerajaan di malam hari," kata Wirota.

"Ya, aku curiga gerakan pengacau keamanan itu dipelopori oleh orang dalam kerajaan juga. Coba menurutmu siapa kira-kira yang melakukannya?" tanya Wiragati.

Wirota berpikir sejenak kemudian berkata

"Mungkinkah Jayakatwang? atau Mpu Raganata dan Mpu Wirakerti yang jabatannya diturunkan secara drastis? Ah jangan-jangan Mahesa Rangkah, bukankah hanya dia seorang yang langsung dipecat dengan tidak hormat?"

Belum lagi Wiragati menjawab, dari kejauhan terliha
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • KSATRIA TIGA JAMAN   Kampung Tersembunyi

    "Jlitheng, kasihan kamu maafkan aku ya kemarin aku sakit jadi tidak bisa menjengukmu di sini," kata Wirota. Jltheng si kuda hitam seolah mengerti dengan keadaan Tuannya. Diapun melepas rindu terhadap Tuannya yang selama ini sudah bersamanya dalam suka dan duka bekerja sama melakukan perampokan.Wirota masuk kerumahnya, dilihatnya debu tebal sudah menempel di berbagai perabotan rumahnya, sarang laba-laba berada di sudut-sudut dinding dan blandar. Wirota menghela nafas panjang seolah ingin melepaskan beban berat dibahunya. Biasanya usai berjudi, merampok atau mencopet, mereka membeli babi guling dan arak, lalu mereka akan makan dan minum bersama merayakan keberhasilan."Paman, aku sudah tidak merampok dan mencuri lagi. Seseorang di istana telah memberiku pelajaran menjadi seorang ksatria yang baik dan meninggalkan kemaksiatan. Kini aku sudah menjadi seorang Prajurit Paman," gumam Wirota.Wirota mengambil sapu dan lap lalu membersihkan rumahnya yang sudah lama tidak ditempatinya. Akhir

    Last Updated : 2022-06-21
  • KSATRIA TIGA JAMAN   Nenek Misterius

    "Mengapa kau lewat jalan ini? Sudah lama kita berputar-putar di sini tetapi sampai saat ini kita tidak juga menemukan perkampungan. Kurasa kita tersesat!" Omel Wiragati pada Wirota."Kita ini kan pasukan penjelajah, ya kita harus bisa menemukan jalan lain. Coba kalau sewaktu-waktu pasukan Mahesa Rangkah menggerebek kita di hutan ini. Kalau kita tidak tahu jalur alternatif dan hanya mengandalkan satu jalan saja, kita seperti tikus sawah yang digropyok petani. Jalan yang lain ditutup hanya disisakan satu jalan keluar. Setelah kita keluar, pasukan perampok itu akan menghabisi kita di sini," jelas Wirota."Hei kalian ini laki-laki tapi cerewetnya macam perempuan, jalan sambil ngobrol dengan hebohnya. Sadarkah kalian, kita sudah 3 kali kembali ke kolam ini!" Kata Nandi dengan kesal. Wirota tertegun, dia berhenti berjalan, dia sama sekali tidak sadar karena sejak tadi sibuk berdebat dengan Wiragati. "Kita berhenti dulu, pasti ada gaib di hutan ini yang mengganggu kita," kata Jaran Pikatan

    Last Updated : 2023-04-10
  • KSATRIA TIGA JAMAN   Barisan Penyesat Sukma

    "Rangkah adalah cucuku, akulah penjaga Desa Penyamun yang digunakan untuk tempat persembunyiannya bersama anggotanya. Kedatangan kalian sudah kuamat-amati sedari tadi dan aku membiarkan kalian masuk ke dalam Barisan Penyesat Sukma!" Kata nenek itu. Jaran Pikatan menggeram marah, dia lantas kembali menyerang nenek itu dengan gencarnya. Wirota merasa saat ini mereka sedang dalam masalah besar. Maka dia berkata kepada Wiragati yang juga atasan langsungnya. "Kangmas Wiragati, kurasa kita harus mengirim satu orang untuk keluar dari hutan ini lalu melapor ke istana untuk minta bantuan, Aku kuatir nenek ini telah mengirim sinyal tanda bahaya kepada komplotan Mahesa Rangkah. kalau kita terjebak di sini, dengan mudah mereka akan menjaring kita seperti ikan yang sudah terperangkap dalam bubu," kata Wirota. "Baiklah, kau pergilah ke istana, aku akan membantu Ndoro Pikatan menghadapi nenek itu," kata Wiragati. Wirota segera keluar dari gelanggang dan keluar dari hutan. Baru saja dia melangkah

    Last Updated : 2023-04-13
  • KSATRIA TIGA JAMAN   Sang Penyelamat

    Wanita itu bertanya kepada pria tua itu "Kau mengenalnya?" "Saudara-saudara sekalian, jangan main hakin sendiri. Pemuda ini bernama Wirota. Ketika aku dan keluargaku tinggal di ibu kota, kami hidup dalam keadaan yang sangat miskin, bahkan untuk makanpun kami kesulitan. Tahukah kalian, disaat anakku sakit dan kami butuh uang untuk pengobatan, Ki Sanak ini membantuku memberi uang untuk berobat. Bahkan setelah anakku sembuh dia memberiku uang untuk modal usaha di desa. Tanpa Ki Sanak ini mungkin kami selamanya akan menjadi gelandangan," kata orang itu. Wirota tertegun, salah satu orang yang pernah diberinya uang hasil rampokan ada yang masih mengingat budi baiknya ketika menjadi seorang maling. Bahkan dia sendiri sudah lupa siapa saja yang pernah ditolongnya. Seketika orang-orang itu geger mendengar pernyataan orang itu. Salah seorang penduduk desa itu ada yang berseru "Ya ya aku ingat sekarang, dialah Wirota si Maling Budiman itu!" Orang yang berteriak itu maju ke depan lalu me

    Last Updated : 2023-04-13
  • KSATRIA TIGA JAMAN   Kedatangan Utusan Kubilai Khan

    Wirota menghindari sambaran tongkat si nenek yang begitu gencar dan bertubi-tubi datangnya. Kemanapun dia pergi pasti tongkat itu selalu memghadangnya. Tiba-tiba Gajah Pagon telah berada di sisinya dan membantunya menyerang nenek itu. Wirota berusaha memotong tongkat si nenek dengan pedangnya namun selalu gagal. Tongkat yang dipikirnya terbuat dari kayu ternyata terbuat dari besi yang berat dan padat. Nenek itu tertawa melihat Wirota gagal memotong tongkatnya"He he he tongkat ini terbuat dari besi batu bintang terbaik, pedang saktimu tidak dapat memotong tongkatku!""Baiklah, jika tidak dapat memotong tongkatmu, aku akan memotong kakimu!" Seru Wirota sambil memotong kakai nenek. 'Terkesiap nenek itu melihat Wirota menyerang bagiah bawah kakinya."Craasssh!"Nenek itu berusaha menghindar namun tetap saja betisnya tersambar pedang Wirota, seketika darah mengalir dari betis si nenek begitu banyak hingga nenek itu sangat kaget melihatnya. Betis si nenek terluka, beruntung dia masih sem

    Last Updated : 2023-04-16
  • KSATRIA TIGA JAMAN   Mata-mata di Dalam Istana

    Hari sudah sore ketika Wirota berkemas pulang ke Kasatriyan Cahya Raja. Di dekat taman istana, dia bertemu dengan Larasati yang menjadi abdi dalem istana. Larasati memanggilnya "Wirota. kemarilah, aku punya sesuatu untukmu!" Kata larasati. Wirota menghampirinya dan bertanya "Apa itu?" "Ayo, ikut aku ke dapur." Larasati sudah mendahuluinya ke dapur , Wirota menebak pasti Larasati akan memberikan makanan lezat. Hari ini kebetulan istana kedatangan banyak tamu mancanegara. Para Abdi Dalem di dapur membuat banyak makanan untuk hidangan tamu. Mungkin sampai menjelang malam masih ada yang tersisa. Biasanya Larasati selalu menyisihkan makanan untuk Wirota karena dia tahu makanan di Kasatriyan rasanya tidak enak. Dapur sudah sepi ketika mereka tiba di sana. Larasati membuka tutup kuali dan menuangkan isinya ke piring yang sudah diisi nasi. Diambilnya satu bumbung tuak, setelah itu dia memberikannya pada Wirota "Waaah, babi panggang dan tuak kesukaanku terimakasih Larasati!" Larasati

    Last Updated : 2023-04-17
  • KSATRIA TIGA JAMAN   Dendam Jayakatwang

    Wirota segera melaporkan apa yang dialaminya kepada Gajah Pagon sebagai Tumenggung yang memimpin kesatuan Cahya Raja saat Gajah Pagon menengoknya di Kasatriyan. Setelah kondisinya mulai puluh Wirota menghadap Kertanegara yang sedang berada di taman bersama isteri dan para selirnya. Mereka mencari saat yang tepat pada saat Ardharaja putera Jayakatwang sedang tidak berada di istana."Gusti Prabu, saat ini orang-orang Jayakatwang sudah di sebar di istana memata-matai pergerakan anda. Dari peristiwa yang dialami Wirota semalam, ternyata memang terbukti bahwa Jayakatwang ingin memberontak. Pasukan kita saat ini tinggal sedikit karena semua sudah dikerahkan untuk ekspedisi Pamalayu. Menurut saya, sebaiknya sekarang juga kita harus bertindak menangkap Jayakatwang sebelum dia menyerang duluan," usul Gajah Pagon.Namun Kertanegera justru tampak tenang dan tidak sedikitpun terlihat cemas."Jayakatwang tidak mungkin memberontak, dia adalah sepupuku dari garis ibu, adikku menjadi isterinya, seme

    Last Updated : 2023-04-18
  • KSATRIA TIGA JAMAN   Upaya Pembunuhan

    Kedua ekor harimau itu memandang Prabu Kertanegara dengan pandangan tajam, bersiap menerkamnya. Sesaat kemudian mereka langsung menerjang ke arah Prabu Kertanegara. Tiba-tiba terdengar auman keras, kedua harimau itu jatuh tersungkur dengan perut robek bersimbah darah."Gsuti Prabu, anda tidak terluka?" Tanya Wirota dengan cemas.Wirota yang sudah mengamati sedari tadi berada di dekat kedua harimau itu dengan pedang Naga Bumi mikiknya yang sudah bersimbah darah harimau."Tidak, aku tidak apa-apa, kau bawa saja kedua harimau itu, kulitnya bisa kita pakai untuk hiasan. Bawa sekalian mayat si Kliwon, dia sudah berjasa menyelamatkan aku dari terkaman harimau," kata Kertanegara.Wirota turun dari kudanya dan menaruh kedua jasad harimau itu di atas kudanya lalu menuntunnya kembali ke tempat semula di tepi hutan. Pada saat mereka berdua pergi meninggalkan lokasi, dari semak belukar sepasang mata mengamati kepergian mereka, hingga menghilang di balik kerimbunan hutan.Di tengah perjalanan Wiro

    Last Updated : 2023-04-18

Latest chapter

  • KSATRIA TIGA JAMAN   Pulang

    Namun sebelum sampai pada sasarannya, tiba-tiba terdengar suara berkelebat dan kesiur angin melewati tubuhnya. Belum sempat Wirota menyadari, seseorang telah menangkis pukulannya. "Wiro, hentikan!" Wirota menoleh, ternyata Mahesa Wagal yang menangkis serangannya. Di belakangnya menyusul Gajah Mada, Gayatri dan Banyak Wungu. "Gusti Wirota, tunggu!" Seru Banyak Wungu. Wirota terkejut melihat kedatangan Banyak Wungu bersama Gajah Mada dan Gayatri. Sebuah pikiran buruk terlintas di benaknya. Jangan-jangan, Majapahit sudah membantai seluruh pasukan Sadeng dan Keta lalu mereka menyandera Banyak Wungu batin Wirota cemas. "Banyak Wungu, apa yang terjadi? Mengapa kamu bisa bersama mereka?"Tanya Wirota. "Gusti Wirota, Gusti Ratu Tribuana telah memerintahkan tabib Majapahit untuk mengobati para prajurit kita yang terluka. Dia mengatakan bahwa dia ingin Gusti Wirota kembali ke Majapahit. Beliau berjanji akan memberi anda jabatan Juru Demung atau Patih di Daha," ujar Banyak Wungu.

  • KSATRIA TIGA JAMAN   mantera

    Ditantang seperti itu membuat darah Wirota seketika mendidih. Tapi dia tak ingin terlihat emosional di depan Ra Kembar. Setelah menghela nafas panjang untuk meredakan amarahnya barulah Wirota menjawab "Siapa takut?! Aku bukan laki-laki pengecut. Baik, kuterima tantanganmu!" Saat itu hari sudah menjelang maghrib,, namun situasi di sekitar gelanggang masih terang benderang bagai di siang hari bolong. Energi batu pusaka dari Gunung Padang yang dibuat menjadi tombak Naga langit begitu kuat dan seolah tak ada habisnya. Cahayanya masih terus berpendar tanpa meredup sedikitpun. Wirota menancapkan pedangnya ke tanah, lalu berjalan mendekati Ra Kembar dan memasang sikap kuda-kuda. Ra Kembar tersenyum, dia sangat yakin akan menang. Sepanjang karirnya sebagai prajurit, Ajian Balung Ireng tak pernah gagal membunuh musuhnya hanya dalam satu dua jurus Ra Kembar berjalan mendekati Wirota, kini mereka sudah berdiri berhadapan siap bertarung. Ra Kembar mengatupkan kedua tangannya di dep

  • KSATRIA TIGA JAMAN   Perebutan Tombak Naga Langit

    Suara derap kaki kuda di belakangnya semakin dekat. Siapa itu, mungkinkah Lembu Peteng, Ikal-ikalan Bang atau Jabung Taraweskah? Hanya mereka yang tahu jalur yang kulewati ini, batin Ra Kembar. Hatinya mulai tenang merasa ada yang menemani. Ra Kembar sengaja mengambil jalur yang berbeda, sebuah jalur tersembunyi, bukan jalan yang biasa dilewati para prajurit Majapahit untuk pulang menuju Trowulan. Jalur itu jalannya lebih sempit dan melewati hutan belantara. Ra Kembar menoleh, dilihatnya ada seorang penunggang kuda mengejarnya. Terkesiap Ra Kembar ketika melihat penunggangnya, dari pakaian dan wajahnya dia dapat mengenali penunggang kuda yang mengejarnya adalah Wirota. "Sial, gara-gara harus membebaskan diri dari totokan Resi tua tadi, waktuku terbuang di pondok itu. Sekarang Wirota sudah menemukanku. Aku lupa dia juga tahu jalur ini ketika melarikan diri bersama Prabu Wijaya ke Madura," gerutu Ra Kembar. Ra Kembar kembali memacu kudanya. Tiba-tiba terdengar suara kelebatan d

  • KSATRIA TIGA JAMAN   kembali

    RA Kembar terkejut, ketika menoleh dilihatnya seorang bhiksuni berdiri di belakangnya "Siapa kamu? Tak usah ikut campur, sebaiknya kamu pergi bertapa saja. Tempat ini bukan untuk wanita sepertimu!" Ra Kembar ternyata tidak mengenali sosok Gayatri yang kini menjadi bhiksuni. Beberapa prajurit Araraman yang berjaga di tepi hutan segera menghadang Gayatri melindungi Ra Kembar. Gayatri mendengus marah "Aku akan pergi jika tombak itu kamu kembalikan pada pemiliknya! Usai berkata Gayatri berkelebat dengan cepat melompati para prajurit yang menghadangnya lalu mencoba merebut tombak. Ra Kembar panik, tangan kanannya masih kebas karena totokan Mahesa Wagal. Membuatnya tak bebas bergerak. Tetapi dia masih sempat menghindar sehingga Gayatri gagal merebut tombak. "Siapa kamu? Beraninya kamu melawanku.Baiklah aku akan membuatmu seperti para bhiksu di Kasogatan Bajraka!" "Prajurit, bereskan dia!" perintah Ra Kembar. Spontan para prajurit Araraman segera mengeroyok Gayatri. Terpaksa

  • KSATRIA TIGA JAMAN   Rencana Ra Kembar

    Mahesa Wagal dan Gajah Mada terkejut karena hal ini jauh di luar rencana mereka. "Mada, siapa yang mengacaukan pertemuan ini?" Tanya Mahesa Wagal. Gajah Mada menggeleng, dia juga bingung melihat kejadian yang berlangsung di depannya. Mendadak Wirota menarik tubuh Gajah Mada dan mulai memukulinya. Sontak Gajah Mada berusaha menghindar dan membela diri. Wirota terus menerjang, sehingga pertarungan keduanya berlangsung sengit, namun Gajah Mada tidak pernah membalas serangan Wirota, hanya menghindar saja. Hal ini membuat Wirota semakin gusar, "Ayolah Mada, jangan jadi pengecut! Lawan aku, jangan hanya menghindar saja!" "Paman Wirota, sabar dulu...kami tidak tahu tentang serangan ini. Gusti Ratu tidak pernah memerintahkan penyerangan ini!" Seru Gajah Mada sambil berusaha menghindari serangan Wirota. "Bohong...jangan harap aku akan percaya pada kalian!" Wirota kembali menyabetkan pedang ke.leher Gajah Mada. Wirota yang sudah terlanjur marah, tangannya bergerak mencabut pedang Na

  • KSATRIA TIGA JAMAN   Sahabat Lama

    "Aneh. tak biasanya mereka begini. Baiklah, aku akan menemui mereka," kata Wirota. Setibanya di tepi hutan, Wirota terkejut ketika mendapati tamunya ternyata adalah Gajah Mada dan seorang lelaki tua berpakaian seperti seorang Resi/ pertapa yang berjalan tertatih dengan tongkat. Mereka berdua memberi salam setelah itu Gajah Mada berkata "Paman, saya mengantar Paman Mahesa Wagal kemari karena dia sangat ingin bertemu dengan anda. Kemarin dia mendatangi kemah kami dan minta diajak menemui anda." Wirota tampak terkejut, tak disangkanya Resi tua yang berjalan terpincang itu adalah rekannya di masa masih berjuang melawan pemberontakan Jayakatwang. Mahesa Wagal adalah seniornya di masa mereka masih berdinas di Singasari. Ah, waktu sudah lama berlalu, Mahesa Wagal sekarang hanyalah seorang lelaki tua yang sakit-sakitan, batin Wirota. Namun Wirota tak mau memperlakukan Mahesa Wagal layaknya seorang sahabat lama. Di mata Wirota siapapun yang bekerjasama dengan Majapahit adalah musuh.

  • KSATRIA TIGA JAMAN   Kunjungan Tak Terduga

    Suara langkah kaki itu berhenti. Wirota berkelebat menghampiri asal suara. Dalam keremangan sinar bulan dia melihat satu sosok yang sangat dikenalnya. Gayatri, bagaimana dia bisa tahu aku ada di sini? pikir Wirota. Masa muda telah berlalu, namun Gayatri masih tetap memberikan atensi kepadanya, berada di sisinya di saat dia memerlukan teman. Di lubuk hatinya yang paling dalam, sesungguhnya dulu Wirota juga tertarik kepada Gayatri. Namun dia cukup tahu diri dan tak ingin menyakiti hati sahabatnya Dyah Wijaya walaupun di saat itu Gayatri selalu mencoba menarik perhatiannya. Mendadak Wirota salah tingkah, dadanya berdebar, tapi dia tak ingin Gayatri mengetahui apa yang sedang dirasakannya. Maka dia berusaha bersikap wajar dengan bertanya "Banthe? Bagaimana anda bisa tahu saya berada di sini?" Gayatri hanya tersenyum dan menjawab "Wirota, hutan bagaikan rumahku. Aku sudah tiga bulan bertapa di sekitar hutan ini, dan aku juga sudah melihat peperangan kalian." Ah. Gayatri. aku

  • KSATRIA TIGA JAMAN   Senjata Pamungkas

    "Siapa kamu dan mengapa kamu ada di sini?" gertak Banyak Wungu. "Ssa...saya penduduk di sini, Eeeh...saya mencari kucing saya yang lari ke sini, " jawab orang itu ketakutan. Banyak Wungu mengamati orang itu dengan seksama lalu bertanya lagi "Bukankah para penduduk yang masih ada di sini seharusnya beristirahat karena besok dini hari kalian sudah harus pergi dari sini!" Orang itu tampaknya sudah terlalu lemas dan sulit berkata-kata lagi. mungkin karena seluruh wajahnya sudah bengkak sehingga untuk bicarapun terasa sakit. "Baiklah, mungkin kamu perlu sedikit disiksa supaya mau bicara!" Banyak Wungu mengeluarkan sebilah pisau, bersiap mengiris kulit tawanannnya. Tiba-tiba Wirota mendengar suara kelebatan di balik pepohonan di antara para prajurit yang berkerumun. Sejurus kemudian, dia merasakan desir angin tipis melaju di depannya. Begitu samar sehingga hanya orang yang berilmu kanuragan tingkat tinggi saja yang bisa merasakannya. Mendadak Wirota menyadari sesuatu, tapi ter

  • KSATRIA TIGA JAMAN   Telik Sandi Majapahit

    Seketika Ra Kembar tersentak. Dia seolah mendapatkan energi baru."Blaaar...blaar...blaaar!"Suara ledakan dari hulu meriam rampasan dari pasukan Mongol, menembakan pelurunya ke arah dinding benteng. Setelah beberapa kali menembakan peluru meriam, benteng batu bata setinggi 10 meter itupun tak lama kemudian roboh. Beberapa prajurit yang berdiri di dekat tembok benteng seketika tertimbun reruntuhan batu tembok.Terdengar teriakan pasukan Majapahit menyerbu kota. Ra Kembar dengan semangat baru menghajar pasukan Tigangjuru yang mencoba mendekatinya dengan cambuknya. Beberapa prajurit Tigangjuru yang terkena sabetan cambuknya yang berujung pisau tajam terlempar dengan luka-luka di sekujur tubuh mereka. ujung-ujung pisau itu telah dilumuri ramuan racun. Sehingga dalam sekejap para prajurit itu sekarat dan gugur."Ha ha ha ha sekarang kalian sudah terkepung seperti tikus sawah yang digropyok petani!" Ra Kembar berseru sambil menyabetkan cambuknya ke segala arah.Celaka, mereka membawa meria

DMCA.com Protection Status